Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEORI BELAJAR SKINNER

DITULIS SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MATA KULIAH KAJIAN


FILSAFAT DAN DIKDATIK PENDIDIKAN DASAR
DOSEN PENGAMPU : Dr. JOKO SULIANTO, M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
SANTI RUCI ANI, S.d 121560041
ANNISA ANGGUN 121560051

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2022

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................1


B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Biografi Singkat B.F. Skinner.............................................................3

B. Awal Mula Kemunculan Teori Skinner...............................................3


C. Eksperimen Teori Skinner...................................................................4
D. Defenisi dan Prinsip Teori Belajar Skinner.........................................5
E. Kelebihan Teori Skinner....................................................................15
F. Kelemahan Teori Skinner...................................................................16

BAB IV PENUTUP........................................................................................22

Kesimpulan.........................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................23

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berbicara tentang belajar dan pembelajaran, tentunya hal ini merupakan
bagian yang tidak bisa dipisahkan dari proses pendidikan, meskipun memang
pendidikan bukan sebatas hanya penerapan teori belajar dan pembelajaran di
kelas. Namun, yang perlu dipertegas di sini adalah bahwa belajar merupakan
proses yang sangat penting dalam pendidikan. bahkan tidak jarang keberhasilan
dari pendidikan itu sendiri ditentukan oleh keberhasilan proses belajar mengajar
ini.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan
tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit.
Belajar terdiri dari kegiatan psikhis dan fisis yang saling bekerjasama dan
komprehensif integral. Hakikat belajar bertitik tolak dari suatu konsep bahwa
belajar merupakan perubahan perbuatan melalui aktivitas, praktik dan pengalaman
(Hamalik, 2009: 55). Para ahli psikologi pada umumnya memandang belajar
sebagai kelakuan yang berubah. Gagasan tentang belajar menyangkut perubahan
ini tentunya membutuhkan waktu dan tempat. Perhatian utama dalam belajar
adalah perilaku verbal dari manusia, yaitu kemampuan manusia untuk menangkap
informasi mengenai ilmu pengetahuan yang diterimanya dalam belajar (Sagala,
2009: 11-14).
B.f Skinner merupakan pencetus atau pelopor dari teori behaviorisme.
Tingkah laku manusia harus dikontrol karena dengan berubahnya tingkah laku dapat
merubah kepribadian seseorang. Menurutnya tingkah laku manusia memiliki
kemampuan untuk mengontrol suatu kejadian yang akan datang dan menguji
kemungkinan-kemungkinan tersebut.
Hal utama dari teori Skinner yakni teori belajar, dengan belajar maka individu
dapat memiliki perubahan tingkah laku. Ditandai dengan memiliki tingkah laku baru
misalkan menjadi lebih mandiri. Menurut Skinner kepribadian dapat dipahami dan
dipelajari dengan cara mempertingkatkan hubungan tingkah laku dengan lingkungan
yang terus menerus. Cara yang paling efektif untuk mengubah tingkah laku adalah
dengan melakukan penguatan (reinforcement), sebuah strategi yang membuat tingkah
laku berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya di masa mendatang.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa biografi singkat B.F.Skinner?
2. Bagaimana awal mula kemunculan teori belajar skinner?
3. Apa eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner?
4. Apa defenisi dan prinsip – prinsip belajar menurut skinner?
5. Bagaimana tiga asumsi dasar teori belajar skinner?
6. Apa kelebihan dari teori belajar skinner?
7. Apa kekurangan dari teori belajar skinner?

C. Tujuan Penulis
Berdasarkan rumusan masalah, makalah ini bertujuan untuk memahami:
1. Apa biografi singkat B.F.Skinner?
2. Bagaimana awal mula kemunculan teori belajar skinner?
3. Apa eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner?
4. Apa defenisi dan prinsip – prinsip belajar menurut skinner?
5. Bagaimana tiga asumsi dasar teori belajar skinner?
6. Apa kelebihan dari teori belajar skinner?
7. Apa kekurangan dari teori belajar skinner?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Singkat BURRHUS FREDERIC SKINNER (1904-1990)


Burrhus Frederic Skinner (20 Maret 1904 – 18 Agustus 1990) adalah
seorang psikolog Amerika Serikat terkenal dari aliran behaviorisme yang
menyatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh lingkungan Skinner
memberikan definisi mengenai belajar sebagai proses adaptasi atau penyesuaian
perilaku. kepribadian dapat dipahami dan dipelajari dengan cara
mempertingkatkan hubungan tingkah laku dengan lingkungan yang terus
menerus. Cara yang paling efektif untuk mengubah tingkah laku adalah dengan
melakukan penguatan (reinforcement), sebuah strategi yang membuat tingkah
laku berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya di masa mendatang.

