Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
RSU ALFUDI memiliki program unggulan dibidang Nefrologi,
Traumatologi dan Luka bakar, serta Infeksi Tropis
Instalasi Radiologi RSU ALFUADI dilengkapi dengan General X-Ray
Unit dan USG. Instalasi Radiologi RSU ALFUADI juga memiliki Dokter
spesialis radiologi yang berpengalaman dan terkemuka sehingga hasil
pemeriksaan Radiologi akurat dan tepat sesuai dengan tujuan kualitas
mutu pelayanan Radiologi di rumah sakit.
Untuk mencapai tujuan kualitas mutu pelayanan Radiologi di rumah
sakit, maka diperlukan pedoman pelayanan Instalasi Radiologi di RSU
ALFUADI.

B. Tujuan
Pedoman ini dibuat sebagai acuan pelayanan Radiologi. Sehingga
pelayanan radiologi dapat dilakukan dengan baik dan benar yang akan
menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan yang akurat dan tepat.

C. Ruang Lingkup
1. Pelayanan radiodiagnostik
2. Pelayanan imejing diagnostik
3. Pelayanan radiologi intervensionaL.

D. Batasan Operasional
Batasan operasional dalam pedoman ini adalah X – Ray, dan USG.

1
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang RI :
a. No.10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran;
b. No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
c. No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
d. No.36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah RI :
a. No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
b. No. 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan
Keamanan Sumber Radioaktif;
c. No.29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber
Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir;
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI :
a. No.512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
b. No.780/MENKES/PER/VIII/2008 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Radiologi;
c. No.1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran;
d. No.1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit;
e. No.81 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan
Radiografer;
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI :
a. No.357/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Radiografer;
b. No.129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
c. No.1250/MENKES/SK/XII/2009 tentang Pedoman Kendali Mutu
(Quality Control) Peralatan Radiodiagnostik.
d. No.410/MENKES/SK/III/2010 tentang Perubahan Atas
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indoneisa Nomor
1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan
Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan;
5. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum ALFUADI :
a. No................ tentang Penetapan kode Surat Departemen,
Instalasi dan Unit Kerja di Lingkungan RSU ALFUADI.
b. No............. tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan RSU
ALFUADI.

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Dokter Spesialis Radiologi
a. Jumlah : 1 orang
b. Pendidikan : Spesialis Radiologi
c. Pengalaman: Minimal 5 tahun pengalaman kerja sebagai
dokter spesialis radiologi
d. Mempunyai kemampuan mengajar dan menulis tentang
Radiologi
e. Memiliki kemampuan mengoperasikan komputer
f. Mempunyai kemampuan kepemimpinan dan dapat
berkomunikasi dengan baik
g. Mampu berbahasa inggris
h. Sehat jasmani dan rohani
i. Mampu bekerja sama sebagai tim

2. Radiografer
a. Jumlah : 5 orang
b. Pendidikan : Minimal D III Radiologi
c. Pengalaman: Minimal 1 tahun di bidang Radiologi
a. Mampu mengoperasikan komputer
b. Mampu berbahasa inggris
c. Mempunyai komunikasi yang baik serta dapat bekerja dalam
tim
d. Mampu bekerja sama secara tim
e. Disiplin dan bertanggung jawab

3
3. Admin
a. Jumlah : 1 orang
b. Pendidikan : Minimal D III eksakta atau teknik
c. Pengalaman: Minimal 1 tahun di bidang administrasi
d. Mampu mengoperasikan komputer
e. Mampu berbahasa inggris
f. Mempunyai komunikasi yang baik serta dapat bekerja dalam
tim
g. Disiplin dan bertanggung jawab

B. Distribusi Ketenagaan
1. Dokter Spesialis Radiologi, melakukan:
a. Justifikasi terhadap pelayanan radiologi yang menggunakan alat-
alat radiasi yang mempertimbangkan manfaat dan risiko
terhadap pasien.
b. Membuat ekspertise foto radiologi.
c. Memberikan konsultasi terhadap pelayanan radiologi yang akan
dilaksanakan.
d. Menjamin pelaksanaan proteksi radiasi pada pasien.
e. Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan sesuai
perkembangan ilmu radiologi.

