Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM KIMIA

KIMIA ANALITIK INSTRUMEN

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK : 1 (A)
NAMA :

1. Adinda Larasati 6. Berliani Kurniaty Luahtahuri

2. Agel Ilham Saputra 7. ChintyaWidi Andita

3. Amelia Widi Nurasyah 8. Hetty Sunjaya Nainggolan

4. Ananda Choirunnisyah Dea A. 9. Indah Nabilah Rahmawati

5. Annisa Septiana 10. M. Pramudya Niko Putra F.

KELAS : 3 KB

PROGRAM STUDI : DIII Teknik Kimia

INSTRUKTUR : Anerasari M.,B.Eng.,M.Si.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

2021/2022

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

1. SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET ……………………………….1


2. SPEKTROFOTMETRI VISIBLE …………………………………..……..24
3. SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ………….…………………46

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..…69

ii
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

I. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :

1. Menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak Ultraviolet

2. Menganalisis cuplikan secara spektrofotometri.

II. DASAR TEORI

Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik


yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-
380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen
spektrofotometer.Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang
cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis
lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis
yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara
kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan
cahaya.Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut
spektrofotometer.Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan
inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang
lebih berperan adalah elektron valensi .
Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga
sebagai radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari. Dalam interaksi materi dengan
cahaya atau radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik kemungkinan
dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan dikenal adanya spektroskopi
hamburan, spektoskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.
Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama
yaitu didasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi
elektromagnetik.Namun pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau
pengertiannya lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi

1
dengan cahaya (baik yang dilihat maupun tidak terlihat). Sedangkan
pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun medan magnet
termasuk gelombang elektromagnetik.
Cahaya yang dapat dilihat oleh manusia disebut cahaya terlihat/
tampak. Biasanya cahaya yang terlihat merupakan campuran dari cahaya yang
mempunyai berbagai panjang gelombang, mulai dari 400 nm , seperti pelangi
di langit.
Hubungan antara warna pada sinar tampak dengan panjang gelombang
terlihat seperti tabel dibawah. Dalam tabel berikut ini tercantum warna dan
warna komplementernya merupakan pasangan dari setiap dua warna dari
spektrum yang menghasilkan warna putih jika dicampurkan.

Panjang
Warna Warna Komplementer
gelombang (nm)
400 – 435 Ungu Hijau Kekuningan
435 – 480 Biru Kuning
480 – 490 Biru Kehijauan Jingga
490 – 500 Hijau Kebiruan Merah
500 – 560 Hijau Ungu Kemarahan
560 – 580 Hijau Kekuningan Ungu
592 – 610 Jingga Biru Kehijauan
610 – 680 Merah Hijau Kebiruan
680 – 700 Ungu Kemerahan Hijau

Tabel Warna dan warna komplementer

Saat sinar mengenai larutan bening , maka akan terjadi 2 hal :


1. Transmisi
Transmitan larutan adalah bagian dari sinar yang diteruskan melalui larutan.
2. Absorpsi
Cahaya akan diserap jika energi cahaya tersebut sesuai dengan energi yang
dibutuhkan untuk mengalami perubahan dalam molekul. Absorbansi larutan
bertambah dengan pengurangan kekuatan sinar.

2
Bila seberkas sinar radiasi dengan intensitas I˳ dilewatkan melalui
medium yang panjang b dan mengandung molekul pada tingkat energi
elektronik dasar dengan konsentrasi C, Maka radiasi akan diserap sebagian
dan intensitas radiasi akan berkurang menjadi I, sehingga berlaku persamaan :

I = I˳. exp (- kbc) (1)


Atau
Log I˳ / I = a.b.c atau A = a.b.c (2)
dengan,

a = 2,303
= ���������������� (������������)

A = log I˳ / I = absorban
k = tetapan perbandingan
I˳/I = transmitansi (T)

Persamaan dua dikenal sebagai hukum Lambert – Berr , yang


digunakan sebagai dasar analisa kuantitatif dalam spektrofotometri sinar
tampak.
Dari persamaan tersebut diatas menunjukan bahwa absorbansi
berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Besarnya konsentrasi ini
sebanding dengan konsentrasi larutan sehingga dengan meletakkan besarnya
absorbansi sebagai titik ordinat dengan konsentrasi larutan standar sebagai
absis akan diperoleh kurva garis lurus. Kurva ini disebut dengan kurva
kalibrasi ( kurva standar ). Dengan memasukkan absorbansi larutan cuplikan
pada kurva kalibrasi tersebut, maka dapat ditentukan konsentrasi larutan di
dalam cuplikan.
Pada analisis kualitatif, ada tiga metode yang sesuai dan secara umum
sering digunakan pada penentuan unsur di dalam suatu bahan, seperti
diuraikan dibawah ini :

1. Metode Relatif, yaitu dengan mengukur absorbansi atau transmitan dari


larutan blanko, larutan standar dan larutan cuplikan.

3
��−�� �� �� −��
��−��
= ��
atau �� = �� ��−��

dengan,
Ab = absorbansi larutan baku
Ac = absorbansi larutan blanko

As = absorbansi larutan cuplikan

Cb = konsentrasi larutan baku

Cs = konsentrasi larutan cuplikan

2. Metode kurva kalibrasi, yaitu dengan membuat kurva antara konsentrasi


standar terhadap absorbansi, dengan kurva tersebut berupa garis lurus,
kemudian dengan cara menginterpolasikan dari larutan cuplikan ke dalam
kurva standar tersebut diatas, akan diperoleh konsentrasi larutan cuplikan.

3. Metode penambahan standar

Untuk kondisi tertentu, metode kalibrasi kurang baik, karen adanya matrik
yang mengganggu pengukuran absorbansi atau transmitannya. Pada metode
kurva penambahan standar ini dibuat sederetan larutan cuplikan dengan
konsentrasi yang sama. Masing-masing larutan ditambah dengan larutan
standar dari unsur yang dilakukan analisis dengan konsentrasi mulai dari 0
sampai konsentrasi tertentu. Absorbansi masing-masing larutan diukur dan
dibuat kurva absorbansi terhadap konsentrasi unsur standar yang ditambahkan.

Dari ekstrapolasi kurva ke sumbu konsentrasi akan diperoleh intersept


pada sumbu konsentrasi yang merupakan konsentrasi unsur di dalam cuplikan
yang diukur.

Selain dengan cara ekstrapolasi, konsentrasi unsur didalam cuplikan


dapat dihitung dengan persamaan :

Ao
Cs = X
Aadd − Ao

dengan,

Cs = konsentrasi unsur di dalam cuplikan

4
Ao = absorbansi larutan cuplikan tanpa penambahan larutan standar

Aadd = absorbansi larutan cuplikan dengan penambahan larutan standar

X = konsentrasi unsur standar yang ditambahkan.

Pada spektrofotometer UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap


sampel yang berupa larutan, gas atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan
perlu diperhatikan pelarut yang dipakai antara lain :

1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap


terkonjugasi pada struktur molekulnya yang tidak bewarna

2. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis

3. Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis.

Bagian-bagian Spektrofotometer UV-Vis

1. Sumber cahaya

Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki pemancaran


radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber cayaha pada
spektrofotometer UV-Vis ada dua macam :

a. Lampu Tungsten (Wolfram)

Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak. Bentuk
lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, memiliki panjang gelombang
antara 350-2200 nm. Spektrum radiasinya berupa garis lengkung , Umumnya
memiliki waktu 1000jam pemakaian b.

b. Lampu Deuterium

Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum energy
radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada
daerah UV. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.

5
2. Monokromator

Monokromator adalah alat yang memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya


tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu.
Bagian-bagian monokromator, yaitu:

a. Prisma

Prisma mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di


dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.

b. Grating (kisi difraksi)

Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi


sinar disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan
lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan
spektrum.

c. Celah optis

Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang


diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat,
maka radiasi dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang
gelombang yang diharapkan.

d. Filter

Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang


diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang
gelombang yang dipilih.