B. Awal Mula Kemunculan Teori Skinner


Pada dasarnya teori pengkondisian operan (operant conditioning) yang
dikembangkan oleh Burrhus Frederic Skinner bermula dari pemikiran E.L.
Thorndike di tahun 1911. E.L. Thorndike memunculkan teori ini setelah
kemunculan teori classical conditioning yang disampaikan oleh Pavlov.
Kemudian, Thorndike untuk menyakinkan teori temuannya, maka ia melakukan
penelitian atau percobaan pada binatang. Binatang yang dijadikan bahan uji coba
diletakkan di sebuah “kotak teka-teki”, setelah beberapa kali percobaan ternyata
binatang bisa keluar dari “kotak teka-teki” dengan cepat. Dari beberapa kali
percobaan itulah, Thorndike mengungkapkan sebuah hipotesis “ apabila suatu
respon berakibat menyenangkan, kemungkinan besar menciptakan respon lain
yang sama” hipotesis ini sudah dikenal dengan istilah hukum akibat atau law of
effect.
Setelah Thorndike sukses dengan penemuan teorinya, maka Skinner mulai
mengembangkan teori yang telah diungkapkan oleh Thorndike. Skinner
mengembangkan teori pengkondisian operan (operant conditioning) dengan
memberikan penguatan ke dalam hukum akibat. Unsur penguatan yang dilakukan
oleh Skinner berupa tingkah laku yang bisa menguatkan kemungkinan besar akan
muncul kembali. Sementara itu, tingkah laku yang tidak bisa menguatkan
kemungkinan besar akan terhapus atau menghilang.

3
Dengan demikian, teori pengkondisian operan (operant conditioning) ini sangat
berkaitan dengan psikologi belajar. Dengan teori ini, suatu kegiatan belajar
mengajar sangat bergantung terhadap respon yang telah dilakukan oleh seseorang.
Kita bisa melihat teori ini ketika seorang siswa mengerjakan sebuah soal akan
mendapatkan nilai dari soal yang dikerjakan.

C. Eksperimen Teori Belajar Skinner


Burrhus Frederic Skinner mengembangkan teori pengkondisian operan
(operant conditioning) melalui penelitian dengan menggunakan seekor tikus.
Tikus yang dijadikan bahan penelitian dan percobaan itu diletakkan di dalam
sebuah peti yang dinamakan skinner box atau kotak skinner. Kotak skinner ini
terdiri dari dua macam komponen utama, yaitu manipulandum dan alat pemberi
reinforcement.

Pada dasarnya kedua komponen utama itu sangat berkaitan, sehingga bisa
menciptakan kotak skinner yang ideal. Manipulandum adalah suatu komponen
yang bisa dimanipulasi serta setiap gerakannya sangat berkaitan dengan
reinforcement. Komponen-komponen yang ada di skinner box berupa tombol,
pengungkit, dan jeruji. Ketika seekor berada di dalam kotak Skinner, maka tikus
tersebut akan mencari jalan-jalan mengelilingi kota Skinner untuk mendapatkan
hal yang diinginkan.
Kemudian, setelah mengelilingi kota Skinner, tikus tersebut memunculkan
tingkah laku yang menyebabkan tombol pengungkit tertekan. Ketika tombol
pengungkit tertekan, maka keluarlah butir-butir makanan yang kemudian masuk
ke dalam kotak Skinner.

4
Dari eksperimen yang telah dilakukan oleh Skinner dengan menggunakan
tikus ini, maka ia menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar harus
memerhatikan penguatan. Dalam hal ini, penguatan sangat berkaitan dengan
stimulus dan respon. Dengan kata lain, stimulus dan respon akan bertambah kuat,
jika diberikan penguatan. Selain itu, Skinner juga membagi penguatan ke dalam
dua jenis, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
Pada umumnya, penguatan positif berupa apresiasi, hadiah, penghargaan,
perilaku baik, dan lain-lain. Sedangkan, penguatan negatif berupa tidak adanya
apresiasi terhadap tugas yang telah dikerjakan, perilaku yang tidak
menyenangkan, dan sebagainya.

D. Definisi dan Prinsip – Prinsip Teeori Belajar Skinner


Dalam teori belajar Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu
prilaku, pada saat orang belajar, dan responnya menjadi lebih baik.
Menurut Skinner dalam belajar ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1. kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons belajar;
2. respons si pelajar;
3. konsekuensi yang bersifat mengunakan respons tersebut baik konsekuensi
sebagaihadiah maupun teguran atau hukuman.
Adapun langkah langkah pembelajaran dalam Teori Skinner yakni
sebagai berikut:
1. Mempelajari keadaan kelas berkaitan dengan prilaku siswa
2. Membuat daftar penguat positif.
3. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis
penguatannya.
4. Membuat program pembelajaran berisi urutan prilaku yang dikehendaki,
penguatan, waktu mempelajari prilaku, dan evaluasi

5
Sedangkan menurut Suciati dan Prasetya secara umum langkah langkah
pembelajaran yang berpijak pada teori Skinner (Behavioristik) sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan tujuan pembelajaran
2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk
mengidentifikasipengetahuan awal (entry behavior) siswa.
3. Menentukan materi pelajaran.
4. Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil kecil, meliputi pokok
bahasan, sub poko bahasan, topik, dsb.
5. Menyajikan materi pelajaran.
6. Memberikan stimulus, dapat berupa pertanyaan baik lisan maupun
tertulis,tes/ kuis, latihan, atau tugas tugas.
7. Mengamati dan mengkaji respons yang di berikan siswa.
8. Memberikan penguatan/ reinforcemen (mungkin penguatan positif
ataupunpenguatan negatif), ataupun hukuman.
9. Memberikan stimulus baru.
10. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman.
11. Evaluasi hasil belajar.

