I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung
karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Banyak diantara senyawa organik,
seperti protein, lemak, dan karbonat merupakan komponen penting dalam biokimia.
Sekitar tahun 1850, Kimia Organik didefenisikan sebagai kimia dari senyawa yang datang
dari benda hidup sehingga timbul istilah Kimia Organik. Defenisi ini mulai usang sekitar
tahun 1900. Pada saat itu, ahli kimia mensintesa senyawa kimia baru di laboratorium, dan
banyak dari senyawa baru ini tidak mempunyai hubungan dengan benda hidup. Pada saat ini,
Kimia Organik didefenisikan sebagai kimia senyawa karbon. Defenisi ini pun tidak terlalu
tepat, karena beberapa senyawa karbon seperti Karbon Dioksida (CO2), Natrium Karbonat
(Na2CO3), dan Kalium Sianida (KCN), dianggap sebagai anorganik.
Senyawa Organik merupakan senyawa kimia yang terdiri dari unsur organik C, H, dan O.
Sehingga mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Senyawa anorganik merupakan senyawa
yang tidak terurai dan umunya terdiri dari unsur anorganik selain C, H, O baik logam
maupun non-logam.
B. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari tes-tes yang digunakan untuk megidentifikasi unsur penyusun senyawa
tersebut.
2. Mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan anorganik.
Senyawa organik adalah senyawa yang terdapat didalam organisme yang sangat
bervarisasi jumlah atom dan strukturnya. Setiap atomnya selalu mengadung karbon sebagai
unsur utamanya senyawa hidrokarbon kurang diganti dengan gugus fungsional (Sukmaria,
1999).
Contoh dari senyawa organik atau molekul: asam nukleat, lemak, protein, gula, enzim,
metana, dan beberapa bahan bakar. Sedangkan contoh dari senyawa anorganik yaitu: NaCl,
logam, dan berlian. Zat yang terbuat dari elemen tunggal dan senyawa lain yang tidak
mengandung ikatan karbon-hidrogen (Hart, 2003). Sifat fisik dan kimia senyawa organik
dapat membedakan satu dengan yang lainnya. Ketika beberapa sifat kiia dan fisika senyawa
senyawa organik dan anorganik sederhana yang menceritakan apakah senyawa termasuk
dalam senyawa organik atau anorgani antara lain pemanasan, konduktifitas, dan ionisasi
(disosiasi) serta kelarutan (Natsir, 2003).
Pada awalnya, perkembangan kimia sebagai sains, senyawa diklasifikasikan sebagai
sewnyawa organik dan anorganik. Senyawa organik berasal dari tanaman dan hewan, dan
lama sekali dipercayai bahwa senyawa organik tidak bisa dibuat di laboraatorium. Sekarang
kita tahu bahwa itu tidak benar. Sintesa senyaw aorganik di laboratorium pertama kali
dilakukan oleh Friederich Wohler pada tahun 1828, yaitu urea (senyawa kimia dalam urine)
dapat dibuat dengan cara mengevaporasi larutan yang mengandung larutan yang
mengandung senyawa anorganik ammoniumsianal.
Walaupun jumlah senyawa organik sangat besar, tetapi senyawa tersebut hanya tersusun
dari beberapa unsur.Pada percobaan ini digunakan metode-metode yang telah digunakan
untuk menyusun komposisi senyawa-senyawa organik. Karena unsur-unsur dalam senyawa
organik umumnya tergolong dalam struktur komplex, kita dibutuhkan beberapa metode
pelepasan unsur-unsur ini. Hidrogen dan karbon dapat dilepaskan dari suatu senyawa melalui
pembakaran. Kasus lain, digunakan basa kuat untuk melepaskan suatu bahan seperti amoniak
atau mengubah sulfur atau posfor menjadi bentuk yang dapat dideteksi. Jika ditemukan air
yang dihasilkan ketika kita membakar sebuah senyawa organik, merupakan bukti bahwa
senyawa mengandung hidrogen.
