Protesa
Protesa
2018
Adrian, Tari
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7040
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERSIHAN PROTESA
DENGAN KARAKTERISTIK SEKRET DAN LAPISAN AIR
MATA PADA SOKET ANOFTALMIA PASKA EVISERASI
DENGAN CANGKOK LEMAK KULIT
TESIS
Oleh :
TARI ADRIAN
NIM. 147041183
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam
Oleh :
Tari Adrian
NIM. 147041183
Tesis ini adalah karya penulis sendiri, dan semua baik yang kutipan maupun
NIM : 147041183
Tanda Tangan :
Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
dibawah ini ;
NIM : 147041183
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Loyalti Non-
Eksklusif ini. Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan
mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari sya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pemilik hak cipta. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat : Medan
Pada Tanggal : Agustus 2018
Yang Menyatakan
(Tari Adrian)
ABSTRAK
Pendahuluan : Sekret merupakan masalah kedua setelah kesehatan mata normal, mempengaruhi
93% pasien soket anoftalmia dan memiliki karakteristik sekret yang bervariasi.
Kekeringan yang berat pada soket disebabkan berkurangnya produksi air mata
(hasil uji schirmer rendah) yang terjadi pada >75 % soket anopthalmia. Selain
itu, adanya sekresi air mata yang terjebak antara protesa dan soket dapat terjadi,
sehingga pasien dapat melepaskan protesanya sebulan sekali untuk pembersihan.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi pembersihan protesa dengan
karakteristik sekret dan lapisan air mata pada soket anoftalmia paska eviserasi
dengan cangkok lemak kulit.
Metode : Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan metode pengumpulan data
secara cross sectional menggunakan kontrol. Subjekpenelitianadalah pasien
soket anoftalmia unilateral paska eviserasi dengan cangkok lemak kulit di
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Jejaring yang
berjumlah 30 orang atau 60 mata (30 soket anoftalmia unilateral, 30 mata
kontralateral). Data diperolehsejak bulan Mei sampaiJuni 2018.
Hasil : Ada hubungan yang signifikan antara frekuensi pembersihan protesa dengan
frekuensi sekret (P = 0,001), tetapi tidak ada hubungan antara frekuensi
pembersihan protesa dengan warna sekret (P = 0,062) dan kuantitassekret (P =
0,197) pada soket anoftalmia paska eviserasi dengan cangkok lemak kulit..Ada
hubungan yang signifikan antara frekuensi pembersihan protesa dengankuantitas
lapisan air mata (P = 0,024) pada soket anoftalmia paska eviserasi dengan
cangkok lemak kulit.Ada hubungan yang signifikan antara kuantitas lapisan air
mata dengan frekuensi sekret (P = 0,024), tetapi tidak ada hubungan antara
kuantitas lapisan air mata dengan warna sekret (P = 0,100) dan kekentalan sekret
(P = 0,551) pada soket anoftalmia paska eviserasi dengan cangkok lemak
kulit.Rerata hasil uji lapisan air mata (Uji Schirmer I) pada soket anoftalmia
adalah 7,93 mm.
Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara frekuensi pembersihan protesa dengan
frekuensi sekret dan kuantitas lapisan air mata pada soket anoftalmia paska
eviserasi dengan cangkok lemak kulit.Ada perbedaan yang signifikan antara rata
- rata nilai hasil uji lapisan air mata pada soket anoftalmia dengan mata normal.
Kata Kunci : Soket Anoftalmia, Karakteristik sekret, Lapisan Air Mata
Ophthalmology Department
Faculty of Medicine Nort Sumatera University
North Sumatera University Hospital
Dr. Pirngadi General Hospital
ABSTRACT
Background : Discharge is the second concern, after the health of the normal eye, affecting
93% of subjects with anophthalmic socket, which has a variety of
characteristics. Severe dryness of the socket because of diminished tear
production (impaired Schirmer test) may occur in up to 75% of anophthalmic
sockets. In addition, they may trap secretions between the prosthesis and the
socket. Typically, the patient might remove the prosthesis once a month for
cleaning.
Objective : To evaluate the association between frequency of prosthesis cleaning and
discharge characteristics and also the tear film in subjects with anophthalmic
socket post evisceration with dermis fat graft.
Method : This study is an analytic observational with cross sectional design study with
control. The subjects of the study were unilateral acquired anophthalmic
socket post-evisceration with dermis fat graft at Universitas of Sumatera
Utara General Hospital and network Hospital which amounts to 30 subjects
or 60 eyes (30 unilateral anophthalmic sockets, 30 contralateral eye). Data
was obtained from May 2018 to June 2018.
Result : There was a significant association between frequency of prosthesis cleaning
with frequency of discharge (P = 0.001), but there was no association
between frequency of prosthesis cleaning with color of discharge (P = 0.062)
and viscosity of discharge (P = 0.197) in the post-evisceration anophthalmic
socket with dermis fat graft. There was a significant association between
frequency of prosthesis cleaning with and quantity of tear film (P = 0.024) in
the post-evisceration anophthalmic socket with dermis fat grafts. There was a
significant association between quantity of the tear film with frequency of
discharge (P = 0.024), but there was no association between quantity of tear
film with color of discharge (P = 0.100) and viscosity of discharge (P =
0.551) in post-evisceration anophthalmic socket with dermis fat grafts. The
results of tear film test (Schirmer I test) in anophthalmic socket is 7.93 mm.