3. Kompartemen sampel

Kompartemen ini digunakan sebagai tempat diletakkannya kuvet.


kuvet merupakan wadah yang digunakan untuk menaruh sampel yang akan
dianalisis. Pada spektrofotometer double beam, terdapat dua tempat kuvet.
Satu kuvet digunakan sebagai tempat untuk menaruh sampel, sementara

6
kuvet lain digunakan untuk menaruh blanko. Sementara pada
spektrofotometer single beam, hanya terdapat satu kuvet.

Kuvet yang baik harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :

a. Permukaannya harus sejajar secara optis

b. Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di transmisikan

c. Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia

d. Tidak rapuh

e. Bentuknya sederhana

Terdapat berbagai jenis dan bentuk kuvet pada spektrofotometer.


Umumnya pada pengukuran di daerah UV, digunakan kuvet yang terbuat
dari bahan kuarsa atau plexiglass. Kuvet kaca tidak dapat mengabsorbsi sinar
uv, sehingga tidak digunakan pada saat pengukuran di daerah UV. Oleh
karena itu, bahan kuvet dipilih berdasarkan daerah panjang gelombang yang
digunakan. Gunanya agar dapat melewatkan daerah panjang gelombang
yang digunakan.

• UV : fused silika, kuarsa

• Visible : gelas biasa, silika atau plastik

• IR : KBr, NaCl, IRTRAN atau kristal dari senyawa ion

Bahan Panjang
gelombang

Silika 150-3000

Gelas 375-2000

Plastik 380-800

7
4. Detektor

Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar


kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder
dan ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer).

Terdapat beberapa jenis detektor pada spektrofotometer :

Jenis detector λ range (nm) Sifat pengukuran Penggunaan

Phototube 150 – 1000 arus listrik UV

Photomultiplier 150 – 1000 arus listrik UV/Vis

Solid state 350 – 3000

Thermocouple 600 – 20.000 arus listrik IR

Thermistor 600 – 20.000 hambatan listrik IR

Jenis-jenis detektor berdasarkan panjang gelombang

Syarat-syarat ideal sebuah detector adalah :

- Mempunyai kepekaan tinggi

- Respon konstan pada berbagai panjang gelombang

- Waktu respon cepat dan sinyal minimum tanpa radiasi

- Sinyal listrik ayng dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi

8
5. Visual display

Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik,


menyatakan dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.

III. GAMBAR ALAT ( TERLAMPIR )

IV. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

 Alat yang digunakan :

1. Spektrofotometer UV/VIS
2. Kuvet
3. Labu takar 1000 mL
4. Labu takar 100 mL
6. Gelas kimia 250 mL
7. Pipet ukur 10 mL
8. Batang pengaduk & spatula
9. Corong gelas
10. Pipet tetes
11. Bola karet

 Bahan yang digunakan :

1. Sampel paracetamol (bubuk standar paracetamol)


2. Larutan NaOH
3. Aquadest
4. Sampel obat (Paramex, Bodrex, dan Oskadon)

9
V. PROSEDUR KERJA

A. Pembuatan larutan standar dan larutan sampel

- Mempersiapkan pelarut yang akan dipakai yaitu larutan NaOH 0,1 N


sebanyak 1 liter.
- Menimbang 50 mg bubuk standar paracetamol dan memasukkan ke labu
takar 100 mL (menghitung ppm nya), melarutkan dan menanndabataskan
dengan NaOH 0,1 M
- Memipet dari larutan induk paracetamol diatas untuk mendapatkan larutan
standar paracetamol dengan konsentrasi 0 ; 25 ; 50 ; 75 ; 100 ppm.
- Menimbang 50 mg sampel obat, memasukkan kelabu takar 100 ml, larutan
dan menandabataskan dengan NaOH 0,1 M , mengencerkan 10x dengan
memipet 10ml dan memasukkan ke labu takar 100 ml, menandabataskan
dengan NaOH 0,1 M.
- Menghidupkan alat dan melakukan pengukuran larutan standar serta
membuat kurva kalibrasi.
- Mengukur absorbansi sampel obat.
- Menghitung banyak paracetamol sebenernya dalam sampel obat tersebut

B. Penggunaan Spektrofotometri UV

- Menghidupkan alat dan perangkat computer.


- Mengklik icon instruman 1 online kemudian klik oke pada layer.
- Mengklik fixed wavelengths, dan memilih spektrum atau peaks.
- Mendisplay spektrum 200-350, memastikan lampu pada layer sudah dalam
kondisi menyala semua.
- Memasukkan kuvet yang telah berisi ¾ larutan blanko kemudian klik
tombol ‘blank’ pada layar.
- Menamai blanko kemudian mengklik ‘oke’.
- Memperhatikan angka yang muncul pada layar merah menandakan valley
(lembah), hitam menandakan peaks (puncak).
- Memindahkan taks ke menu quantification.

10
- Mengisi Panjang gelombang maksimum pada use waveleght, serta
mengubah consentration unit sesuai satuan konsentrasi yang digunakan.
- Menganalisa secara berurutan mulai dari blanko. Standar, serta sampel.

11
VI. DATA PENGAMATAN

Standar Name Paracetamol (ppm) Absorbansi % Error


25 ppm 25.00000 1.80280 -20,46
50 ppm 50.00000 3.04560 -5,84
75 ppm 75.00000 4.00000 7,54

Nama Sampel Absorbansi absorbansi


Sampel Oskadon 51.63600 2.96160
Sampel Paramex 31.18800 1.78880
Sampel Bodrex 38.21600 2.19190

12
13
VII. PERHITUNGAN

1. Menghitung berat NaOH 0.1 N dalam 1 L aquadest

�� × �������
�=
��
�� × 1
0.1 = ��
40 ���
�� = 4 ��

2. Menghitung konsentrasi larutan standar induk 50 mg dalam 100 ml


aquadest

�� 50 ��
��� = = = 500 ���
� 0,1 �

3. Menghitung volume larutan standar 500 ppm dalam 100 ml aquadest


 0 ppm
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 ppm = 0,1 L x 0 ppm
V1 = 0 ml

 25 ppm
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 ppm = 0,1 L x 25 ppm
V1 = 5 ml

 50 ppm
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 ppm = 0,1 L x 50 ppm
V1 = 10 ml

 75 ppm
V1 x M1 = V2 x M2

14
V1 x 500 ppm = 0,1 L x 75 ppm
V1 = 15 ml

4. Menghitung regresi kurva larutan standar


Diketahui :
x : konsentrasi
y : absorbansi

Nama x y x2 xy
Standar 1 25 1.80280 625 45.07
Standar 2 50 3.04560 2500 152.28
Standar 3 75 4.00000 5625 300
Σ 100 8.8484 8750 497.35

� × ��� − (�� × ��) 3 × 497.35 − (100 × 8.8484) 119.79


�= = =
� × ��2 − (��)2 3 × 8750 − (150)2 3750
= 0.03194
�� × ��2 − (�� × ���) 8.8484 × 8750 − (100 × 497.35)
�= =
2
� × �� − (��) 2 3 × 8750 − (150)2
= 0.75226
y = bx + a
y = 0.03194x + 0.75226

5. Menghitung konsentrasi sampel secara teoritis


 Menggunakan kurva regresi
Oskadon
y = 0.03194x + 0.75226
2.96160 = 0.03194x + 0.75226
0.03194x = 2.96160 - 0.75226
0.03194x = 2.20934
x = 69.17 ppm
x = 691.7 ppm

Paramex

15
y = 0.03194x + 0.75226
1.78880 = 0.03194x + 0.75226
0.03194x = 1.78880 - 0.75226
0.03194x = 1.03654
x = 32.45 ppm
x = 324.5 ppm

Bodrex
y = 0.03194x + 0.75226
2.19190 = 0.03194x + 0.75226
0.03194x = 2.19190 - 0.75226
0.03194x = 1.43965
x = 45.07 ppm
x = 450.7 ppm

 Menggunakan kurva excel

Oskadon
y = 0.04394x + 0.75226
2.96160 = 0.04394x + 0.75226
0.04394x = 2.96160 - 0.75226

16
0.04394x = 2.20934
x = 50.28 ppm
x = 502.8 ppm

Paramex
y = 0.04394x + 0.75226
1.78880 = 0.04394x + 0.75226
0.04394x = 1.78880 - 0.75226
0.04394x = 1.03654
x = 23.58 ppm
x = 235.8 ppm