2. Petugas Proteksi Radiasi (PPR), melakukan:


a. Menyusun rencana kerja kebutuhan alat dan bahan untuk
pelaksanaan tugasnya.
b. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan proteksi radiasi.
c. Membuat kebijakan dan prosedur proteksi radiasi dengan pihak
terkait ( K3RS, Dokter spesialis radiologi).
d. Melakukan pemeriksaan pada ruangan yang menggunakan
radiasi untuk diberikan konsultasi proteksi radiasi.

4
e. Melakukan pengukuran radiasi lingkungan, menggunakan
peralatan yang sesuai.
f. Melakukan pengawasan dan membuat laporan tentang data
pengukuran area yang menggunakan radiasi serta lingkungan
sekitarnya.
g. Melakukan monitoring dan pengawasan terhadap dosis radiasi
yang diterima staf radiologi (dokter spesialis radiologi,
radiographer, admin)
h. Memimpin dan mengkoordinasi segala hal terkait kecelakaan
radiasi.
i. Melakukan koordinasi untuk prosedur kalibrasi alat radiologi
dengan pihak terkait.

3. Radiografer, melakukan:
a. Melakukan pemeriksaan radiologi pada tubuh pasien sesuai
dengan permintaan dokter pengirim
b. Melakukan pemeriksaan radiologi dengan mempertimbangkan
proteksi radiasi pasien.
c. Melakukan pemeliharan sarana dan prasarana di instalasi
radiologi, baik alat medis maupun non medis.
d. Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan sesuai dengan
perkembangan ilmu radiologi.

4. Admin Radiologi, melakukan:


a. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan administrasi di
radiologi, baik data pasien, data inventaris dan hal-hal yang
berhubungan dengan administrasi lainnya
b. Memiliki hubungan komunikasi yang baik dengan tenaga medis
lainnya

5
C. Pengaturan jaga/dinas
Instalasi radiologi adalah salah satu pelayanan terpenting di RSU
ALFUADI, oleh karena itu instalasi radiologi memberikan pelayanan
terhadap pasien 24 Jam.Pengaturan dinas/ jaga dibuat dalam 3 shift:
a. Dinas pagi 7 jam kerja dengan kualifikasi 1 orang koordinator
radiologi, 1 radiografer, 1 admin.
b. Dinas siang 7 jam kerja dengan kualifikasi 1 orang radiografer.
c. Dinas malam 11 jam kerja dengan kualifikasi 1 orang radiografer.

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

Gambar 3.1 Denah Area/Ruang Kerja Radiologi RSU ALFUADI

7
B. Standar Fasilitas

Instalasi Radiologi memiliki fasilitas standar yaitu:


1. Pesawat USG Siemens 3D
2. Pesawat General X-Ray Unit
3. Manual Processing
4. SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit)
5. Ruang baca Dokter Spesialis Radiologi
6. Ruang jaga petugas Radiologi
7. Ruang Operator alat X – Ray.

8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pendaftaran Pasien
1. Petugas menerima formulir permintaan foto rontgen dari
poliklinik, rawat inap, rawat jalan, ICU, maupun klinik luar atau
dokter luar.
2. Memperhatikan dengan baik permintaan foto pasien.
3. Apabila pemeriksaan khusus maka dipersiapkan terlebih dahulu
(dipuasakan dan pemeriksaan laboratorium). Kemudian diberikan
penjelasan terhadap pasien tentang pemeriksaan yang akan
dilakukan dengan lisan maupun tertulis.
4. Pasien umum untuk biaya pemeriksaannya harus dibayar
langsung kemudian petugas kasir memberikan stempel lunas
sebagai tanda pasien telah selesai administrasinya.
5. Apabila proses administrasi telah selesai maka dapat dilakukan
pemeriksaan terhadap pasien. Semua pasien rawat jalan harus
registrasi dahulu di pendaftaran. Untuk pasien rawat jalan,
petugas medis nya memberikan formulir permintaan foto pada
petugas radiologi. Kemudian petugas radiologi melaksanakan
pemeriksaan radiologi sesuai surat permintaan tersebut.

