Anda di halaman 1dari 6

THE WAR STRATEGY OF SUN TZU 5 Prinsip Kepemimpinan Sun Tzu

Zhi Kecerdasan Xin Kepercayaan Ren Kebaikan Yong Keberanian Yan Ketegasan Art Of War Sun Tzu yang terdiri dari 13 bab ini adalah karya militer klasik tertua yang diketahui dalam literatur China. Karya ini menjadi teks militer yang paling terkenal dan paling disanjung di luar China. Para cendekiawan sejarah militer sependapat bahwa buku ini kemungkinan ditulis sekitar 400 sampai 300 tahun sebelum masehi, atau 100 tahun setelah kelahiran dua filosof besar china; Khong Hu Cu dan Lao Tze. Singkatnya karya agung ini telah berumur lebih dari 2300 tahun. Peran penting karya Sun Tzu terhadap pemikiran militer telah sejak lama berlangsung, misalnya dalam Annals Of Three Kingdoms (Sam Kok), sebuah karya militer klasik china yang lain, banyak menerapkan strategi yang dianjurkan oleh Sun Tzu. Dalam perkembangan dunia militer strategi merupakan bagian yang sangat penting, dalam memenangi sebuah pertempuran dimedan perang. Ada 5 (lima) hal yang

substansial dalam strategi Sun Tzu, dan lima hal ini dapat kita langgar atau tidak digunakkan tapi pastinya lima hal ini tidak dapat kita hilangkan begitu saja. Karena hukum yang mengikat diantara lima elemen dasar untuk mencapai sebuah kemenangan, berikut adalah lima elemen penting yang ada dalam karya Sun Tzu; Prinsip Pertama Zhi Kalau diterjemahkan secara bebas Zhi mengandung arti: Kecerdasan, pengalaman, pengetahuan, kebijaksanaan, dan visi. Mari coba sejenak berandai-andai, apa jadinya kalau seorang pemimpin tidak memenuhi prinsip ini? Mungkinkah seorang yang tidak berpengalaman punya rasa percaya diri untuk meyakinkan dan menunjukan arah kepada para pengikutnya? Lalu sebaliknya, bagaimana kira-kira reaksi para pengikut ketika ia diminta untuk mengikuti orang yang ragu-ragu? Akankah ia menjadi yakin dan menurut saja? Tentu saja tidak mungkin! Karena itulah, seorang guru Kepemimpinan terkenal dari Amerika, John C. Maxwell menegaskan Setiap orang mungkin bisa menjalankan kapalnya, tetapi hanya seorang pemimpinlah yang bisa menentukan arahnya. Prinsip Kedua Xin Prinsip ini secara sederhana menerangkan bahwa seorang pemimpin haruslah dapat dipercaya sekaligus mampu meyakinkan para pengikutnya! Terlalu sulit dibayangkan, kalau seorang pemimpin yang tidak memiliki integritas, tanggung jawab, kewibawaan, dan punya sifat plin-plan

atau opportunis, harus memimpin pasukan. Suatu saat medan pertempuran bisa saja chaos, sehingga segala manual atau aturan-aturan standar, sudah tidak mungkin diterapkan. Saat ini fatwa, perintah, atau petunjuk dari sang pemimpin menjadi satu-satunya pegangan para pengikut. Lalu, apa jadinya kalau sang pemimpin adalah pribadi yang tak dapat dipegang janjinya? Menghadapi kemungkinan seperti inilah Sun Tzu mengisyaratkan: Pemimpin yang punya integritas tinggi akan mampu menyatukan dan menggerakan kemenangan! pasukan untuk berjuang meraih

Prinsip Ketiga Ren Ren atau kebajikan, adalah kualitas pribadi yang lebih dari sekedar baik atau menyenangkan. Pemimpin yang memiliki Ren adalah pribadi yang penuh tenggang rasa, toleran, dan penuh pengertian. Intinya, pemimpin yang demikian, sudah pasti memiliki hati dan jiwa yang penuh tercukupi atau fulfill, sehingga dari ketercukupan hatinya itu, meluberlah kasih sayang ke sekelilingnya, terutama kepada para pengikutnya. Pemimpin yang memenuhi prinsip ini, bisa digambarkan sebagai pribadi yang tidak mudah marah-marah sendiri hanya karena kekeliruankekeliruan kecil yang mungkin diperbuat pengikutnya. Memang, ia tidak selamanya bisa menolerir kesalahan apa lagi melonggarkan kedisiplinan, tetapi yang pasti ia selalu

