Oleh:
Dwi Yuni Rahayu
101316106
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya senantiasa
tercurah kepada kita sehingga dapat terselesaikannya penulisan laporan kerja praktek ini.
Penyusunan laporan kerja praktek ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat kurikulum dari
Program Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi, Universitas Pertamina.
Dari pelaksanaan kerja praktek ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengalaman lapangan
sebagai aplikasi dari ilmu yang diperoleh saat kuliah.
Pada penyusunan laporan kerja praktek ini Penulis mendapat banyak bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan kerja praktek ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis bersedia menerima kritik dan saran secara terbuka.
Akhir kata, penulis berharap laporan kerja praktek ini dapat memberi manfaat untuk siapa pun yang
memerlukannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB V TINJAUAN TEORITIS ................................................................... 33
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 35
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 35
6.2 Saran ............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 37
LAMPIRAN…………………………………………………………………….. 39
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu dan teknologi pada zaman ini diiringi dengan terjadinya peningkatan pula
terhadap penggunaan energi yang kemudian menjadikan penuntutan akan pemenuhan kebutuhan energi
terutama yang berupa minyak dan gas bumi. Untuk itulah diperlukan sumber daya manusia yang terampil dan
professional dalam bidang ini. Sehingga diperlukan pula peran perguruan tinggi yang merupakan lembaga
pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat untuk dapat mencetak generasi yang handal.
Program Studi Teknik Perminyakan merupakan salah satu program studi yang ada di Universitas
Pertamina yang menuntut mahasiswa Teknik Perminyakan untuk dapat memahami aplikasi dari teori-
teori yang telah dipelajari dan dapat mengetahui perkembangan teknologi perminyakan pada setiap aspek
yaitu aspek reservoir, aspek pengeboran, maupun aspek produksi. Ketiga aspek ini memiliki peran yang
penting dalam industri perminyakan. Untuk itu, pemahaman teori yang telah diberikan harus
diseimbangkan guna meningkatkan wawasan keilmuan perminyakan yang dapat menunjang bagi
mahasiswa dengan praktik kerja di dunia industri dalam kegiatan kerja praktik.
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan/ Kerja Praktik merupakan salah satu bentuk kegiatan yang
memberikan kesempatan dan pengalaman bagi mahasiswa untuk mengabdikan ilmu dan praktek yang
telah diperoleh di kampus untuk dapat berpartisipasi secara langsung dengan tugas di instansi atau
lembaga dan dapat menerapkan pengetahuan teknis yang telah diperoleh selama kuliah dengan materi
baru yang diberikan oleh pembimbing kerja praktik. Salah satu industri bidang minyak dan gas adalah
Perusahaan PT. PetroChina International yang memiliki reputasi serta manajemen operasi yang bagus,
dimana dalam hal ini penulis melakukan kerja praktik di PT. PetroChina International Jabung Ltd yang
telah banyak memberi kontribusi dalam produksi minyak dan gas di Provinsi Jambi.
Pada kerja praktik kali ini, penyusunan laporan kerja praktik akan membahas mengenai
keseluruhan proses pemisahan dan pengolahan hasil produksi menjadi sebuah produk yang siap jual dari
PT. PetroChina International Jabung Ltd. Oleh karena itu, laporan ini dibuat sebagai bukti bahwa
mahasiswa yang bersangkutan telah melaksanakan kerja praktik.
Kegiatan kerja Praktik ini merupakan salah satu mata kuliah yang terdapat di Universitas Pertamina.
Kerja Praktik ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dunia kerja secara langsung dan mampu
menghubungkan antara teori di perkuliahan dengan aplikasi dunia nyata.
1
Adapun tujuan dari kerja praktek ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum dari pelaksanaan kerja praktek adalah :
1. Sebagai persiapan mahasiswa sebelum terjun ke dunia profesi setelah lulus, dengan dapat
mengenali budaya organisasi serta mempelajari sistem yang berlaku di suatu organisasi atau
instansi.
2. Melatih mahasiswa dalam proses pemecahan masalah dan menjadi bagian dari tim yang
menangani masalah serta memberi kontribusi pengetahuan dalam tim tersebut.
1. Mempelajari dan memahami berbagai macam proses atau metode penanganan dalam industri
perminyakan.
Kerja Praktik merupakan suatu penerapan teori yang telah diperoleh dalam perkuliahan berbentuk
pengamatan terhadap praktik kerja di industri, instansi maupun laboratorium dengan kata lain kegiatan
yang dilaksanakan oleh mahasiswa berupa magang atau observasi di perusahaan atau instansi secara
terbimbing dan terpadu. Kerja praktik yang dilakukan ialah berguna untuk mewujudkan tujuan-tujuan
yang sudah di jelaskan pada sub-bab sebelumnya. Pada kesempatan kali ini penulis mendapatkan
kesempatan untuk kerja praktik di salah satu perusahaan minyak yang sukses di Indonesia, yang profil
perusahaannya akan dijelaskan secara rinci pada bab tinjauan perusahaan. Kerja praktik dilakukan
selama kurang lebih satu bulan selama bulan Juni 2019 dan ditempatkan di Production Engineering
Department, PT. Petrochina International Jabung Ltd. yang dimentori oleh Bapak Almerio Soriono dan
Bapak Selo Handoyo.
Berdasakran surat keputusan No: 027/PCJL-JMB/19 tertanggal 9 Januari 2019 yang dikeluarkan
oleh PT. PetroChina International Jabung Ltd. penulis berkesempatan untuk melaksanakan kegiatan
kerja praktik di perusahaan PT. PetroChina International Jabung Ltd. mulai tanggal 1 – 30 Juni 2019.
