Dosen Pengampu:
Infantri Putra, S.T, M. B. A.
Oleh :
Nama : Alfandro William
NIM : 21132003
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pengolahan Bahan Galian. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Praktikum Pengolahan dan
Pemanfaatan Batubara bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih Bapak Infantri Putra, S.T., M. B. A. dan Bapak
Dr. Asep Bahtiar Purnama. S.T., M.T. selaku Dosen Praktikum Pengolahan
dan Pemanfaatan Batubara yang telah memberikan materi ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah
ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari, laporan yang tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan demi
kesempurnaan laporan ini.
Alfandro William
2
DAFTAR ISI
3
3.2. Pengujian Kadar Air............................................................................. 33
4.1. Kesimpulan............................................................................................. 50
LAMPIRAN............................................................................................... 56
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukanuntuk
menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter),
karbon padat (fixedcarbon), dan kadar abu (ash), sedangkan analisis
ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada
batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur,unsur
tambahan dan juga unsur jarang
1.2. Tujuan
1.2.1. Analisis dan Preparasi Batubara (PSDMBP)
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
8
1. Mengetahui kadar air dari sampel batubara (low grade
dan high grade).
2. Mengetahui prosedur pengujian kadar air, kadar zat
terbang, kadar abu dan kadar zat padat/tetap dari
batubara.
3. Mengetahui alat dan bahan apa saja yang digunakan
dalam pengujian kadar air, kadar zat terbang, kadar abu
dan kadar zat padat/tetap batubara.
4. Mengetahui presentase kadar air, kadar zat terbang,
kadar abu dan kadar zat padat/tetap dari sampel batubara
(Low grade dan High grade).
5. Mengetahui kelas atau jenis penggolongan batubara
sesuai dengan ketentuan.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Drying
Drying merupakan pengeringan udara pada gross
sampel yang dilakukan jika sampel terlalu basah untuk
diproses tanpa menghilangnya moisture atau yang
menyebabkan kesulitan pada crusher atau mill.
Pengeringan udara dilakukan pada suhu ambient sampai
suhu maksimum yang dapat diterima yaitu 400°C. Waktu
yang diperlukan untuk pengeringan ini bervariasi
terganung dari typical batubara yang akan dipreparasi,
hana prinsipnya batubara dijaga agar tidak mengalami
oksidasi saat pengeringan.
2. Reduksi atau Pengecilan Ukuran
Pengecilan ukuran butir adalah proses pengurangan
ukuran atas sampel tanpa menyebabkan perubahan
apapun pada massa sampel.
Contoh alat mekanis untuk melakukan pengecilan ukuran
butir adalah:
• Jaw Crusher
• Rolls Crusher
• Swing Hammer Mills
10
3. Mixing atau Pencampuran
Mixing/pencampuran adalah proses pengadukan
sampel agar diperoleh sampel yang homogen.
Pencampuran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
• Metode Manual, menggunakan riffle atau dengan
membentuk dan membentuk kembali timbunan
berbentuk kerucut.
• Metode Mekanis, menggunakan Alat Rotary Sample
Divider (RSD)
4. Dividing atau Pembagian
Proses untuk mendapatkan sample yang representatif
dari gross sampel tanpa memperkecil ukuran butir.
Sebagai aturan umum, pengurangan sampel ini harus
dilakukan dengan metode manual (riflling atau metode
increment manual) dan metode mekanis (Rotary Sample
Divider)
5. Conto Butir
Selanjutnya masing-masing fraksi ukuran butir dibagi
menjadi dua bagian guna kepentingan analisis proksimat
dan analisis petrografi. Untuk analisis proksimat diperlukan
ukuran -65 mesh, sehingga conto yang berukuran lebih
dari itu dilakukan pemilihan dengan coning dan quaterring
yang selanjutnya dilakukan penggerusan dengan
menggunakan ball mill sampai didapat ukuran -65 mesh.
Sisa conto disimpan sebagai cadangan. Proporsi ukuran
butir yang lolos harus memenuhi standar ASTM mengenai
berat minimum untuk conto batubara yang representatif.
6. Conto Sayatan Poles
Ukuran butir conto yang diperlukan untuk pengamatan
petrografi adalah -20 mesh guna pembuatan sayatan
poles. Masing-masing fraksi batubara yang ada dari hasil
preparasi awal dengan metode pemilihan coning dan
11
quaterring di reduksi hingga ukuran -20 mesh. lalu
dicampur dengan resin sebagai bahan pengikat. Setelah
itu dilakukan pencetakan dalam bentuk briket kemudian di
poles dalam beberapa tahap hingga mencapai permukaan
yang halus.