B. Persiapan Pemeriksaan
1. Persiapan pemeriksaan dilakukan untuk pemeriksaan yang
diharuskan puasa lebih dahulu (contoh: USG Abdomen)
2. Persiapan pasien sebelum pemeriksaan tergantung dari jenis
pemeriksaan. Adapun jenis pemeriksaan sesuai dibawah ini:
a. Persiapan USG
Persiapan USG UPPER-LOWER ABDOMEN
1. Puasa minimal 6 jam sebelum pemeriksaan
2. buli harus dalam keadaan penuh (full blass)
9
Persiapan USG UPPER ABDOMEN
1. Puasa minimal 6 jam

Persiapan USG LOWER ABDOMEN


1. Buli harus dalam keadaan penuh (full blass)

Persiapan USG KIDNEY / BLADDER


1. buli harus dalam keadaan penuh (full blass)

C. Penyerahan hasil
1. Hasil radiologi yang telah di cetak dimasukkan kedalam amplop.
2. Mengarsipkan semua hasil serta jam pemeriksaan dan selesai
hasil dan jumlah harga pemeriksaan kedalam buku registrasi
radiologi.
3. Melayani pengambilan hasil radiologi.

10
BAB V
LOGISTIK

Peralatan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pelayanan


Radiologi adalah sebagai berikut
1. Peralatan non medik
a. Komputer
b. printer
c. Telepon
d. Filling Cabinet
e. Lemari penyimpanan bahan kimia
f. Kursi
g. Meja
h. Lemari linen
i. Lemari alat
j. Baskom
k. Tangga pasien
l. Apron Pb

2. Peralatan Medik
a. General X-Ray Unit
b. Manual Processing
c. USG Siemens

11
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

RSU ALFUADI memiliki rancangan tujuh langkah keselamatan


pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan
tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan,
kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain
yang berpotensi risiko bagi pasien.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan
panduan yang komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga
tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh
setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak
harus berurutan dan tidak harus serentak. Pilih langkah-langkah yang
paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di rumah sakit. Bila
langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah yang
belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan
baik rumah sakit dapat menambah penggunaan metoda-metoda lainnya.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit
RSU ALFUADI adalah sebagai berikut:

A.      Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien

Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.

1. Bagi Rumah Sakit:

Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang


harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-
langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang
harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
 Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran
dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden.

12
 Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi
di rumah sakit.
 Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian
keselamatan pasien.
2. Bagi Unit/Tim:

 Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara


mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada
insiden.
 Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di
rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara
terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yang tepat.

B.      Memimpin Dan Mendukung Staf

Pimpinan melakukan pencanangan/deklarasi program keselamatan


pasien Rumah Sakit membentuk komite/tim/panitia keselamatan pasien
yang bertugas mengkoordinasikan dan melaksanakan program
keselamatan pasien di RS. Pimpinan melakukan rapat koordinasi multi
disiplin secara berkala untuk menilai perkembangan program
keselamatan pasien.
Pimpinan melakukan ronde keselamatan pasien (patient safety walk
around) secara rutin, diikuti berbagai unsur terkait. Setiap timbang
terima antar shift dilakukan briefing untuk mengidentifikasi risiko
keselamatan pasien dan debriefing untuk meminitor risiko tersebut.
Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang
Keselamatan Pasien di rumah sakit. Pimpinan memilih dan menetapkan
champion disetiap unit/bagian sebagai motor penggerak pelaksanaan
program keselamatan pasien di RS.
1. Untuk Rumah Sakit:
 Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung
jawab atas Keselamatan Pasien

13
 Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat
diandalkan untuk menjadi “penggerak” dalam gerakan Keselamatan
Pasien
 Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat
Direksi/Pimpinan maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit
 Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf
rumah sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur
efektivitasnya.
2. Untuk Unit/Tim:
 Nominasikan “penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin
Gerakan Keselamatan Pasien
 Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat
bagi mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
 Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.

