Jurnal Kie Pencegahan Seksual Pranika Pada Remaja

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN: 2089-1172 (Media Cetak)

Vol. 8, No 1, pp. 33-43 33

Komunikasi, Informasi Dan Edukasi (KIE) Meningkatkan Pengetahuan Tentang


Pencegahan Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja

Rima Novianti1, Atik Hodikoh2, Natsir Nugroho3

1. Dosen di STIKes Kharisma Karawang


2. Dosen di POLTEKKES KEMENKES Bandung
3. Dokter Obstetri dan Ginekologi di RS Islam Pondok Kopi Jakarta
rimater15@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: SDKI (2012), menyatakan 4.5 juta remaja pernah melakukan hubungan seksual
pranikah dan meningkat setiap tahunnya. Semakin meningkatnya kasus kehamilan di luar nikah, aborsi
dan penyakit menular seksual akibat hubungan seks bebas pada remaja yang disebabkan ketidaktahuan
mengenai kesehatan reproduksi dan dampak dari perilaku seksual pranikah. Remaja akan tetap
menganggap perilaku seksual pranikah sebagai misteri, karena pendidikan dan informasi yang telah
didapatkan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan dampak perilaku seksual pranikah tidak membuat
remaja menghindar dati perilaku seksual pranikah. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui pengaruh
komunikasi, informasi dan edukasi terhadap pengetahuan mencegah perilaku seksual pranikah. Metode:
Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment pre-post test with control group. Sampel penelitian
ini adalah siswa/ siswi SMA dengan jumah 68 responden untuk dua kelompok (kelompok intervensi= 34
dan kelompok kontrol= 34). Hasil: penelitian menunjukkan ada pengaruh antara KIE terhadap
pengetahuan mencegah perilaku seksual berisiko dengan p=0.000. Kesimpulan: Ada pengaruh
pemberian KIE terhadap pengetahuan mencegah perilaku seksual pranikah. KIE dapat menjadi salah satu
intervensi keperawatan maternitas dalam kesehatan reproduksi remaja.
Kata kunci: komunikasi, informasi dan edukasi, perilaku seksual pranikah, remaja

ABSTRACT
Background and Objective: SDKI results (2012), 4.5 million teens has premarital sexual intercourse and
increase every year. Adolescent indifference about reproductive health and the impact of premarital
sexual behavior has led to an increase in cases of unmarried pregnancy, abortion and sexuall transmitted
disease. Adolescent will still consider that premarital sexual behavior as a mystery, becase education and
information that teens have gained about reproductive health and the impact of premarital sexual
behavior do not make teenagers avoid from premarital sexual behavior. The goal of the research is to
know the influence of communication, information and education towards the premarital sexual behavior.
Method: The method use in this study is quasi experimental pre-post test with control group. Sample on
this study is 68 respondence for two group (control and experimental). Result: The research indicates
there are influences between the IEC with the knowledge, attitudes and skill prevent risky sexual
behavior with p value=0.000, multivariat data processing results shows communication with the parents
and the influence of peer is an influential factor against risky sexual behavior skills in teenagers, if the
communication with the parents increased by 1, then risky sexual behavior skills will increased 1.239. if
the influence of peers increased by 1, then risky sexual behavior skills will increase 2.141. Conclusion:
There is the influence of the giving IEC to knowledge, atitude and skills prevent risky sexual behavior.
IEC can be one of maternity nursing interventions in adolescent reproductive health.
Key word: communication, information and education, premarital sexual behavior, teenagers.

PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa transisi psikologi maupun sosial. Perubahan
dari anak-anak menjadi dewasa, pada fisik yang menonjol adalah
periode ini berbagai perubahan terjadi perkembangan tanda-tanda seks
baik perubahan hormonal, fisik, sekunder, serta perubahan perilaku dan
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN: 2089-1172 (Media Cetak)
Vol. 8, No 1, pp. 33-43 34