Bodrex
y = 0.04394x + 0.75226
2.19190 = 0.04394x + 0.75226
0.04394x = 2.19190 - 0.75226
0.04394x = 1.43964
x = 32.76 ppm
x = 327.6 ppm

6. Menghitung % kesalahan

 Kurva regresi

Oskadon
����������� ����� − ����������� �������
% ������ℎ�� = × 100%
����������� �����
691.7 ��� − 516.36 ���
= × 100% = 25.34%
691.7 ���
Paramex
����������� ����� − ����������� �������
%������ℎ�� = × 100%
����������� �����
324.5 ��� − 311.88 ���
= × 100% = 3.88%
324.5 ���

17
Bodrex
����������� ����� − ����������� �������
%������ℎ�� = × 100%
����������� �����
450.7 ��� − 382.16 ���
= × 100% = 15.20%
450.7 ���

 Kurva Excel

Oskadon
����������� ����� − ����������� �������
%������ℎ�� = × 100%
����������� �����
502.8 ��� − 516.36 ���
= × 100% = 2.69%
502.8 ���
Paramex
����������� ����� − ����������� �������
%������ℎ�� = × 100%
����������� �����
235.8 ��� − 311.88 ���
= × 100% = 32.26%
235.8 ���
Bodrex
����������� ����� − ����������� �������
%������ℎ�� = × 100%
����������� �����
327.6 ��� − 382.16 ���
= × 100% = 16.65%
327.6 ���

7. Menghitung perolehan kembali

 Kurva regresi
Oskadon
� ���������� 691.7 ���
������ℎ�� = × 100% = × 100%
� ���������� 500 ���
= 138.34%
Paramex
� ���������� 324.5 ���
������ℎ�� = × 100% = × 100% = 64.9%
� ���������� 500 ���
Bodrex
� ���������� 450.7 ���
������ℎ�� = × 100% = × 100% = 90.14%
� ���������� 500 ���

18
 Kurva Excel

Oskadon
� ���������� 502.8 ���
������ℎ�� = × 100% = × 100% = 100.56%
� ���������� 500 ���

Paramex

� ���������� 235.8 ���


������ℎ�� = × 100% = × 100% = 47.16%
� ���������� 500 ���
Bodrex
� ���������� 327.6 ���
������ℎ�� = × 100% = × 100% = 65.52%
� ���������� 500 ���

VIII. ANALISA PERCOBAAN

19
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan penentuan kadar
paracetamol dalam sediaan obat menggunakan spektrofotometri UV-Visibel.
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk membuat kurva kalibrasi
(kurva hubungan antara konsentrasi parasetamol standar dan absorbansi pada
panjang gelombang maksimal) untuk menentukan persamaan regresi linier
dan untuk menentukan kadar parasetamol dalam sediaan tablet menggunakan
spektrofotometer uv-vis.

Spektrophotometer uv-vis merupakan teknik analisis spektroskopis


dengan menggunakan sumber radiasi elektromagnetik dan sinar tampak
menggunakan instrument. Prinsip kerja spektrofotometri uv didasarkan pada
hukum Lambert-Beer. Bahan yang digunakan yaitu aquades, NaOH 0,1 N,
parasetamol murni, dan obat yang mengandung Parasetamol, dimana enurut
literatur di farmakope dikatakan bahwa parasetamol dapat larut dalam NaOH.
NaOH bekerja sebagai pelarut untuk melarutkan Parasetamol yang terdapat
dalam sampel.

Hal pertama yang dilakukan adalah penentuan panjang gelombang


maksimum, di mana panjang maksimum merupakan panjang gelombang
yang memberikan absorbansi maksimal terhadap kompleks warna yang
terbentuk dari analit. Penentuan panjang gelombang maksimum ini dari
kurva antar absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku
pada konsentrasi tertentu sehingga diperoleh kurva kalibrasi. Standar dari
larutan utama dibuat menjadi berbagai konsentrasi yaitu 0, 25, 50, 75, 100
ppm dengan panjang gelombang 258 nm.

Pada saat pembuatan larutan sampel dilakukan pengenceran 10 kali.


Hal ini dikarenakan pada saat pengukuran absorbansi menggunakan
spektrofotometri larutan yang belum diencerkan menghasilkan absorbansi
yang melebihi 4 atau bahkan jika sudah mendekati 4 sebaiknya dilakukan
pengenceran pada larutan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan analisis
yang lebih akurat. Setelah diperoleh absorbansi sampel parasetamol
kemudian dihitung dan dihubungkan antara hasil kurva kalibrasi dan
absorbansi sampel berdasarkan persamaan y = bx + a.

20
Dari persamaan ini diperoleh persamaan regresi y = 0.03194x +
0.75226. selain mencari regresi persamaan juga bias didapat dari kurva excel
yaitu y = 0.0439x + 0.75226. dari data yang adi didapat % kesalahan
berdasarkan kurva regresi oskadin 25.34%, paramex 3.88%, bodrex 15.20%.
sedangkan % kesalahan berdasarkan kurva excel oskadon 2.69%, paramex
32.26%, bodrex 16.65%.

Setelah pencampuran paracetamol dengan bahan lain, melalui proses


pengenceran ternyata masih ada kadar paracetamol yang tetap ada dalam
larutan tersebut berdasarkan kurva regresi oskadon 138.34%, paramex
64.9%, bodrex 90.14%. sedangkan berdasarkan kurva excel oskadon
100.56%, paramex 47.16%, bodrex 65.52%. Besarnya % kesalahan yang
ddapat terjadi karena beberapa factor diantaranya, kesalahan pada prosedur
pengerjaan,serta kurang teliti pada saat proses penimbangan.

IX. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa:

 Pada praktikum ini didapat kurva kalibrasi yaitu kurva hubungan


antara konsentrasi paracetamol standard an absorbansi pada panjang
gelombang maksimum (258nm), dimana diperoleh garis lurus yang
menyatakan hubungna linier dengan panjang gelombang maksimum.

 Persamaan linier yang diperoleh dari percobaan didapat persamaan


regresi berupa
y = 0.03194x + 0.75226, serta diperoleh juga persamaan linier dari kurva
excel
y = 0.0439x + 0.75226, dengan nilai R2 0.9943

 Besar kadar paracetamol yang diperoleh kembali


 Kurva regresi
Oskadon = 138.34%

21
Paramex = 64.9%
Bodrex = 90.14%
 Kurva Excel
Oskadon = 100.56%
Paramex = 47.16%
Bodrex = 65.52%

 Besar % kesalahan penentuan kadar paracetamol


 Kurva regresi
Oskadon = 25.34%
Paramex = 3.88%
Bodrex = 15.20%
 Kurva Excel
Oskadon = 2.69%
Paramex = 32.26%
Bodrex = 16.65%

22
LAMPIRAN (GAMBAR ALAT)

SPEKTROFOTOMETER

BOLA KARET BOTOL AQUADEST

CORONG KUVET PIPET UKUR

23
SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

I. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat:

1. Menggunakan alat spektrofotometri sinar tampak (Vis) dengan baik dan


benar

2. Menganalisis cuplikan secara spektrofotometri

II. DASAR TEORI

Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis


spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik)
ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan
memakai instrumen spektrofotometer.Spektrofotometri UV-Vis melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan kualitatif.

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis


yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara
kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi
dengan cahaya.Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut
spektrofotometer.Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV
dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun
yang lebih berperan adalah elektron valensi 2.

Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga
sebagai radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai
dalam kehidupan sehari- hari adalah cahaya matahari. Dalam interaksi
materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik. Radiasi
elektromagnetik kemungkinan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan
dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektoskopi absorbsi ataupun
spektroskopi emisi.

24
Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di
dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi
elektromagnetik.Namun pengertian spektrofotometri lebih spesifi spesifik
atau pengertiannya lebih

Pengertiannya lebih sempit karena sempit karena ditunjukan pada


ditunjukanpada interaksi interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang
dilihat maupun tidak terlihat). Sedangkan pengertian pengertian
spektroskopi spektroskopi lebih luas misalnya misalnya cahaya maupun
medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya yang dapat
dilihat oleh manusia disebut cahaya terlihat/ tampak. Biasanya cahaya yang
terlihat merupakan campuran dari cahaya yang mempunyai berbagai
panjang gelombang, mulai dari 400 nm , se ri 400 nm , seperti pelangi di
langit.