C.      Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko

Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan


identifikas dan asesmen hal yang potensial bermasalah.

1. Untuk Rumah Sakit:

 Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen


risiko klinis dan nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup
dan terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan staf;
 Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan
risiko yang dapat dimonitor oleh direksi/pimpinan rumah sakit;
 Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif
meningkatkan kepedulian terhadap pasien.

14
2. Untuk Unit/Tim:

 Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu-


isu Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada
manajemen yang terkait;
 Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
asesmen risiko rumah sakit;
 Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah-langkah yang
tepat untuk memperkecil risiko tersebut;
 Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke
proses asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.

D.      Mengembangkan Sistem Pelaporan

Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah sakit


mengatur pelaporan kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.

1. Untuk Rumah Sakit:

Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam


maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke Komite Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.

2. Untuk Unit/Tim:

Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif


melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang
penting.

E.      Melibatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien

Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.

15
1. Untuk Rumah Sakit:

 Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas


menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan
tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya.
 Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang
benar dan jelas bilamana terjadi insiden.
 Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf
agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya.
2. Untuk Unit/Tim:

 Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien


dan keluarganya bila telah terjadi insiden
 Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana
terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang
jelas dan benar secara tepat
 Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada
pasien dan keluarganya.

F.      Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan Pasien

Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar


bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.

1. Untuk Rumah Sakit:

 Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian


insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
penyebab.
 Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (root cause analysis/RCA) yang
mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun
melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk
proses risiko tinggi.

16
2. Untuk Unit/Tim:

 Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden.


 Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di
masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.

G.      Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan


Pasien

Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk


melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

1. Untuk Rumah Sakit:

 Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis,
untuk menentukan solusi setempat.
 Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang system (struktur
dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis,
termasuk penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan
pasien.
 Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan.
 Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
 Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil
atas insiden yang dilaporkan.
2. Untuk Unit/Tim:

 Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk


membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
 Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan
pastikan pelaksanaannya.
 Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut
tentang insiden yang dilaporkan.

17
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Radiasi yang digunakan di Radiologi di samping bermanfaat untuk


membantu menegakkan diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi
pekerja radiasi dan masyarakat umum yang berada disekitar sumber
radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan oleh besarnya
radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi.
Upaya untuk melindungi petugas radiologi dan masyarakat umum
dari bahaya radiasi dapat dilakukan dengan cara:

1. Mendesain ruangan radiasi sedemikian rupa sehingga paparan radiasi


tidak melebihi batas-batas yang dianggap aman.
2. Melengkapi setiap ruangan radiasi dengan perlengkapan proteksi
radiasi yang tepat dalam jumlah yang cukup.
3. Melengkapi setiap pekerja radiasi dan pekerja lainnya yang karena
bidang pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi dengan alat
monitor radiasi.
4. Memakai pesawat radiasi yang memenuhi persyaratan keamanan
radiasi.
5. Membuat dan melaksankan prosedur bekerja dengan radiasi yang baik
dan aman.

1. Desain dan paparan di ruangan radiasi


a. Ukuran Ruangan Radiasi
 Ukuran minimal ruangan radiasi sinar-x adalah panjang 4 meter,
lebar 3 meter, tinggi 2,8 meter.
 Ukuran tersebut tidak termasuk ruang operator dan kamar ganti
pasien.
 Tebal Dinding 
Tebal dinding suatu ruangan radiasi sinar-x sedemikian rupa
sehingga penyerapan radiasinya setara dengan penyerapan radiasi
dari timbal setebal 2 mm.
18
 Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35 gr/cc
adalah 15 cm.
 Tebal dinding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 25 cm.
b. Pintu dan Jendela
 Pintu serta lobang-lobang yang ada di dinding (misal lobang stop
kontak, dll) harus diberi penahan-penahan radiasi yang setara
dengan 2 mm timbal. 
 Di depan pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang
menyala ketika meja kontrol pesawat dihidupkan. 
Tujuannya adalah :
- Untuk membedakan ruangan yang mempunyai paparan bahaya
radiasi dengan ruangan yang tidak mempunyai paparan bahaya
radiasi.
- Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas medis
untuk tidak memasuki ruangan karena ada bahaya radiasi di
dalam ruangan tersebut.
- Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat
rontgen sedang aktif.
-  Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat
untuk mencegah bahaya paparan radiasi terhadap orang lain di
sekitar ruangan pemeriksaan rontgen.
 Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai
luar. Bila ada jendela yang letaknya kurang dari 2 meter harus
diberi penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal dan jendela
tersebut harus ditutup ketika penyinaran sedang berlangsung.
 Jendela pengamat di ruang operator harus diberi kaca penahan
radiasi minimal setara dengan 2 mm timbal.