hubungan sosial dengan lingkungannya Perilaku seks pranikah mengakibatkan


(Batubara, 2010). Perubahan fisik dan risiko: terjadinya kehamilan yang tidak
fungsi fisiologi pada remaja, diinginkan, putus sekolah, aborsi,
menyebabkan daya tarik terhadap lawan penyakit menular seksual, tekanan
jenis yang mengakibatkan timbulnya psikososial yang timbul karena perasaan
dorongan seksual dan rasa ketertarikan bersalah telah melanggar aturan agama
terhadap lawan jenis (Kusmiran, 2011). dan takut diketahui oleh orangtua dan
masyarakat (Handayani, 2009).
Remaja menghadapi dua masalah besar:
(1) masalah internal, hasrat seksual Penelitian Ayuningtyas (2011),
mulai mendorong untuk terpenuhi; (2) menyatakan bahwa upaya yang
masalah eksternal, lingkungan tempat dilakukan dalam menanggulangi
remaja berkiprah (Lestari, 2007). perilaku kenakalan remaja dapat
dikelompokkan menjadi tindakan
Badan Pusat Statistik (BPS), Bappenas pencegahan (preventif), pengentasan
dan UNFPA tahun 2010, menyatakan (curative), pembetulan (corrective), dan
bahwa 63 juta jiwa remaja di Indonesia penjagaan atau pemeliharaan
rentan berperilaku tidak sehat. Hasil (preservative). Usaha-usaha tersebut
penelitian BNN dan UI tahun 2012 ada dapat dilakukan dengan cara: usaha di
sebanyak 3,8 – 4,2 juta remaja yang lingkungan keluarga, usaha di
menggunakan narkoba. Data hubungan lingkungan sekolah, usaha di
seksual pranikah berdasarkan SDKI lingkungan masyarakat.
tahun 2007 sebesar 3,7% mengalami
peningkatan sebesar 4,5% di tahun SDKI (2012), menjelaskan sebesar 45%
2012. Hasil penelitian Pusat Studi UGM remaja memperoleh informasi dari
tahun 2012 menemukan bahwa 90% teman sekolah, dari guru sebesar 12,8%,
pemeran dalam video porno berasal dari dari petugas kesehatan sebesar 8,7%
kalangan pelajar dan mahasiswa. dan dari orang tua sebesar 6,8%. Hasil
survei menyatakan bahwa remaja laki-
Hasil survei menyatakan alasan laki usia 15-19 tahun menyukai sumber
hubungan seksual pranikah sebagian informasi kesehatan reproduksi
besar karena penasaran/ ingin tahu diperoleh dari teman sebaya dan guru,
sebesar 57,5%, terjadi begitu saja sedangkan remaja perempuan menyukai
sebesar 38% dan dipaksa oleh pasangan sumber informasi dari ibu, teman
sebesar 12,6% (Infodatin Kemenkes RI, sebaya dan tenaga kesehatan dan dari
2014). SDKI (2012), menyatakan tokoh agama. Sosialisasi pemahaman
pengetahuan remaja mengenai tentang makna hakiki cinta dan perlunya
perempuan dapat hamil dengan satu kali kurikulum kesehatan reproduksi di
berhubungan seksual sebesar 64,7% sekolah sangat perlu sebagai salah satu
remaja perempuan dan 68,8% remaja alternatif yang dapat ditempuh untuk
laki-laki. memfilter perilaku destruktif seksual
remaja.
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN: 2089-1172 (Media Cetak)
Vol. 8, No 1, pp. 33-43 35

tujuan untuk meningkatkan


Survei yang dilakukan di Karawang, kewaspadaan, perubahan sikap ke
Sukabumi, Tasikmalaya tahun 2012 perilaku yang sehat. Maksud dari KIE
menunjukkan bahwa 60% responden adalah membagi informasi dan ide
perempuan usia 15-24 tahun telah dengan cara pendekatan yang sensitif
menerima pendidikan kesehatan dan dapat diterima oleh masyarakat.
reproduksi, namun 70% menyatakan Pelaksanaan komunikasi, informasi dan
materi yang diberikan adalah bahaya edukasi mengenai perilaku seksual
dari seks. pranikah pada remaja harus segera
dilaksanakan agar angka kejadian akibat
Hasil penelitian Chi, Xinli (2015) perilaku seks pranikah dapat menurun
menyimpulkan bahwa ada efek yang dan remaja dapat mengontrol diri untuk
signifikan pada program pendidikan tidak melakukan perilaku seksual
kesehatan seksual termasuk kesehatan pranikah.
reproduksi, kontrasepsi, penggunaan
kondom, dan HIV/ AIDS serta adanya METODE
perubahan perilaku positif setelah Desain yang digunakan pada penelitian
diberikan edukasi. Penelitian Sunarti, ini yaitu desain quasy experiment pre-
Winarni tahun 2009 di Blitar diketahui post test with control group, dengan
36,2% sangat butuh, 36,2% butuh, sampel 68 siswa SMA yang terbagi
24,8% tidak butuh, 2,9% sangat tidak dalam dua kelompok (kelompok
butuh terhadap pelayanan komunikasi intervensi = 34, kelompok kontrol =
informasi dan edukasi kesehatan 34). Analisis data statistik bivariat
reproduksi remaja. menggunakan uji statistik paired t test
dan independent t test.
Komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) pada program kesehatan memiliki

