Anda di halaman 1dari 3

A.

KENAIKAN BBM DI INDONESIA

Kenaikan harga BBM ini terutama disebabkan karena adanya inflasi yang membuat
APBN juga ikut berubah. Salah satu dana pemerintah yang paling besar ternyata bukan
dari gaji pegawai, tetapi dari penentuan anggaran untuk pensiun para pegawainya. Dana
pensiun yang diberikan pemerintah sekitar Rp 2500 triliun tiap tahun. Sehingga dalam hal
ini, dana pensiun diganti dengan dana asuransi di hari tua.

Jika BBM tidak dinaikkan maka ada beberapa hal yang terjadi, yaitu pertama adalah
tidak adil, karena yang paling banyak menikmati subsidi justru golongan yang seharusnya
tidak perlu subsidi untuk kebutuhan BBM nya. Kedua adalah hitungan pemerintah,
subsidi dan kompensasi akan mencapai Rp653 triliun (dengan asumsi kebutuhan tidak
menurun). Ketiga, harga minyak internasional tetap akan tinggi walaupun saat ini
menurun sedikit. Keempat, defisit APBN akan semakin membengkak di atas 3% GDP,
yang dimana bukan hanya tidak sesuai dengan Undang-Undang saja, melainkan akan
dapat mengancam sustainable fiskal. Kelima, tidak ada jaminan inflasi akan menurun
walaupun harga BBM tidak dinaikkan dan keenam, akan mengancam subsidi yang lain,
misalnya pada kesehatan, pensiun, dan lain sebagainya.

Hasil diskusi ini untuk pemerintah dan pertamina perlu lebih transparansi dalam
menghitung harga perekonomian, pemerintah perlu lebih menjelaskan kepada publik cara
pemberian serta besarnya pemberian dan kepada siapa saja yang diberikan subsidi,
kemudian seharusnya selalu memperbaiki data penerima subsidi dan sistem pemberian
subsidi, dan menerapkan perilaku hemat penggunaan BBM oleh masyarakat serta para
pengusaha tidak boleh mengambil sebuah peluang.

B. BLT BBM UNTUK MASYARAKAT

Untuk Melindungi Masyarakat Miskin dan Rentan Miskin, Pemerintah Alokasikan


Dana BLT BBM Rp24,17 Triliun. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati
memaparkan pengalihan subsidi dan kompensasi BBM menjadi BLT BBM dialokasikan
sebesar Rp24,17 triliun yang terdiri atas dua jenis. Pertama, bantuan Subsidi Upah (BSU)
sebesar Rp600.000 yang akan diberikan kepada 14,6 juta pekerja dengan gaji di bawah
Rp3,5 juta. Kedua, BLT BBM yang akan diberikan kepada 20,65 keluarga penerima
manfaat sebesar Rp150.000 per bulan, diberikan sebanyak empat bulan.“Semoga bantuan
sosial ini akan membantu meringkankan serta melindungi masyarakat rentan dan miskin
dari tekanan gejolak kenaikan harga global sehingga angka kemiskinan Indonesia tetap
dapat kita upayakan menurun,” tutur Menteri Keuangan.

Selain itu, pemerintah daerah juga ikut menggunakan 2% Dana Transfer Umum
(Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil) yang berasal dari APBN untuk mendanai
(earmark) program perlindungan sosial, penciptaan lapangan kerja dan subsidi/bantuan
sektor transportasi, antara lain angkutan umum, ojek, nelayan, dan UMKM. Upaya
bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam memberikan bantalan
sosial tambahan bagi masyarakat miskin dan rentan tersebut, bertujuan untuk menguatkan
daya beli masyarakat serta menurunkan angka kemiskinan.Dimana sebelumnya, kenaikan
konsumsi BBM yang signfikan sebagai tanda perekonomian masyarakat yang mulai pulih
menyebabkan kuota volume solar dan pertalite bersubsidi diperkirakan akan habis pada
bulan Oktober 2022. Hingga Agustus 2022, konsumsi solar bersubsidi sudah mencapai
11,4 juta kiloliter dari total kuota 15,1 juta kiloliter dan konsumsi pertalite bersubsidi
sudah mencapai 19,5 juta kiloliter dari total kuota 23,05 juta kiloliter untuk tahun 2022.

Pemerintah telah menaikkan anggaran subsidi dan kompensasi BBM tahun 2022 lebih
dari tiga kali lipat, dari Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun. Namun jika konsumsi
BBM melebihi kuota subsidi, diperkirakan anggaran subsidi dan kompensasi BBM akan
membengkak lebih besar lagi. Sementara anggaran subsidi dan kompensasi yang sangat
besar itu justru lebih banyak dinikmati oleh masyarakat mampu. Rumah tangga mampu
menyerap 80% konsumsi pertalite, sedangkan rumah tangga miskin dan rentan hanya
menyerap 20% saja. Artinya, subsidi yang diberikan salah sasaran.

Oleh karenanya, langkah pemerintah untuk memperbaiki subsidi salah sasaran


menjadi tepat sasaran dilakukan dengan cara mengalihkan anggaran subsidi dan
kompensasi BBM menjadi BLT BBM bagi masyarakat yang rentan dan miskin.

C. DAMPAK KENAIKAN BBM

Tentu saja kenaikan harga BBM di Indonesia bukan berita gembira bagi
masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah. Begini ternyata efeknya bagi
kehidupan mayoritas penduduk Indonesia.

1. Penyesuaian Harga di Berbagai Sektor


Ini artinya harga-harga akan semakin meningkat mengingat kebutuhan BBM
berkaitan dengan hampir seluruh aspek kehidupan. Termasuk di antaranya adalah
industri logistik, barang dan jasa, transportasi, dll, yang membutuhkan bahan bakar
dalam menjalankan operasionalnya.
2. Daya Beli Masyarakat Menurun
Tingkat harga BBM bisa dibilang krusial dalam perekonomian Indonesia, sehingga
jika terjadi kondisi seperti sekarang ini, perekonomian negara kita juga turut
terdampak. Salah satunya daya beli masyarakat yang menurun.
3. Menyebabkan Terjadinya Inflasi
Inflasi adalah peristiwa kenaikan harga barang dan jasa yang berlangsung terus-
menerus, sehingga nilai mata uang akan semakin berkurang. Inflasi yang nggak
terkendali juga menjadi pemicu berkurangnya daya beli masyarakat.
4. Usaha Kecil Semakin Terpukul
Peningkatan harga BBM akan paling terasa dampaknya pada berbagai sektor usaha
kecil karena beban produksi menjadi semakin besar. Modal yang terbatas tentunya
sulit akan menutup biaya produksi yang kian meroket lambat laun akan membuat
bisnis kecil terpuruk dan gulung tikar,
5. Pengangguran dan Kemiskinan Bertambah
Kenaikan harga BBM Pertamina akan menimbulkan efek domino bagi masyarakat.
Berawal dari kenaikan harga BBM bersubsidi, biaya produksi usaha jadi
membengkak. Kondisi tersebut mau nggak mau memaksa pengusaha untuk
melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) demi meminimalkan beban usaha.

Anda mungkin juga menyukai