12
Batubara Didalam analisis lain-lain terdapat beberapa
Parameter yang akan dianalisis ataudiuji untuk
menentukan kualitas dan determinasi. Antara lain :
• Nilai Kalor Batubara (Calorific Value)
• Penggerusan (Hardgrove Grindability Index)
• Titik Leleh Abu (Ash Fusion Temperature)
• Analisis Abu (Ash Analysis)
• Abrasion Index
• Trace Element
• Gray King Coke
• Audibert Arnu Dilatomet
13
3. Inertinite
Kelompok inertinite berasal dari material tumbuhan
yang sudah terbakar dan sebagian diperkirakan berasal
dari maseral lain yang teroksidasi. Apabila diamati di
bawah pantulan mikroskop maka akan berwarna kuning
muda, putih hingga kekuningan.
Ketiga kelompok maseral diatas dibedakan berdasarkan
kenampakannya di bawah mikroskop yang meliputi ukuran,
bentuk, warna pantul, intensitas pantul, dan sebagainya.
Basis Analisa
14
batubara dalam keadaan lembab Moisture and ash free adalah basis
analisa yang didasarkan pada berat batubara lembab bebas abu.
Pemilihan basis analisa didasarkan pada tujuan analisa.
Kadar Air
15
sering digunakan bagi konsumen dalam memilih kualitas batubara
sesuai kebutuhan sebelum membeli batubara, serta digunakan oleh
operator dalam memprediksi performanya.
1. Basis Analisa
Basis analisa adalah penetapan berat pembanding dalam
suatu analisa. Ada beberapa basis analisa yang sering
digunakan dalam melakukan analisa proksimat dan ultimat
diantaranya: as received (ar), air dried basis (adb), dry basis (db),
dry ash free (daf), mineral matter free (mmf), moisture mineral
matter free (mmmf), moisture and ash free (maf).
As received adalah basis analisa yang didasarkan pada berat
batubara yang belum mendapatkan perlakuan apa-apa (sample
langsung diambil dari tempat penyimpanan batubara). Air dried
basis adalah basis analisa yang didasarkan pada berat batubara
yang sudah dikering anginkan. Dry basis adalah basis analisa
yang didasarkan pada berat batubara kering. Dry ash free adalah
basis analisa yang didasarkan pada berat batubara kering dan
bebas abu. Mineral matter free adalah basis analisa yang
didasarkan pada berat kandungan organic batubara saja.
Moisture mineral matter free adalah basis analisa yang
didasarkan pada berat kandungan organic batubara dalam
keadaan lembab Moisture and ash free adalah basis analisa yang
didasarkan pada berat batubara lembab bebas abu. Pemilihan
basis analisa didasarkan pada tujuan analisa.
2. Kadar Air
Kadar air batubara dapat dikelompokkan kedalam dua
macam, yakni:
• Kadar air bebas/air permukaan (free misture content)
Sangat ditentukan oleh kondisi disekitarnya. Kadar air bebas
ini dapat hilang dengan cara penguapan alami seperti
dijemus di terik matahari (air drying).
• Kadar air terikat (inherent moisture content)
16
Kadar air yang terperangkap/terikat dalam pori batubara
sebagai akibat dari sifat hidroskopi batubara.
Kadar air bebas sangat ditentukan oleh kondisi penambangan
dan keadaan udara saat penyimpanan batubara. Kadar air bebas
ini dapat hilang dengan cara penguapan alami misalnya dengan
menjemur batubara dibawah terik matahari (air drying).
Sementara kadar air terikat adalah kadar air yang terperangkap
dalam pori batubara sebagai akibat dari sifat hidroskopi batubara.
Kadar air jenis ini baru bisa dihilangkan bila batubara dipanaskan
pada temperatur didih air. Penentuan kandungan air dengan cara
tersebut dilakukan diatas titik didih air (ASTM 104-110oC). Kadar
air total batubara adalah penjumlahan dari kadar air bebas dan
kadar air terikat.
3. Volatile Matter
Volatile matter merupakan bagian dari batubara yang mudah
menguap misalnya CH4 atau hasil dari penguraian senyawa
kimia dan campuran kompleks yang membentuk batubara. Untuk
menganalisis volatile matter conto di tempatkan di dalam crucible
silika kemudian dimasukan kedalam tungku selama 7 menit
dengan suhu pemanasan 950°C. Namun pada pemanasan ini,
bukan hanya zat volatile yang menguap, tetapi air juga ikut
menguap. Sehingga dalam penentuan volatile metter harus
dikoreksi dengan nilai moisture in the analysis sample pada
waktu analisis bersamaan. Volatile matter merupakan salah satu
indikasi dari rank batubara. Dalam klasifikasi batubara ASTM,
Volatile matter digunakan sebagai parameter penentu rank untuk
batubara high rank coal. Volatile matter juga memiliki korelasi
yang jelas dengan salah satu maceral yaitu Vitrinite. Apabila
volatile matter dalam basis DMMF di plot dengan reflectance dari
vitrinite, maka akan diperoleh suatu garis yang relatif lurus yang
korelatif dengan rank batubara. Selain itu pada saat penentuan
17
di laboratorium, juga dapat digunakan sebagai prediksi awal
apakah batubara tersebut memiliki sifat agglomerasi atau tidak.