melihat

kekeliruan

dan

kesalahan,

sebagai

panggilan

kepadanya untuk saatnya memberikan pembinaan. Prinsip Keempat Yong Pengertian sederhananya adalah: Keberanian! Keberanian di sini berasal dari perhitungan matang dan bukan dari keputusan nekad atau untung-untungan. Pada zaman sekarang, hal ini kita kenal dengan istilah calculated risk! Pemimpin yang memenuhi prinsip ini, selalu melakukan perhitungan secara matang, sebelum mulai berjalan! Dan, sekali dia melangkah, pantang baginya untuk surut ke belakang! Prinsip Yong ini mengingatkan kita pada teori Analisis Persoalan Potensial; dimana kita harus memikirkan dan mengandaikan berbagai kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi. Sehingga, dari sana kita bisa menyususn dan menyiapkan berbagai langkah antisipasi, bila hal-hal yang terburuk benar-benar terjadi. Prinsip Kelima Yan Prinsip ini mengharuskan seorang pemimpin untuk tegas, keras, dan disiplin! Ketegasan di sini, lebih ditekankan pada tegaknya kedisiplinan militer. Ada kisah menarik saat prinsip Yan ini diterapkan oleh Sun Tzu. Alkisah, setelah membaca Art of war tulisan Sun Tzu, Kaisar Ho Lu merasa sangat tertarik dan meminta Sun Tzu untuk mendemontrasikan. Kaisar berkata Apakah strategimu juga dapat diterapkan untuk para wanita? Sun Tzu menjawab: Bisa baginda, asalkan paduka memberi wewenang penuh untuk

melaksanakannya!

Singkat

cerita,

Sun

Tzu

diberi

wewenang penuh untuk melatih 180 wanita itu ke dalam dua kelompok, dimana dua selir kesayangan kaisar masingmasing diberi kedudukan sebagai kepala kelompok. Kepada kedua barisan itu Sun Tzu memberikan instruksi terinci: begitu mendengar tanda bunyi genderang, maka mereka harus berbaris dan berjalan! Lantas, genderang sebagai aba-aba pun dibunyikan, tetapi semua wanita itu hanya senyum-senyum dan tertawa cekikikan, tanpa mengindahkan perintah. Kali ini Sun Tzu menerangkan kepada para wanita tersebut; jika pertama kali mencoba tetapi tidak bisa melakukan perintah, maka itu karena panglima yang kurang jelas perintahnya. Untuk itu ia menjelaskan sekali lagi aturan dan cara-cara baris yang mesti dilakukan begitu mendengar genderang. Dan sekali lagi, setelah pasukan siap, genderang segera dibunyikan. Tetapi lagi-lagi para wanita itu hanya tertawa dan bercanda. Kini, Sun Tzu menegaskan dengan lantang: bila perintah sudah dijelaskan dan diulang oleh panglima, tetapi tetap tidak dilaksanakan, maka kesalahan tidak lagi ada pada panglima tetapi pada komandan lapangan. Dalam kasus ini, kedua komandan lapangan adalah dua mati orang kedua selir selir kesayangan kaisar. Maka sebagai ganjarannya Sun Tzu memerintahkan untuk menghukum tersebut. Mendengar hal itu Kaisar Ho Lu mencegah Sun Tzu dan meminta agar kedua selir kesayangannya itu diampuni. Akan tetapi Sun Tzu menolak permohonan kaisar. Katanya: Mohon maaf Baginda. Sebagai panglima tertinggi yang

ditunjuk, saya harus tetap menjalankan prinsip hukum militer, dimana yang salah harus ditindak dengan tegas!. Setelah itu, Sun Tzu melanjutkan pelatihannya, dan kali ini semua instruksinya diikuti sehingga latihan berjalan tertib dan lancar. Setelah kejadian itu, kaisar merasa kehilangan selir yang disayangi. diterima Tapi, dengan di lain nalar. pihak, Karena kaisar itu, melihat akhirnya bahwa kaisar ketegasan hukum militer yang dijalankan Sun Tzu bisa mengambil keputusan untuk benar-benar mengangkat Sun Tzu sebagai panglima kerajaan. Menerima amanah ini, Sun Tzu mampu mengembannya dengan sangat baik sehingga ia bisa meraih sukses yang maksimal. Ketegasan yang diterapkan Sun Tzu ini sesuai dengan prinsip reward and punishment dalam konsep manajemen modern.

Anda mungkin juga menyukai