Pengujian keberadaan karbon dalam suatu senyawa dalam pembakaran yang mmberikan
CO2(g) dan melewatkan gas yang terbentuk dalam pembakaran melalui lime water Ca(OH)2
(aq). Jika endapan putih CaCO3(s) terbentuk, dapat disimpulkan bahwa senyawa yang
dibakar mengandung karbon. Analisis nitrogen dalam senyawa kopleks dilakukan dengan
menguapkan ammonia dan menetralisirnya dengan asam. Uji sulfur bergantung pada
produksi ion sulfida dari pemanasan senyawa organik dalam basa kuat. Ion sulfida kemudian
bereaksi dengan Pb2+ menghasilkan endapan PbS berwarna coklat tua hitam. Posfat dapat
diidentifikasi dengan reaski kompleksnya dengan ion molibdat menghasilakan endapan
kuning. Unsur-unsur halogen dapat ditemukan dalam senyawa organik tetapi jarang terjadi
secara alami dalam senyawa anorganik. Tetapi golongan halogen sering digunakan dalam
reaksi-reaksi organik.
nitrogen dalam senyawa urea ketika urea ditambahkan dengan
d a n dipanaskan, akan terbentuk gas amoniak yang bersi)at basa, hal ini dapat dideteksimelalui
baunya yang khas seperti bau pesing. /gar dapat diketahui bahwa dalamlarutan tersebut terdapat
gas amoniak yang bersi)at basa, digunakan kertas
lakmusuntuk mengindenti)ikasi keberadaannnya, namun pada perobaan ini tidak menggunaka
n kertas lakmus di karenakan bahan yang di maksud tidak ada .0engan menguji melalui kertas
lakmus merah dan biru, dan hasil yang diberikanadalah lakmus biru berubah, dan lakmus merah
tetapmerahinimenunjukkan bahwa di dalam larutan tersebut terdapat ammonia yang bersi)at basa
, yangmerupa kan senyawa organik. $leh sebab itu, dapat kita katakan bahwa ureatermasuk
senyawa organik karena mengandung nitrogen
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Unsur-unsur suatu senyawa dapat diidentIfikasi dengan beberapa cara diantaranya dengan
pembakaran, pemanasan, direaksikan dengan basa kuat serta tes beilstein.
2. Beberapa perbedaan sifat dasar dari senyawa organik dan senyawa
anorganik adalah dapat dilihat dari bentuk ikatannya dan keadaan zat saatdipanaskan,
ionisasi.
3. Perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan anorganik antara lain senyawa organik
memiliki titik didih yang rendah sehingga mudah menguap sedangkan senyawa
anorganik sebaliknya, senyawa organik bersifat non elektrolit sedangkan senyawa
anorganik bersifat elektrolit atau dapat menghantarkan listrik.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Senyawa organik merupakan golongan besar senyawa kimia yangmolekulnya mengandun
g atom karbon. Pengetahuan mengenai senyawa organik dapat dipelajari pada kimia organik.
Kimia organik mempelajari sebuahreaksi-reaksi senyawa organik dan menghasilkan suatu
senyawa baru. Senyawa tersebut dapat diidentifikasi kelarutannya, yaitu tidak larut, larut
sebagian dan larut semua.
Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih. Zat yang jumlahnya lebih ban
yak disebut dengan zat pelarut, dan zat jumlahnya lebihsedikit disebut dengan zat yang
terlarut. Kelarutan dari zat terlarut yaitu jumlahmaksimum zat yang akan larut dalam
sejumlah zat tertentu. Kelarutan dalamkualitatif dapat dibagi menjadi tiga, yaitu zat yang
dapat larut, sedikit larut atautidak larut. !at dapat dikatakan tidak larut apabila zat tersebut
ditambahkan air.
Kelarutan sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitumomen dipole
dari pelarut tersebut. (ildebrand) membuktikan bahwa momendipole tidak cukup untuk
menjelaskan kelarutan zat polar dalam air. Kemampuan ikatan hidrogen zat terlarut lebih
berpengaruh dibandingkan dengan polaritas.
Air melarutkan fenol, aldehida, alkohol, keton dan lain-lain yang mengandungoksigen
dan nitrogen yang membentuk ikatan hydrogen dalam air. Pelarut yangnonpolar tidak dapat
mengurangi gaya tarik-menarik antar ion elektrolit kuat danelektrolit lemah, karena ketetapan
dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut nonpolar termasuk dalam golongan pelarut aprotik
dan tidak dapat membentuk jembatanhydrogen dengan non eletrolit serta tidak dapat
memecahkan ikatan kovalen.
B. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari sifat-sifat kelarutan senyawa organik.
2. Membandingkan tingkat kelarutan suatu senyawa terhadap beberapa pelarut.
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung
karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Di antara beberapa golongan senyawa
organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya;
hidrokarbon aromatik, senyawa yang mengandung paling tidak satu cincin benzene;
senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom non karbon dalam struktur cincinnya; dan
polimer, molekul rantai panjang gugus berulang. Pembeda antara kimia organik dan
anorganik adalah ada atau tidaknya ikatan karbon hydrogen. Sehingga asam karbonat
termasuk anorganik, sedangkan asam format, asam lemak pertama organik (Cahyono, 2012).
Zat organik adalah zat yang banyak mengandung unsure karbon. Contohnya antara lain
Benzen, Chloroform, Detergen, Methoxychlor, dan Pentachlorophenol. Zat organik dibagi
menjadi 2, yaitu zat organik aromatis yaitu senyawa organic yang beraroma, secara kimia
senyawa ini mempunyai ikatan rantai yang melingkar, misalnya benzene, toluene, dan zat
organik non-aromatis yaitu senyawa organik yang tidak beraroma, dan secara kimia tidak
mempunyai ikatan rantai yang melingka, misalnya etana, etanol formalin. Zat organik dapat
digunakan sebagai bahan makanan (Hidayati, et al., 2010).
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk
hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat
anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa
organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2),
hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian besar mineral
akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan
terjadi penggabungan antarindividu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam
anorganik (Arifin, 2008).
Sebagian besar senyawa organik tidak larut dalam air, tetap dapat larut didalam pelarut-
pelarut non polar, seperti etr, benzen dan kloroform. Namun senaywa-senyawa organik yang
mempunyai radikal polar dapat larut dalam air. Jadi, ini berbeda denan sifat-sifat senyawa
anorgani yang pada umumnya larut dalam air dan tdak larut dala, pelarut-pelarut anorganik.
Pada umumnya senyawa organik mudah tebakar. Mula-mula senyawa oganik menjadi hitam
atau mengarang kemudian menjadi uap atau gas (Sumardjo, 2006).
Ketika suatu senyawa ditambahkan kedalam campuran pekarut yang saling tidak
bercampur, zat terlarut itu mendistribusikan dirinya sendiri diantara kedua pelarut
bedasarkan afinitasnya pada masing-masing fase. Senyawa polar akan cenderung menyukai
fase berair atau fase polar, sedangkan senyawa-senyawa non polar akan menyukai fase
organik atau fase non polar (Cairns, 2004).
Dalam senyawa kovalen seperti H2O, HCl, CH3OH atau H2C=O, satu atom mempunyai
keelektronegatifan yang substansi lebih besar dari pada yang lain. Semakin elektronegatif
suatu atom, semakin besar tarikannya terhadap electron ikatan – tarikannya tidak cukup bagi
atom untuk memecahkannya menjadi ion, tetapi cukup sehingga atom ini mempunyai bagian
rapat elektron yang lebih besar. Hasilnya adalah ikatan kovalen polar, suatu ikatan dengan
distribusi rapat elektron yang merata (Fessenden dan Fessenden, 1986).
Sumber daya organik merupakan gudang senyawa kimia yang sangat potensial sebagai
sumber senyawa baru yang unik yang tidak dapat ditemukan di laboratorium dan mungkin
sangat berguna dalam keperluan pengobatan, pertanian, dan industri Indonesia memiliki
sumberdaya organik melimpah, merupakan kekayaan yang sebagian besar belum diteliti
kandungan kimianya. Oleh karenanya Indonesia adalah suatu negara yang sangat prosfektif
untuk mengembangkan kimia organik bahan alam, hal ini merupakan peluang dan tantangan
bagi ilmuwan kimia bahan alam di Indonesia (Mamahit et al., 2010).