4. Ash Content
Ash (abu) adalah bahan-bahan yang tidak terbakar setelah
pembakaran sample. Abu dalam batubara bersumber dari
mineral matter dalam batubara dan unsur pengotor dari
batupasir, tanah dsb yang berasal dari bagian penutup, dasar
atau parting pada lapisan batubara. Abu merupakan komponen
non-combustible organic yang tersisa pada saat batubara
dibakar. Abu mengandung oksida-oksida logam seperti SiO2,
Al2O3, Fe2O3, dan CaO, yang terdapat didalam batubara.
Hasil kadar abu (ash content) digunakan untuk mengukur
kualitas batubara dan efisiensi proses pembersihan. Keuntungan
dari penentuan ash content mengunakan metode rapid/cepat
karena hasil ash content diperlukan sesegera mungkin oleh
operator plant untuk memonitor kinerja plant dan kualitas
produksi.
5. Fixed Carbon
Fixed Carbon merupakan banyaknya karbon yang terdapat
dalam material sisa setelah volatile matter dihilangkan Karbon
tertambat ini mewakili sisa penguraian dari komponen organik
batubara ditambah sedikit senyawa nitrogen, belerang, hidrogen
dan mungkin oksigen yang terserap atau bersatu secara kimiawi.
6. Calorific Value
Calorific Value merupakan indikasi kandungan nilai energi
yang terdapat pada batubara dengan satuan cal/gr atau kcal/gr.
Peringkat batubara akan naik jika nilai kalomnya makin tinggi.
Nilai kalor batubara adalah total panas yang dihasilkan pada
pembakaran komponen- komponen batubara yang sudah
terbakar, seperti karbon, hidrogen dan belerang. Nilai kalor dapat
dinyatakan langsung dari komposisi kimia batubara dan
diperhatikan dari analisis ultimat. Nilai kalor batubara
18
berhubungan langsung dengan komposisi unsur-unsur yang ada
dalam batubara.
19
sangat diperlukan untuk mengantisipasi permasalahan-
permasalahan khususnya untuk PLTU batubara kedepan dan
mendukung unit pembangkit agar mampu beroperasi secara optimal.
Untuk mendapatkan kualitas batubara yang sesuai dengan
permintaan pasar dilakukan blending batubara high dan low grade
dengan perbandingan tertentu. Faktor penting yang harus
diperhatikan dalam proses blending adalah:
1. Kuantitas batubara yang ada di stockpile.
2. Variasi parameter batubara yang akan diblending.
3. Parameter yang menjadi tolak ukur blending (nilai kalori dan total
sulfur).
4. Peralatan blending yang memadai.
5. Kapasitas stockpile harus mencukupi (Nurisman dkk, 2014).
20
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
fisika, berupa sampel hasil cetak, dan akan dipersiapkan
secara kimia, berupa pecahan sampel ataupun abu.
a) Preparasi Fisika
Preparasi fisika pada sampel batubara
merupakan tahapan persiapan sampel sebelum
sampel di uji pada pengujian lab. Preparasi fisika pada
batubara bertujuan untuk menyiapkan batubara
menjadi suatu sampel cetakan yang sesuai dengan
standar uji kimia tau fisika laboratorium. Diameter dari
sampel hasil preparasi fisika ini adalah sekitar 3-5cm.
Adapun parameter keberhasilan dari preparasi fisika ini
adalah ketika sampel cetakana yang dibuat sudah
bersih dari garis, bersih dari kotoran dan sudah rata.
22
12. Poles sampel menggunakan carbinet paper grid
120/120 dengan menambahkan sedikit air sebagai
pelumas. Lakukan sampai batubara sedikit terlihat.
13. Poles sampel untuk kedua kalinya dengan
menggunakan carbinet paper grid 400/800 untuk
menghilangkan garis-garis kasar.
14. Amplas sampel menggunakan polishing micropot
dengan menambahkan miscropolish alumina
selama 3-5 menit.
15. Lakukan pengecekan secara berkala menggunakan
mikroskop untuk melihat apakah garis-garis halus
sudah benar-benar hilang.
16. Bersihkan sampel hasil cetakan menggunakan
pembersih ultrasonic dengan menambahkan
aquadest selama 5 menit.
17. Pastikan hasil preparasi sudah bersih dari garis,
bersih dari kotoran, dan sudah rata
b) Preparasi Kimia
Preparasi kimia sampel batubara dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui free moisture dari batubara,
kekerasan sampel batubara, dan untuk
mempersiapkan sampel secara kimiawi sebelum
dilakukan pengujian di laboratorium. preparasi kimia
sampel memanfaatkan panas dan gesekan atau
benturan.