2
1.5 Ruang Lingkup Kajian
Kegiatan Kerja Praktik yang penulis laksanakan meliputi peninjauan proses pengolahan migas pada
Blok Jabung yang terdiri dari beberapa plant yaitu :
3
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Petrochina International Ltd merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang minyak
dan gas yang memulai sejarah eksplorasi dan produksi migas di Indonesia pada Oktober 1970. Hal ini
ditandai dengan ditandatanganinya Production Sharing Contract (PSC) antara PetroChina yang saat itu
bernama Santa Fe Energy Resources, dengan Pertamina sebagai Trend Indonesia. Kemudian pada tahun
1983, manajemen Santa Fe Energy Resource Inc. menandatangani kontrak kerja sama dengan Petromer
Trend Corporation, yang kemudian kedua perusahaan ini bersama dengan Anadarko Indonesia Company
menandatangani PSC dengan Pertamina pada bulan Februari 1993 untuk melakukan kegiatan eksplorasi dan
produksi migas di wilayah blok Jabung, Jambi.
Perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi Santa Fe Energy Resource Jabung Ltd. dan
melakukan kegiatan pengembangan lapangan bersama Anardako Indonesia Companies dan Kerr
McGee Sumatera Ltd. di wilayah North Geragai. Kegiatan pengembangan lapangan di North Geragai
ini dilakukan dengan di bawah pengoperasian Santa Fe Energy Resource Jabung Ltd. Pada akhir tahun
1997, hasil minyak dari sumur produksi di lapangan North Geragai mulai diolah dan kemudian
dialirkan ke CPS (Central Processing Station). Sementara gas yang dihasilkan digunakan untuk gas
lift, diolah kembali menjadi LPG (Liquified Petroleum Gas), bahan bakar Power Plant, dan sebagian
dibakar di flare.
Pada tahun 2001, perusahaan ini mengalami pergantian nama kembali menjadi Devon Energy
Ltd. hingga akhirnya menjadi PetroChina International Companies in Indonesia pada bulan Juli 2002
dengan salah satu cabangnya ialah PetroChina International Jabung Ltd. yang beroperasi di wilayah
Jabung, Provinsi Jambi.
Pada setiap wilayah operasi, penanggung jawab utama kegiatan dilapangan dipegang oleh Field
Manager. Dalam melaksanakan tugasnya Field Manager dibantu oleh para Superintendent yang
membawahi para Supervisor (Division) dimana dalam melaksanakan tugasnya, Supervisor dibantu oleh
para karyawan PetroChina International Jabung Ltd.
5
Secara umum, skema organisasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
Berikut adalah beberapa rincian tugas dan tanggung jawab dari beberapa departemen tersebut.
a) Field Manager
Beberapa rincian tugas dari Field Manager adalah :
• Merencanakan, menerapkan, merealisasikan, mengevaluasi Rencana Kerja (RK) secara efektif
untuk mendukung pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.
• Mengkoordinir kegiatan engineering untuk optimalisasi produksi migas agar mencapai sasaran
produksi yang telah ditetapkan.
• Mengkoordinir dan mengendalikan operasi produksi, pengelolaan fasilitas produksi, operasi
penyaluran migas serta mengusahakan kuantitas dan kualitas migas sesuai dengan permintaan
konsumen.
• Mengkoordinir optimalisasi peralatan Work Over, Well Service dan penyediaan peralatan
lifting smigas.
6
b) Field Admin Department
Beberapa rincian tugas dari Field Admin Department adalah :
• Mengatur kelancaran tugas-tugas yang bersifat administratif serta bertanggung jawab atas
kelancaran komunikasi/korespondensi antar bagian terkait.
• Mengatur surat-surat yang masuk dan keluar dan membagikannya sesuai dengan distribusi di
departemennya.
• Mengendalikan serta menjalankan fungsi HSE di perusahaan serta bertanggung jawab dalam
menciptakan situasi dan kondisi HSE yang nyaman bagi pekerja.
d) Logistic Department
Beberapa rincian tugas dari Logistic Department adalah :
e) Production Department
Beberapa rincian tugas dari Production Department adalah :
• Melakukan pengecekan apakah hasil produksi sudah sesuai dengan standar kualitas.
7
f) BGP Operations Department
Beberapa rincian tugas dari BGP Operations Department adalah :
• Memastikan implementasi peraturan dan prosedur (SOP) terkait dengan operasional secara
benar di lapangan.
• Mengoperasikan unit-unit yang ada di plant agar bahan baku yang berasal dari sumur gas dapat
diolah menjadi produk yang sesuai dengan spesifikasi.
g) Maintenance Department
Beberapa rincian tugas dari Maintenance Department adalah :
• Membakukan tata cara kerja maintenance pada kasus-kasus tertentu dan disepakati bersama.
h) HEO Department
j) Marine Department
Mengawasi minyak dan gas yang dialirkan dari tanjung jabung timur dan tanjung jabung barat
ke kapal penampung di selat berhala yang kemudian akan diangkut oleh tanker untuk dibawa ke
luar negeri (seperti Singapore).
8
2.3 Daerah Operasi
Saat ini wilayah operasi PetroChina International Companies Indonesia tersebar di beberapa
wilayah operasi, diantaranya yaitu daerah Jambi, Tuban Jawa Timur, serta wilayah Sorong Irian Jaya.
Pada wilayah Jambi, PetroChina International Companies Indonesia memiliki daerah operasi di blok
Jabung yang terbagi menjadi 2 yaitu, South Jabung dan North Jabung. PetroChina International Jabung
Ltd. memiliki wilayah operasi seperti pada Gambar berikut.