Conclusion : There is a significant association between the frequency of cleaning
prosthesis with the frequency of discharge and the quantity of tear film in the
post-evisceration anophthalmia socket with skin fat grafts. There is a
significant difference between the average value of the tear layer test results
in anophthalmic socket with normal eyes.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat
menuliskan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam
meyelesaikan Program Magister pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara dalam bidang Ilmu Kesehatan Mata.
Penulisan tesis ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dan perhatian dari
berbagai pihak. Untuk itu, perkenankanlah saya menyampaikan ungkapan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya dan setinggi-tingginya kepada :
- dr. Hj. Aryani A. Amra, M.Ked (Oph), Sp.M (K) selaku Ketua
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran USU / RS
Pendidikan USU Medanyang telah banyak memberikan masukan dan
arahan dalam penulisan tesis ini.
- Dr. dr. Masitha Dewi Sari, M.Ked (Oph), Sp.M (K) selaku Ketua Program
Studi Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran USU / RS Pendidikan
USU Medan.
- Dr. dr.Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked (Oph), Sp.M (K) selaku Dosen
Pembimbing saya yang telah banyak membimbing dan membantu saya
dalam menyelesaikan tesis ini.
- Dr. T. Siti Harilza Zubaidah, M.Ked (Oph), Sp.M selaku Dosen
Pembimbing saya yang telah banyak membimbing dan membantu saya
dalam menyelesaikan tesis ini.
- Prof. dr. Aslim D Sihotang, Sp.M (KVR) sebagai guru yang telah banyak
membimbing dan memberikan masukan yang tak ternilai harganya.
- Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Mata atas bimbingan
dan arahannya yang sangat bermanfaat dalam penulisan tesis ini.
- Drs. Abdul Jalil Amri Arma. M.Kes sebagai pembimbing dalam bidang
statistik pada penelitian ini.
- Abang, kakak dan teman-teman sejawat Ilmu Kesehatan Mata dr. Vera
Avliwani, dr. Ayrika Yuliani, dr. Amelia Rizar,dr. Dwi Maysaroh Arsa,
M. Faisal, dr. Serly Indah Puspitasari, dr. Sri Ulina Ginting, dr. Julham
Alandy, dr. Zulfahri Lubis, dr. Hendra Gunawan, dr. Elyani Rahman, dr.
Ratu Windi Meidiana, dr. Franky Frans Sihombing, dr. Faiza Sofia Sari,
dr. Cut Apriliza Novita, dr. Dedy Saputra, dr. Erick Yudistira, dr. Barii
Hafidh Pramono, dr. Rafika Rahman, dr. Lidiawati Manik dan dr. Farid
Alfarisy dan semua yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
- Pegawai administrasi Departemen Ilmu Kesehatan Mata
Terima kasih dan segala cinta kasih saya hanturkan kepada suami
tercinta Wan Achmad Adriansyah, ST yang telah mencurahkan kasih
sayang, perhatian, doa, dorongan semangat, dukungan, pengorbanan
waktu, materi dan tenaga, sehingga saya bisa menyelesaikan tesis ini
dengan baik.
Seluruh keluarga dan handai taulan yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak
memberikan bantuan serta doa selama ini, saya mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN………………… ...................................................... xii
LAMPIRAN .................................................................................................... 49
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN
PMMA :Polymethylmethacrylate
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
namun ada yang menganjurkan mata tertutup untuk menghindari adanya berkedip.