Asam-asam organik, merupakan bagian dari bahan organik, adalah hasil kegiatan jasad
hidup baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan batuan. Senyawa ini umumnya
merupakan hasil buangan (sekresi, eksudat) atau pun rombakan. Asam-asam ini, seperti
asam anorganik umumnya karena pada gugus fungsionalnya dapat mengalami disosiasi yang
melepasakan proton (H+) dan proton ini dapat menyerang mineral batuan. Selain itu sisa
asamnya (anion organik) dapat membentuk senyawa kompleks dengan kation-kation pada
tepi mineral atau kation yang terlepas dari mineral (Ismangil et el., 2005).
B. Pembahasan
Kelarutan merupakan kemampuan suatu zat untuk dapat bercampur secara sempurna
dengan suatu pelarut tertentu. Secara umum, dikatakan larutan apabila zat terlarut dan
perlarutnya berada dalam fase yang sama, sehingga sifat-sifatnya sama diseluruh cairan.
Campuran ini disebut juga campuran homogen. Tetapi suatu pelarut tertentu dicampur
kemudian membentuk 2 lapisan, maka campuran merupakan campuran dua fase atau biasa
disebut dengan campuran heterogen.
Zat organik adalah zat yang banyak mengandung unsure karbon. Contohnya antara lain
Benzen, Chloroform, Detergen, Methoxychlor, dan Pentachlorophenol. Zat organik dibagi
menjadi 2, yaitu zat organik aromatis yaitu senyawa organic yang beraroma, secara kimia
senyawa ini mempunyai ikatan rantai yang melingkar, misalnya benzene, toluene, dan zat
organik non-aromatis yaitu senyawa organik yang tidak beraroma, dan secara kimia tidak
mempunyai ikatan rantai yang melingka, misalnya etana, etanol formalin. Zat organik dapat
digunakan sebagai bahan makanan
Pada percobaan ini, dilakukan pengujian kelarutan beberapa contoh senyawa dalam
berbagai jenis pelarut. Senyawa - senyawa tersebut yaitu n-heksana, minyak tanah, etanol,
larutan glukosa, etilasetat, kloroform, eter, asam asetat, air, asam sulfat, natrium hidroksida,
asam klorida, paraffin, larutan kanji, solar, bensin, minyak goreng, dan pertamax. Senyawa-
senyawa tersebut selain dijadikan sampel juga dijadikan sebagai pelarut dalam percobaan ini.
Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut didasarkan pada suatu prinsip yang disebut
dengan prinsip like dissolved like. Prinsip like dissolved like yang pertama yaitu, suatu
senyawa larut pada pelarut yang mempunyai struktur yang mirip dengannya. Berdasarkan
kepolarannya, air, HCl, H2SO4 dan NaOH merupakan pelarut polar dan n-heksan sebagai
pelarut non polar. Berdasarkan pada prinsip kelarutan like dissolves like, maka senyawa yang
bersifat polar akan larut dalam pelarut yang polar, begitupun untuk senyawa yang bersifat
non polar akan larut dalam pelarut non polar.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum ini, hanya glukosa yang menunjukan
kelarutan pada segala jenis pelarut. Kelarutan suatu solut dalam sejumlah solven selain
dipengaruhi oleh kepolaran, juga dipengaruhi oleh kemampuan untuk membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul pelarut. Pada glukosa misalnya, glukosa merupakan senyawa non
polar, dimana glukosa dibentuk oleh ikatan kovalen dan muatan dieletriknya adalah O karena
kecilnya perbedaan elektronegativitasnya. Bila berpatokan pada prinsip Like dissolves like
maka glukosa seharusnya hanya dapat larut dalam pelarut non polar yaitu n-heksan. Namun
karena kemampuannya untuk membentuk ikatan hidrogen melalui atom O pada gugus
glukosa yang melakukan ikatan dengan atom H pada air sehingga glukosa dapat larut dalam
pelarut air. Namun bukan saja dengan air senyawa glukosa dapat membentuk ikatan
hidrogen, pada pelarut polar lainnya juga.
Etilasetat merupakan pelarut semi polar yang bersifat volatil (mudah menguap). Etil
asetat merupakan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang
bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan
nitrogen serta etil asetat juga merupakan suatu penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan.