Bisa dilihat berdasarkan gambar tersebut, Blok Jabung sendiri terdiri dari dua bagian area operasi, yaitu area
Jabung Utara (Betara dan sekitarnya) dan area Jabung Selatan (Geragai dan sekitarnya). Masing-masing
wilayah Jabung Utara dan Jabung Selatan memiliki beberapa lapangan, diantaranya North Geragai Field
(Agustus 1997) dan Makmur Field (Januari 1998) yang berada di wilayah Jabung Selatan.
9
h. West Betara (September 2007),
i. South Betara (November 2007),
j. Marmo (Maret 2009), dan
k. Sabar (Februari 2018)
Pada masing-masing wilayah tersebut terdapat plant dan station tempat pengolahan bahan baku
minyak dan gas yang berasal dari sumur-sumur produksi milik PetroChina International Jabung Ltd.
Hingga saat ini, PetroChina International Jabung Ltd. mengoperasikan dua plant besar untuk proses
pengolahan gas yaitu NGF (North Geragai Fractionation) yang terletak di kecamatan Geragai,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan BGP (Betara Gas Plant) yang terletak di kecamatan Betara,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Selain plant pengolahan gas, PetroChina International Jabung Ltd.
juga memiliki fasilitas pengolahan minyak mentah yaitu :
Untuk lebih jelasnya, denah setiap plant milik PetroChina International Jabung Ltd. dapat dilihat pada
gambar berikut:
10
Terdapat sekitar 152 sumur produksi yang terdapat di daerah Jabung dan tersebar di wilayah North
Geragai dan Makmur (untuk daerah Jabung Selatan), serta North Betara, North East Betara, Gemah,
South West Betara, West Betara, South Betara, dan Ripah (untuk daerah Jabung Utara). Selain di daerah
Jabung, PetroChina International Jabung Ltd. juga telah mengembangkan sumur produksi barunya di
daerah Bangko. Untuk lebih jelasnya mengenai daerah dan jumlah sumur produksi bisa dilihat pada tabel
berikut.
Makmur 32 18
Gemah 34 20
South West Betara 21 13
Ripah 24 8
West Betara 10 8
South Betara 3 2
Secara garis besar menurut produk yang dihasilkan, wilayah-wilayah produksi PetroChina
Jabung semuanya saling berhubungan. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan produk yang benar-benar
sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh konsumen.
Produk akhir milik PetroChina International Jabung Ltd. yang dijual ke konsumen ialah minyak mentah
(crude oil), propana, butana, kondensat dan sales gas yang dijual ke Singapura dan ke Pembangkit Listrik
Tenaga Gas (PLTG) di wilayah Tanjung Jabung. Untuk produk crude oil dan kondensat dilakukan proses
transfer ke Floating Storage Offloading (FSO), sedangkan untuk produk Propana dan Butana akan di
transfer ke Fixed Processing Unit (FPU).
11
Jumlah produksi yang dihasilkan oleh PetroChina International Jabung Ltd. Adalah sebesar 55.820
BOEPD dengan rata-rata produksi setiap produk di Petrochina International Jabung (April 2019) dapat
dilihat pada gambar berikut :
Untuk produk crude oil dan condensate, spesifikasi khusus yang harus dipenuhi yaitu terkait nilai BS&W
dari fluida tersebut, dimana setelah dilakukan pengujian dan Analisa sample di laboratorium, nilai
BS&W maksimum yang diizinkan adalah sebesar 0,025.
Hasil produk berupa Sales Gas yang dihasilkan pada blok Jabung harus memenuhi persyaratan dan
spesifikasi tertentu, serta memperhatikan beberapa parameter yang dapat dilihat di tabel 2.2
Parameter Spesifikasi
CO2 <5%
12
2.5 Penjelasan Penempatan Kerja Praktik
13
14
BAB III
Pelaksanaan kegiatan kerja praktik yang telah dilakukan penulis diantaranya yaitu pemahaman tentang
konsep dan proses produksi serta pengenalan plant-plant serta fasilitas permukaan milik PT. Petrochina
International Jabung Ltd, baik yang berada di South Jabung maupun North Jabung di Betara.
Gambar 3.1 Pembacaan aliran gas Gambar 3.2 Salah satu sumur yang ada di Blok
di salah satu sumur oleh Field Jabung
Crew
- mengikuti meeting sore ketika berada di NGF Department. Pada meeting ini dilakukan pembahasan
mengenai laporan dan kegiatan tambahan yang dilakukan pada JT Plant, Hamilton Plant, maupun
NGF yang biasa dilakukan setiap pukul 17.30
15
- mengikuti kunjungan ke rig drilling dan komplesi yang sedang berlangsung di wilayah Betara
Untuk lebih detail akan dilampirkan daftar hadir yang menyangkut kegiatan sehari-hari yang dilakukan
selama kerja praktik di lampiran paling akhir dari laporan.
Analisis Case
Flowmeter adalah alat yang digunakan untuk mengetahui material balance suatu proses, sehingga dapat
menghitung losses atau gain yang timbul. Alat ukur yang paling penting adalah alat ukur aliran (flowmeter),
karena menyangkut perhitungan laba rugi perusahaan, pajak dan royalty. Orifice meter adalah salah satu
alat ukur standar untuk pengukuran aliran liquid dan gas, karena biayanya tidak mahal, dan dapat melayani
kapasitas aliran yang kecil ataupun besar dengan ketelitian yang cukup tinggi.
Ketelitian dalam pengukuran sangat diperlukan hal ini dikarenakan sebagai dasar pembayaran dari
banyaknya volume penjualan gas. Banyaknya aliran gas dari suatu sumur gas dapat juga sebagai basis
prediksi engineering tentang kapasitas sumur gas tersebut.
Untuk menghitung serta kalkulasi aliran (flow rate) meter gas orifice, pada umumnya ada tiga parameter
yang diukur yaitu : differential pressure, static pressure, dan temperatur.