Pada dasarnya teori Skinner mendefinisikan belajar sebagai proses


perubahan prilaku pada diri siswa yang dicapai sebagai hasil belajar tersebut
melalui proses penguatan prilaku yang dilakukan oleh seorang guru. Burrhus
Frederic Skinner Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk
menerangkan tingkah laku. Dalam perkembangan pisikologi belajar, ia
mengemukakan teori operan conditioning. Dimana seseorang dapat mengontrol
tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam
lingkungan yang sangat besar. Operan conditioning adalah suatu proses prilaku
operan (pengatan positif atau negative) yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuatu dengan keinginan.

6
Sebagai tokoh behavioristik Skinner mengatakan bahwa belajar dapat di
pahami, dijelaskan, dan diprediksi secara keseluruhan melalui kejadian yang dapat
diamati, yakni prilaku peserta didik beserta anteseden dan konsekuensinya
lingkunganya. Menurut Skinner untuk mengamati konsekuensi dari prilaku dapat
ditunjukan dalam prilaku berikutnya misalnya, sesorang siswa yang mendapat
hadiah dari guru nya berupa senyum ketika meminta perhatian didalam ruangan
kelas kemungkinan besar mengikuti arahan gurunya dari pada siswa lain yang
prilakunya tidak tampak dan tidak pernah di tegur.
Teori belajar dari Skinner apabila dapat diterapkan dengan baik dan benar,
pada dasarnya akan menjadikan proses belajar dan mengajar bagi siswa lebih
berhasil. Oleh sebab itu untuk melaksanakan atau meneraplan teori belajar operant
conditioning dalam proses pembelajaran, menurut Sughiartono dkk, perlu
memperhatikan prinsip prinsip berikut:
1. Dalam proses pembelajaran, laporan atau hasil proses belajar harus segera
diberitahukan pada siswa, jika salah satu dibetulkan dan jika benar di beri
penguat.
2. Dalam proses belajar dan pembelajaran, guru harus mengikuti irama siswa yang
belajar. Dengan kata lain, pendidik tidak dapat memaksakan kehendaknya
kepada siswa.
3. Pelaksanaan proses pembelajaran ada baiknya materi materi pelajaran disusun
dan dilaksanakan sesuai mengunakan sistem modul.
4. Apabila tingkah laku yang diinginkan pendidik muncul, siswa dengan segera
diberi hadiah sebagai bentuk penguatan.
5. Dalam pembelajaran digunakan shaping, yaitu pembentukaan pembiasaan-
pembiasaan atas dasar pengalaman belajar dari rangkain stimulus dan respons.
Dari prinsip di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya prinsip belajar
Skinner lebih menekankan proses dan penguatan positif kepada siswa supaya siswa
lebih terpacu lagi untuk belajar.
Skinner mengembangkan teori kondisioning dengan menggunakan tikus
sebagai percobaan. Menurutnya, suatu respons sesungguhnya juga menghasilkan
sejumlah konsekuensi yang nantinya akan memengharui tingkah laku manusia.
Untuk memahami tingkah laku siswa secara tuntas, menurut skinner perlu
memahami hubungan anatara satu stimulus dengan stimulus lainnya, memahami
respons itu sendiri, dan berbagi konsekuensi yang diakibatkan oleh respons
7
tersebut.
Skinner juga mengemukakan bahwa menggunakan perubahan mental
sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan membuat segala
sesuatunya menjadi bertambah rumit, sebab alat itu akhirnya juga harus dijelaskan
lagi. Dari hasil percobaanya ,Skinner membedakan respons menjadi dua, yaitu (a)
respons yang timbul dari stimulus tertentu, dan (b) “operant (instrumental)”yang
timbul dan berkembang karena diikuti oleh perangsang tertentu.
Teori Skinner dikenal dengan“operant conditioning”dengan enam
konsepnya, yaitu:
1. Penguatan positif dan negatif
2. Shapping, proses pembentukan tingkah laku yang makin mendekati tingkah
laku yang diharapkan
3. Sehingga responpun sesuai dengan yang diisyaratkan
4. Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari tindakan
penguatan.
5. Chainning of response,responsdan stimulus yang satusama lain.
Jadwal penguatan,variasi pemberian penguatan rasio tetap dan
bervariasi. Skinner memulai penemuan teori belajarnya dengan kepercayaan
bahwa prinsip kondisioning klasik hanya sebagian kecil dari prilaku yang bisa
dipelajari.Banyak prilaku manusia adalah operan, bukan responden. Pada
dasarnya, Skinner mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan prilaku.
Perubahan prilaku baru yang muncul, yang biasanya disebut dengan kondisioning
operan (operant conditioning ).