Hasil Penelitian
Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol Tahun 2017 (N = 68)
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
Laki-Laki 38 55.9
Perempuan 30 44.1
Agama
Hindu 1 1.5
Katolik 1 1.5
Kristen 4 5.9
Islam 62 91.2
Suku
Sunda 47 69.1
Jawa 15 22.1
Cina 5 7.4
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN: 2089-1172 (Media Cetak)
Vol. 8, No 1, pp. 33-43 36

Minang 1 1.5
Usia Berpacaran
< 10 tahun 34 50.0
> 10 tahun 34 50.0
Komunikasi Orangtua
Tidak Baik 27 39.7
Baik 41 60.3
Pengaruh Teman
Tidak Baik 40 58.8
Baik 28 41.2
Diketahui bahwa mayoritas siswa tahun/ >10 tahun 34 responden (50%),
berjenis kelamin laki-laki 38 responden memiliki komunikasi orangtua yang
(55.9%), beragama Islam 62 responden baik 41 responden (60.3%), dan
(91.2%), berasal dari suku Sunda 47 pengaruh teman tidak baik 40 responden
responden (69.1%), usia berpacaran <10 (58.8%).

Tabel 2. Rerata Pengetahuan Mencegah Perilaku Seksual Berisiko sebelum dan


sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (N=68)
Kelompok Variabel Mean P-Value
Pengetahuan
Kontrol
Pre test 11,55
0,895
Post test 11,54

Pengetahuan
Intervensi
Pre test 10,44
0,000
Post test 11,55

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai sesudah dilakukan KIE < 0.05, sehingga
pvalue variabel pengetahuan (0.000), dapat disimpulkan bahwa terdapat
mencegah perilaku seksual berisiko perbedaan yang signifikan antara
pada kelompok intervensi sebelum dan pengetahuan sebelum dan sesudah KIE.

Tabel. 3 Rerata Perubahan Pengetahuan Mencegah Perilaku Seksual Berisiko


Setelah Intervensi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Variabel Mean P-Value
Pengetahuan
Intervensi 11.55 0.000
Kontrol 11.54
Tabel diatas menunjukkan terdapat berisiko pada kelompok intervensi
perbedaan yang signifikan antara setelah KIE, nilai p=0.000 < 0.05.
pengetahuan mencegah perilaku seksual

Tabel 4. Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin, Agama, Suku, Usia Pertama Kali
Pacaran, Komunikasi Dengan Orang Tua Dan Pengaruh Teman Sebaya dengan
Pengetahuan (N=34)
Variabel Dependent Variabel Counfounding Mean P Value
Pengetahuan Perempuan 11.60 0.719
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN: 2089-1172 (Media Cetak)
Vol. 8, No 1, pp. 33-43 37

Laki-laki 11.50
Hindu 12.00 0.787
Katolik 11.00
Kristen 12.00
Islam 11.51
Sunda 9.17 0.885
Jawa 8.80
Tioghoa 7.80
Minang 9.00
Usia < 10 Tahun 11.64 0.455
Usia > 10 Tahun 11.44
Komunikasi baik 11.68 0.213
Komunikasi kurang baik 11.33
Pengaruh teman baik 11.78 0.140
Pengaruh teman kurang 11.37
Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
peningkatan pengetahuan remaja
diperoleh karena intervensi.