Hubungan antara warna pada sinar tampak dengan panjang


gelombang terlihatseperti tabel dibawah. Dalam tabel berikut ini tercantum
warna dan warna komplementernya merupakan pasangan dari setiap dua
warna dari spektrum yangmenghasilkan warna putih jika dicampurkan.

Panjang Gelombang Warna Warna


Kontemporer
(nm)

400 - 435 Ungu Hijau Kekuningan

435 - 480 Biru Kuning

480 - 490 Biru kehijauan Jingga

490 - 500 Hijau Kebiruan Merah

500 - 560 Hijau Ungu Kemerahan

560 - 580 Hijau Kekuningan Ungu

595 - 610 Jingga Biru Kehijauan

25
610 - 680 Merah Hijau Kebiruan

680 - 700 Ungu Kemerahan Hijau

la seberkas sinar radiasi dengan intensitas I˳ dilewatkan melalui


atkan melalui medium yang panjang b dan mengandung molekul pada
tingkat energi elektronik dasar dengan konsentrasi C, Maka radiasi akan
diserap sebagian danintensitas radiasi akan berkurang menjadi I , sehingga
berlaku persamaan :

I = I0 Exp (-kbc)

Atau

Log I0 / I = a. b. c atau A = a. b. c

Dengan,

a = koefisien terapan (serapan molar)


A = Log I0 / I = Absorben

K = ketetapan perbandinganI0 / I = Transmintansi

Persamaan dua dikenal sebagai hukum Lambert – Berr , yang


digunakan sebagai dasar analisa kuantitatif dalam spektrofotometri sinar
tampak. Dari persamaan tersebut diatas menunjukan bahwa absorbansi
berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Besarnya konsentrasi ini
sebanding dengan konsentrasi larutan sehingga dengan meletakkan besarnya
absorbansi sebagai titik ordinat dengan konsentrasi larutan standar sebagai
absis akan diperoleh kurva garis lurus. Kurva ini disebut dengan kurva
kalibrasi ( kurva standar ). Dengan memasukkan absorbans kkan absorbansi
larutan cuplikan pada kurva pada kurva kalibrasi tersebut, rasi tersebut,maka
dapat ditentukan konsentrasi larutan di dalam cuplikan.

Pada analisis kualitatif, ada tiga metode yang sesuai dan secara
umum sering digunakan pada penentuan unsur di dalam suatu bahan,
seperti diuraikan dibawahini.

26
1. Metode Relatif, yaitu dengan mengukur absorbansi atau transmitan dari
larutan blanko, larutan standar dan larutan cuplikan.

��−�� �� �� −��
��−��
= ��
atau �� = �� ��−��

dengan,

Ab = absorbansi larutan baku


Ac = absorbansi larutan blanko

As = absorbansi larutan cuplikan

Cb = konsentrasi larutan baku

Cs = konsentrasi larutan cuplikan

2. Metode kurva kalibrasi, yaitu dengan membuat kurva antara konsentrasi


standar terhadap absorbansi, dengan kurva tersebut berupa garis lurus,
kemudian dengan cara menginterpolasikan dari larutan cuplikan ke dalam
kurva standar tersebut diatas, akan diperoleh konsentrasi larutan cuplikan.

Abs (Absorbansi Cuplikan )

Cs (Konsentrasi Cuplikan)

3. Metode penambahan standar. Untuk kondisi tertentu, metode kalibrasi


kurang baik, karen adanya matrik yang mengganggu pengukuran absorbansi
atau transmitannya. Pada metode kurva penambahan standar ini dibuat
sederetan larutan cuplikan dengan konsentrasi yang sama. Masing- masing
larutan ditambah dengan larutan standar dari unsur yang dilakukan analisis
dengan konsentrasi mulai dari 0 sampai konsentrasi tertentu. Absorbansi

27
masing-masing larutan diukur dan dibuat kurva absorbansi terhadap
konsentrasi unsur standar yang ditambahkan. Dari ekstrapolasi kurva ke
sumbu konsentrasi akan diperoleh intersept pada sumbu konsentrasi
konsentrasi yang merupakan merupakan konsentrasi konsentrasi unsur di
dalam cuplikan cuplikan yang diukur. Selain dengan cara ekstrapolasi,
konsentrasi unsur didalam cuplikan dapat dihitung dengan persamaan :

Ao
Cs = X
Aadd − Ao

dengan,

Cs = konsentrasi konsentrasi unsur di dalam cuplikan cuplikan

Ao = absorbansi absorbansi larutan larutan cuplikan cuplikan tanpa


penambahanpenambahan larutan larutan standar standar

Aadd = absorbansi absorbansi larutan larutan cuplikan cuplikan


dengan penambahan penambahan larutan larutan standar
standar

X = konsentrasi konsentrasi unsur standar standar yang ditambahkan.

28
III. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
a. Spektrofotometer Agilent
b. Kuvet
c. Neraca Analitik
d. Kaca Arloji
e. Spatula
f. Gelas Kimia
g. Pengaduk

2. Bahan

a. Kristal CuSO4.5H2O
b. Larutan H2SO4
c. Larutan NH3 (Amonia Pekat)
d. Aquadest

29
IV. PROSEDUR PERCOBAAN

A. Mempersiapkan Larutan Standar Induk

1. CUSO4.5H2O ditimbang sebanyak 3,927 gr dan ditambahkan 5 ml asam


sulfat danaquadest 50 ml ,diaduk menggunakan batang pengaduk hingga
kristalnya larut
2. Dipindahkan kedalam labu takaar 500 ml, gelas kimia tempat pelarutan
CUSO4.5H2O dibilas menggunakan aquadest dan ditandabataskan
3. Labu takar ditutup dan dihomogenkan dengan membolakbalikkan labu
takar tersebut

B. Mempersiapkan larutan standar untuk kurva kalibrasi

1. Labu takar 50ml dipersiapkan sebanyak 7


2. Larutan standar induk dipipet kedalam masing masing labu takar
0,5,10,15,20,25,30,35 ml, 35 ml amoniak dipipet kedalam labu takar,
lalu ditandabataskan dengan aquadest

C. Mempersiapkan larutan sampel

1. Labu takar 50 ml dipersiapkan sebanyak 3


2. Amoniak pekat dipipet kedalam masing masing labu takar 2 ml, 7
ml,12,5 ml.

D. Analisis dengan instrumen

1. Menghidupkan alat dari komputer


2. Double klik instrumen 1 online
3. Print screen dan dipaste ke word
4. Setelah gambar muncul mengklik oke
5. Diprint screen dan di paste ke word

30
6. Pada tampilan layar memilih spectrum / peaks
7. Sampel blanko dimasukkan kedalam kuvet dan pada layar di klik
blanko,pada alatakan ada lampu kedap kedip menandakan alat sedang
menganalisa
8. Dan akan muncul spectrofotometri
9. Memindahkan task pada quantification
10. Mengatur set up dan panjang gelombang ,mengisi unit
(ppm),adsorbance

11. Pada bagian layar akan ada 3 yaitu blanko,satndar,sampel

12. Mengklik blanko ketika sampel blanko dianalisis,standar ketika


sampel standar dianalisis, dan mengklik sampel ketika sampel di
analisis.