Pada pengukuran flow rate aliran gas, untuk sistem lokal atau sistem setempat, dibutuhkan sebuah
instrument differential pressure, static pressure dan temperatur, yang menyatu disebut dengan recorder ITT
16
chart barton. Barton chart digunakan untuk dapat mengetahui nilai differential pressure, dimana dalam
suatu chart terdapat 3 pembacaan grafik yang memiliki kegunaan yang berbeda.
Barton chart biasa diletakkan diantara upstream dan downstream gas injeksi yang ada di sumur, di
downstream gas yang ada di separator, dan serta downstream yang berada di aliran transfer gas (metering).
Penggunaan barton chart dilakukan dengan memperhatikan size plat orifis yang digunakan.
Pada kerja praktik kali ini, penulis ditugaskan untuk dapat mengetahui bagaimana cara pembacaan barton
chart yang digunakan untuk mengetahui aliran gas dengan alat orifice pada gas metering.
Perhitungan laju alir gas dengan menggunakan orifice meter berdasarkan rumus dasar aliran fluida pada
orifice :
Q = C'√Hw x Pf
Keterangan :
Rumus di atas didasarkan pada prinsip ilmu fisika yaitu kehilangan atau berkurangnya tekanan pada fluida
yang mengalir melalui suatu penghalang atau restriksi yang akan berbanding langsung dengan kwadrat
kecepatan fluida tersebut. Dari pernyataan ini maka dengan memberikan suatu penghalang terhadap aliran
fluida dan kemudian mengukur kehilangan atau berkurangnya tekanan fluida setelah melewati penghalang
akan dapat dihitung jumlah volumetrik aliran fluida tersebut.
Apabila diketahui nilai temperature, static pressure, dan differential H2O dari suatu barton chart dan
ditampilkan pada tabel 3.1, dengan ukuran orifice yang digunakan 3,3817” dan ukuran pipa 6”. Dengan
range parameter ketiganya ditampilkan pada tabel 3.2, Lakukan perhitungan hingga didapat nilai aliran gas
dari orifice tersebut.
17
Tabel 3.1 Nilai Pembacaan Orifice di Barton Chart
Static
Temperature
Pukul Pressure Differential
⁰F Psi H20
:
1 48,5 33,2 15,8
2 48,5 33,1 15,9
3 49 32,5 16
4 48,5 33,6 16
5 48 33,6 16,5
6 47,8 33,5 16
7 48 33,2 16
8 48 33,2 15,8
9 49 33,5 15,8
10 50 33,8 15,5
11 50,2 34 15,2
12 51,5 34 14
13 52 34 14,5
14 52,1 34 14,2
15 54 34 15
Parameter Range
Temperature 0-200 F
3.2.2 Penyelesaian
Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan perhitungan terhadap nilai pembacaan parameter barton
chart yang ditampilkan pada tabel 3.1, dengan nilai range dari barton chart tersebut.
18
Perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑀𝑎𝑥
= 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑟𝑡𝑜𝑛 𝐶ℎ𝑎𝑟𝑡 ×
100
Kemudian didapat nilai tekanan dan temperature dengan pertimbangan range setiap parameter dapat dilihat
pada tabel berikut:
Setelah itu diperlukan beberapa parameter lainnya, yaitu nilai Ekstensi Tekanan, Factor Base, Factor
Gradient, dan Factor Temperature.
Untuk nilai Factor Base dari orifis ini, terdapat nilai yang sudah diketahui berdasarkan ukuran lubang orifis
dan ukuran pipa. Nilai tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
19
Gambar 3.4 Ketentuan Nilai Basic Factor
Karena ukuran pipa pada metering ini berukuran 6”, serta ukuran lubang orifis sebesar 3,3817”, maka dapat
dilakukan interpolasi. Sehingga didapat nilai Fb pada case ini adalah 2457,41
Untuk nilai Factor Gravity, ditentukan dengan melakukan perbandingan antara densitas air dengan densitas
aliran fluida pada pipa,
1
Fg = √𝑆𝑔
520
𝐹𝑡𝐹 = √
460 + 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒
Selain ketiga factor tersebut, diperlukan nilai konstanta dengan menggunakan perhitungan :
𝐶 = 𝐹𝑏 × 𝐹𝑔 × 𝐹𝑡𝑇
20
Dengan melakukan langkah perhitungan diatas, maka dapat diketahui nilai aliran gas pada pipa metering
tersebut. Perhitungan nilai aliran tersebut :
24
𝑄 = √𝐻𝑤𝑃𝑓 × 𝐶 ×
1000
Setelah melakukan beberapa perhitungan, dapat diketahui nilai aliran yang melewati orifice tersebut.
Tabel 3.4 Nilai Ekstensi Tekanan, Factor Base, Factor Gradient, Factor Temperature, Constanta, dan laju
alir pada case ini
Q
√𝐻𝑤𝑃𝑓 Fb Fg FtF C
mscf
36,908 2457,41 1,1267 0,9662157 2675,2925 2369,754
36,941 2457,41 1,1267 0,9662157 2675,2925 2371,8572
37,055 2457,41 1,1267 0,9653495 2672,8942 2377,0297
36,838 2457,41 1,1267 0,9662157 2675,2925 2365,2597
37,432 2457,41 1,1267 0,9670842 2677,6973 2405,5407
37,108 2457,41 1,1267 0,9674322 2678,661 2385,6255
37,028 2457,41 1,1267 0,9670842 2677,6973 2379,5661
36,908 2457,41 1,1267 0,9670842 2677,6973 2371,8842
36,989 2457,41 1,1267 0,9653495 2672,8942 2372,8382
36,891 2457,41 1,1267 0,9636241 2668,1169 2362,3073
36,765 2457,41 1,1267 0,9632801 2667,1645 2353,4191
36,037 2457,41 1,1267 0,9610533 2660,9988 2301,4611
36,342 2457,41 1,1267 0,9602009 2658,6387 2318,8982
36,159 2457,41 1,1267 0,9600307 2658,1674 2306,822
36,645 2457,41 1,1267 0,9568140 2649,2607 2329,9666
3.2.2 Evaluasi
Selain menggunakan barton chart, nilai aliran gas/fluida dari suatu station dapat pula diketahui dengan
menggunakan alat berupa gas metering. Dimana pada alat tersebut juga diketahui nilai Gross Heating Value
(GHV) suatu produk.