Dari hasil eksperimen yang dilakukan oleh Skinner, ada beberapa prinsip
belajar yang menghasilkan perubahan perilaku yakni sebagai berikut:
a. Reinforcemen(Penguatan)
Reinforcemen didefinisikan sebagai sebuah konsikuen yang menguatkan
tingkah laku atau frekuensi tingkah laku .keefektifan sebuah reinforcemen dalam
proses belajar perlu ditunjukan. Karena kita dapat mengansumsikan
sebuahkonsukuen adalah reinforce sampai terbukti bahwa konsekuen tersebut
dapat menguatkan prilaku. Misalnya, permen pada umumnya dapat menjadi
reinforce bagi prilaku anak kecil, tetapi ketika mereka beranjak dewasa permen
bukan lagi sesuatu yang menyenangkan, bahkan beberapa anak kecil juga

8
tidak menyukai permen. Kadang ada seeorang guru yang mengatakan
bahwa ia telah merinforce siswanya dengan memberi hadiah untuk prilaku
seorang murid agar duduk tenang selama pelajran berlangsung, tetapi sang
murid tidak mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini
guru telah melakukan kesalahan dalam mengunakan istilah reinforce
sehingga hadiah yang di berikan kepada siswa tidak dapat menguatkan
perilaku siswa yang diharapkan. Tidak semua hadiah yang diberikan
kepada seorang dapat menjadi reinforce bagi prilaku yang di inginkan.
Oleh karena itu, agar sebuah hadiah (reinforce) yang diberikan kepada
sesorang untuk meningkatkan perilakunya yang sesuai maka perlu
memahami jenis jenis reinforcemen yang disukai atau diperlukan oleh
orang yang akan diberi reinforcemen.
Reinforcemen (penguatan) didefinisikan sebagai setiap
konsekuensi yang memperkuat (maksudnya, meningkatkan frekuensi)
prilaku. Kita tidak dapat berasumsi bahwa konsekuensi tertentu merupakan
penguatan hingga kita mempunyai bukti bahwa hal itu memperkuat prilaku
bagi orang tertentu. Misalnya seorang guru yang berkata “ saya
menguatkan dia dengan pujian agar tetap duduk dikursinya selama
pembelajaran Matematika, tetapi tidak berhasil “ mungkin saja salah
mengunakan istilah menguatkan jika tidak ada bukti bahwa pujian pada
kenyataanya merupakan penguatan bagi siswa tertentu. Tidak satupun
imbalan dapat diasumsikan sebagai penguatan bagi setiap orang dalam
semua kondisi.
Reinforcemen (penguatan) memiliki dua efek: memperkuat
perilaku dan memberikan penghargaan pada orang tersebut. Oleh
karena itu, penguatan dan penghargaan tidak sama. Setiap prilaku yang
diberi penguatan tidak selalu bersifat memberikan penghargaan atau
meyenangkanorang tersebut. Sebagai contoh, orang orang diberi penguatan
untuk bekerja, namun banyak yang menemukan bahwa pekerjaan mereka
membosankan, dan tidak menarik, dan tidak memberikan penghargaan
apapaun.

9
secaraumum, renforcmen dapat dibedakan menjadi tiga :
1. Dari segi jenisnya dibagi menjadi dua kategori, yaitu reinforcemen
primer dan reinforcemen sekunder. Reinforcemen primer adalah berupa
kebutuhan dasar manusia, seperti makanan, air, keamanaan,
kehangatan, dan lain sebagainya. Sedangkan reinforcemen sekunder
adalah reinforcemen yang diasosiasikan dengan reinforcemen primer.
Misalnya, uang mungkin tidak mempunyai nilai bagi anak kecil
sampai ia belajar bahwa uang itu dapat di gunakan untuk membeli kue
kesukaanya.
2. Dari segi bentuknya, reinforcemen dibagi menjadi dua yaitu,
reinforcemen positif dan reinforcemen negative. Reinforcemen positif
adalah konsekuen yang diberikan untuk menguatkan atau
meningkatkan prilaku seperti hadiah, pujian, kelulusan dan lain
sebagainya. Sedangkan reinforcemen negative adalah menarik diri dari
situasi yang tidak menyenangkan untuk menguatkan tingkah laku.
Misalnya, guru yang membebaskan muridnya dari tugas
membersihkan kamar mandi jika muridnya dapat menyelesaikan tugas
rumahnya. Kata kunci kedua pengertian tadi adalah jika reinforcemen
baik positif maupun negative selalu bertujuan untuk menguatkan
tingkah laku, sedangkan punishmen atau hukuman bertujuan untuk
menurunkanatau memperlemah tingkah laku.
3. Waktu pemberian reinforcemen, Keefiktifan reinforcemen dakam
prilaku tergantung pada berbagai faktor, salah satu diantarnya adalah
frekiensi atau jadwal pemberian reinforcemen.
Ada empat macam pemberian jadwal reinforcemen:
a. Fixed ratio ( FR ) adalah salah satu skedul pemberian reinforcemen
ketika reinforcemen diberikan setelah sejumlah tingkah laku.
Misalkan, seorang guru mengatakan kalau kalian dapat
menyelesaikan sepuluh soal matematika.
b. Dengan cepat dan benar, kalian boleh pulang lebih dahulu”.
Variable- ratioadalah sejumlah prilaku yang dibutuhkan untuk berbagai
macamareinforcemen dari reinforcmen satu ke reinforcemen yang
lainnya. Jumlah prilaku yang dibutuhkan mungkin sangat bermacam-
macam dan siswa tidak tahu prilaku mana yang akan direinforcemen.