Kelarutan etil asetat dapat meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Etil asetat akan
melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Dalam
air yang mengandung basa atau asam senyawa ini tidak stabil. Untuk bahan kloroform, asam
asetat, air, asam sulfat, natrium hidroksida, dan asam klorida menunjukkan kepolaritasannya
dalam kelarutan pada pelarut, dimana bahan-bahan uji ini hanya larut dalam pelarut polarnya
dan tidak pada pelarut n-heksan. Seperti yang dijelaskan pada literatur, kecenderungan suatu
zat untuk larut sempurna dalam pelarutnya diperngaruhi oleh kesamaan polaritas, kesamaan
zat tersebut untuk berubah menjadi kutup-kutup yang berupa kation dan anion dan
membentuk suatu zat baru dengan melakukan ikatan antar kutup. Pada kloroform, asam
asetat, asam klorida, natrium hidroksida dan lain sebagainya, ikatan antar atom nya dibentuk
dari ikatan ionik atau kovalen polar. Dimana ikatan ionik apabila diputuskan, maka atom
yang memiliki tingkat elektronegatif lebih tinggi akan bermuatan negatif dan atom lainnya
akan bermuatan positif. Ketika 2 zat ini dicampurkan maka bagian parsial positif akan
menarik bagian parsial negatif untuk membentuk ikatan baru sehingga dihasilkan zat baru.
HCl mupakan senyawa polar yang bersifat asam, semua senyawa yang di uji dapat larut
di dalam HCl kecuali etil asetat dan minyak tanah. Etil asetat tidak dapat larut dalam HCl
sebab senyawa tersebut tidak stabil dalam keadaan asam. Sedangkan minyak tanah
disebabkan karena sifatnya yang nonpolar. Dalam pelarut HCl memiliki ion yang lebih
elegtromagetif yaitu Cl- sehingga elektron dari ion H+ lebih tertarik keion tersebut dan ini
menyebabkan momen dipolnya yaitu dipol positif dan dipol negatif sehingga membentuk
kutub. Inilah yang menyebabkan kepolaran sehingga senyawa polar dapat larut didalamnya.
Turunan alkohol yaitu metanol, etanol dan butanol berdasarkan hasil percobaan ini
diperoleh data yang menunjukkan hanya butanol yang tidak larut pada beberapa pelarut yang
disediakan. Dalam prinsip like dissolves like dijelaskan bahwa kelarutan dapat dipengaruhi
oleh kesamaan struktur yang membentuk molekulnya. Molekul air, dibentuk oleh atom H dan
O dan alkohol juga dibentuk oleh atom H dan O oleh sebuah ikatan sigma. Adanya gugus
OH ini membuat alkohol memiki polaritas yang hampir sama dengan polaritas air. Namun
kepolaritasan yang dimiliki oleh senyawa-senyawa turunan alkohol tidak akan sebanding
dengan polaritas air, hal ini dipengaruhi oleh kehadiran gugus alkil pada molekulnya. seperti
yang diketahui gugus alkil merupakan gugus non polar, semakin panjang alkil yang dimiliki
oleh suatu senyawa maka semakin besar sifat non polarnya. Pada metanol dan etanol, dimana
gugus alkil yang kedua senyawa ini miliki tidak begitu panjang dan tidak merubah tingkat
kelektronegatif sehinnga etanol dan metanol dapat larut dalam pelarut polar. Sedangkan pada
butanol, gugus alkilnya lebih mendominasi molekul sehingga tidak dapat larut dalam
senyawa polar. Namun, pada hasil yang diperoleh butanol juga tidak larut dalam pelarut n-
heksan sebagai pelarut nonpolar. Hal ini dapat diperngaruhi oleh kesalahan dalam
mencampur bahan.
Untuk kelarutan parafin, minyak goreng dan etil asetat sebagai senyawa nonpolar sudah
dapat dipastikan hanya akan larut dalam pelarut non polar, dan hal ini dibenarkan pada hasil
pencampuran ketiga bahan ini dengan pelarut n-heksan. Dimana, ketiga bahan ini hanya larut
total dalam n-heksana dan membentuk 2 lapis cairan apabila dilarutkan dalam pelarut polar.