21
Pembacaan barton chart tersebut memiliki sedikit perbedaan dengan pembacaan di metering dan yang
terdapat di AGA3. Dimana pada pembacaan AGA3, selain menggunakan nilai static pressure, differential,
dan temperature, juga dilakukan penambahan terhadap kandungan CO2, dan beberapa faktor lainnya. Nilai
pada tiap kandungan tersebut merupakan hasil pengujian dari laboratorium, dimana pada tiap sumur telah
dilakukan pengujian terhadap rata-rata kandungan didalamnya.
Oleh sebab itu, pembacaan terhadap aliran gas, tidak sepenuhnya hanya mengandalkan dari pembacaan
barton chart, dimana dalam pembacaan masih terdapat beberapa kekurangan, baik dalam pembacaan
maupun dalam perhitungan. Sehingga untuk report yang diberikan merupakan hasil pembacaan dari gas
metering yang ada di station.
22
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTIK
Berdasarkan kerja praktik yang sudah penulis lakukan selama kurang lebih satu bulan di PT. Petrochina
International Jabung Ltd, hal-hal yang didapat diantaranya yaitu pemahaman mengenai fasilitas
pemisahan fluida, baik minyak maupun gas yang sebelumnya belum diketahui penulis. Fasilitas tersebut
meliputi treatment umum dan treatment khusus. Untuk treatment umum diperlukan fasilitas berupa
separator, water treatment, gas treatment dan storage tank. Sedangkan untuk treatment khusus biasanya
terdapat pada plant dengan kandungan impuritisnya tinggi misalkan adanya kepasiran, serta kandungan
H2S dan CO2 yang cukup tinggi.
Berikut merupakan hasil secara umum yang didapatkan selama kegiatan di setiap plant milik PT.
Petrochina International Jabung Ltd.
CPS berfungsi sebagai tempat pengolahan fluida produksi yang berasal dari sumur minyak dan gas dan
merupakan salah satu plant besar yang ada di Blok Jabung. Produk gas yang berasal dari sumur gas di
Lapangan Makmur dan Geragai akan dialirkan menuju Hamilton Plant. Sedangkan untuk produk air akan
diolah dengan fasilitas pengolahan air.
Peninjauan terhadap plant CPS dilakukan agar penulis benar-benar mengetahui aliran dan proses
produksi yang terjadi pada blok Jabung. Peninjauan tersebut dilakukan dengan langsung mengunjungi
plant dan juga pemantauan di ruangan CCR. Selain itu, penulis juga berkesempatan mengikuti
pembacaan flowmeter di separator maupun pada sumur-sumur di lapangan North Geragai dan Makmur.
Pada pencatatan tersebut, didapat nilai temperature, tekanan static dan diferensial H20 yang kemudian
dikonversi menggunakan AGA 3. Pembacaan tersebut dilakukan setiap 2 jam satu kali untuk water dan
oil, dan setiap 1 jam sekali untuk gas. Dari pembacaan tersebut dapat diketahui berapa banyak aliran
yang terjadi baik dari sumur, maupun dari peralatan di system. Pemahaman di ruang CCR dimanfaatkan
penulis untuk dapat memahami arah aliran fluida hingga menjadi produk akhir fluida tersebut untuk
kemudian dapat dilakukan proses shipping.
Pengisian fluida yang telah mengisi oil storage tank kemudian memasuki tahap settling time selama 6
jam, dikarenakan pemisahan fluida yang telah dilakukan tidak sepenuhnya menghasilkan 100% oil,
sehingga perlu dilakukan pengecekan kembali terhadap minyak yang ada di tanki agar sesuai dengan
spesifikasi. Jika tidak sesuai dengan spesifikasi, maka minyak tersebut akan kembali dialirkan dengan
23
recycle pump selama kurang lebih 2 jam untuk selanjutnya dilakukan pengecekan terhadap nilai
kandungan top, middle, dan bottom. Jika kandungan fluida telah memenuhi spesifikasi, maka dapat
dilakukan proses shipping menuju Floating Storage Offloading.
Proses shipping oil dan condensate dilakukan bergantian. Untuk pengiriman dari oil tank, diperlukan
waktu 3 jam dengan menggunakan pompa, banyak pompa yang digunakan ini bergantung dari tekanan
yang dihasilkan agar tidak melebihi batas tekanan yang ada di pipeline. Untuk proses di outlet yaitu
shipping condensate dilakukan berbarengan dengan proses inlet, dimana condensate yang memasuki
tank berasal dari Jambi Merang dan NGF sendiri tidak terlalu besar, dengan rata-rata produksi
condensate dari jambi Merang sebesar 4000bbl/d dan dari NGF hanya berkisar 300bbl/day. Banyak
pompa yang digunakan pada proses shipping condensate disesuaikan dengan level fluid yang ada di
storage, dimana shipping pump pada condensate dengan level normal dapat dilakukan dengan
menggunakan 2 pompa, jika dalam kondisi high level dapat ditambah menjadi 3 pompa.