• Pengujian Free Moisture
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kadar air yang ada pada sampel
batuabra. Berikut langkah pengujian free moisture
batubara:
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang dan catat berat awal sampel.
23
3. Masukan sampel ke dalam oven dengan suhu
40˚C selama 4 jam.
4. Timbang dan catat berat sampel setelah oven.
5. Hancurkan sampel dengan menggunakan jaw
crusher.
6. Masukkan sampel kedalam oven dengan suhu
40˚C selama 4 jam.
7. Diamkan sampel pada suhu ruangan selama
±1-2 jam agar berat sampel konstan.
8. Timbang dan catat berat sampel setelah dingin.
9. Hitung kadar air pada sampel
• Pengujian Kekerasan Batubara
Setelah kandungan air dari sampel batuabara
diketahui, maka akan dilakukan juga uji kekerasan
batuabara dengan menggunakan alat HGI.
Tahapan pengujian kekerasan betubara adalah
sebagai berikut.
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang dan masukkan sebanyak 8 buah bola
baja.
3. Tunggu sampai alat HGI berputar sebanyak 60
putaran.
4. Sieving sampel menggunakan sieve no.200.
• Penggerusan
Sampel hasil pengujian HGI akan digerus
sehingga ukuran sampel akan semakin mengecil.
Alat penggerusan yang digunakan adalah termo
mill. Berikut merupakan tahapan penggerusan
sampel batubara:
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Masukkan sampel kedalam termo mill untuk
digerus.
24
3. Diamkan sampel dibawah AC dengan suhu 18-
21˚C selama 1-2 jam.
• Pengabuan
Beberapa pengujian kimia batuabara
memerlukan sampel dengan ukuran yang sangat
halus (abu). Untuk menjadikan sampel batubara
abu, maka perlu dilakukan pengabuan dengan
menggunakan furnace. Berikut merupakan
tahapan pengabuan sampel batubara:
1. Masukkan alat dan bahan.
2. Panaskan furnace pada suhu 800˚C.
3. Masukkan sampel kedalam furnace.
4. Keluarkan sampel setelah warna sampel
berubah; putih atau abu-abu.
25
16. Buret
17. Piknometer
18. Pipet Tetes
• Bahan
1. Sampel batubara
2. Aquadest
3. Tipol (air sabun)
4. H2O2
5. AlO2
6. Mix indicator
B. Hasil dan Pembahasan
• Nilai Kalori
Prinsip kerja untuk penghitungan nilai kalori ini
yakni dibakar di lingkungan yang memiliki O2 berlebih
dengan volume tetap dan pressure konstan untuk
mencari Δt (temperatur). Semakin tinggi Δt maka nilai
kalori semakin tinggi.
Tahapan mencari nilai calorimeter:
1. Timbang batubara yang telah dipreparasi
sebanyak 1 gram.
2. Masukkan ke dalam cawan.
3. Masukkan ke bombcalorimeter.
4. Kemudian kaitkan dengan kawat pembakar
(sebagai pemantik).
5. Aliri dengan O2 sebanyak 420 Psi.
6. Masukkan ke dalam vessel yang sudah diisi
aquades agar suhu dalam bomb konstan.
7. Tunggu selama ±15 menit.
• Analisis Ultimat
Analisa ultimat (analisa elementer) adalah analisa
dalam penentuan jumlah unsur Karbon (C), Hidrogen
(H), Oksigen (O), Nitrogen (N) dan Sulfur (S).
26
Komponen Organik batubara terdiri atas senyawa
kimia yang berbentuk dari hasil ikatan antara karbon,
hidrogen, nitrogen, oksigen dan sulfur. Analisa ultimat
merupakan analisa kimia untuk mengetahui
presentase dari masing-masing senyawa. Dari hasil
analisa tersebut, penggunaan batubara khususnya
PLTU dapat memperkirakan secara stoikiometri udara
yang akan dibutuhkan dalam pembakaran batubara
nanti.
Penentuan Karbon dan Hidrogen dalam batubara
yang mempunyai rank rendah digunakan cara Liebig,
karena batubara yang banyak mengandung Volatile
Matter tinggi dapat meledak bila dipanaskan sampai
suhu tinggi. Namun, penetapan kadar karbon dan
hidrogen sesuai metode ini adalah dengan
menggunakan Teknik Infra Red (IR).
Prinsip penentuan Nitrogen dalam batubara
semuanya dengan cara mengubah nitrogen menjadi
amonium sulfat melalui destruksi terhadap zat organik
pembawa nitrogen dalam batubara. Dalam metode ini
digunakan asam sulfat dan katalisator. Banyaknya
Amonium sulfat yang terbentuk ditentukan dengan
titrimeti.
Tahapan dari pengujian analisis ultimat adalah
sebagai berikut.
