Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH


Mata Pelajaran: PAI
Guru Mapel : Ust.Abdul Mukhlis

Disusun oleh :

Kelompok 3 : -Reno Radita


-Ahmad Firmansyah
-Wahyu Ramadhani
-Lukmanul Hakim

SMA ISLAM TERPADU


JABALNOOR

2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita haturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada
terkira besarnya, Tak lupa shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke
alam yang terang benderang, dari alam jahiliyah menuju ke alam yang penuh berkah
ini.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada UST.Abdul Mukhlis selaku


Guru Mata Pelajaran PAI Dan kami juga mengucapkan terima kasih. kami pun
mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang kami kutip tulisannya sebagai
bahan rujukan penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Tata Cara Pengurusan Jenazah”

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca khususnya buat kami tim penyusun. Amin
ya Robbal alamin

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-
baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam
sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu,
menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia
mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup. Untuk
lebih jelasnya 4 persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan
dalam penjelasan berikut ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian jenazah?
2. Bagaimana tata cara memandikan jenazah?
3. Bagaimana tata cara mengkafani jenazah?
4. Bagaimana tata cara menshalatkan jenazah?

5. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui apa pengertian jenazah
2. Untuk mengetahui bagaimana tata cara memandikan jenazah
3. Untuk mengetahui bagaimana tata cara mengkafani jenazah
4. Untuk mengetahui bagaimana tata cara menshalatkan jenazah
5. Untuk mengetahui bagaimana tata cara menguburkan jenazah

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Jenazah

Kata jenazah diambil dari bahasa Arab (‫ )ذح جن‬yang berarti tubuh mayat dan kata
‫ ذ جن‬yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat
yang tertutup

Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin,


khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah.

Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal yang
harus dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu :

1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.


2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.
3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu
supaya mulutnya tidak menganga/terbuka.

4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan badannya


diselubungi dengan kain.

5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan handai


tolannya.

6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.


7. Segerakanlah fardu kifayahnya.

Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada


empat macam, yaitu :

1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah

2
3. Mensalatkan jenazah
4. Menguburkan jenazah

2.2. Memandikan Jenazah

Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan
dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati
syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah
fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat
itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh
mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat
dalam sebuah hadist Rasulullah SAW, yakninya:

‫ قا سلم و عليه ا هلل صلى لنبي ا ن ا س عبا بن ا عن مسلم) لبخرو ا رواه( ر سد ء و بما‬:‫فماته حل ر ا عن سقط ي لذ ا فى ل‬
‫ه غسلوت ا‬

Artinya : “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda tentang orang
yang jatuh dari kendaraannya lalu mati, “mandikanlah ia dengan air dan
daun bidara.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang
perlu diperhatikan yaitu :

5. Orang Yang Utama Memandikan Jenazah


a. Untuk mayat laki-laki
Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang
yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya
dan istrinya.

3
b. Untuk mayat perempuan
Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya,
keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.

c. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan


Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan
sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.

d. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya


hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-
laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak
mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup
ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis

tangan.[3] Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yakninya :

‫ليس ء النسا مع جل لر و ا ها غير أ ة مر ا معحم ليس ل جا لر ا مع أ ة لمر ا تت ما اذ بو ه رواه( ء لما ا يجد لم من لة بمنز‬
‫هما فنا ن و يد و ييممان نهما فأ غيره جل ر معهن لبيحقى) و ا داود‬

Artinya : “Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada
perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-perempuan
dan tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu ditayamumkan, lalu
dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.” (H.R
Abu Daud dan Baihaqi)

6. Syarat Bagi Orang Yang Memandikan Jenazah


a. Muslim, berakal, dan baligh
b. Berniat memandikan jenazah
c. Jujur dan sholeh
d. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan
memandikannya sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu menutupi
aib si mayat.

4
7. Mayat Yang Wajib Untuk Dimandikan
a. Mayat seorang muslim dan bukan kafir
b. Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal
tidak dimandikan

c. Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan


d. Bukan mayat yang mati syahid

8. Tatacara Memandikan Jenazah


Berikut beberapa cara memandiakan jenazah orang muslim, yaitu :

a. Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu segala


sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan mandinya, seperti:

1. Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup.


2. Air secukupnya.
3. Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian.
4. Sarung tangan untuk memandikan.
5. Potongan atau gulungan kain kecil-kecil.
6. Kain basahan, handuk, dll.
b. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya
tidak kelihatan.

c. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.


d. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.
e. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan
perutnya perlahan-lahan.

f. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.


g. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut
jenazah, gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan.

h. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah

5
i. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir
dicampur dengan wangi-wangian.

j. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota


tubuhnya.
k. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya
itulah yang wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam
bilangan ganjil.

l. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai
badannya, wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di
atas kafan tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang
najis itu saja.

m. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan


menyulur kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan
dengan handuk dan dikepang.

n. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak


membasahi kain kafannya.

o. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak


mengandung alkohol.

2.3. Mengkafani Jenazah

Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu


yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah
muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.

1. Hal-hal Yang Disunnahkan dalam Mengkafani Jenazah adalah :

6
a. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan
menutupi seluruh tubuh mayat.

b. Kain kafan hendaknya berwarna putih.


c. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi
mayat perempuan 5 lapis.

d. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah,


kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.

e. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

2. Tata Cara Mengkafani Jenazah Adalah Sebagai Berikut :

A. Untuk Mayat Laki-Laki


a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih
lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.

b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan


diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.

c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang


mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung
lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi
selembar dengan cara yang lembut.

e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain


kafan tiga atau lima ikatan.

f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka
tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup
dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain.
kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa
saja yang ada.