Normal sekresi air mata sangat bervariasi. Hasil uji kurang dari 5,5 mm
pembasahan setelah 5 menit, di diagnosa sebagai Aqueous tear deficiency
(ATD).1,9
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.1 Defenisi
Soket anoftalmia adalah ketiadaan isi / seluruh bola mata di dalam rongga
orbita. Soket anoftalmia sangat bervariasi antara individu, kondisi dan bentuknya
dipengaruhi oleh penyebab kehilangan mata, teknik operasi, tipe dan ukuran
implan, serta lama pemakaian protesaokular.1,2
2.1.2 Epidemiologi
Dari total penduduk Selandia Baru pada tahun 2010 (4.367.700 jiwa)
sebanyak 3026 orang mengalami soket anoftalmia. Dimana, penyebab kecelakaan
50% (kecelakaan kerja, kecelakaan olah raga, kecelakaan dirumah, kecelakaan
lalu lintas, perkelahian, malpraktek dan kecelakaan lainnya), penyebab medis 43%
(tumor, glaukoma, ablasio retina, katarak, diabetes dan medis lainnya), dan
kongenital 7%.3
Anoftalmia kongenital merupakan kondisi yang sangat jarang yang
memiliki tingkat prevalensi 0,18 kasus per 10.000 kelahiran di Amerika Serikat,
0,19 kasus per 10.000 kelahirandi Eropa,23 kasus per 100.000 kelahiran di
Spanyol dan 0,06-0,42 kasus per 10.000 kelahiran di Australia.3
Secara klasik, predileksi ras untuk anoftalmia belum dilaporkan. Namun,
studi terbaru menunjukkan prevalensi yang meningkat pada beberapa kelompok
etnis. Kelompok ini termasuk anak-anak Pakistan dan Skotlandia. Genetik dan
lingkungan, kemungkinan mempengaruhi tingkat insiden yang tinggi dan perlu
dieksplorasi lebih lanjut.3
2.1.3 Etiologi
Soket Anoftalmia dapat disebabkan oleh salah satu dari penyebab
berikut:1,2,3
1). Kongenital
Berhubungan dengan kondisi genetik yang tidak menyebabkan perkembangan
dari vesikel optik. Gangguan genetik yang paling umum terkait dengan anoftalmia
kongenital adalah mutasi fungsi dari gen SOX2, namun Gen seperti CHX10,
POMT1, dan Six6 telah terlibat dalam berbagai sindrom dan penyebab
nonsindrom anoftalmia kongenital.
2). Didapat
Anoftalmia didapat terjadi akibattrauma / kecelakaan, tumor intraokuli
(melanoma , retinoblastoma), ptisis bulbi, panoftalmitis, atau buta dengan nyeri
(uveitis kronis, glaukoma absolut, proliferative diabetic retinopathy, operasi mata
yang tidak berhasil).
Sekret
Sekret merupakan keluhan umum dari pasien soket anoftalmiayang
berdampak pada kualitas hidupnya dan mungkin ada banyak penyebab yang
mendasarinya.Sekret adalah produk kelenjar pada konjungtiva bulbi yang
dikeluarkan oleh sel goblet. Penyebab yang paling umum adalah konjungtivitis
papillary raksasa (giant papillary conjungtivitis). Patogenesisnya adalah
kombinasi dari respon imunologi terhadap trauma mekanis dari protesa.5,6
Kondisi lain yang dapat menyebabkan adalah ketiadaan struktur bola mata
(seperti : eksposur implan, infeksi, kista konjungtiva, granuloma, dan lain-lain).
Faktor dari protesa itu sendiri (seperti : pemasangan dan penanganan yang tidak
benar, frekuensi pelepasan dan pembersihan, deposit dan permukaan yang kasar)
atau keadaan adneksa okuli (seperti : perubahan pada epitel konjungtiva, fungsi
kelopak mata melemah, berkurangnya produksi air mata dan sistem aliran
lakrimal) juga berperan dalam memproduksi sekret pada soket anoftalmia. 5,6,7
Dengan menggunakan skala analog visual untuk menilai sekret maka
sekret dimasukkan ke dalam tiga karakteristik, yaitu :6,7
- Frekuensi : jarang atau sering
- Warna : mukoid, mukopurulen atau purulen
- Kekentalan : cair atau kental
Pine KR dan rekan - rekan, melaporkan bahwa sekret merupakan masalah
kedua setelah kesehatan mata normal, yang mempengaruhi 93% pasien soket
anoftalmia dan memiliki karakteristik sekret yang bervariasi.6,7
Kashkouli MB dan rekan-rekan, melaporkan frekuensi sekret sering
sampai sangat sering 85%, warna sekret mukoid atau mukopurulen 90% dan
volume sekret sedang sampai berat pada 86% dari 50 subjek soket anoftalmia.6
Pine KR dan rekan-rekan, melaporkan47 % situs oftalmologis mengatakan
bahwa sekret pada soket anoftalmia disebabkan oleh endapan permukaan yang
terbentuk pada protesa, 29% disebabkan oleh penanganan protesa yang
berlebihan, dan 24% olehpenyebab lain, seperti debu dan kotoran di dalam
soket.6,7
Pine KR dan rekan-rekan, juga melaporkan bahwa ada hubungannya
antara frekuensi pembersihanprotesa dan frekuensi sekret, dimana frekuensi sekret
lebih sering pada pasien yang lebih sering membersihkan protesa. 7
Mata Kering
Protesa yang masuk ke dalam soket anoftalmia akan kontak dengan
konjungtiva,kelopak mata akan membasahi protesa dengan cairan okular dan
mengumpulkan endapan di permukaannya.Intoleransi protesa sering dikaitkan
dengan mata kering yang didefinisikan sebagai gangguan pada lapisan air mata
yang disebabkan oleh berkurangnya produksi air mata atau penguapan air mata
yang berlebihan.7,8,9
Banyak pasien anoftalmia yang menggunakanprotesa mengeluhkan mata
kering, tidak diketahui apakah bentuk air mata pra-kornea terbentuk di atas
protesa atau tidak, namun kecukupan air mata pada soket anoftalmia adalah
persyaratan untuk kenyamanan pasien menggunakan protesa.7
2.1.7 Penatalaksanaan
Dengan kehilangan mata, pasien bisa menjadi tertekan atau memiliki citra
diri yang terdegradasi. Dokter mata dapat membantu pasien sebelum dan sesudah
operasi dengan memberikan kepastian dan dukungan psikologis.10,11
Tujuan kosmetik dalam bedah anoftalmia adalah meminimalkan kondisi
yang menarik perhatian anoftalmia. Upaya bedah untuk menghasilkan orbitadan
kelopak matayang simetris dan untuk mempromosikan posisi protesa dan
motilitas yang baik meningkatkan kosmetik. 10,11
Tidak adanya isi/bola mata menyebabkan perubahan besardalam fisiologi
dan dinamika orbita, dan untuk kosmetik diperlukan suatupengganti volume orbita
dengan menggunakan autologous/homolog jaringan (cangkok lemak kulit)
atauimplan yang terbuat dari bahan haloplastik, yaitu biasanya dalam bentuk bola.