1. Timbang 0,1 gram sampel.
2. Bungkus sampel dengan alumunium foil.
3. Masukkan sampel ke dalam ultimat CHN 628
dengan temperatur 950°-1100°C.
4. Setelah dibakar, gas dialirkan ke gas detector
ECD (N) dan Infrared (H dan C).
5. Proses analisis dilakuakan selama 5-10 menit.
27
• Analisis Proksimat
Analisa Proksimat Batubara untuk mengetahui
karakteristik dan kualitas batubara dalam kaitannya
dengan penggunaan batubara tersebut, yaitu untuk
mengetahui dengan penggunaan batubara tersebut,
yaitu untuk mengetahui jumlah relatif air lembab
(Moisture Content), Zat Terbang (VM), Abu (Ash), dan
Karbon Terhambat (FC) yang terkandung didalam
batubara dengan menggunakan prinsip gravimetri
(perbedaan massa).
- Kandungan Air (Moisture Content)
Penentuan kandungan air didalam batubara
bisa dilakukan melalui proses satu tahap atau
proses dua tahap. Proses dilakukan dengan cara
pemanasan sampel sampai terjadi kesetimbangan
kandungan air didalam batubara dan udara.
Penentuan kandungan air dengan cara tersebut
dilakukan pada temperatur diatas titik didih air.
- Kandungan Abu (Ash Content)
Kadar abu diukur dengan membakar dalam
tungku pembakaran (furnace) pada suhu 815°C.
Residu yang terbentuk abu dari batubara. Dalam
pembakaran, semakin tinggi kandungan ash
batubara, semakin rendah panas yang diperoleh
dari batubara tersebut. Sebagai tambahan,
masalah bertambah pula misalnya untuk
penanganan dan pembuangan ash hasil
pembakaran.
- Kandungan Fixed Carbon
Fixed Carbon ditentukan dengan perhitungan:
100% - persentase moisture, VM, dan ash (dalam
basis kering udara (adb)).
28
Data Fixed Carbon digunakan dalam
mengklasifikasikan batubara, pembakaran, dan
karbonisasi batubara. Fixed Carbon kemungkinan
membawa pula sedikit presentase nitrogen,
belerang, hidrogen, dan mungkin pula oksigen
sebagai zat terabsorbsi atau bergabung secara
kimia.
- Zat Terbang (Volatile Matter)
Definisi volatile matter (VM) ialah banyaknya
zat yang hilang bila sampel batubara dipanaskan
pada suhu dan waktu yang telah ditentukan
(setelah dikoreksi oleh kadar moisture). Suhunya
adalah 900°C, dengan waktu pemanasan tujuh
menit tepat.
Volatile yang menguap terdiri atas sebagian
besar gas-gas yang mudah terbakar, seperti
hidrogen, karbon monoksida, dan metan, serta
sebagian kecil uap yang dapat mengembun
seperti tar, hasil pemecahan termis seperti karbon
dioksida dari karbonat, sulfur dari pirit, dan air dari
lempung.
Tahapan dari analisis proksimat yaitu :
1. Timbang sampel yang telah di preparasi
sebanyak 1 gram
2. Masukkan ke dalam cawan
3. Dipanaskan dengan nitrogen
menggunakan suhu 180°C (cawan tidak
ditutup) untuk mengetahui inherent
moisture .
4. Kemudian panaskan kembali dengan
nitrogen (cawan ditutup) dengan suhu
29
950°C (selama menit untuk mengetahui
volatile matter)
5. Cawan dibuka, kemudian dibakar dengan
suhu 750°C menggunakan o2 untuk
mengetahui kadar abu.
6. Menghitung fixed arbon (100% - inherent
moisture-VM-kadar abu).
• Relative Density
Relative density atau berat jenis batubara
tergantung pada peringkat batubara dan tingkat
pengotor mineral. Analisa relative density dilakukan
untuk mengetahui perbandingan berat conto batubara
dengan berat air.
Prinsip kerja dari relative density ditentukan oleh
hilangnya berat sampel dalam air. Tahapan dari
analisis relative density adalah sebagai berikut.
1. Timbang conto seberat 2 gram
2. Masukkan ke dalam piknometer yang sudah diisi
tipol sebanyak 10ml
3. Agar batubara turun sempurna, vacum dengan
vacum oven selama 10 menit dengan tekanan 8
kPa.
4. Selanjutnya isi tipol lagi sampai batas ujung leher
piknometer
5. Timbang piknometer
6. Lalu hitung Relative Density.
• Total Sulfur
Dalam proses pembakaran, sulfur dalam
batubara akan membentuk oksida yang kemudian
terlepas ke atmosfir sebagai emisi. Ada tiga jenis
sulfur yang terikat dalam batubara, yaitu:
30
- Sulfur organik, dimana satu sama lain terikat ke
dalam senyawa hidrogen sebagai substansi dari
batubara.
- Mineral sulfida, seperti pirit dalam fiksi organic
(pyritic sulfur).