19
c. Paparan Radiasi
 Besarnya paparan radiasi yang masih dianggap aman di ruangan
radiasi dan daerah sekitarnya tergantung kepada pengguna
ruangan tersebut.
 Untuk ruangan yang digunakan oleh pekerja radiasi besarnya
paparan 100 mR/minggu.
  Untuk ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi
besarnya paparan 10 mR/minggu.

2. Perlengkapan Proteksi Radiasi


a. Pakaian proteksi radiasi (APRON)
Setiap ruangan radiasi disediakan pakaian proteksi radiasi dalam
jumlah yang cukup dan ketebalan yang setara dengan 0,35 mm
timbal.

Gambar 7.1 APRON pelindung terhadap Radiasi

3. Alat Monitor Radiasi


a. Film Badge
 Setiap pekerja radiasi dan/atau pekerja lainnya yang karena bidang
pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi diharuskan
memakai film badge setiap memulai pekerjaannya setiap hari.
 Film badge dipakai pada pakaian kerja pada daerah yang
diperkirakan paling banyak menerima radiasi atau pada daerah

20
yang dianggap mewakili penerimaan dosis seluruh tubuh seperti
dada bagian depan atau panggul bagian depan.

Gambar 7.3 Film Badge

b. Survey Meter

Gam
bar 7.4 Survey Meter
Di unit radiologi harus disediakan alat survey meter yang
dapat digunakan untuk mengukur paparan radiasi di ruangan serta
mengukur kebocoran alat radiasi.

4. Pesawat Radiasi
a. Kebocoran tabung
Tabung pesawat rontgen (tube) harus mampu menahan radiasi
sehingga radiasi yang menembusnya tidak melebihi 100 mR per jam
pada jarak 1 meter dari fokus pada tegangan maksimum.
21
b. Filter
Filter radiasi harus terpasang pada setiap tabung pesawat rontgen.
c. Diafragma Berkas Radiasi
 Diafragma berkas radiasi pada suatu pesawat harus berfungsi
dengan baik.
 Ketebalan difragma minimal setara dengan 2 mm timbal.
 Posisi berkas sinar difragma harus berhimpit dengan berkas
radiasi.

5. Pemeriksaan Kesehatan
   Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan
secara berkala sedikitnya sekali dalam setahun.

6. Kalibrasi Pesawat Rontgen


    Pesawat rontgen harus dikalibrasi secara berkala terutama untuk
memastikan penunjukkan angka-angkanya sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.

7. Dosis Radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi


 Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja
radiasi didasarkan atas rumus dosis akumulasi :
D = 5 ( N - 18 ) rem
D :Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang
pekerja radiasi selama masa kerjanya
N :Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan dalam
tahun 18:Usia minimum seseorang yang diizinkan bekerja dalam
medan radiasi dinyatakan dalam tahun.
 Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi
dalam jangka waktu 1 tahun ialah 5 rem.

22
 Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi
dalam jangka waktu 13 minggu ialah 1,25 rem . Sedangkan untuk
wanita hamil 1 rem.
 Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi
dalam jangka waktu satu minggu adalah 0,1 rem.