Pembahasan
Pengetahuan Mencegah Perilaku pencegahan untuk menanggulangi
Seksual Berisiko Sebelum dan perilaku seksual pranikah adalah
Sesudah dilakukan KIE pemberian KIE. Hal ini sesuai dengan
Komunikasi, informasi dan edukasi hasil penelitian Chi, Xinli (2015) yang
(KIE) mempengaruhi peningkatan menyimpulkan bahwa ada efek
pengetahuan seseorang terhadap sesuatu signifikan pada program pendidikan
hal, demikian halnya dengan kesehatan seksual terhadap pengetahuan
pengetahuan remaja tentang perilaku dan perubahan perilaku.
berisiko. Pengetahuan remaja akan
mempengaruhi pandangannya terhadap Pengetahuan remaja tentang kesehatan
perilaku berisiko termasuk perilaku reproduksi perlu untuk lebih dipahami
seksual pranikah pada remaja, hasil oleh remaja karena awal dari perilaku
peneltian ini menunjukkan ada seksual ini diawali oleh pengetahuan
pengaruh KIE terhadap pengetahuan yang kurang dan akan berdampak serius
mencegah perilaku berisiko. Penelitian bagi perkembangan remaja.
ini sejalan dengan hasil penelitian Pengetahuan merupakan domain yang
sebelumnya dari Ayuningtyas (2011), sangat penting dalam membentuk
yang menyebutkan bahwa upaya yang perilaku seseorang. Berdasarkan
dilakukan dalam menanggulangi pengalaman dan penelitian terbukti
perilaku kenakalan remaja dapat bahwa perilaku yang didasari oleh
dikelompokkan menjadi tindakan pengetahuan akan lebih langgeng dari
pencegahan (preventif), pengentasan pada perilaku yang tidak didasari oleh
(curative), pembetulan (corrective), dan pengetahuan (Notoadmodjo, 2010).
penjagaan atau pemeliharaan
(preservative). Salah satu tindakan
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN: 2089-1172 (Media Cetak)
Vol. 8, No 1, pp. 33-43 38

Menurut Amrillah (2007), semakin Sehingga semakin baik pengetahuan


tinggi pengetahuan kesehatan tentang kesehatan reproduksi maka
reproduksi yang dimiliki remaja maka semakin baik perilaku seksualnya.
semakin rendah perilaku seksual Handayani (2007) dalam penelitiannya,
pranikahnya, sebaliknya semakin bahwa adanya pengetahuan tentang
rendah pengetahuan kesehatan manfaat sesuatu hal dapat
reproduksi yang dimiliki remaja maka mempengaruhi niat untuk ikut dalam
semakin tinggi perilaku seksual suatu kegiatan. Sehingga semakin baik
pranikahnya. Pengetahuan seksualitas pengetahuan responden tentang
yang baik dapat menjadikan remaja kesehatan reproduksi maka akan
memiliki tingkah laku seksual yang semakin baik pula perilaku seksualnya.
sehat dan bertanggung jawab. Hasil penelitian Irmawaty (2013),
menyimpulkan faktor paling
Pemahaman yang keliru mengenai mempengaruhi siswa melakukan
seksualitas pada remaja menjadikan hubungan seks pranikah yaitu, bila
mereka mencoba untuk bereksperimen sudah punya pacar, pasangan bersikap
mengenai masalah seks tanpa setuju dengan hubungan seks pra nikah
menyadari bahaya yang timbul dari dan teman turut mendorong untuk
perbuatannya, dan ketika permasalahan melakukan seks pra nikah. Sikap
yang ditimbulkan oleh perilaku seksnya responden sebagian besar berada pada
mulai bermunculan, remaja takut untuk sikap baik namun didapatkan perilaku
mengutarakan permasalahan tersebut seksual pranikah tidak sesuai batas
kepada orang tua. Pengetahuan toleransi, artinya sikap responden baik
kesehatan reproduksi yang diterima oleh belum semuanya mendukung untuk
remaja dari sumber yang benar dapat tidak melakukan perilaku seksual
menjadikan faktor untuk memberikan pranikah untuk itu diperlukan
dasar yang kuat bagi remaja dalam penegasan sikap “menolak” dan sikap
menyikapi segala perilaku seksual yang ini didukung oleh kelompok tempat
semakin menuju kematangan. mahasiswa berinteraksi.
Pengetahuan kesehatan reproduksi dapat
menjadikan remaja memiliki sikap dan Hasil akhir setelah dilakukan KIE
tingkah laku seksual yang sehat dan diharapkan responden tidak melakukan
bertanggung jawab. seks pranikah. bila keadaan ini dapat
dicapai maka perilaku promosi
Notoatmodjo (2010), mengatakan kesehatan sesuai dengan teori promosi
bahwa pengetahuan dan perilaku sangat kesehatan Nola J Pender akan tercapai.
berkaitan erat. Pengetahuan akan segi Namun mengingat responden adalah
manfaat dan akibat buruk sesuatu hal remaja yang sedang mencari informasi
akan membentuk sikap, kemudian dari seluas-luasnya, jati diri dan peningkatan
sikap itu akan muncul niat. Niat yang hormon maka dukungan sosial dari
selanjutnya akan menentukan apakah keluarga, pengaruh teman sebaya sangat
kegiatan akan dilakukan atau tidak. diperlukan.
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN: 2089-1172 (Media Cetak)
Vol. 8, No 1, pp. 33-43 39