- Mineral sulfat, seperti kalsium sulfat atau hidrous
iron.
Tahapan dari analisis total sulfur:
1. Siapkan H2O2
2. Timbang sampel seberat 0,5 gram
3. Masukkan ke cawan perahu yang sudah
ditaburi AlO2
4. Analisis selama 10 menit, setiap 1 menit
cawan didorong ke dalam
5. Keluarkan cawan lalu dimasukkan ke dalam
labu
6. Melakukan titrasi dengan mix indicator
7. Hitung % sulfur : mili titrasi – 0,2 x 0,1604
31
Komposisi maseral batubara terdiri dari vitrinite,
liptinite, dan inertinite. Sampel diletakkan pada mikroskop
terlebih dahulu. Setelah itu, guna mencari komposisi ketiga
poin tersebut digunakan ‘point counting’ untuk membantu
mencari titik pengamatan sebanyak ± 500 titik. Kemudian,
masukkan kode untuk masing-masing komposisi maseral.
Untuk mengamati komposisi maseral yang ada digunakan
beberapa jenis lampu seperti white light dan fluorsen
(untuk mengamati liptinite).
Analisis ini juga dapat digunakan untuk menentukan
lingkungan pengendapan dari batubara. Analisa dilakukan
dengan mengamati vitrinite yang dibandingkan dengan
inertinite. Vitrinite sendiri dibedakan lagi menjadi tiga
macam yang terdiri dari telo (berbentuk hamparan), detro
(hancur), dan gelo (berbentuk bulat seperti jeli). Setelah
diamati, kemudian hasil pengamatan akan dijabarkan
pada diagram yang kemudian dapat ditentukan lingkungan
pengendapannya.
Selanjutnya untuk menentukan nilai kematangan
batubara digunakan uji reflektan. Prinsip pengujian
reflektan ini berdasarkan nilai pengukuran dari vitrinite.
Sebelum diletakkan pada mikroskop, sampel terlebih
dahulu dioleskan oil innersion. Setelah itu, dilakukan
kalibrasi. Pengamatan dilakukan pada lokasi vitrinite atau
lokasi yang tidak terdapat pengganggu untuk mencari nilai
reflektan dengan jumlah titik antara 30-100 titik. Standar
acuan yang digunakan pada pengamatan ini ada dua,
yaitu standar acuan spinel dengan nilai 0,419 dan standar
YAG dengan nilai 0,898. Terakhir, setelah didapat nilai
reflektan maka dilanjutkan dengan memplot nilai tersebut
pada diagram Coal Rank (Stach et.al, 1982) untuk dapat
melihat nilai kematangan dari batubara.
32
Gambar 1 Tabel Kematangan Batubara
• Cawan
• Neraca Digital
• Alat Kominusi (Pengecilan ukuran dilakukan secara
manual dengan palu geologi, dan proctor hammer)
• Mold (Sebagai wadah untuk proses kominusi)
• Ayakan ukuran 60 Mesh
• Kuas
• Ember
33
• Oven
• Desiakator
Bahan :
34
dalam desikator selama 15 menit untuk proses
pendinginan dan vakum.
35
Kadar Waktu /
Nama Sampel Air lama
(%) percobaan
BB/HighGrade/01 0% 1 jam
BB/HighGrade/02 1,33% 2 jam
BB/HighGrade/04 3% 4 jam
BB/LowGrade/01 2% 1 jam
BB/LowGrade/02 3,33% 2 jam
BB/LowGrade/04 5,60% 4 jam
BB/HighGrade/bersama 2,30% 1 jam
BB/HighGrade/bersama 3,10% 2 jam
BB/LowGrade/bersama 6,20% 1 jam
BB/LowGrade/bersama 6,90% 2 jam
36
3.3. Analisis Proksimat
3.3.1. Alat dan Bahan
Alat :
• Cawan
• Neraca Digital
• Furnace
• Crucible
• Oven
• Plastik Sampel
• Desiakator
Bahan :
37
masing – masing kualitas batubara lalu diberi label sesuai
dengan kualitas batubara;
13. Memasukan sampel kedalam oven pada suhu 110 oC
selama 1 jam, 2 jam, dan 4 jam. Masing – masing
sebanyak 2 sampel untuk masing – masing kualitas High
Grade dan Low Grade;
14. Setelah proses pengovenan selesai sesuai dengan
interval waktu yang ditentukan, sampel dimasukan ke
dalam desikator selama 15 menit untuk proses
pendinginan dan vakum.
15. Menimbang kembali sampel untuk mendapatkan nilai
berat sampel setelah proses pengovenan.
16. Menghitung kadar air menggunakan rumus dan data –
data yang sudah didapatkan.