Implan haloplastik dapat dibuat dari bahan yang berbeda, namun yang paling
umum adalah polymethylmethacrylate (PMMA) dan silikon.12
Setelah operasi enukleasi atau eviserasi, konformer akrilik atau silikon
langsung ditempatkan dalam forniks konjungtiva untuk mempertahankan ruang
konjungtiva yang pada akhirnya akan mengakomodasi protesa.1,13
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat tejadi pada soket anoftalmia, antara lain :1,14-18
Kontraktur Forniks
Mencegah kontraktur forniks dengan cara meninggalkan konjungtiva
sebanyak mungkin dan membatasi pembedahan di forniks. Menempatkan otot
ekstraokular pada posisi anatomi normalnya, juga meminimalkan pemendekan
forniks.
Kontraksi soket
Pengobatan radiasi (biasanya sebagai pengobatan tumor yang memerlukan
penghilangan mata), ekstrusi implan oleh karena luka awal yang parah (luka bakar
alkali atau laserasi yang meluas), teknik bedah yang buruk (pembuangan
konjungtiva dan kapsul tenon yang berlebihan, diseksi traumatis di dalam soket
yang menyebabkan pembentukan jaringan parut yang berlebihan), operasi soket
berulang, dan melepaskan konformer atau protesadalam waktu yang lama.
Ektropion anoftalmik
Ektropion kelopak mata bagian bawah dapat terjadi akibat pelonggaran
penahan kelopak mata bagian bawah oleh karena beratnya protesa dan pelepasan
protesa yang sering atau penggunaan protesa yang lebih besar mempercepat
terjadinya kelemahan kelopak mata.
Ptosis Anoftalmik
Ptosis anoftalmik terjadi akibat perpindahan superotemporal implan,
jaringan sikatrik pada forniks superior atau kerusakan dari muskulus levator
palpebra atau nervus III.
2.1.9 Prognosis
Prognosis soket anoftalmia tergantung pada penyebab kehilangan mata.
Penyakit sikatrikal dapat menyebabkan pengurangan forniks dan kesulitan dalam
pemeliharaan protesa. Penyakit sistemik dengan respon sikatrikal yang buruk,
seperti diabetes dan penyakit kolagen, dapat menyebabkan kesulitan
penyembuhan dan menyebabkan ekstrusi implan. Fraktur tulang dengan trauma
orbita dapat menyebabkan proses peradangan yang luas, yang mempengaruhi
evolusi anatomis anoftalmia.13,14
2.2 Protesa
Protesa mata pertama kali ada sekitar abad ke-16, yang dipelopori oleh
Ambroise Pare (1510-1590). Pada saat itu bahan pilihan adalah kaca yang
kemudian dikenal dengan mata kaca. Saat ini di Amerika Serikat protesa dibuat
dari polymethylmethacrylate / PMMA (acrylic).19
Protesa okular adalah mata palsu estesis untuk orang yang kehilangan bola
mata. Protesa okular dipasang dalam 4-8 minggu setelah eviserasi atau enukleasi.
Protesa yang ideal disesuaikan dengan dimensi yang tepat dari forniks
konjungtiva setelah edema paska operasi mereda agar posisi dan motilitas protesa
baik sehingga pasien merasa nyaman dan puas secara kosmetik.1
tangan yang lain diletakkan pada palpebra inferior pada daerah medial. Jari
mendorong ke arah dalam dan bawah dan kemudian ditarik ke lateral untuk
membalik tepi palpebra bawah di bawah dan dibelakang tepi inferior protesa.