1
Misalnya, guru tidak hanya melihat apakah tugas dapat diselesaikan, tapi
juga melihat kemajuan- kemajuan yang di peroleh pada tahap- tahap
menyelesaikan tugas tersebut.
c. Fixed interval(FI),yang diberikan ketika sesorang menunjukan
perilaku yang di inginkan pada waktu tertentu (misalkan setiap 30
menit)
d. Variable interval (VI),yaitu reinforcemen yang diberikan
tergantung pada waktu dan sebuah respons tetapi antara waktu dan
reinforcemen bermacam macam.

b. Punishmen (Hukuman)
Punishmen adalah menghadrikan atau memberikan sebuah situsi
yang tidak menyenangkan atau situasi yang yang ingin dihindari untuk
menurunkan tingkah laku. Proses punsihmen dapat digunakan sebagai berikut:
Menurut kazdin, ada dua aspek dalam punishmen.
1. Sesuatu yang tidak menyenangkan (aversive) muncul setelah sebuah
repons, atau yang disebut dengan arrive stimulus. Misalkan seorang
guru yang menjewer siswa yang selalu ramai dikelas.
2. Sesuatu yang positif (menyenangkan) setelah sebuah respons tidak
muncul, misalnya seorang remaja yang selalu menggaanggu temannya
mungki akan kesempatan untuk menggunakan mobil pada akhir pekan.
Contoh tersebut menujukkan bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan
mengikuti prilaku yang tidak diinginkan.Dari segi bentuknya,
punishmentterdiri dari time out dan respons cost.

Banyak penganut aliran behaviorisme awal yakni bahwa hukuman


sangat efektif untuk mengurangi prilaku yang bermasalah dan secara khusus bisa
efektif mengurangi prilaku yang bermasalah dan secara khusus berguna ketika
siswa kelihatanya kurang memiliki motivasi untuk mengubah prilakunya.
Adapun macam macam bentuk punsihment yakni, ada dua macam bentuk
hukuman yakni bentuk hukan efektif dan bentuk hukuman yang tidak efektif:
1. Teguran verbal (scolding)
Meski beberapa siswa tampak berusaha keras mendapatkan omelan
dari guru karena mendapat perhatian dari situ, kebanyakan siswa khususnya
bila mereka sesekali diomeli, mengangap teguran verbal tidak

1
menyenangkan dan menusuk dihati. Umumnya, teguran lebih efektif apabila
disampaikan secara langsung, singkat, dan tidak emosional.
2. Konsekuensi logis
Suatu akibat yang terjadi secara alamiah atau logis setelah siswa
berprilaku tidak sesuai disebut konseuensi logis.Dalam hal ini kensekuensi
logis merupakan hukuman yang cocok dengan tindak kejahatan. Sebagai
contoh, ketika siswa menghancurkan barang temanya, kensekuensi yang
masuk akal adalah siswa tersebut mengantinya atau membayarnya untuk
membeli yang baru.
3. Time Out
Siswa yang berprilaku tidak sesuai yang diberikan hukuman time out
ditempatkan dalam situasi yang sepi dan membosankan (tetapi tidak
menakutkan) barangkali sebuah ruangan terpisah yang dirancang khusus
untuk mereka yang mendapatkan hukuman time out, sebuah ruangan
yang tidak banyak di pakai, atau sebuah sudut kelas yang terpencil.
Waktu time out biasanya singkat kira kira 2-10 menit, tergantung usia
siswa. Penelitian menunjukan time out terbukti mengurangi beragam
prilaku tidak patuh siswa.
4. Skors di sekolah (in-schoool suspension)
Sebagaimana halnya time out skors di sekolah berarti menempatkan
siswa dalam sebuah ruangan yang senyap dan membosankan di dalam
gedung sekolah. Namun, bentuk hukuman ini seringkali beralangsung selama
satu hari sekolah atau lebih dan melibatkan pengawasan orang dewasa.