pengajian dan seminar keagamaan,


Hubungan Jenis Kelamin dengan berkumpul/mencari teman-teman yang
pengetahuan mencegah perilaku tepat, dan menjalankan ibadah dan yang
seksual berisiko pengetahuan agamanya lebih tinggi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sehingga dapat mengingatkan kita jika
tidak ada hubungan antara jenis kelamin berbuat salah.
dengan pengetahuan mencegah perilaku
berisiko. Hasil penelitian ini sejalan Berdasarkan hasil penelitian Kresnawati
dengan WHO (2007) yang menyatakan (2007), ada hubungan positif antara
bahwa tidak ada hubungan antara jenis kecerdasan spiritual dengan kemampuan
kelamin dengan tingkat pengetahuan pemecahan masalah pada remaja. Hasil
mengenai kesehatan reproduksi dan analisis deskriptif diperoleh bahwa
dampak perilaku seksual pranikah. Hasil pemahaman tingkat agama
penelitian menunjukkan tidak ada menunjukkan bahwa kemampuan
hubungan jenis kelamin dengan sikap remaja dalam memahami dan
dan keterampilan mencegah perilaku mengetahui tentang agama seperti
berisiko. Hal ini sesuai dengan pacaran menurut agama, melakukan
penelitian Triratnawati yang seks pranikah menurut agama, dan
menunjukkan bahwa baik remaja laki- dampak perilaku seks pranikah menurut
laki dan remaja perempuan memiliki agama. Pemahaman tingkat agama yang
kecenderungan perilaku seksual karena baik pada remaja didukung oleh
peningkatan hormon pada masa remaja. pendidikan agama yang cukup dari
Akibatnya banyak remaja laki-laki yang keluarga, sekolah, dan lingkungan
agresif, terbuka, gigih, terang-terangan, masyarakat, dimana pendidikan agama
dan remaja perempuan mendapatkan selalu diberikan di sekolah sejak SD
pengalaman pertama hubungan seksual yang dimasukkan ke dalam pelajaran
pranikah dari pacarnya. kurikulum agama.

Hubungan Agama dengan Asumsi bahwa walalaupun secara


pengetahuan mencegah perilaku statistik didapat religiusitas tidak
seksual berisiko mempengaruhi perilaku seksual
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak pranikah, namun religiusitas dapat
ada hubungan antara agama mencegah memberi pengalaman berfikir untuk
perilaku seksual berisiko. Hasil pembentukan sikap untuk itu tetap
penelitian Salisa (2010), menyimpulkan diperlukan pendalaman iman.
bahwa remaja harus menanamkan pada
diri sendiri, dan keyakinan yang tulus Hubungan Suku dengan pengetahuan
untuk melaksanakan ajaran agama mencegah perilaku seksual berisiko.
secara utuh dan murni. Kesadaran Berdasarkan hasil penelitian ini
tersebut tentunya didukung dengan menunjukkan tidak ada hubungan antara
memperbanyak membaca buku-buku suku dengan pengetahuan mencegah
keagamaan, sering menghadiri acara perilaku berisiko. Menurut peneliti,
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN: 2089-1172 (Media Cetak)
Vol. 8, No 1, pp. 33-43 40