Ketika protesa tergelincir keluar,jari telunjuk dan ibu jari dari tangan yang lain
digunakan untuk menangkap protesa.21
}}
presentase
2.3.1 Defenisi
Lapisan air mata adalah suatu struktur yang mengandung protein dan
terdiri dari 3 lapisan, yaitu lipid, akuos dan mukus. Ukuran ketebalan lapisan air
mata rata-rata sekitar 8 - 9 m,dimana ketebalan dari masing-masing lapisan
tersebut adalah : lapisan lipid 0,1 - 0,2 m, lapisan akuos 6,5 - 7,5 m, lapisan
mukus+ 1 m.6-8
1. Lapisan Lipid
Merupakan lapisan anterior tear film yang memiliki ketebalan 0,1 - 0,2 m
serta mengandung lipid polar dan non polar yang disekresiterutama oleh
kelenjarmeibom dan sekresi tambahan oleh kelenjar zeiss dan moll. Kelenjar
meibom terletak dalam tarsus palpebra superior dan inferior.23
Kelenjar zeis terletak di margo palpebra dan berhubungan dengan folikel
rambut, juga mengeluarkan lipid yang berkaitan dengan tear film.6,10,11
2. Lapisan Akuos
Merupakan lapisan tengah dari tear film yang disekresi oleh kelenjar
lakrimal utama dan aksesoris. Ketebalan lapisan akuos lebih dari 90% dari
ketebalan tear film, yakni sekitar 7 µm. Lapisan ini mengandung air (98%),
protein, glikoprotein, glukosa, urea, enzim, komponen organik (termasuk bahan
bakterisid), dan inorganik elektrolit.5,8
Kelenjar lakrimal utama terbagi dalam 2 bagian anatomi yakni, orbita dan
palpebra, yang dipisahkan oleh aponeurosis otot levator palpebra. Kelenjar Krause
terletak di bagian lateral forniks atas dan forniks bawah. Kelenjar ini meliputi 2/3
dari kelenjar lakrimal aksesoris. Kelenjar wolfring terletak di sepanjang margo
proksimal tiap tarsus. Struktur kelenjar lakrimal aksesoris sama seperti kelenjar
lakrimal primer.6
3. Lapisan Mukus
Merupakan lapisan posterior atau lapisan paling dalam dari lapisan air
mata, yang memiliki ketebalan + 1 m. Lapisan ini menutupi mikroplika sel-sel
epitel kornea superfisial dan membentuk jaringan permukaan konjungtiva.6
Lapisan mukus bersifat hidrofilik, disekresi oleh sel-sel goblet
konjungtiva, meskipun ada beberapa yang berasal dari kelenjar lakrimal utama.
Rata-rata jumlah sel goblet di mata manusia adalah 8.8 kelenjar/mm 2. Sekresi
musin oleh sel goblet mencapai 2 - 3 ml per hari. Lapisan mukus terpisah dari
lapisan lipid oleh lapisan akuos, tapi dengan adanya kedipan lapisan lipid
berdifusi melalui lapisan akuos dan mencapai lapisan mukus. Kontaminasi lipid
ini meningkat sampai lapisan mukus menjadi hidropobik, lapisan air mata menjadi
ruptur, dan suatu dry spot terbentuk di permukaan kornea.6,9
2.3.3 Fisiologi
Secara umum, beberapa fungsi penting lapisan air mata adalah:9,23
1. Membentuk dan menjaga kelembaban media refraksi diatas kornea
2. Menjaga lingkungan lembab sel epitel kornea dan konjungtiva
3. Memiliki fungsi bakterisida
4. Membasahi dan melumasi mata agar terasa nyaman terutama saat berkedip
Refleks air mata sebagian besar dihasilkan saat kornea dirangsang dan bila
sumber stimulasi ini dikeluarkan bersamaan dengan bola mata, refleks air mata ini
tidak ada lagi.24
Allen dan rekan - rekan, melaporkan bahwa volume air mata soket
anoftalmia tidak sama dengan mata normal, karena refleks air mata pada soket
anoftalmia telah hilang sehingga volume air mata jauh lebih sedikit daripada pada
mata normal.24
Jang dan rekan - rekan, melaporkan bahwa jumlah kejadian disfungsi
kelenjar meibom signifikan tinggi pada soket anoftalmia. Kekeringan yang berat
pada soket disebabkan berkurangnya produksi air mata (hasil uji schirmer rendah)
yang terjadi pada >75 % soket anopthalmia.6
Kashkouli MB dan rekan - rekan, melaporkan bahwa nilai uji schirmer dan
tear meniscus lebih rendah pada soket anoftalmia dibandingkan mata normal,
produksi air mata yang signifikan rendah dan kerusakan lapisan air mata (terutama
akuos dan lipid) harus dipertimbangkan pada pasien soket anoftalmia. 6
Uji Schirmer
Uji Schirmer I, mirip dengan tes sekresi dasar namun dilakukan tanpa
anestesi topikal, mengukur dasar dan refleks sekresi air mata. Kurang dari 5,5 mm
pembasahan setelah 5 menit merupakan diagnostik Aqueous Tear Deficiency
(ATD). Uji Schirmer II dilakukan untuk mengukur reflekssekresi, dilakukan
dengan cara yang sama dengan uji schirmar I namun dengan anestesi topikal.