Adapun hukuman yang yang tidak direkomendasikan atau


diperbolehkan hukuman fisik, hukuman pisikologis, kerja kelas ekstra,
skors tidak boleh disekolah. Penjelasanya sebagai berikut:
1. Hukuman fisik
Kebanyakan ahli tidak menganjurkan hukuman fisik untuk anak anak
usia sekolah. Bahkan ditempat lain, pengunaan hukuman fisik bertentangan
dengan undang undang (ilegal). Hukuman fisik yang ringan sekalipun,
seperti memukul atau menampar dengan penggaris, dapat menimbulkanefek
efek yang tidak diinginkan seperti timbulnya rasa benci terhadap guru.
2. Hukuman psikologis
Setiap konskuensi yang secara serius mengancam rasa kepantasan
diri siswa adalah hukuman psikologisdan tidak direkomendasikan. Menakut-
1
nakuti, pernyataan yang membuat malu, dan penghinaan di depan orang
banyak dapat menimbulkan efek yang sama dengan hukuman fisik (yaitu
rasa benci terhadap guru, kurangya pehatian terhadap tugas tugas kelas,
bolos dari sekolah) dan dapat menyebakan ganguan psikologis jangka
panjang.
3. Tugas kelas ekstra
Menyuruh siswa menyelesaikan tugas karena tidak sempat
dikerjakan di sekolah merupakan permintaan yang masuk akal dan dapat
dibenarkan. Akan tetapi menyuruh siswa mengerjakan tugas kelas ekstra
atau PR melampaui yang diisyaratkan bagi siswa lainya tidak tepat bila
tugas tersebut diberikan hanya maksud ingin menghukum seorang siswa
karena berprilaku tidak sesuai.
4. Skors tidak boleh sekolah
Para guru dan pengurus sekolah secara negatif diberi penguatan
ketika mereka menskors seorang siswa bermasalah. Sebab, mereka bebas
dari sesuatu yang tidak diinginkan. Diskors dari sekolah bisa saja menjadi
keinginan siswa, sehingga prilakunya yang tidak sesuai malah di beri
penguatan alih alih memberikan hukuman.
Dari maksud pengertian punishment diatas yaitu memberikan
situasi yang tidak menyenangkan kepada siswa, namun ada yang
berbentuk positiv dan ada yang berbentuk negatif. gunanya untuk
membuat siswa sadar akan kesalahan yang dibuat olehnya, dengan
demikian siswa tersebut akan berpikir untuk tidak melakukan
kesalahan lagi.
Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa
frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung
(rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado,
makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk
tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan
(tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak
memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak
senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).

1
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan
positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang
ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi
atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman.
Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas
terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya
perilaku. Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan
hukuman (J.W Santrock, 274).

Penguatan positif

Perilaku
Murid Prilaku kedepan
mengajukan Murid mengajukan
pertanyaan Konsekuensi lebih banyak
yang bagus Guru menguji murid pertanyaan

Penguatan negatif

Perilaku
Murid Prilaku kedepan
menyerahkan Konsekuensi Murid makin sering
PR tepat Guru berhenti menyerahkan PR tepat
waktu menegur murid waktu

Hukuman

Perilaku
Murid Konsekuensi Prilaku kedepan
menyela Guru mengajar murid Murid berhenti
guru langsung menyela guru

Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua
bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman,
perilakunya berkurang.

1
Kupasan yang dilakukan Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang
dapat diterapkan pada dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun
di dalam kelas. Belajar, yang digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan
respons, diberikan sebagai fungsi urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R Reinsf). Skinner
menyebutkan praktek khas menempatkan binatang percobaan dalam “kontigensi
terminal”. Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau gagal,
dalam mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya demikian itu
prosedur yang mengena ialah membentuk tingkah-laku binatang itu melalui urutan
Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara seksama.
Dikelas, Skinner menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu
contoh menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga.
Skinner menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku
seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang cocok
terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang
bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang
diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat
berkondisi dan alami, penguat positif dan negative, dan penguat umum.

c. Shaping (pembentukan)
Istilah shaping (pembentukan) digunakan dalam teori belajar behavioristik
untuk menunjukan pengajaran keterampilan keterampilan baru atau prilaku prilaku
baru dengan memberikan penguatan kepada siswa untuk menguasai keterampilan
atau perilaku tersebut dengan baik. Dengan kata lain, shapingadalah mengunakan
langkah langkah kecil yang disertai dengan feedback untuk membantu siswa
mencapai tujuaan yang ingin di capai. Misalnya, mengajarkan anak kecil menata
sepatunya dengan rapi dengan menunjukan cara menata yang benar dan kemudian
membiarkan anak anak melakukan sendiri pekerjaan tersebut selesai, baru diberi
reinforcemen.
Shaping (pembentukan) digunakan dalam teori pembelajaran prilaku untuk
merujuk ke pengajaran kemampuan atau prilaku baru dengan memperkuat
pembelajaran untuk mendekati prilaku akhir yang di inginkan. Misalnya, dalam
mengajari anak anak mengikat tali sepatu mereka, kita tidak hanya
memperlihatkan kepada mereka bagaimana hal itu dilakukan dan kemudian
menunggu untuk memperkuat mereka hingga mereka mengerjakan sendiri seluruh

1
tugas itu. Sebaliknya, kita pertama tama akan memperkuat mereka mencoba ikatan
pertama, kemudian membuat simpul, dan seterusnya. Hingga mereka dapat
mengerjakan seluruh tugas tersebut, dengan cara ini kita akan membentuk prilaku
anak anak dengan memperkuat semua tahap ke arah tujuaan akhir.
Arti penting dari shaping (pembentukan) ia dapat menimbulkan prilaku
yangkompleks, yang hampir tidak memiliki kemungkinan terjadi secara alamiah
dalam bentuk finalnya. Pembentukan juga berbeda dari modifikasi prilaku yang
terjadi dalam situasi kotak teka teki. Dalam situasi itu, subjek diletakan dalam
situasi masalah dan hanya dapat sukses melalui trial and eror.
Berikut ini langkah- langkah dalam pemberian shaping.
a. Memilih tujuan yang ingin dicapai.
b. Mengetahui kesepian belajar siswa.
c. Mengembangkan sejumlah langkah yang akan memberikan bimbingan
kepada siswa untuk melalui tahap demi tahap tujuaanya dengan
menyesuaikan kemampuan siswa.
d. Member feedback terhadap hasil belajar siswa.