Untuk hasil produksi air pada CPS mencapai sekitar 10,000-15,000 bbls per hari. Dengan jumlah
produksi yang berlebih serta cukup banyaknya zat kimia berbahaya yang terkandung dalam air tersebut,
maka diperlukan treatment khusus agar tidak merusak lingkungan apabila air tersebut dibuang. Beberapa
fasilitas yang digunakan pada CPS untuk mengolah air diantaranta yaitu Skim Tank, Filter, Water
Storage Tank, dan WWTF (Wash Water Treatment Facility). Pada Skim Tank terjadi proses pemisahan
secara gravitasi, didalam skim tank terdapat chamber yang berfungsi sebagai tempat masuknya crude oil
yang mungkin terbawa oleh air dari separator untuk diteruskan ke Drain Sump Tank. Crude oil tersebut
berada pada bagian atas air, kemudian air yang berada dibagian bawah akan keluar melalui outlet yang
menuju ke filter. Filter berfungsi sebagai tempat penyaringan dari konten kotor yang kemungkinan masih
ikut terbawa dengan air dari Skim Tank. Media penyaring pada Filter yaitu berupa wallnut. Pada periode
tertentu (±8 jam) konten kotor yang berada di wallnut akan dibersihkan dengan cara backwash. Hasil
backwash tersebut akan dialirkan ke WWTF untuk ditreatment.
24
Gambar 4.1 CPS Process Flow Diagram
Pada awalnya Hamilton (NGL) Plant dan JT Plant adalah plant yang digunakan untuk memproses gas
dari CPS (Central Processing Station) menjadi produk Sales Gas dan LPG mix (LPG yang terdiri dari
campuran propane dan butane) yang dipisahkan dari kondensat. Namun untuk memenuhi permintaan
konsumen saat ini, LPG mix perlu diproses lebih lanjut untuk difraksinasi menjadi propane dan butane.
Kegiatan penulis dalam NGL Plant digunakan untuk dapat memahami inlet dan outlet produksi. NGL
merupakan plant penghubung antara CPS dan NGF menjadi dua produk yang berbeda.
Pada prinsipnya, Hamilton dan JT Plant adalah plant yang sama, perbedaannya adalah metode yang
digunakan. Pada Hamilton, proses pendinginan dengan media pendingin menggunakan produk Propane
yang didapat dari Propane Sphere di NGF. Sistem refrigerant ini di desain untuk dapat mendinginkan
produk NGL hingga suhu -2 atau -5oF.
25
Gambar 4.2 Hamilton Plant Process Flow Diagram
Untuk proses yang terjadi di JT Plant, penurunan temperature disebabkan oleh penggunaan JT Valve.
Valve ini digunakan untuk dapat menurunkan tekanan, yang juga akan menyebabkan terjadinya
penurunan temperature sebelum akan dilakukan pemisahan di LTS Separator. Perbedaan lainnya
terdapat pada inlet gas yang digunakan, dimana pada Hamilton, inlet gas berasal dari 1st discharge
compressor dengan tekanan 400 psi, sedangkan pada JT Plant digunakan Gas yang berasal dari 3 rd
discharge compressor dengan tekanan yang lebih besar, yaitu 2000 psi.
26
c. NGF (North Geragai Fractination)
Kegiatan di NGF Operation dilakukan agar dapat mengetahui proses Fraksinasi NGL yang didapat dari
Hamilton dan JT Plant, maupun BGP. NGL yang didapat akan disimpan terlebih dahulu di NGL Sphere
yang memiliki tekanan ±61 psig dan temperatur ±78oF. Dari NGL Sphere, NGL akan dipompa menuju
ke NGL-Condensate Exchanger untuk dipanaskan hingga temperatur NGL mencapai ±140.7oF agar
lebih mudah untuk difraksinasi. Selanjutnya NGL yang sudah melewati NGL-Condensate Exchanger
akan diproses untuk memfraksinasi propane.
Fraksinasi ini dilakukan dengan metode destilasi bertingkat, dimana pemisahan fluida terjadi karena
perbedaan kemudahan suatu zat untuk menguap. Pada proses fraksinasi, propane akan lebih dulu terpisah
dengan butane dan condensate yang kemudian akan terpisahkan dengan metode yang sama didalam de-
ethanizer maupun de-butanizer tower. Hasil akhir dari proses fraksinasi ini menghasilkan produk
propane, butane, dan kondensat. Propane dan butane yang telah di pisahkan kemudian akan disimpan di
Prophane Sphere dan Butane Bullet tank yang ada di NGF Plant.
Untuk produk berupa kondensat, tidak dilakukan treatment khusus. Kondensat yang merupakan bottom
product hasil fraksinasi dari De-Butanizer akan langsung dialirkan melalui NGL/Condensat Exchanger
terlebih dahulu kemudian menuju ke Condensat Storage yang berada di Central Processing Station
(CPS), untuk selanjutnya akan dialirkan ke Floating Storage Offloading (FSO)
27
d. BGP (Betara Gas Plant)
Betara Gas Plant adalah salah satu plant di Blok Jabung yang berfungsi untuk memproses gas menjadi
sales gas. Gas yang diproses berasal dari sumur-sumur produksi yang ada di wilayah Betara. Untuk gas
yang sudah memiliki tekanan yang cukup, akan langsung dialirkan menuju BGP. Kemudian untuk gas
yang belum meiliki tekanan yang cukup akan di proses terlebih dahulu di mini station di sekitar sumur
tersebut. Untuk gas yang berasal dari NEB Station dan Gemah Station yang sudah dikompres akan
melewati Gas Recovery Facilities (GRF). Komposisi gas alam yang diproses terdiri dari senyawa
hidrokarbon dengan kandungan metana, etana, propane, butana, pentana, serta gas non hidrokarbon
seperti N2, CO2, H2S, dan merkuri. Gas tersebut kemudian difraksinasi sesuai dengan kandungan
hidrokarbon gas tersebut, dimana untuk hidrokarbon C3+ (NGL) akan ditransfer ke wilayah Geragai
untuk selanjutnya akan di proses di Hamilton Plant dan JT Plant. Untuk sales gas akan dikirim ke PGN
untuk dijual ke Singapura dengan pendistribusian melalui jalur perpipaan TGI (Transport Gas
Indonesia).