Terbentuknya 2 lapis cairan oleh senyawa polar dan senyawa nonpolar ini dipengaruhi oleh
ikatan yang dibentuk. Pada literatur dijelaskan non polar hnya dapat berikatan antar alkil
sehingga ketika dicampurkan, senyawa polar yang umumnya tidak memiliki rantai alkil tidak
dapat diikat oleh senyawa nonpolar. Begitupun senyawa polar yang dapat berikatan apabila
ada ion bermuatan yang dihasilkan atau adanya atom yng lebih elekronegatif menarik atom H
dan membentuk jembatan hidrogen.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat yang dapat larut dalam pelarut tertentu. Pelarut polar
akan larut ketika dicampurkan dengan senyawa polar, sedangkan pelarut nonpolar hanya
akan larut pada senyawa yang bersifat nonpolar.
2. Senyawa organik dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutan dalam pelarut organiknya itu
senyawa polar larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar larut dalam senyawa
nonpolar.
3. Kelarutan dari senyawa organik dalam pelarut inert dan dalam pelarut aktif, secara kimia
tergantung pada struktur molekulnya serta sifat fisika dan kimia zat pelarut.
PERCOBAAN III : STRUKTUR MOLEKUL SENYAWA ORGANIK DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL MOLEKUL
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan namanya, komponen hidrokarbon hanya terdiri dari elemen hidrogen dan
karbon. Beribu-ribu komponen hidrokarbon terdapat di alam, di mana pada suhu kamar
terdapat tiga bentuk, yaitu gas, cair, dan padat. Sifat fisik dari masing-masing bentuk tersebut
dipengaruhi oleh struktur molekul, terutama jumlah atom karbon yang menyusun molekul
hidrokarbon. Hidro yang mengandung 1-4 atom karbon berbentuk gas pada suhu kamar,
sedangkan yang mengandung 5 atau lebih atom karbon berbentuk cair atau padat. Semikin
tinggi jumlah atom karbon semakin cenderung untuk terdapat dalam bentuk padat.
Hidrokarbon yang sering menimbulkan masalah dalam polusi udara adalah yang berbentuk
gas pada suhu atmosfer normal atau hidrokarbon yang bersifat sangat volatil (mudah berubah
menjadi gas) pada suhu tersebut. Kebanyakan komponen-komponen tersebut mempunyai
struktur yang sederhana, yaitu mengandung 12 atom karbon atau kurang per molekul
(Fardiaz, 1992). Hidrokarbon merupakan senyawa yang penting dalam industri kimia,
misalnya sebagai bahan baku polimer, MTBE, untuk alkilasi, senyawa isooktana, maupun
LPG. Sampai saat ini, sumber utama senyawa hidrokarbon tersebut berasal dari hasil
pengolahan minyak bumi. Karena semakin menipisnya cadangan minyak dunia, maka di masa
depan kebergantungan akan hidrokarbon pada pasokan minyak harus segera dicarikan
alternatif sumber lainnya (Setiadi dan Dariyus, 2007). Berdasarkan kasus di atas, maka
dilakukanlah percobaan mengenai hidrokarbon.
B. Tujuan Praktikum
Kimia organik sebagai kimia karbon, variasi struktur molekul organik sangat tergantung
pada kondisi atom karbon. Kondisi dimaksud salah satunya adalah orbital hibrid
atomkarbon. Selain itu, dalam kimia organik sering ditemmukan senyawa yang memiliki
rumus molekul sama tetapi rumus strukturnya berbeda atau isomer, seperti n-butana dan
isobutana dengan rumus molekul C4H10. Penggunaan model molekul dapat menolong dalam
memvisualisikan berbagai senyawa organik, sehingga struktur tiga dimensi dari tiap
molekul dapat dipahami lebih eeal. Reaksi kimia pada dasarnya merupakan pemutusan
ikatan pereaksi dan pembentukan kembali ikatan baru. Visualisasi persamaan reaksi
sederhana akan lebih jelas dengan menggunakan model molekul. Dalam latihan ini, model
molekul akan digunakan untuk memberikan pehaman secara real tentang sturuktur tiga
dimensi suatu molekul, baik isomer, struktur Haworth maupun struktur Shawhorse serta
reaksi-reaksi kimia organik.