Namun, setelah paper strip disisipkan ke forniks inferior, aplikator cotton tipped
digunakan untuk mengiritasi mukosa hidung. Pembasahan kurang dari 15 mm
setelah 2 menit ditetapkan sebagai defek refleksekresi. 1,2
Tear Meniscus
Tear meniscus adalah genangan air mata diperbatasan margo kelopak mata
bagian bawahdengan konjungtiva bulbi. Ketinggian tear meniscusnormal adalah
1 mm, jika < 1 mm dinyatakan sebagai sindroma mata kering. 1,2
Dengan menggunakan sinar filter cobalt warna biru dilihat gambaran bintik kering
(dry spot) pada kornea yaitu daerah bebas fluoresein berwarna hitam. Normal
waktu 15 - 30 detik, bila kurang 10 detik berarti terjadi kelainan pada lapisan lipid
dan musin.1,2
Ptisis bulbi
Trauma
Soket Anoftalmia
Panoftalmitis Eviserasi
Glaukoma absolut
Pembersihan
protesa Sekret
Mata kering
2.5Kerangka Konseptual
Karakteristik sekret :
frekuensi, warna dan
Frekuensi kekentalan (kuesioner)
Soket Anoftalmia
pembersihan protesa
Lapisan air mata (hasil
uji schirmer I)
otot
ekstraokuli dan
saraf optik
dengan
cangkok lemak
kulit
2. Frekuensi Jumlah Kuesioner hari / minggu / 1 x
pembersihan membersihkan bulan sebulan
protesa kan protesa
dalam waktu
tertentu.
3. Karakteristik Penilaian dari Kuesioner Frekuensi: -
Sekret produk Jarang
kelenjar dari (1x sebulan-
konjungtiva 1x seminggu),
bulbi yang atau Sering
disekresi oleh (2x seminggu,
sel goblet. 1 x sehari, 2 x
sehari, terus -
menerus).
Warna : Putih
(Mukoid),
Krem
(Mukopurulen)
, Kuning
(Purulen)
Kekentalan:
cair atau kental
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Kontrol : Bagian mata normal dari pasien soket anoftalmia unilateral paska
eviserasi dengan cangkok lemak kulit di Poli Mata Divisi
Rekonstruksi Onkologi Okuloplasti di Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara dan Rumah Sakit Jejaring.
n1 = n2
Z (1 / 2 ) Po (1 Po ) Z (1 ) ) Pa (1 Pa )
2
Po Pa 2
Dimana :
Z (1 / 2) = deviat baku alpha. Utk = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96
Z (1 ) = deviat baku betha. utk = 0,10 maka nilai baku normalnya 1,282
1. Bagian mata normal dari pasien soket anoftalmia unilateral paska eviserasi
dengan cangkok lemak kulit.
1. Alat tulis
2. Kertas Schirmer (lebar 5 mm, panjang 30 mm)
3. Slit lamp Biomicroscopy ® Appasamy
4. Kuesioner dengan skala analog visual (Modifikasi kuesioner dari Pine dan
rekan-rekan).
Mengisi kuesioner
Sampel
Kontrol
Pencatatan Hasil
3.12Analisa Data
1. Untuk menggambarkan variabel – variabel penelitian yang disajikan dalam
bentuk tabulasi data dan di deskripsikan.
2. Untuk melihat hubungan frekuensi pembersihan protesa dengan karakteristik
sekret.
3. Untuk melihat hubungan frekuensi pembersihan protesa dengan hasil uji
lapisan air mata.
4. Untuk melihat hubungan hasil uji lapisan air mata dengan karakteristik sekret.
5. Untuk melihat perbedaan hasil uji lapisan air mata pada soket anoftalmia dan
mata normal.
Usulan penelitian ini terlebih dahulu disetujui oleh Bagian Ilmu Kesehatan
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara / Rumah Sakit Jejaring. Penelitian ini kemudian diajukan untuk
Rincian Biaya
Tahap Persiapan
1. Usulan judul tesis penelitian Rp. 600.000
2. Proposal Penelitian Rp. 850.000
Tahap Penelitian
1. Biaya administrasi Komite Etik Penelitian FK USU Rp. 250.000
2. Biaya pengolahan data statistik Rp. 500.000
3. Kertas Schirmer Rp. 300.000
4. Cinderamata Rp. 600.000
BAB 4
Jenis Kelamin
Laki-laki 21 (70%)
Perempuan 9 (30%)
Usia Rata-rata
Laki-laki 46 tahun (range 22 - 75) (70%)
Perempuan 50 tahun (range 18 - 60)(30%)
Usia Kehilangan Mata Rata-rata
Laki-laki 34 tahun (range 10 - 65) (70%)
Perempuan 26 tahun (range 5 - 57)(30%)
Lateralisasi
Kanan 17 (56,7%)
Kiri 13 (43,3%)
Penyebab Kehilangan Mata
Trauma 16 (53,3%)
Medis 14 (46,7%)
Lama pemakaian protesa Rata-rata 12 tahun (range 1 - 35) (100%)
Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 30 subjek penelitian soket
anoftalmia paska eviserasi dengan cangkok lemak kulit jenis kelamin terbanyak
adalahlaki – laki sebanyak 21 orang (70%), sedangkan perempuan sebanyak 9
orang (30%). Usia rata-rata subjek penelitian soket anoftalmia paska eviserasi
dengan cangkok lemak kulit pada laki – laki adalah 46 tahun, dimanausia termuda
adalah 22 tahun dan usia tertua adalah 75 tahun, sedangkan usia rata-rata subjek
penelitian soket anoftalmia paska eviserasi dengan cangkok lemak kulit pada
perempuan adalah 50 tahun, dimanausia termuda adalah 18 tahun dan usia tertua
adalah 60 tahun.