Proses pemisahan dalam plant ini ialah dengan menggunakan proses separasi, pemanasan, pendinginan,
ekspansi, maupun kompresi. Pada plant ini terdapat peralatan pembersihan gas dari kandungan Merkuri
dan CO2. Untuk penghilangan merkuri menggunakan Mercury Removal Unit (MRU). Pada pemisahan
merkuri ini dapat menghilangkan kandungan merkuri sebesar 15%. Untuk pembersihan kandungan CO2
dilakukan dengan menggunakan CO2 membrane dan senyawa amine. CO2 Extraction Membrane
merupakan fasilitas yang berfungsi untuk memisahkan gas dengan CO2. Selain untuk memenuhi
spesifikasi, CO2 harus dihilangkan dari gas karena dapat menimbulkan kerugian seperti kerusakan alat.
Ini disebabkan oleh sifat CO2 yang bersifat asam terutama jika ada kandungan air dapat membentuk
H2CO3 (carbonate acid) yang dapat memicu korosi.
Pemisahan CO2 menggunakan CO2 Extraction membrane ialah dengan prinsip perbedaan permeabilitas
antara CO2 dengan gas hidrokarbon. Gas yang mampu melewati membrane disebut permeate gas.
Meskipun kandungan utama permeate gas adalah CO2, namun terkadang masih juga terkandung gas
hidrokarbon meskipun dalam presentasi kecil. Presentase CO2 sebelum melewati CO2 Extraction
Membrane sekitar 34%, setelah melewati CO2 Extraction Membrane bisa menurun hingga 15%. Untuk
memaksimalkan penghilangan CO2 maka setelah dari membrane, gas dialirkan ke Amine CO2 Removal.
Amine adalah pelarut yang digunakan sebagai absorben, senyawa amine dapat bereaksi dengan CO2 dan
membentuk senyawa yang kompleks. Amine yang sudah mengikat CO2 dapat diregenerasi dengan cara
dipanaskan. Gas yang terpisah dari amine saat proses regenerasi disebut acid gas. Presentase CO2
28
sebelum melewati Amine CO2 Removal sekitar 15%, setelah melewati Amine CO2 Removal bisa menurun
hingga 4%.
e. Laboratorium
Kunjungan kedalam laboratorium saat kegiatan kerja praktik dilakukan untuk mengetahui proses
sampling produk yang dihasilkan. Dalam laboratorium NGF, penulis mengikuti kegiatan pengambilan
sample guna mengetahui cara-cara pengambilan sample dari crude oil, condensate, propane, dan buthane
yang berada di plant. Kegiatan sampling dilakukan setiap hari dan merupakan daily activities dari
Laboratorium NGF guna mengetahui parameter-parameter dari produk yang dihasilkan setiap kurang
lebih 2 jam. Untuk condensate dan crude oil dilakukan dengan metode Analisa dengan menggunakan
thermometer dan hydrometer, yang kemudian dapat diketahui API Observed dan temperature dari fluida
tersebut, kemudian dilakukan pembacaan pada tabel ASTM terkait nilai API Gravity 60/60F. untuk
pengamatan mengenai BS&W dilakukan dengan memberikan pemanasan hingga suhu 60C selama 30
menit, yang kemudian dilanjutkan dengan centrifuge selama 10 menit dengan 1500rpm dan suhu 60C.
Untuk produk berupa gas baik itu sales gas, propane dan butane dilakukan Analisa dengan menggunakan
Gas Chromatograph, dimana prosesnya menggunakan fluida injeksi berupa helium. Helium digunakan
29
karna sifatnya yang inert dan lebih mudah untuk didapatkan. Dari hasil sampling kemudian dapat
diketahui retention time dari tiap hidrokarbon dari kandungan gas tersebut.
f. Rig Activity
Pada saat kunjungan ke salah satu sumur di North East Betara, sumur tersebut sedang di tahap komplesi
dan merupakan sumur directional dengan TVD di kedalaman 4800ft. Disekitar sumur tersebut terdapat
beberapa sumur produksi dengan jarak antar sumur sebesar 10m. Fluid completion yang digunakan pada
sumur ini menggunakan brine berupa KCl dengan densitas 8,4 ppg, dimana nilai ini didasarkan dari
tekanan formasi sumur tersebut.
Saat kunjungan ke rig, sedang dilakukan proses flow test yang diawali dengan pengosongan string dari
fluid completion hingga dilakukan beberapa kali test untuk setiap intervalnya. Peralatan yang digunakan
saat flow test ini diantaranya test-tree dimana test tree ini memiliki 4 valve, diantara nya swab valve,
cementing valve dan master valve. Selain itu juga terdapat separator 3 fasa yang digunakan untuk
mengetahui laju alir dan kandungan fluida yang ada di aliran sumur tersebut.
Selain melakukan pengamatan di fasilitas rig, dilakukan juga pengujian terhadap kandungan gas dari
sumur tersebut. Dimana pengujian dilakukan dengan gas gravitometer. Alat ini digunakan untuk
mengetahui apakah gas yang dihasilkan merupakan gas ringan atau gas berat.
30
g. Slickline Activity
Secara umum, komponen utama dari slickline adalah wireline, lubricator dan jar.