31
V. DATA PERHITUNGAN

1. Menghitung konsentrasi Cu2+ [ M1 ]


Diketahui :
Ar Cu : 63,5 gr/mol
Mr CuSO4.5H2O : 249,5 gr/mol

Massa CuSO4.5H2O : 3,927 gr : 3927 mg


Volume : 0,5 L

�� ��/�� ����4.5�2�
Ppm = ������
x Massa CuSO4.5H2O

63,5 / 249,5
Ppm = 0,5
x 3927 gr

Ppm = 2000 ppm

2. Menghitung konsentrasi pengenceran standar

a. 5 ml

M1 . V1 = M2 . V2

2000 ppm x 0,005 L = M2 . 0,05 L

2000 ���/0,005 �
M2 = 0,05 �
= 200 ppm

b. 10 ml

M1 . V1 = M2 . V2

2000 ppm x 0,01 L = M2 x 0,05 L

2000 ���/0,01 �
M2 = 0,05 �
= 400 ppm

32
c. 15 ml

M1 . V1 = M2 . V2

2000 ppm x 0,015 L = M2 x 0,05 L

2000 ���/0,015 �
M2 = 0,05 �
= 600 ppm

d. 20 ml

M1 . V1 = M2 . V2

2000 ppm x 0,02 L = M2 x 0,05 L

2000 ���/0,02 �
M2 = 0,05 �
= 800 ppm

e. 25 ml

M1 . V1 = M2 . V2

2000 ppm . 0,025 L = M2 . 0,05 L

2000 ���/0,025 �
M2 = 0,05 �
= 1000 ppm

f. 30 ml

M1 . V1 = M2 . V2

2000 ppm . 0,03 L = M2 . 0,05 L

2000 ���/0,03 �
M2 = 0,05 �
= 1200 ppm

g. 35 ml

M1 . V1 = M2 . V2

2000 ppm . 0,035 L = M2 . 0,05 L

33
2000 ���/0,035 �
M2 = 0,05 �
= 1400 ppm

3. Menghitung konsentrasi pengenceran sampel

A. 2 ml

M1 . V1 = M2 . V2

2000 ppm . 0,002 L = M2 . 0,05 L

2000 ���/0,002 �
M2 = 0,05 �
= 80 ppm

B. 7 ml

M1 . V1 = M2 . V2

2000 ppm . 0,007 L = M2 . 0,05 L

2000 ���/0,007 �
M2 = 0,05 �
= 280 ppm

C. 12,5 ml

M1 . V1 = M2 . V2

2000 ppm . 0,0125 L = M2 . 0,05 L

2000 ���/0,0125 �
M2 = 0,05 �
= 500 ppm

4. Menghitung % kesalahan konsentrasi sampel secara manual

A. 2 ml

�����−�������
% kesalahan = �����
x 100%

34
80 ��� − 77,91 ���
= 80 ���
x 100%

= 2,6%

B. 7 ml
�����−�������
% kesalahan = �����
x 100%

280 ��� − 278,981 ���


= 280 ���
x 100%

= 0,36%

C. 12,5 ml
�����−�������
% kesalahan = �����
x 100%

500 ��� − 507,02 ���


= 500 ���
x 100%

= 1,40 %

5. Menghitung slope dan intercept secara manual larutan sampel

X Y X2 XY

5 0,20995 25 1,04975

10 0,37731 100 3,7731

15 0,59748 225 8.9622

20 0,77597 400 15,5194

35
25 0,96165 625 24,04125

30 1,1170 900 33,525

35 1,32640 1225 46,424

Σx = 140 Σy = 5,36626 ΣX2 = 3500 Σxy = 133,2947

A. Slope
�. �� − �. �
Slope = �. �^2 − ( �)^2

7.133,2947 − 140.5,36626
Slope = 7.3500 − (140)^2

Slope = 0,03709

B. Intersept

�. �^2 − �. ��
Intersept = �. �^2 − ( �)^2

7.5,36626 − 140.133,2947
Intersept = 7.3500 − (140)^2

Intersept = 0,02462

y = 0,03709 x + 0,02462

36
GAMBAR GRAFIK SECARA MANUAL

37
6. Menghitung slope dan intercept secara grafik kurva kalibrasi excel larutan
sampel

x y

200 0.020955

400 0.37731

600 0.59748

800 0.77597

1000 0.96165

1200 1.1175

1400 1.3264

Intercept : 0.024394

Slope : 0.000928

38
7. Menghitung konsentrasi sampel menggunakan grafik kurva kalibrasi excel

a. 2 ml

y = 0.0009 x + 0.0244

7,421 = 0.0009 x + 0.0244

-0.0009 x = 0.0244 - 7,421

x = 82,18 ppm

b. 7 ml

y = 0.0009 x + 0.0244

0,26572 = 0.0009 x + 0.0244

-0.0009 x = 0.0244 - 0,26572

x = 268,13 ppm

c. 12,5 ml

y = 0.0009 x + 0.0244

0,40369 = 0.0009 x + 0,40369

-0.0009 x = 0.0244 - 0,26572

x = 421,43 ppm

39
8. Menghitung % Kesalahan konsentrasi sampel berdasrkan Grafik
kurva kalibrasiExcel

a. 2 ml
�����−�������
% Kesalahan = �����
x 100%

82,18 ��� − 77,91 ���


= 82,18 ���
x 100%

= 5,19%

b. 7 ml
�����−�������
% Kesalahan = �����
x 100%

268,13 ��� − 278,98 ���


= 268,13 ���
x 100%

= 4,04 %

c. 12,5 ml
�����−�������
% Kesalahan = �����
x 100%

421,43 ��� − 507,02 ���


= 421,43 ���
x 100%

= 20,30 %

40
V. ANALISA PERCOBAAN

Praktikum kali ini yaitu spektrofotometri UV-Vis yang bertujuan


agar dapat menggunakan alat spektrofotometri sinar tampak (Vis) dan
ultraviolet (Uv), serta dapat menganalisa cuplikan secara spektrofotometri.
Spektrofotometri merupakan salah satu metode digunakan unutk
menentukan komposisi suatu sampel baik secara kualiatif maupun secara
kuantitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.
Pada praktium kali ini cahaya yang dimaksud yaitu visible. Prinsip kerja
dari spektrofotometri Uv- Vis yaitu ketika ada sumber sinar berupa cahaya
Uv-Vis (monokromatik) diteruskan melalui suatu media (larutan berwarna)
yang merupakan suatu sampel, maka sebagian cahaya tersebut ada yang
diserap, dipantulkan dan ada yang di teruskan.

Untuk melakukan percobaan kali ini, hal yang harus dilakukan yaitu,
dengan membuat larutan 1 yaitu 3,927 gr CuSO4.5H2O yang dilarutkan
dalam 500ml labu takar. Larutan berwarna biru muda dengan konsentrasi
yang didapat berdasarkan data perhitungan yaitu 2000 ppm. Selain itu pada
saat pelarutan ditambahkan H2SO4 yang dimana berperan sebagai katalis
selanjutnya menyiapkan 11 labu takar 50ml, masing-masing sudah diisi
dengan NH3 5ml. Kemudian memipet larutan pertama masing-masing
5,10,15,20,25,30,35ml sebagai larutan standar ; 2,7,12.5 ml sebagai larutan
sampel dan labu takar lainnya tanpa ditambahkan larutan pertama yang
dimana nantinya digunakan sebagai balnko. Masing-masing larutan
dihomogenkan. Berdasarkan pengamatan,semakin banyak volume (larutan
1) yang dicampurkan, maka warna akan semakin pekat. Setelah larutan siap,
hal yang harus dilakukan selanjutnya yaitu menghitung konsentrasi dari
masing-masing larutan. Pada larutan standar didapat konsentrasi
200,400,600,800,1000,1200,1400 ppm dan lonsentrasi larutan sampel yaitu
80,280,dan 500ppm.

Tahapan selanjutnya yaitu beralih pada instrumen, dengan


memasukkan sampel kira-kira 3/4 ke dalan kuvet. Selanjutnya mengklik
blanko dan alat akan mulai beroperasi sehingga bisa memasukkan nama

41
identitas sesuai dengan konsentrasi. Akan didapat panjang gelombang yaitu
605 nm yang dimana memiliki warna komplementer biru krhijauan. Warna
komplementer tersebut sesuai dengan hasil warna yang telah dibuat pada
percobaan kali ini.

Setelah mendapatkan panjang gelombang maks, memindahkan task


pada qualitification dan mengatur set up use wave lenght sesuai dengan
panjang gelombang (605nm) dan satuan konsentrasi (ppm). Kemudian
memasukkan kembali larutan yang berurutan yang dimulai dari larutan
sampel. Berdasarkan data pengamatan didapatkan di dapat absorban dari
larutan standar yaitu 0,20995 ; 0,37731 ; 0,59748 ; 0,77597 ;
0,96165 ;1,32640. Sedangkan pada larutan sampel yaitu 7,421 ; 0,26572 ;
0,48369. Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi
nya maka semakin besar absorbansinya, begitupun sebaliknya semakin
kecil konsentrasinya maka semakin kecil pula absirbansinya. Atau jika
dilihat dari warna, semakin pekat warna larutan maka konsentrasinya
semakin besar begitupun dengan absorbansinya.