d. Extinction (kepunahan)
Extinction adalah mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan
menarik reinforcemen yang menyebabkan prilaku tersebut terjadi. Extinction ini
terjadi melalui proses perlahan- lahan. Biasanya ketika reinforcemen di tarik atau
di hentikan perilaku individu sering meningkat seketika. Misalkan, sesorang yang
akan membuka pintu, ternyata pintu terkunci. Pertama kali dia berusaha membuka
dengan dengan pelan pelan sampai akhirnya orang tersebut berusaha membuka dan
mengedor pintu dengan keras untuk berapa lama, sampai di merasa frustasi dan
marah. Tetapi ketika berapa lama dia menyadari bahwa pintu tetap terkunci, maka ia
kemudian pergi meningalkan pintu tetap terkunci. Extinction merupakan kunci
untuk mengatur tingkah laku siswa. Perilaku yang tidak sesuai ( misbehavior) dapat
diextinction jika reinforce(penguat) yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut
dapat diketahui dan dapat di ubah.
Sesuai dengan definisnya kepunahan (Extinction) penguatan memperkuat
prilaku. Tetapi apa yang terjadi ketika penguatan di tarik kembali, akhirnya prilaku
tersebut akan dilemahkan dan akhirnya akan lenyap. Proses ini disebut dengan
kepunahan (extincation)prilaku yang dipelajari sebelumnya. Prilaku anda ketika di
1
hadapkan dengan pintu yang terkunci merupakan pola kepunaan klasik. Prilaku
mengalami penigakatan ketika penguatan di tarik kembali pertama tama, kemudian
cepat melamah hingga prilaku itu menghilang. Namun prilaku itu bisa muncul
kembali setelah sekian lama berlalu. Mislanya, anda dapat mencoba pintu tersebut
lagi setahun kemudian untuk melihat apa masih terkunci. Jika masih terkunci,
mungkin anda akan membiarkanya dalam waktu yang lebih lama, tetapi mungkin
bukan selamanya.

E. Tiga Asumsi Dasar Skinner


1. perilaku itu terjadi menurut hukum tertentu ( BEHAVIOR IS LAWFULL)
2. perilaku dapat di ramalkan ( BEHAVIOR CAN BE PREDICTED)
3. perilaku manusia dapat di kontrol (BEHAVIOR CAN BE CONTROLLED)

F. Kelebihan Teori Skinner


Kelebihan dari teori pengkondisian operan (operant conditioning) yang telah
dikembangkan oleh Skinner terletak pada pendidik atau guru yang lebih diarahkan
untuk mengapresiasi dan menghargai setiap peserta didiknya. Adanya perilaku
menghargai ini dapat dilihat dengan dihilangkannya sistem hukuman.
Selain itu, kelebihan dari teori Skinner berupa adanya pembentukan
lingkungan yang baik dan nyaman, sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan.
Seperti yang kita tahu bahwa teori yang dikembangkan Skinner ini terdapat
penguatan yang di mana penguatan itu ternyata bisa dijadikan sebagai motivasi bagi
para murid dan para guru untuk berperilaku yang benar yang sesuai dengan
keinginannya.

1
G. Kekurangan Teori Skinner
Dibalik kelebihan dari teori pengkondisian operan (operant conditioning)
terdapat beberapa kekurangan dari teori ini, yaitu
1. Tidak Adanya Hukuman
Kekurangan pertama dari teori Skinner adalah tidak adanya hukuman yang
diberikan kepada siswa yang melakukan kesalahan. Tidak adanya hukuman ini
bisa membuat siswa menjadi kurang memahami apa arti kedisiplinan. Hal seperti
itu bisa menjadi penghambat dalam kegiatan pembelajaran.
2. Penggunaan Hukuman yang Salah
3. Kekurangan yang kedua dari teori Skinner adalah penggunaan hukuman yang
salah. Dalam hal ini, hukuman bukanlah suatu cara untuk mendisiplinkan siswa.
Menurut Skinner, hukuman yang baik adalah hukuman yang dapat dirasakan oleh
murid atas konsekuensi dari perbuatannya.
Cara Menerapkan Teori Operant Conditioning dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Pada dasarnya, setiap teori belajar pasti sangat berhubungan dengan kegiatan
pembelajaran. Namun setiap teori belajar pasti memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, sehingga bagi para guru sebaiknya menentukan teori
belajar yang benar-benar sesuai dengan karakteristik para siswanya. Skinner pun
mengakui bahwa teori yang dikembangkannya masih memiliki beberapa kekurangan.
Meskipun, masih memiliki beberapa kekurangan, tetapi teori pengkondisian operan
(operant conditioning) ini masih bisa diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan teori pengkondisian operan (operant conditioning), Skinner
menekankan bahwa teori ini bisa digunakan untuk membangkitkan respon peserta
didik dalam bentuk tingkah laku. Terjadinya proses perubahan tingkah laku
dinamakan respon belajar atau operant learning. Sedangkan, operant
conditioning digunakan untuk melihat suatu respon belajar yang dapat dikendalikan
yang dibarengi dengan tingkah laku dan stimulus.
Selain itu, kondisi operasional yang dikembangkan oleh Skinner terdiri dari
ganjaran (reward) dan penguatan (reinforcement). Kedua hal itu dalam kegiatan
belajar mengajar sangat penting, sehingga sebaiknya setiap kegiatan belajar mengajar
terdapat ganjaran dan penguatan. Akan tetapi, ganjaran dan penguatan merupakan
dua hal yang berbeda. Ganjaran adalah suatu respon yang bersifat dapat
menyenangkan dan termasuk ke dalam tingkah laku yang subjektif. Sementara itu,