III. METODOLOGI
Adapun waktu dan tempat dilakukannya praktikum ini adalah 18 Juli sampai 20 Juli yang
bertempat di Laboratorium terpadu Fakultas Farmasi dan ilmu kesehatan masyarakat.
Busur derajat
Molimod “Darling Models” dengan spesifikasi :
1) Warna
a) Putih : hidrogen
b) Hitam : karbon
c) Biru : nitrogen
d) Merah : oksigen
e) Hijau : fluorin, klorin, bromin, iodin
f) Kuning : sulfur
C. Prosedur Kerja
1. Penyusunan bentuk molekul
Susun dan buatlah senyawa berikut
Br2
H2O
H2SO4
Metana
Etena
A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan ini, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
M e l a l u i m o d e l m o l e k u l ( m o l i m o d ) d a p a t m e m p e r m u d a h d a l a m m e m a h a m i str
uktur tiga dimensi suatu molekul, baik isomer maupun struktur dari molekulitu sendiri.
Eisualisasi atau penggambaran senyawasenyawa organ
i k d e n g a n menggunakan molimod jauh lebih memudahkan kita untuk mengetahui
posisistabil yang dapat dibentuk oleh suatu senyawa.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata alkohol segera mengingatkan kita pada etanol, yaitu senyawa
memabukkan yang terdapat dalam anggur dan bir. Etanol adalah salah satu
darikeluarga senyawa organik yang disebut alkohol yang terdapat di alam. Alkohol alamimeliputi 2-
feniletanol, yaitu senyawa yang menyebabkan bau memabukkan
dari bunga mawar, sukrosa yaitu gula untuk memenuhi rasa manis; dan banyak lagi.Gugus
hidroksil terdapat dalam banyak molekul yang penting secara biologis.
Empata l k o h o l e n u h y a n g p e n t i n g d a l a m m e t a b o l i s m e i a l a h ! - m e t i l - 2 -
b u t e n - " - o l , !-metil-!-buten-"-ol, geraniol, dan fernesol #$art, dkk., 2%%!&.'enol kurang terlibat
dibandingkan dengan alkohol dalam proses metabolismemendasar. (amun, ada tiga alkohol fenolik yang
membentuk blok pembangun dasar dari lignin, yaitu )at polimer rumit, yang bersama-sama
dengan selulosa, membentuk bagian berkayu pada pohon. *eberapa bahan alam fenolik yang
harus dihindari ialahurushiol, yaitu bahan alergen aktif dalam racun tumbuhan
ivy
dan
oak
#$art, dkk.,2%%!&. Alkohol dan fenol merupakan senyawa yang sangat penting dalam kehidupansehari-
hari. (amun demikian, salah satu enis alkohol dan fenol uga
merupakans e n y a w a y a n g s a n g a t b e r b a h a y a . + l e h k a r e n a n y a d i p e r l u k a n p e n g
etahuan dankeahlian agar dapat memanfaatkannya dengan menghindari efe
k b u r u k y a n g ditimbulkannya. *erdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah praktikum
tentangalkohol dan fenol.
B. Tujuan Praktikum
1. Mempejari beberapa sifat kimia dan sifat fisika dari alkohol dan fenol
Alkohol R-OH dapat dianggap hidrolisis dari alkana R-H, maupun sebagai turunan alkali dari air
H-OH. Sebagai turunan alkana maupun air, sifat alcohol dapat menyerupai sifat air karena keasaman
gusus fungsi keduanya. Alkohol rantai rendah (CI-C5) mempunyai sifat yang menyerupai sifat air karena
gugus hidroksil (-OH) mengambil bagian yang lebih besar dalam molekulnya, sedangkan alkohol yang
lebih tinggi dari (C6 ke atas) terutama mempunyai sifat alkana, hanya sedikit yang larut dalam air, tetapi
malah larut dalam pelarut organik. Sifat lain dari a;kohol dapat ditentukan oleh gugus hidroksil pada
atom C, yang dikenal sebagai alkohol primr(R-OH), alkohol sekunder R2CHOH dan alkohol tersier (R3C-
OH).