Pada tabel 4.1 diatas juga menunjukkan bahwa penyebab kehilangan mata
terbanyak pada subjek penelitian soket anoftalmia paska eviserasi dengan cangkok
lemak kulit adalah trauma sebanyak 16 orang (53,3 %), yaitu ptisis bulbi (1),
endoftalmitis (9), dan glaukoma absolut (4), sedangkan penyebab medis sebanyak
14 orang (46,7%), yaitu kecekaan kerja (8), kecelakaan di rumah (5), perkelahian
(1), dan kecelakaan lalu lintas (2). Lama pemakaian protesa rata-rata pada subjek
penelitian soket anoftalmia paska eviserasi dengan cangkok lemak kulit adalah 12
tahun dimana waktu tercepat adalah 1 tahun dan waktu terlama adalah 35 tahun.
Hasil uji t-Independent pada Tabel 4.3 diatas menunjukkan ada perbedaan
yang signifikan nilai rata-rata lapisan air mata hasil uji schirmer I antarasoket
anoftalmia dengan mata normal. Dapat dilihat bahwa rata-rata lapiran air mata
normal (15,17 mm) lebih banyak dari lapisan air mata soket anoftamia (7,93
mm).
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil uji Chi-Square menunjukkan ada
hubungan yang signifikan P = 0,001 (P < 0,05) antara frekuensi pembersihan
protesa dengan frekuensi sekret pada subjek soket anoftalmia paska eviserasi
dengan cangkok lemak kulit, dimana frekuensi sekret lebih sering terjadi pada
subjek yang sering membersihkan protesa.
Pada tabel 4.4 juga dapat dilihat bahwa hasil uji Chi-Square menunjukkan
tidak ada hubungan yang signifikan antara P = 0,062 (P > 0,05) warna sekret dan
P = 0,197 (P > 0,05) kekentalan sekret dengan frekuensi pembersihan protesa.
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa hasil uji t-Independent menunjukkan
ada hubungan yang signifikan P = 0,024 (P < 0,05) antara frekuensi pembersihan
protesa dengan kuantitas lapisan air mata pada subjek soket anoftalmia paska
eviserasi dengan cangkok lemak kulit, dimana kuantitas lapisan air mata (hasil uji
Schirmer I) lebih rendah pada subjek soket anoftalmia paska eviserasi dengan
cangkok lemak kulit dengan frekuensi pembersihan protesa yang sering dari pada
frekuensi pembersihan protesa yang jarang.
Tabel 4.6 Hubungan Lapisan Air Mata dengan Karakteristik Sekret pada 30
Subjek Soket Anoftalmia Paska Eviserasi dengan Cangkok
Lemak Kulit
Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa hasil uji t-Independent menunjukkan
ada hubungan yang signifikan P = 0,024 (P < 0,05) antara kuantitas lapisan air
mata dengan frekuensi sekret pada subjek soket anoftalmia paska eviserasi dengan
cangkok lemak kulit, dimana kuantitas lapisan air mata (hasil uji schirmer I) lebih
rendah pada subjek soket anoftalmia paska eviserasi dengan cangkok lemak kulit
yang frekuensi sekretnya sering dari pada subjek soket anoftalmia paska eviserasi
dengan cangkok lemak kulit yang frekuensi sekret nya jarang.
Pada tabel 4.6 juga dapat dilihat bahwa hasil uji t-Independent
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kuantitas lapisan air
mata dengan warna sekret P = 0,100 (P > 0,05) dan kekentalan sekret P = 0,551
(P > 0,05).