38
9. Kadar V.M Sebenarnya = Kadar V.M Semu – Kadar Air
(Inherent Moisure)
Berat Berat
Berat
setela sesuda Lama Kada
sebelu
Kode Sampel h h percobaa r Air
m oven
oven furance n (%)
(gr)
(gr) (gr)
BB/HighGrade/
100 96,1 88,6 2 jam 3,9
K4
BB/HighGrade/
100 95 75 2 jam 5
K3
BB/LowGrade/
100 95 65 2 jam 5
K3
- K.4
100−96,1
Kadar Air (IM) = 𝑥 100% = 3,9%
100
39
- K.3(LowGrade)
100−95
Kadar Air (IM) = 𝑥 100% = 5%
100
- K.3(HighGrade)
100−95
Kadar Air (IM) = 𝑥 100% = 5%
100
- BB/HighGrade/K.4
96,1−88,6
Kadar v.m = 𝑥 100% → 7,80%
96,1
- BB/LowGrade/K.3
95−75
Kadar v.m = 𝑥 100% → 21,05%
95
- BB/HighGrade/K.3
95−65
Kadar v.m = 𝑥 100% → 30,57%
95
- BB/HighGrade/K.4
Kadar v.m sebenarnya = 7,80% - 3,9% = 3,9%
- BB/HighGrade/K.3
Kadar v.m sebenarnya = 30,54% - 5% = 25,53%
- BB/LowGrade/K.3
Kadar v.m sebenarnya = 21,05% - 5% = 16,05%
40
Kadar abu = (berat sisa pembakaran )/(berat sampel kering )
x 100%
- BB/HighGrade/K.4
Kadar abu = (88,6 )/(96,1 ) x 100% = 92%
- BB/HighGrade/K.3
Kadar abu = 65/(95 ) x 100% = 68%
- BB/LowGrade/K.3
Kadar abu = 75/(95 ) x 100% = 78%
Nilai Nilai
Nilai
Kode Sampel Kadar VM
VM
Air Semu
BB/HighGrade/K4 3,9% 7,80% 3,9%
BB/HighGrade/K3 5% 31,57% 25,53%
BB/LowGrade/K3 5% 21,05% 16,05%
41
Gambar 2 Tabel Klasifikasi Batubara dengan Rank
(ASTM D 388)
Rank
Nilai Nilai Sampel
Nilai
Kode Sampel Kadar VM Batubara
VM
Air Semu (berdasarkan
nilai VM)
BB/HighGrade/K4 3,9% 7,80% 3,9% Anthracite
Medium
BB/HighGrade/K3 5% 21,05% 25,53% Volatile
Bituminous
Low Volatile
BB/LowGrade/K3 5% 31,57% 16,05%
Bituminous
42
Dari hasil tersebut maka dapat ditentukan nilai dari fixed
karbon dari sampel batubara sesuai dengan rank batubara
yang ada pada tabel ASTM Coal Rank. Dengan asumsi
mengambil nilai terbawah dari range fixed carbon dalam tabel.
Nilai Fixed
Rank
Carbon
Sampel
Nilai berdasarkan
Kode Sampel Batubara
VM Rank
(berdasarkan
Batubara
nilai VM)
(%)
BB/HighGrade/K4 3,9% Anthracite 92
Medium
BB/HighGrade/K3 25,53% Volatile 69
Bituminous
Low Volatile
BB/LowGrade/K3 16,05% 78
Bituminous
- K.4(HG)
92% = 100% - (3,9% + 3,9% + (ash)%)
Ash = 0,2%
- K.3(HG)
69% = 100% - (5% + 25,53% + (ash)%)
43
Ash = 0,47%
- K.3(LG)
78% = 100% - (5% + 16,05% + (ash)%)
Ash = 0,95%
- K.4(HG)
Ash (g) = 0,2% x 100 gr = 0.2 gr
- K.3(HG)
Ash (g) = 0,47% x 100 gr = 0.47 gr
- K.3(LG)
Ash (g) = 0,95% x 100 gr = 0.95 gr
44
- K.3 (HG) = Termasuk kedalam batubara Kelas Medium
Volatile Bituminus, dengan nilai volatile matter (16,05%),
kadar abu (0,4%), dan nilai fixed carbon (69%).
- K.3 (LG) = Termasuk kedalam batubara Kelas Low Volatile
Bituminus, dengan nilai volatile matter (25,53%) yang,
kadar abu (0,9%), dan nilai fixed carbon (72%).
1. Desikator
2. Oven
3. Crucible
4. Furnace
5. Neraca Digital
6. Alat Pelindung Diri (untuk proses memasukan crucible ke
dalam furnace)
7. Nampan
Bahan :
45
- Sampel Batubara
46
20. Lakukan perbandingan hasil pengujian dengan
menggunakan tabel ASTM untuk mengetahui klasifikasi
dari jenis batubara.