Slickline activity termasuk proses work over, yakni memasukkan wireline secara mekanik ke dalam
lubang sumur dengan suatu tujuan. Dimana kesempatan kali ini, slickline yang kami hadapi bertujuan
untuk swabbing, dimana swabbing ini dilakukan untuk membantu pengangkatan fluida yang ada didalam
sumur. Kegiatan ini dilakukan karena adanya water blocking didalam tubing. Fluid level pada sumur ini
telah diketahui yaitu pada kedalaman 1200ft, sehingga proses swab di sumur ini dilakukan di kedalaman
1500ft.
31
32
BAB V
TINJAUAN TEORITIS
Dari hasil kerja praktik yang dijelaskan pada bab sebelumnya, keterkaitan pengetahuan
dan/atau keterampilan baru yang diperoleh selama kerja praktik dengan apa yang dipelajari pada
proses pembelajaran di perkuliahan adalah mengenai proses pekerjaan yang berlangsung dalam
setiap plant. Proses pemisahan hasil produksi dapat diketahui secara general. Selain mempelajari
mengenai proses produksi, pada kegiatan ini penulis kemudian dapat lebih memahami mengenai
fasilitas permukaan, baik fasilitas transfer, pemisah, maupun fasilitas penampung. Fasilitas produksi
bertujuan untuk dapat menunjang kegiatan produksi dalam pemisahan fluida produksi dari tiap well
hingga didapatkan produk sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu, penulis juga menjadi lebih
memahami proses pemisahan fluida baik akibat perbedaan densitas, maupun perbedaan kemudahan
untuk menguap.
Proses pemisahan gas dengan cara fraksinasi gas yang dilakukan pada plant-plant gas
menjadi salah satu pengetahuan baru bagi penulis. Dimana dalam hal ini, pemisahan gas juga
dilakukan dengan cara pemanasan maupun pendinginan. Penulis juga mendapat pengetahuan baru
mengenai treatment-treatment khusus terkait pengolahan gas bumi. Pemisahan gas dengan impurities
seperti CO2 dan merkuri dilakukan dengan beberapa treatment, dimana untuk pemisahan CO2
dilakukan dengan menggunakan CO2 membrane berupa celullo asetat yang cenderung mengikat gas
CO2, sehingga terjadi pengurangan kandungan CO2 sebesar 15%. Nilai tersebut terbilang masih
cukup besar, dan masih diperlukan treatment tambahan yaitu dengan menggunakan senyawa amine
yang dipompakan kedalam vessel amine contactor. Penambahan anti foam juga diperlukan pada
beberapa titik agar tidak terjadi foaming pada aliran. Setelah melewati amine system, kandungan
CO2 pada gas menjadi sekitar 4% dan telah memenuhi spesifikasi.
Keterkaitan kegiatan ini dengan mata kuliah yang didapat juga terkait dengan mata kuliah
K3L, dimana penggunaan APD secara tepat merupakan suatu hal yang penting dalam industry
minyak dan gas bumi. Selain itu yang berkaitan dengan softskill, hal ini mengenai bagaimana cara
kita menyampaikan pertanyaan dan pendapat di lingkungan kerja sangat penting untuk diterapkan.
33
34
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas serta pengamatan langsung yang kami lakukan di lapangan, maka dapat
diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :
1. Fluida produksi yang diperoleh Petrochina International Jabung Ltd berasal dari 13 lapangan yaitu
North Geragai Field, Makmur Field, Gemah Field, North East Betara Field, North Betara Field,
Ripah Field, South West Betara Field, West Betara Field, South Betara Field, Marmo Field, Panen
Field, North Betara Extension, dan Sabar Field.
2. Petrochina International Jabung Ltd memiliki 4 plant utama yaitu Central Processing Station (CPS),
Hamilton Plant, Betara Gas Plant (BGP), dan Natural Gas Fractination (NGF).
3. Produk utama yang dihasilkan oleh Central Processing Station (CPS) adalah crude oil, produk utama
Hamilton Plant adalah Natural Gas Liquid (NGL), produk utama Betara Gas Plant (BGP) adalah
sales gas, serta produk utama Natural Gas Fractination (NGF) adalah propane (C3), butane (C4),
dan condensate (C5+).
4. Gas hasil produksi dimanfaatkan untuk gas lift, gas injeksi, fuel gas, dan sales gas sedangkan air
hasil produksi di treatment kemudian diinjeksikan kembali ke dalam formasi melalui sumur injeksi.
5. Crude Oil dan kondensat yang memenuhi spesifikasi akan dikirim ke FSO Federal sedangkan
propane dan butane dikirim ke Petrostar. Keempat produk tersebut dijual ke perusahaan dalam negeri
maupun luar negeri. Sedangkan sales gas dijual ke Singapura melalui pipa PGN.
6.2 Saran
Untuk perusahaan semoga tetap dapat mengutamakan keselamatan, baik di area plant maupun di area
sumur. Dan diharapkan kedepannya perusahaan bisa menerima dan menempatkan adik tingkat penulis pada
saat kerja praktik selanjutnya. Serta mewujudkan kerja sama antara perusahaan dan Universitas Pertamina
sehingga pengembangan ilmu pengetahuan mahasiswa menjadi lebih meningkat.
35
36
DAFTAR PUSTAKA
I Putu, Miratun. 2014. Laporan Kerja Praktek. Tinjauan Lapangan Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi di
Petrochina International Jabung, Ltd. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Nurasad Wildan. 2015. Laporan Kerja Praktik. Studi Proses Pengolahan Gas Pada Area Produksi Betara
Gas Plant Petrochina International Jabung Limited. Depok : Universitas Indonesia.
Sesilia, Farah. 2014. Laporan Kerja Praktik SKK-Migas Petrochina International Jabung Ltd. Peninjauan
Proses Pengolahan Migas Pada Blok Jabung. Bandung : Institut Teknologi dan Sains Bandung.
37
38
LAMPIRAN
39