Berdasarkan data perhitungan, % kesalahan konsentrasi larutan


sampel secara manual berturut-turut yaitu 2,6% ; 0,36% ; dan 1,40%.
Sedangkan % kesalahan konsentrasi larutan sampel secara exel dengan
slope 0,0009 dan intercept 0,0244 (y= 0,0009x + 0,0244) yaitu 5,19 % ;
4,04 % ; 20,30%. Kesalahan dapat terjadi mungkin disebabkan karna
adanyaketidaktelitian saat memipet larutan ataupun saat mentandabataskan
pengeceran. Adapun reaksi yang mengubah larutan menjadi warna biru
yaitu:Cu2+ (aq) + 4NH3 (aq) [ Cu (NH3)4]2+ (aq)

Berdasarkan data pengamatan dan perhitungan juga dapat dilihat


bahwa hasil yang didapat sesuai dengan hukum yang digunakan pada
spektrofotometri Uv-Vis yaitu hukum Lambert- Beer. Dimana hukum labert
beer menyatakan dari persamaan-nya yang menunjukan bahwa konsentrasi
berbanding lurus dengan absorbansi.

Pada kurva kalibrasi diperoleh kurva garis lurus,dimana absorbansi


sebagai titik ordinatdan konsentrasi larutan standar sebagai absis.

42
VII. KESIMPULAN

Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

 Spektrofotometri UV-VIS adalah pengukuran serapan cahaya di


daerah ultra violet(200-340nm) dan sinar tampak (340-800nm) oleh suatu
senyawa.

 Semakin pekat warna larutan maka semakin besar konsentrasi nya.

 Konsntrasi berbanding lurus dengan absorbansi, semakin besar


konsentrasi makasemakin besar pula absorbansinya begitupun sebaliknya.

 Berdasarkan Data perhitungan :

Konsentrasi larutan sampel secara Teori (manual) :


- 2ml = 80 ppm dengan % kesalahan 2,6%
- 7ml = 280ppm dengan % kesalahan 0,36%
- 12,5ml = 500ppm dengan % kesalahan 1,40%

Konsentrasi larutan sampel secara teori (excel)


- 2ml = 82,18 ppm dengan % kesalahan 5,19%
- 7ml = 268,13 ppm dengan % kesalahan 4,04%
- 12,5ml = 421,43 ppm dengan % kesalahan 20,30%

- y = 0,03709x + 0,02462 (manual)

- y = 0,0009x + 0,0244 (excel)

43
LAMPIRAN (GAMBAR ALAT)

Instrumen Spektofotometer Agilent + Komputer

Kuvet Corong Kaca

44
Labu Takar dan Gelas Kimia Pipet Ukur dan Bola Karet

LABU UKUR GELAS KIMIA

45
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Menggunakan alat spektrofotometri serapan atom.

2. Menganalisis cuplikan secara spektrofotometri serapan atom.

II. DASAR TEORI

Spektrofotometri serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis dari unsur-


unsur yang pemakaiannya sangat luas, diberbagai bidang karena prosedurnya
selektif, spesifik, biaya analisa relatif murah, sensitif tinggi (ppm-ppb), dapat
dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisa
sangat cepat dan mudah dilakukan.

Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang
berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala
api yang berisi sampel yang telah terakomosasi kemudian radiasi tersebut
diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper digunakan untuk
membedakan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah
searah arus DC dari emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak-balik dari
sumber radiasi atau sampel. atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan
dikenai radiasi maka atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan
elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau
teraksitasi. atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang
dipancarkan oleh sumber cahaya. penyerapan energi cahaya terjadi pada panjang
gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut
(Basset,1994).

Hubungan tersebut dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut (Ristina,2006).

46
I = Io. a.b.c

Atau,

Log I/Io = a.b.c

A = a.b.c

Dengan,

A = absorbansi, tanpa dimensi

a = koefisien serapan, L2/M

b = panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L

Io = intensitas sinar mula-mula

I = intensitas sinar yang diteruskan

Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode analisis yang didasarkan


pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat
energi dasar ground state. penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasi elektron
dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil,
elektron akan kembali ke tingkat energi dasar sambil mengeluarkan energi yang
berbentuk radiasi.

Syarat-syarat gas yang dapat digunakan dalam atomisasi dengan nyala:

1. campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur
yang akan dianalisa tidak berbahaya misalnya tidak tidak mudah menimbulkan
ledakan.

2. Gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan.

3. Gas cukup murni dan bersih (UHP).

Jenis- jenis nyala

47
Ada 3 jenis nyala dalam spektrofotometri serapan atom yaitu :

1. Udara- Propana

Jenis nyala ini relatif lebih dingin (1800°c) dibandingkan jenisnya lainnya. nyala
ini akan menghasilkan sensitifitas yang baik jika elemen yang akan diukur
mudah terionisasi seperti Na, K, Cu.

2. Udara- Asetilen

Jenis nyala ini adalah yang paling umum dipakai dalam AAS. nyala ini
menghasilkan temperatur sekitar 2300°c yang dapat mengatur my Sassy hampir
semua elemen. Oksida oksida yang stabil seperti Ca, Mo juga dapat analisa
menggunakan jenis nyala ini dengan variasi rasio jumlah bahan bakar terhadap
gas pengoksidasi.

3. Nitrous oksida- Asetilen

Jenis nyala ini paling panas (3000°C), dan sangat baik digunakan untuk
menganalisa sampel yang banyak mengandung logam logam oksida seperti Al,
Si, Ti, W.

Atomizer

Atomizer terdiri atas sistem pengabut (nebulizer) dan system pembakar (burner)
sehingga system atomizer disebut juga dengan sistem pegabut-pembakar (burner
nebulizer system).

Manokromator dan detektor

Pada analisis kuantitatif, ada tiga macam metode yang sesuai dan secara umum
lebih sering digunakan pada penentuan unsur di dalam suatu bahan, seperti yang
akan diuraikan dibawah ini.

1. Metode relatif, yaitu dengan mengukur absorbansi atau transmitasi dari


larutan blanko, larutan standar, dan larutan cuplikan. Rumus perhitungan yang
digunakan :

48
Ab  Ao Co

As  Ao Cs

As  Ao
Cs = Co
Ab  Ao

Dengan :

Ab = absorbansi larutan baku

Ao = absorbansi larutan blanko

As = absorbansi larutan cuplikan

Co = konsentrasi larutan baku

Cs = konsentrasi larutan cuplikan

2. Metode kurva kalibrasi/standar, yaitu dengan membuat kurva antara


konsentrasi larutan standar (sebagai absis) lawan absorbansi (sebagai ordinat)
yang kurva tersebut berupa garis lurus. Kemudian dengan cara
menginterpolasikan absorbansi larutan cuplikan ke dalam kurva standar tersebut,
akan diperoleh konsentrasi larutan cuplikan.

3. Metode penambahan standar, untuk kondisi tertentu, metode kurva kalibrasi


baik karena adanya matrik yang mengganggu pengukuran pengukuran
absorbansi atau transmitannya. Pada metode ini, sederetan larutan cuplikan
dengan konsentrasi yang masing-masing ditambah larutan standar, dan unsur
yang dianalisis oleh konsentrasi mulai dari 0 ppm sampai konsentrasi tertentu.
Absorbansi masing-masing larutan diukur dan dibuat kurva absorbansi
terkonsentrasi unsur standar yang ditambahkan. Ekstrapolasi dari kurva ke
konsentrasi akan diperoleh intercept yang merupakan konsentrasi unsur di
dalam cuplikan yang akan diukur.

Selain cara ekstrapolasi, konsentrasi unsur didalam larutan cuplikan dapat


dihitung dengan persamaan.

49
Ao
Cs = x
Aadd  Ao

Dengan,

Cs = konsentrasi unsur di dalam larutan cuplikan

Ao = absorbansi larutan cuplikan tanpa penambahan larutan standar

Aadd = absorbansi laritan dengan penambahan larutan standar

X = konsentrasi unsur standar yang ditambahkan

Gangguan gangguan yang mungkin terjadi pada metode spektrofotometri


serapan atom, antara lain gangguan karena serapan latar, gangguan matriks,
gangguan kimia, gangguan ionisasi, gangguan spektra.