3.4.3. Data dan Pembahasan
• Perhitungan coal blending
Diketahui:
- Batubara high grade = 1,3%
- Batubara low grade = 5%
- Target = 10gr (berat), 4% (kadar air)
Maka (HG) = p, (LG) = (10-p)
Persamaan:
10 x 4 = p x 1,3 + (10-p) 5
40 = 1,3 p + 50 – 5p
10 = 3,7 p
10
p = 3,7
47
Perhitungan kadar air:
𝑔𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑔𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Kadar air (IM) = 𝑥 100%
𝑔𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙
10−9,6
Kadar air (IM) = 𝑥 100% = 𝟒%
10
48
• Data sampel K.01 (Fixed carbon)
Kadar air (IM) = 4%
Kadar zat terbang sebenarnya (VM) = 19,125%
Kadar abu (ash) = 0,54%
Perhitungan Fxed carbon:
FC = 100% - (VM + Ash + VM)
FC = 100% - (4% + 0,54% + 19,125%)
FC = 76,335%
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat diketahui
bahwa sampel batubara yang digunakan tersebut merupakan
batubara golongan/kelas bituminus, karena memiliki nilai
volatile matter 19,125%, kadar abu 0,54%, dan fixed carbon
76,335%, dan memiliki nilai kalori 8640-8741 (sesuai dengan
tabel klasifikasi batubara). Semakin tinggi nilai fixed carbon
dari suatu batubara maka bisa dikatakan semakin tinggi juga
grade batubara nya, serta semakin tinggi nilai kalori yang
didapatkan.
49
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.1.1. Analisis dan Preparasi Batubara (PSDMBP)
Berdasarkan hasil hasil dan pembahasan, dapat diketahui
alat alat apa saja yang digunakan dalam kegiatan uji
laboratorium yaitu dalam menganalisis kimia dan fisika (nilai
kalori, analisis ultimat, analisis proximate, relative density dan
total sulfur) adapun kita mengetahui untuk preparasi kimia dan
fisika juga. Selain mengetahui alat di praktikum ini kita
mengetahui juga prosedur atau langkah-langkah dalam
mencari komposisi maseral barubara dan mengukur tingkat
kematangan barubara.
50
Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan tersebut
dapat diketahui bahwa nilai kadar air berbading lurus dengan
lama waktu pengovenan. Semakin lama proses pengovenan
akan semakin kering permukaan partikel batubara yang
menyebabkan nilai kadar air semakin meningkat pada interval
waktu yang lebih lama.
51
• K.3 (HG) = Termasuk kedalam batubara Kelas Medium
Volatile Bituminus, dengan nilai volatile matter (16,05%),
kadar abu (0,4%), dan nilai fixed carbon (69%).
• K.3 (LG) = Termasuk kedalam batubara Kelas Low Volatile
Bituminus, dengan nilai volatile matter (25,53%) yang,
kadar abu (0,9%), dan nilai fixed carbon (72%).
52
• Nilai perbandingan coal blending yang didapatkan sudah
sesuai dengan target kadar air yang diinginkan yaitu (4%).
• Lalu berdasarkan perhitungan dan pembahasan diatas,
dapat diketahui bahwa sampel batubara yang digunakan
tersebut merupakan batubara golongan/kelas bituminus,
karena memiliki nilai volatile matter 19,125%, kadar abu
0,54%, dan fixed carbon 76,335%, dan memiliki nilai kalori
8640-8741 (sesuai dengan tabel klasifikasi batubara).
Semakin tinggi nilai fixed carbon dari suatu batubara maka
bisa dikatakan semakin tinggi juga grade batubara nya,
serta semakin tinggi nilai kalori yang didapatkan.
53
DAFTAR PUSTAKA
ASTM Standard D5865-13 Standard Test Method For Gross Calorific Value
Of Coal And Coke.
54
Hilmi, A. (2021). Analisis Proksimat, Kandungan Sulfur dan Nilai Kalor
dalam Penentuan Kualitas Batubara. Indonesian Journal of
Engineering, 85-94.
Kozlov, A., Svishchev, D., Donskoy, I., Shamansky, V., & Ryzhkov, A.
(2015). A technique proximate and ultimate analysis of solid fuels
and coal tar. Journal of Thermal Analysis and Calorimetry, 122(3),
1213–1220. https://doi.org/10.1007/s10973-015-5134-7
Singh, A., Jain, D., Upadhyay, M. K., Khandelwal, N., & Verma, H. N. (2010).
Green synthesis of silver nanoparticles using Argemone
mexicana leaf extract and evaluation of their antimicrobial
activities. Dig J Nanomater Bios, 5(2), 483-489.
55
LAMPIRAN
Gambar 7 Furnace
56
Gambar 14 Mould Untuk Wadah
Proses Kominusi
Gambar 15 Ember
57
Gambar 18 Proses Kominusi
58
Gambar 26 Proses Analisa
Gambar 25 Proses Pengujian Vitrinite Batubara
Total Sulfur
59
60
61
62
63