B. Untuk Mayat Perempuan


7
Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang
terdiri dari:
a. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
b. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
c. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
d. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
e. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:


a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing
bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan
tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi
dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.

b. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran


dengan kapas.

c. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.


d. Pakaikan sarung.
e. Pakaikan baju kurung.
f. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
g. Pakaikan kerudung.
h. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan
kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.

i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

2.4 Menshalatkan Jenazah

Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah fardhu


kifayah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi :

‫جه) ما ابن رواه( كم تا مو على ا صلو‬

8
Artinya : “Shalatilah orang yang meninggal dunia diantara kamu”

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat jenazah,
yaitu :
a. Jenazah diletakkan di arah kiblat( di depan imam apabila berjama’ah atau di
depan orang yang mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya
sebelah kanan dan kaki sebelah kiri imam.

b. Pada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah, sedangkan
apabila jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan pinggang
jenazah.

c. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut,
kemudian berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.

1. Rukun Shalat Jenazah Ialah :


a. Berniat menshalatkan jenazah.
b. Takbir empat kali.
c. Berdiri bagi yang kuasa.

2. Tata Cara Melakukan Shalat Jenazah adalah sebagai berikut :

1. Niat shalat jenazah


Niat shalat jenazah dilakukan dalam hati serta ikhlas karena Allah SWT.
Sebelum shalat jenazah dilakukan maka kepada imam dan seluruh makmum
hendaknya berwudhu dan menutup aurat. Untuk menyalatkan mayat laki-laki
imam berdiri sejajar dengan kepala si mayat, sedangkan untuk mayat
perempuan, imam berdiri di tengah-tengah sejajar pusat si mayat.

Lafal niat shalat jenazah :


a. Untuk mayat laki-laki

9
‫ما مو مأ ية كفا ض فر ا ت تكبير بع ار لميت اا هذ على صلىا‬/ ‫لى هلل تعا ما ما ا‬

“Sengaja aku berniat shalat atas mayat laki-laki empat takbir fardhu kifayah
menjadi makmun/imam karena Allah ta’ala”

b. Untuk mayat perempuan


‫ما مو مأ ية كفا ض فر ا ت تكبير بع ار لميتة اا هذ على صلىا‬/ ‫لى هلل تعا ما ما ا‬

“Sengaja aku berniat shalat atas mayat perempuan empat takbir fardhu kifayah
menjadi makmun/imam karena Allah ta’ala”

2. Takbir 4 kali
a. Takbir pertama dimulai dengan mengangkat tangan dan membaca AlFatihah.

Artinya:
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang,
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,
4. Yang menguasai di hari Pembalasan,
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah
kami meminta pertolongan,

6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,


7. (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat.

b. Takbir kedua dan membaca shalawat

‫براهيم ا ل ا على و هيم ا بر ا على صليت كما محمد ا ل على و محمد على صل للهما هيم بر ا ل ا على و هيم ا‬
‫ حميد نك ا لمين ا لعا فى‬.‫بر ا على كت ر با كما محمد ا ل على و محمد على رك باو مجيد‬

Artinya : “Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan


keluarganya, sebagaimana engkau telah
10
memberikan kesejahteraan kepada Ibrahim dan keluarganya.
Berkatilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana engkau
telah memberkati Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya
Engkau Maha terpuji lagi bijaksana”

c. Takbir ketiga dan membaca do’a untuk si mayat

‫له نز م كر و ا )ها( عنه عف و ا فه(ها) عا و )ها( حمه و ا ر )ها( له غفر ا للحما كم يا لخطا ا من )ها( د و‬
‫نقه بر و ثلج بما ء و )ها( غسله و ا )ها( خله مد ووس†ع ) ه††ا ( ا من خ††يرا هال و ا )ه††ا( ر ه دا من خ††يرا را‬
‫ لن††ا ب ا ع††ذا و لق††بر ب ا ع††ذا من )ه††ا( ه عن††ذ و ا لجن††ة‬.‫دا )ه††ا( ل††ه ب††د و ا نس ل††د ا من ا لث††و ب ينقى ر‬
‫ا )ها( ادخله و )ها( هله‬
Artinya : “Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia dan
sentosakanlah dia, muliakan tempatnya, lapangkanlah
kuburnya, sucikanlah dia dengan air embun dan es, sucikanlah
dia dari kesalahannya, sebagaimana sucinya kain putih dari
kotoran. Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih baik
daripada rumahnya, dan gantikan keluarganya dengan
keluarga yang lebih baik, masukkan ia kedalam syurga, dan
jauhkan ia dari siksa kubur dan siksa neraka.”

d. Takbir keempat lalu diam sejenak dan membaca do’a

)‫ها( له و لنا غفر و ا )ها( ه بعد تفتنا وال )ها( ه جر ا منا تحر ال للحما‬
Artinya : “Ya Allah janganlah Engkau tahan untuk kami pahalanya dan
janganlah engkau tinggalkan fitnah untuk kami
setelah kepergiannya”

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah
dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
11
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah :
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan

Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain :
1. Memperoleh pahala yang besar.
2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.

4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati


dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.

12

Anda mungkin juga menyukai