1
penguatan adalah sesuatu hal yang bisa menguatkan respon atau tingkah laku
seseorang serta sifat dari penguatan adalah hal-hal yang bisa diamati dan diukur.
Skinner juga membagi penguatan menjadi dua jenis, yaitu penguatan positif
dan penguatan negatif. Penguatan positif adalah suatu hal atau tanggapan berupa
apresiasi atau penghargaan dan kemungkinan besar akan diulangi kembali. Selain itu,
penguatan positif juga bisa berbekas di dalam diri seorang murid. Pada umumnya,
penguatan positif berupa apresiasi diberikan setelah seorang murid berhasil
menyelesaikan suatu tugas, sehingga murid tersebut akan lebih semangat
mengerjakan tugas-tugas berikutnya.
Sementara itu, penguatan negatif adalah sebuah suatu hal atau tanggapan yang
berasal dari respon atau tingkah laku murid yang tidak begitu diharapkan. Biasanya
penguatan negatif dapat kita lihat dalam bentuk teguran atau peringatan. Misalnya,
seorang murid yang tidak mengerjakan PR akan diberikan teguran.
Jadi, secara sederhana pengaplikasiannya teori pengkondisian operan (operant
conditioning) terhadap kegiatan belajar mengajar terutama dalam pembentukan
tingkah laku terdiri dari beberapa cara, di antaranya:
1. Buatlah tujuan pembelajaran yang jelas agar bisa merancang atau membuat
strategi yang efektif dan efisien. Alangkah baiknya, tujuan itu dibuat secara
bertahap.
2. Melihat batas kemampuan siswa dan menentukannya. Apabila sudah mengetahui
dan memahami bata kemampuan murid, maka guru bisa mengembangkan
kemampuan murid sesuai dengan batas kemampuannya.
3. memberikan penilaian terhadap respon yang telah diberikan oleh murid serta
melihat apakah sudah ada kemajuan pada murid.
4. Setiap metode pembelajaran harus berdasarkan hasil evaluasi dari kemajuan yang
telah dicapai oleh murid.
5. Alangkah baiknya menggunakan penguatan positif supaya murid ingin melakukan
hal yang sama lagi.
6. mengadakan program remedial supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai.
7. Sebaiknya, guru lebih berperan dalam mengembangkan dan membentuk tingkah
laku murid.

1
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN

Burrhus Frederic Skinner menekankan pada perubahan perilaku yang


dapat diamati dengan mengabaikan kemungkinan yang terjadi dalam proses
berpikir pada otak seseorang. Skinner menggunakan kondisi operasional
(operant conditioning) atau perilaku sukarela yang digunakan dalam suatu
lingkungan tertentu. Kondisi operasional ini meliputi ganjaran (reward) dan
penguatan (reinforcement). Ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang
amat penting dalam proses belajar. Penguatan ini terdiri atas penguatan positif
dan penguatan negatif.
Dengan demikian, metode pembelajaran yang tercipta dari teori
pembelajaran dapat dikatakan bahwa bisa membuat suasana pembelajaran
menjadi menarik dan para murid bisa mengembangkan kemampuannya dengan
baik. Apabila seorang bisa menerapkan teori belajar yang sesuai dengan
karakteristik para siswanya, maka kegiatan belajar mengajar akan
menyenangkan. Supaya lebih mudah untuk memahami teori ini, bisa kita lihat
pada seorang anak kecil yang merasa senang ketika mendapatkan cokelat dari
orang tuanya dan anak kecil itu akan mengulangi perilaku yang sama. Rasa
senang yang ditunjukkan oleh seorang anak kecil itulah merupakan perilaku
operan dan cokelat yang diberikan adalah penguat positifnya.

2
DAFTAR PUSTAKA

http://www.referensimakalah.com/2013/01/biografi-burrhus-frederic-skinner.html

Wibisono, H. A., Putra, H. E. J., & Muslim, S. (2021). PENGARUH TEORI


BELAJAR SKINNER MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE
TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS. Akademika:
Jurnal Teknologi Pendidikan, 10(02), 261-275.

Masjudin, M., & Hayatunnupus, H. (2014). Teori Belajar Skinner Berbasis


Talking Stick untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar
Siswa. Media Pendidikan Matematika, 2(1), 21-28.

Anda mungkin juga menyukai