8. Ekstra Fooding
    Rumah sakit berkewajiban menyediakan makanan ekstra puding
yang bergizi bagi pekerja radiasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap radiasi.

9. Prosedur Kerja di Ruangan Radiasi


 Menghidupkan lampu merah yang berada di atas pintu masuk
ruang pemeriksaan.
 Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain
pasien yang sedang diperiksa.
 Pada waktu penyinaran berlangsung, semua yang tidak
berkepentingan berada di luar ruangan pemeriksaan sedangkan
petugas berada di ruang operator. Waktu pemeriksaan harus
dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan.
 Menghindarkan terjadinya pengulangan foto.
 Apabila perlu pada pasien dipasang gonad shield.
 Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga
pasien tidak menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan.
 Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan,
sedapat mungkin gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika
tetap diperlukan seseorang untuk membantu pasien atau
memegang film selama penyinaran maka ia harus memakai
pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbal serta
menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri disamping
berkas utama.

23
 Pemeriksaan radiologi tidak boleh dilakukan tanpa permintaan
dari dokter. 
 Jika tetap diperlukan seseorang untuk membantu pasien atau
memegang film selama penyinaran maka ia harus memakai
pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbal serta
menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri
disamping berkas utama.

24
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pelayanan Radiologi merupakan pelayanan penunjang yang vital di
rumah sakit. Oleh karena itu perlu menjaga dan meningkatkan mutu
pelayanannya. Pelayanan radiologi merupakan pelayanan kesehatan yang
memanfaatkan sumber radiasi yang memiliki dua sisi yang berlawanan
yaitu sangat berguna bagi penegakkan diagnose suatu penyakit dan di
sisi lain sangat berbahaya apabila tidak dilakukan prosedur yang tepat,
apalagi bila dilakukan oleh tenaga yang tidak berkompeten atau bukan
radiographer dan spesialis radiologi. Karena itu instalasi radiologi harus
senantiasa menjaga dan meningkatkan mutu pelayanannya.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan di Instalasi Radiologi
dilakukan upaya-upaya antara lain :

1. Evaluasi Alat Radiologi

 Melakukan kalibrasi alat secara berkala.


 Melakukan uji kesesuaian alat.
 Melakukan pengecekan pada alat radiologi secara berkala
untuk mencegah kebocoran radiasi.

2. Evaluasi Kualitas Film Rontgen

 Mencatat film x ray yang tidak laik diekpertise dalam buku laporan
reject analisis.
 Mengelompokkan data reject film berdasarkan ukuran film., jenis
pemeriksaan dan penyebab kegagalan.
 Menganalisa hasil laporan reject setiap enam bulan dan
disosialisasikan kepada semua staf yang terkait.

3. Evaluasi Kualitas Pencucian

 Program harian, pengecekkan dan membersihkan rol mesin


processing.
 Program Mingguan, pembersihan dan pengecekkan total mesin
processing.
 Penggantian cairan processing.
 Program service rutin, dilakukan oleh teknisi suplayer.

25
4. Evaluasi Ekspertise

 Mengevaluasi dan mencatat tingkat komplain terhadap ekspertise


yang dikeluarkan oleh instalasi radiologi
 Menganalisa laporan tersebut apakah ada fluktuasinya.

5. Evaluasi Kecepatan Pelayanan

 Menyebarkan questioner kepada pasien dan user lainnya setiap


satu tahun sekali, terhadap proses penyelenggaraan pelayanan
pasien.
 Menganalisa hasil questioner secara periodik.

26
BAB IX
PENUTUP

Demikianlah Pedoman Pelayanan Radiologi ini dibuat. Diharapkan


dengan adanya pedoman pelayanan ini akan meningkatkan mutu
pelayanan radiologi di RSU ALFUADI.

Medan, 2018 Diketahui Oleh,


Dibuat Oleh, Direktur Sarana Prasarana &
Kepala Instalasi Radiologi Pelayanan Penunjang,

Dr. Perthyan Aulia Nst. Sp.Rad dr.Khalid Huda Sagala, Sp.PD

27

Anda mungkin juga menyukai