 Prinsip Kerja AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry)

Pada dasarnya prinsip kerja AAS ini didasarkan pada proses pemecahan
molekul menjadi atom menggunakan api atau listrik. Atom-atom dalam keadaan
dasar ini dapat menyerap cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Pada
tahap ini dan atom-atom tersebut akan tereksitasi.

Cahaya yang tidak ikut terserap oleh atom ditransmisikan dan dipancarkan oleh
detektor dan kemudian berubah menjadi sinyal yang terukur. Panjang
gelombang cahaya tergantung pada susunan elektron atom. Intensitas tergantung
pada jumlah atom dalam keadaan dasar (ground state). Oleh karena itu analisis
kuantitatif dan kualitatif dapat menggunakan intrumentasi AAS.

 Cara Kerja AAS

1. Sumber sinar yang berupa tabung katoda berongga (Hollow Chatode Lamp)
menghasilkan sinar monokromatis yang mempunyai beberapa garis resonansi

50
2. Sampel diubah fasenya dari larutan menjadi uap atom bebas di dalam
atomizer dengan nyala api yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dengan
oksigen

3. Monokromator akan mengisolasi salah satu garis resonansi yang sesuai


dengan sampel dari beberapa garis resonansi yang berasal dari sumber sinar

4. Energi sinar dari monokromator akan diubah menjadi energi listrik dalam
detektor

5. Energi listrik dari detektor inilah yang akan menggerakkan jarum dan
mengeluarkan grafik

6. Sistem pembacaan akan menampilkan data yang dapat dibaca dari grafik.

 Kelebihan dan Kekurangan AAS

a. Kelebihan

· Kepekaan lebih tinggi

· Sistemnya relatif mudah

· Dapat memilih temperatur yang dikehendaki

b. Kekurangan

· Hanya dapat digunakan untuk larutan dengan konsentrasi rendah

· Memerlukan jumlah larutan yang cukup relatif besar (10-15 ml)

· Efisiensi nebulizer untuk membentuk aerosol rendah

· Sistem atomisasi tidak mampu mengatomkan

III. GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)

51
IV. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

Alat yang digunkan :


1. Peralatan GBC AAS 932 Plus
2. lampu katoda rongga (Ca)
3. labu takar 100ml
4. Gelas kimia
5. Pipet tetes
6. Pipet ukur 10ml

Bahan yang digunakan :


1. Larutan standar Ca
2. Aquabides
3. Sampel (air kolam, air got, air bak)

52
V. LANGKAH KERJA

SOP GBC AAS 932 Plus


A. Setting Instrumen
1. Menghidupkan komputer
2. Memilih icon GBC versi 3.1, klik dua kali dan menunggu hingga selesai.
3. Klik metode, lalu mengatur dengan ketentuan berikut :
• Description (mengatur unsur yang akan diamati, memasukkan nama unsur atau
klik pada tabel sistem perioda)
• instrumen (memasukkan arus lampu dan panjang gelombang maksimum,
sesuai tabel di dalam kotak lampu)
• Measurement (memilih integration, memasukkan waktu pembacaan dan
jumlah replika yang akan digunakan)
• Calibrasi (memilih linier least square trought Zero)
• Standard (menambah atau mengurangi row sesuai jumlah standar yang
digunakan)
• Quality ( dibiarkan seperti apa adanya)
• Flame (memilih tipe nyala api pembakaran, memilih air-acetylen)
Menambahkan atau mengurangi row untuk sampel yang digunakan
5. Klik analisis (menghubungkan dengan file, dibiarkan seperti apa adanya)
6. Klik result (menampilkan layar untuk pengamatan hasil)

B. Persiapan Sampel
Menyiapkan sampel, mengencerkan bila perlu (kondisi dengan instruktur)

C. Setting Gas Supply


1. Set gas Acytelene pada range 8-14 psi
2. Set compress air (udara tekan) pada range 45-60 psi
3. Set gas N 2 O pada range 45-60 psi
(panaskan N 2 O dengan menghubungkan kabel di regulator ke sumber PLN)
4. Nyalakan blower (exhause)

53
D. Pengukuran Sampel
1. Tekan air acytelene diikuti IGITION (penyalaan)
2. Klik START pada aplikasi Windows, tunggu sampai terbaca instrumen ready
di bagian bawah layar.
3. Click Zero pada window tunggu hingga instrumen ready muncul
4. Komputer akan meminta call blank (aspirasikan larutan pengencer yaitu
aquadest), klik OK, lalu program akan mengukur blanko.
5. Setelah blanko selesai, program akan meminta standar 1, aspirasikan standar
1, aspirasikan standar 1, klik ok. Mengulangi untuk semua larutan standar.
6. Setelah semua larutan standar, program akan meminta sampel, aspirasikan
sampel secara berurutan.

54
VI. DATA PENGAMATAN

Kondisi Pengoprasian Alat

 Lampu yang digunakan : Lampu katoda rongga Ca


 Arus lampu yang digunakan : 4,00 mA
 Laju udara : 10,00 L/min
 Laju asetilen : 2,00 L/min
 Laju slit : 0,50 nm

55
56
57
VII. PERHITUNGAN

1. Membuat Larutan Ca 100 ppm Dalam 50ml Dari Larutan 1000 ppm
 M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 100 x 50
1000 x V1 = 5000
5000
V1 = 1000

V1 = 5ml

2. Membuat Larutan Standar Dengan Konsentrasi 3,6,9,12,15 ppm


 M1 x V1 = M2 x V2
100 x V1 = 3 x 50
100 x V1 = 150
150
V1 = 100

V1 = 1,5 ml
 M1 x V1 = M2 x V2
100 x V1 = 6 x 50
100 x V1 = 300
300
V1 = 100

V1 = 3 ml
 M1 x V1 = M2 x V2
100 x V1 = 9 x 50
100 x V1 = 450
450
V1 = 100

V1 = 4,5 ml
 M1 x V1 = M2 x V2
100 x V1 = 12 x 50
100 x V1 = 600
600
V1 = 100

58
V1 = 6 ml
 M1 x V1 = M2 x V2
100 x V1 = 15 x 50
100 x V1 = 750
750
V1 = 100

V1 = 7,5 ml

3. Menghitung Konsentrasi Sampel (X) Menggunakan Regresi Linier


Berdasarkan Kurva Dari Excel Didapat:
y = 0,010x + 0,0,10
Maka:
 Sampel Air Kolam
Y = 0,010 X + 0,010
0,4263 = 0,010 X + 0,010
-0,010 X = 0,010 – 0,4263
X = 41,63 ppm
 Sampel Air Got
Y = 0,010x + 0,010
0,5779 = 0,010 X + 0,010
-0,010 X= 0,010 – 0,5779
X = 56,79 ppm
 Sampel Air Bak
Y = 0,010 X + 0,010
0,0352 = 0,010 X + 0,010
-0,010 X = 0,010 – 0,0352
X= 2,52 ppm

4. Menghitung Konsentrasi Sampel (X) Menggunakan Trought Zero

Y = 0,011 X

 Sampel Air Kolam

59
Y = 0,011 X

0,4263 = 0,011 X

0,4263
X= 0,011

X = 38,75 ppm

 Sampel Air Got

Y = 0,011 X

0,5779 = 0,011 X

0,5779
X= 0,011

X = 52,53 ppm

 Sampel Air Bak

Y = 0,011 X

0,0352 = 0,011 X

0,0352
X= 0,011

X = 3,2 ppm

5. Menghitung Konsentrasi Sampel (X) Menggunakan Plot Kolom Grafik

Diketahui:

Konsentrasi = 84,5188 x Abs

 Sampel Air Kolam

Konsentrasi = 84,5188 x Abs

Konsentrasi = 84,5188 x 0,4263

60
Konsentrasi = 36,03 ppm

 Sampel Air Got

Konsentrasi = 84,5188 x Abs

Konsentrasi = 84,5188 x 0,5779

Konsentrasi = 48,84 ppm

 Sampel Air Bak

Konsentrasi = 84,5188 x Abs

Konsentrasi = 84,5188 x 0,5779

Konsentrasi = 48,84 ppm

6. Menghitung % Kesalahan
 Berdasarkan Cara Linier

�����−�������
% Kesalahan = �����
x 100 %

2,52−2,697
= 2,52
x 100 %

= 18,09 %

 Berdasarkan Cara Trought Zero

�����−�������
% Kesalahan = �����
x 100 %

3,2 −2,697
= 3,2
x 100 %

= 18,09 %

 Berdasarkan Cara Plot Kolom Grafik

61
�����−�������
% Kesalahan = �����
x 100 %

2,52−2,697
= 2,52
x 100 %

= 18,09 %

62
Nama Larutan Standar Konsentr Absorban
asi si

Standar 1 3 0,04

Standar 2 6 0,0762

Standar 3 9 0,113

Standar 4 12 0,1433

Standar 5 15 0,1696

Konsentrasi Vs Absorbansi
0.2

0.18 y = 0,010x + 0,010


0.16 y = 0,011x R² = 0,985

0.14

0.12

0.1

0.08

0.06

0.04
9
0.02 3 6 12 15
Konsentrasi (ppm)
0

63
VIII. ANALISA PERCOBAAN

Pada praktikum kali ini yaitu spektrogotometri serapan atom yang


bertujuan untuk menganalisis cuplikan secara spektrofotometri serapan dan
atom agar dapat menggunakan alat spektometri serapan atom. Spektrofotometer
serapan atom merupakan penentuan unsur logam dan metaloid yang berdasarkan
pada penyerapan yang mana sumber cahaya besaral dari lampu katoda yang
berasal elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan kedalam nyala api
yang berisi sampel yang teratomisasi yang kemudian radiasi terserbut diteruskan
ke detector melalui monokromator. Sprektrofotometri serapan atom (SSA)
memiliki nama lain Atomic Absorbtion Spectrophotometer(AAS). Pada
praktikum kali ini menentukan konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan
yang didasarkan pada proses penyerapan radiasi oleh sumber atom yang berbeda
pada tingkat energi dasar(ground state )

Pada percobaan menggunakan unsur Ca dan menggunakan lampu katoda Ca


dengan panjang gelombang 422,7nm (must sensitive wavelenght ) denganlebar
slit 0,50nm. Arus lampu yang digunakan 4.00 mA. Hal pertama yang harus
dilakukan yaitu dengan membuat larutanCa 100 ppm 50ml dari larutan Ca 1000
ppm, kemudian larutan tersebut dibuat kembali pada konsentrasi 3,6,9,12 dan 15
ppm. Selanjutnya yaitu menyiapkan sampel, pada percobaan kali ini sampel
yang digunakan air yang diambil dan berbagai tempat, pertama ada air kolam,
air got dan air bak mandi, selanjutnya yaitu dengan mensetting instrument. Pada
saat mensetting instrumen ada beberapa yang harus dipilih dan diubah salah
satunya yaitu dengan memasukkan lampu yang digunakan dan memilih “air-
acetylen” pada flame. Kemudian beralih pada setting cupply karena pada flame
sudah dipilih air acetylen, maka mengatur pada range 8-14psi. Dan yang
terakhir yaitu melakukan pengukuran yang dimulai dengan larutan standar dan
dilanjut dengan sampel.

Proses penyerapan energi terjadi pada panjang gelombang yang spesifik dan
karakteristik untuk tiap unsur. Proses penyerapan ini menyebabkan atom
penyerap tereksitasi. Elektron dari kulit atom meloncat ke tingkat energi yang

64
lebih tinggi. Banyaknya intensitas radiasi diserap sebanding dengan jumlah
atom yang berada pada tingkat energi dasar yang menyerap energi tersebut.
Dengan mengukur tingkat penyerapan radiasi (absorbansi) atau mengukur
radiasi yang diteruskan (transmitasi) maka konsentrasi unsur di dalam sampel
dapat ditentukan.

Berdasarkan data pengamatan, dapat dianalisa bahwa dalam grafik dari


alat dan grafik dari excel dengan data yang sama terdapat hasil regresi yang
sama yaitu pada alat R2 = 0,9857. Sedangkan pada excel nilai R2= 0,9857. Hal
ini terjadi karna data untuk grafik pada alat didapatkan langsung dari proses
transfer data berdasarkan perhitungan analisa alat spektrofotometri yang
memiliki angka data yang lebih spesifik sedangkan pada excel hanya
memasukkan angka sesuai dengan digit dari tampilan alat. Jika absorbansi
terlalu besar maka tidak dapat melakukan regresi linier (grafik yang didapat
tidak lurus) dan semakin kecil PSD maka semakin baik data yang didapat.

Dari data yang didapat dapat menentukan konsentrasi sampel. Pada


percobaan kali ini dapat digunakan 2 cara yaitu menggunakan regresi linier (Y =
BX + C) dimana pada kurva didapat Y = 0,010 X + 0,010 sehingga berdasarkan
data perhitungan didapat konsentrasi sampel air kolam dan air got yaitu 41,63
dan 56,79 ppm. Sedangkan cara kedua yaitu dengan menggunakan cara trought
zero dan didapatkan konsentrasi sampel air kolam dan air got yaitu 38,75
dan52,5 ppm. Pada percobaan hanya menghitung konsentrasi air kolam dan air
got karena pada hadil pengamatan data yang keluar bertuliskan “High”
sedangkan pada sampel ketiga (air bak) sudah didapatkan konsentrasinya yaitu
sebesar 2,976 ppm. Dapat dilihat bahwa konsentrasi yang didapat berbeda beda.
Hal ini dikarenakan alat konsentasi yang didapat sesuai dengan sampel, selain
itu adanya beda cara perhitungan namun angka yang didapat tidak jauh berbeda.

Didapatnya konsentrasi “High” bisa disebabkan karena faktor matrik dan


faktor kimia. Pada faktor matriks yaitu berupa pengendapan unsur dan
perbedaan sifat sampel yang dianalisa, sedangkan faktor kimia berupa disosiasi
tak sempurna dari senyawa-senyawa dan ionisasi atom atom di dalam nyala.

65
Beddasarkan pada data pangamatan dapat dilihat bahwa hukum Lambert- Beer
masih berlaku untuk spektofotometri serapan atom, dimana semakin besar
konsentrasi maka semakin besar pula absorbansinya dan begitu juga sebaliknya.
Pada cara ke-3 yaitu plot kolom grafik yang didapat konsentrasi 36,03 ppm;
48,54 ppm dan2,97 ppm. Dan didapat %kesalahan untuk sampel air baik
berdasarkan cara linier, trought zero dan plot kolom grafik yaitu 18,09% ; 7%
dan 0,20%

IX. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

- Spektrofotometri serapan atom (AAS) yaitu penentuan unsur logam dan


metaloid yang berdasarkan pada penyerapan
- Semakin besar konsentrasi maka absorbansinya semakin besar begitu juga
sebaliknya
- Jika absorbansi terlalu besar maka tidak dapat melakukan regresi linier
(kurva tidak lurus)
- Semakin kecil PSD maka semakin baik data yang didapat
- Berdasarkan data perhitungan didapat
- Konsentrasi sampel berdasarkan regresi linier
Sampel 1, air kolam = 41,63 ppm
Sampel 2, air got = 56,79 ppm
Sampel 3, air bak = 2,52 ppm
 Konsentrasi sampel berdasarkan trought zero
Sampel 1, air kolam =38,75 ppm

Sampel 2, air got = 52,53 ppm

Sampel 3, air bak = 3,2 ppm

 Konsentrasi sampel berdasarkan plot kolom grafik


Sampel 1, air kolam = 36,03 ppm

66
Sampel 2, air got = 48,84 ppm
Sampel 3, air bak = 2,97
 % kesalahan air bak:
Berdasarkan regresi linier = 18,09%
Berdasarkan trought zero = 7%
Berdasarkan plot kolom grafik = 0,20%

67
LAMPIRAN (GAMBAR ALAT)

68
DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet “Kimia Analitik Instrumen”. Laboratorium Teknik Kimia. Palembang.


2021/2022. Politeknik Negeri Sriwijaya

69

Anda mungkin juga menyukai