manusia lahir memiliki perilaku kematangan usia yang tidak dibarengi


masing-masing dan pada dasarnya tidak oleh kematangan psikologisnya maka
dapat diubah oleh orang lain melalui perilaku seksual pranikah akan sangat
pembelajaran apapun. Akan tetapi, mudah terjadi. Hal ini sesuai dengan
perilaku yang kurang baik harus diubah pendapat Imran (2007) usia kematangan
dan cara mengubahnya dengan belajar. seksual atau biologis remaja belum
Setiap suku bangsa memiliki hak diimbangi oleh kematangan psikososial,
kebebasan untuk mendapatkan yaitu memahami resiko perilaku dan
pendidikan dengan seutuhnya. Faktor siap menerimanya, kemampuan
yang mempengaruhi sikap: 1) mengelola dorongan dan kemampuan
pengalaman pribadi, 2) kebudayaan, 3) mengambil keputusan secara matang.
orang lain yang dianggap penting, 4) Akibatnya kadang-kadang rasa ingin
media massa. tahu, keinginan bereksplorasi dan
memenuhi dorongan seksual
Hubungan Usia pertama kali pacaran mengalahkan pemahaman tentang
dengan pengetahuan mencegah norma, kontrol diri, pemikiran rasional
perilaku seksual berisiko. sehingga timbul perilaku mencoba
Berdasarkan hasil penelitian ini untuk berhubungan seksual dan pada
menunjukkan tidak ada hubungan antara akhirnya menimbulkan ketagihan pada
usia pertama kali pacaran dengan remaja untuk dilakukan kembali.
pengetahuan perilaku seksual berisiko.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Hubungan Komunikasi orang tua
penelitian Setiawan (2008) yang dengan pengetahuan mencegah
menyimpulkan bahwa faktor yang perilaku seksual berisiko.
mempengaruhi perilaku seksual Berdasarkan hasil penelitian ini
pranikah antara lain waktu usia dari menunjukkan tidak ada hubungan antara
pubertas sampai menikah diperpanjang, komunikasi orang tua dengan
adanya kesempatan untuk melakukan pengetahuan. Orang tua adalah tokoh
perilaku seksual pranikah, paparan penting dalam perkembangan identitas
media massan tentang seks, kurangnya remaja. Hasil penelitian ini
informasi/ pengetahuan tentang seks, menunjukkan bahwa tidak ada
komunikasi yang kurang efektif dengan hubungan antara komunikasi orang tua
orang tua, mudah menemukan alat dengan pengetahuan remaja mengenai
kontrasepsi yang tersedia bebas dan kesehatan reproduksi. Hal ini sejalan
kurangnya pemahaman etika moral dan dengan hasil survei SDKI (2012), yang
agama. menjelaskan hanya sebesar 6.8% remaja
memperoleh informasi dari orang tua.
Menurut peneliti pacaran merupakan Hal ini disebabkan karena ketertutupan
aktivitas yang dianggap biasa oleh orang tua terhadap anak terutama
sebagian besar remaja kota, proses masalah seks yang dianggap tabu untuk
pacaran yang dilakukan remaja dibicarakan serta kurang terbukanya
dipengaruhi oleh faktor imitasi dan
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN: 2089-1172 (Media Cetak)
Vol. 8, No 1, pp. 33-43 41

anak terhadap orang tua karena anak karena informasi yang diberikan
merasa takut untuk bertanya. merupakan informasi yang informal.
Hal ini sesuai dengan penelitian
Hubungan Pengaruh teman sebaya Handayani (2009) yang menunjukkan
dengan pengetahuan mencegah tidak ada hubungan antara pengaruh
perilaku seksual berisiko. teman sebaya dengan pengetahuan.
Berdasarkan hasil penelitian ini
menunjukkan tidak ada hubungan antara Pergaulan teman sebaya dapat
pengaruh teman sebaya dengan. Hal ini mempengaruhi perilaku. Pengaruh
tidak sejalan dengan penelitian yang tersebut dapat berupa pengaruh positif
dilakukan oleh Widman (2016) yang dan pengaruh negatif. Pengaruh positif
menyimpulkan teman sebaya juga yang dimaksud adalah ketika individu
mempengaruhi pengetahuan seks pada bersama teman-teman sebaya
remaja. Menurut peneliti, pada usia melakukan aktifitas yang bermanfaat
remaja, kemampuan dalam menerima, seperti membentuk kelompok belajar
mengolah informasi didapat melalui dan patuh pada norma-norma dalam
proses kognitif. Informasi yang masyarakat. Sedangkan pengaruh
didapatkan remaja dari teman sebaya negative dapat berupa pelanggaran
tidak mempengaruhi pengetahuan terhadap norma-norma sosial.
remaja mengenai kesehatan reproduksi

Kesimpulan
Komunikasi, informasi dan edukasi perilaku seksual pranikah yang lebih
(KIE) mempengaruhi peningkatan mendalam.
pengetahuan seseorang terhadap sesuatu
hal, termasuk pengetahuan remaja Referensi
tentang perilaku berisiko hasil
penelitian menunjukkan bahwa KIE Alligood, Martha Raile. (2014). Nursing
mempengaruhi pengetahuan remaja Theorist and Their Work. Eight
tentang perilaku berisiko seksual Edition. United States.
pranikah pada remaja dengan nilai p Amrillah, A.A., Prasetyaningrum, J.
value = 0.000 (p<0.05). (2007). Hubungan Antara
Pengetahuan Seksualitas dan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat Kualitas Komunikasi Orang Tua
disarankan remaja di sekolah dapat – Anak dengan Perilaku Seksual
dilibatkan dalam kegiatan edukasi Pranikah. Indigeneous, 7(4). 45-
teman sebaya untuk mencegah peilaku 50.
berisiko, selain itu guru dapat Aulia, E. (2014). Peran dan fungsi
membantu siswa-siswi melalui perawat komunitas sebagai
bimbingan konseling untuk pendidik. Februari 6, 2017. Diakses
mendapatkan: pemahaman agama, dari https://groups.google.com
kesehatan reproduksi dan dampak dari
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN: 2089-1172 (Media Cetak)
Vol. 8, No 1, pp. 33-43 42

Ayuningtyas, N., Y. (2011). Naskah Depkes RI. (2009). Buku Saku


Publikasi: Maraknya Kriminalitas Pencegahan Kanker Leher
di Kalangan Pelajar. Pendidikan Rahim dan Kanker Payudara.
Luar Sekolah Fakultas Ilmu Jakarta: Direktorat Pengendalian
Pendidikan. Universitas Negeri Penyakit Tidak Menular.
Yogyakarta. Dorland. (2011). Kamus Saku
Azwar, S. (2009). Sikap manusia teori Kedokteran Dorland. Jakarta :
dan pengukurannya. Yogyakarta EGC.
: Pustaka Pelajar Offset. Handayani, Sri., Emilia, Ova,. (2009).
Badan Kependudukan dan Keluarga Efektifitas Metode Diskusi
Berencana Nasional (BKKBN). Kelompok Dengan dan Tanpa
Genre Goes To School: Yang Fasilitator Pada Peningkatan
Muda Harus Berencana. Pengetahuan, Sikap dan
[diakses 10 Februari 2017]. Motivasi Remaja Tentang
Badan Pusat Statistik. (2010). Survei Perilaku Seks Pranikah. Berita
Kesehatan di Indonesia. Jakarta Kedokteran Masyarakat, Vol. 25
Batubara, Jose. (2010). Perkembangan No 3 hlm 133-141
Remaja. Sari Pediatri Vol. 12 Irmawaty, Lenny. (2013). Perilaku
No. 1 Juni 2010 hlm 21-29 Seksual Pranikah Pada Mahasiswa.
Chi, Xinli. (2015). The Effect of Jurnal Kesehatan Masyarkat 9 (1)
Comprehensive Sexual Education (2013) hlm 44-52.
Program on Sexual Health Kementerian Kesehatan RI. (2012).
Knowledge and Sexual Attitude Buku Petunjuk Penggunaan Media
Among College Students in KIE Versi Pekerja Dan Mahasiswa.
Southwest China. Asia-Pacific Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan
Journal of Public Health 2015, Vol. Kementerian Kesehatan RI.
27(2) NP2049–NP2066. Kementerian Kesehatan RI. (2012).
Dahlan, Sopiyudin. (2010). Besar Pusat Data dan Informasi
Sampel dan Cara Pemgambilan Kemenkes RI. Jakarta.
Sampel. Jakarta : Salemba Medika. Kementerian Kesehatan RI. (2014).
Dahlan, Sopiyudin. (2014). Statistik Peraturan Mentri Kesehatan
untuk Kedokteran dan Kesehatan, Republik Indonesia Nomor 25
Deskripsi, Bivariat dan tahun 2014. Jakarta.
Multivariat. Jakarta : Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI. (2014).
Indonesia. Infodatin Kesehatan Reproduksi
Darmasih, Ririn. (2009). Naskah Kemenkes RI. Jakarta
Publikasi: Faktor Yang Kusmiran, Eny. (2011). Kesehatan
Mempengaruhi Perilaku Seks Reproduksi Remaja dan Wanita.
Pranikah Pada Remaja Sma Di Jakarta: Salemba Medika.
Surakarta. Universitas Kylie, Terry., Carman, Susan., (2014).
Muhammadiyah Surakarta Buku Ajar Keperawatan
Pediatri. Jakarta : EGC.
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN: 2089-1172 (Media Cetak)
Vol. 8, No 1, pp. 33-43 43

Lestari, S. (2007). Naskah Publikasi: Keperawatan Volume 11, No. 1


Perilaku Pacaran Remaja Maret 2015 hlm 41-51.
Ditinjau Dari Intensitas Sarwono, Sarlito Wirawan. (2010).
Mengakses Situs Porno dan Psikologi Remaja. Jakarta: PT
Komunikasi Seksualitas dengan Raja Grafindo Persada.
Orang Tua. Universitas SDKI. (2007). Survei Demografi
Muhammadiyah Surakarta. Kesehatan Indonesia tahun 2007.
Ministry of Health and Child Welfare. Jakarta
Information, Education, SDKI. (2012). Survei Demografi
Communication Reference Manual Kesehatan Indonesia tahun 2012.
For Health Programme Managers. Jakarta
Zimbabwe. Soetjiningsih. (2007). Tumbuh
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Kembang Remaja dan
Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Permasalahannya. Jakarta :
Jakarta : Rineka Cipta. Sagung Seto.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Sunarti, Winarni. (2009). Jurnal
Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Volume 7 No 1 hlm
Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta : 50-57.
Rhineka Cipta. Unayah, Nunung., Sabarisman, Muslim.
Panda, Anuradha., and Sehgal, Sehgal. (2015). Fenomena Kenakalan
(2009). Impact of Information, Remaja dan Kriminalitas. Sosio
Education and Communication Informa Vol. 1, No. 02 Mei-
on Adolescent Reproductive Agustus 2015 hlm 121-140
Health: A Sociological Study of Wahyuni, B. (2007). Pentingnya
Mandi District, Himachal pendidikan kesehatan reproduksi di
Pradesh. Journal of Health sekolah. Jurnal Bening, VII(1):14-
Management, 11, 3 (2009): 445– 6.
472 SAGE Publications. Waugh, Anne., Grant, Allison. (2012).
Potter & Perry. (2010). Fundamental Dasar-Dasar Anatomi dan
Keperawatan. Jakarta : EGC. Fisiologi (Adaptasi Indonesia).
Salisa, Anna. (2010). Naskah Publikasi: Jakarta: Elsevier.
perilaku seks pranikah di WHO. (2010). Information, Education
kalangan remaja. Surakarta : and Communication, Lessons
USM From The Past: Perspectives
Sari, Yanti., Mulyanti., Oktriani. (2015). For The Future.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Wylie, Linda. (2011). Anatomi dan
Reproduksi Menggunakan Metode Fisiologi dalam Asuhan
Mentoring Terhadap Pengetahuan Maternitas (Edisi 2). Jakarta:
Remaja Tentang Kesehatan EGC.
Reproduksi. Ners Jurnal

Anda mungkin juga menyukai