BAB 5
DISKUSI
Soket anoftalmia adalah ketiadaan isi / seluruh bola mata di dalam rongga
orbita. Soket anoftalmia sangat bervariasi antara individu, kondisi dan bentuknya
dipengaruhi oleh penyebab kehilangan mata, teknik bedah, tipe dan ukuran
implan, serta lama pemakaian protesaokular. Masalah yang dapat dijumpai pada
pasien soket anoftalmia adalah adanya sekret, mata kering dan kosmetik protesa
yang buruk seperti tidak simetris dengan mata sebelahnya, ukuran protesa yang
terlalu besar atau kecil sehingga dapat menyebabkan perubahan pada posisi
kelopak mata (pseudoptosis atau retraksi kelopak mata), penurunan motilitas
protesa, rasa tidak nyaman dan rasa sakit pada soket anoftalmia.Masalah ini
tentunya akan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pasien soket anoftalmia
membutuhkan rehabilitasi agar terlihat normal dan menjalani hidup bebas stres. 1,2
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 30 subjek penelitian soket
anoftalmia paska eviserasi dengan cangkok lemak kulit terbanyak adalah pada laki
– laki sebanyak 21 orang (70%), sedangkan pada perempuan sebanyak 9 orang
(30%). Usia rata-rata subjek penelitian soket anoftalmia paska eviserasi dengan
cangkok lemak kulit pada laki – laki adalah 46 tahun, dimana usia termuda adalah
22 tahun dan usia tertua adalah 75 tahun, sedangkan usia rata-rata subjek
penelitian soket anoftalmia paska eviserasi dengan cangkok lemak kulit pada
perempuan adalah 50 tahun, dimana usia termuda adalah 18 tahun dan usia tertua
adalah 60 tahun. Usia kehilangan mata rata-rata subjek penelitian soket anoftalmia
paska eviserasi dengan cangkok lemak kulit pada laki – laki adalah 34 tahun,
dimana usia termuda adalah 10 tahun dan usia tertua adalah 60 tahun, sedangkan
usia kehilangan mata rata-ratasubjek penelitian soket anoftalmia paska eviserasi
dengan cangkok lemak kulit pada perempuan adalah 26 tahun, dimanausia
termuda adalah 5 tahun dan usia tertua adalah 57 tahun. Lateralisasi soket
anoftalmia paska eviserasi dengan cangkok lemak kulit terbanyak adalah mata
kanan sebanyak 17 orang (56,7%), sedangkan mata kiri sebanyak 13 orang
(43,3%). Penyebab kehilangan mata pada subjek penelitian soket anoftalmia paska
eviserasi dengan cangkok lemak kulit terbanyak adalah trauma sebanyak 16 orang
(53,3 %), sedangkan penyebab medis sebanyak 14 orang (46,7%). Lama
pemakaian protesa rata-rata pada subjek penelitian soket anoftalmia paska
eviserasi dengan cangkok lemak kulit adalah 12 tahun dimana waktu tercepat
adalah 1 tahun dan waktu terlama adalah 35 tahun.
Sekret adalah keluhan umum dari pasien soket anoftalmiayang berdampak
pada kualitas hidupnya dan mungkin ada banyak penyebab yang mendasarinya.
Sekret adalah produk kelenjar pada konjungtiva bulbi yang dikeluarkan oleh sel
goblet. Penyebab yang paling umum adalah giant papillary conjungtivitis.
Patogenesisnya adalah kombinasi dari respon imunologi terhadap trauma mekanis
dari protesa.5,6
Dengan menggunakan skala analog visual untuk menilai sekret maka
sekret dimasukkan ke dalam tiga karakteristik, yaitu : frekuensi ( jarang atau
sering ), warna ( mukoid atau mukopurulen ), dan kekentalan ( cair atau kental ).6,7
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa frekuensi sekret pada subjek penelitian
soket anoftalmia paska eviserasi dengan cangkok lemak kulit terbanyak adalah
sering sebanyak 18 orang (60%), sedangkan jarang sebanyak 12 orang (40%).
Warna sekret pada subjek penelitian soket anoftalmia paska eviserasi dengan
cangkok lemak kulit terbanyak adalah mukopurulen sebanyak 21 orang (70%),
sedangkan mukoid sebanyak 9 orang (30%). Kekentalan sekret pada subjek
penelitian soket anoftalmia paska eviserasi dengan cangkok lemak kulit terbanyak
adalah kental sebanyak 19 orang (63,3%), sedangkan cair sebanyak 11 orang
(36,7). Frekuensi pembersihan protesa pada subjek penelitian soket anoftalmia
paska eviserasi dengan cangkok lemak kulit terbanyak adalah sering sebanyak 18
orang (60%), sedangkan jarang sebanyak 12 orang (40%).
Hilangnya isi / seluruh bola mata pada pasien anoftalmia disertai dengan
penataan ulang konjungtiva dan sistem lakrimal. Selanjutnya, setelah pemasangan
protesa okular, ciri sitologi konjungtiva mengalami perubahan, seperti juga sifat
air mata. Setelah enukleasi atau eviserasi, lapisan konjungtiva dari soket yang
baru terbentuk menyesuaikan saat ia sembuh dan ada daerah konjungtiva yang
hilang.1,2
anoftalmiayang menunjukkan tidak ada perbedaan dalam flora bakteri antara soket
anoftalmia dan mata normal kontralateral.22
Teori kedua :berkurangnya produksi air mata,terutama pada lapisan akuos,
menyebabkan akumulasi musin dan lipid sehingga meningkatkan viskositas
mukus / lendir. Pada konjungtiva normal, lendir yang diproduksi oleh sel goblet
membentuk untaianjaringan yang dipecah menjadi untaian kasar pada setiap
kedipan. Akuos bersama dengan mekanisme berkedip, menghilangkan lendir dari
permukaan kornea. Penurunan produksi akuos, ditambah dengan permukaan
protesa okular yang relatif kering, menghilangkan mekanisme pembersihan diri
pada soket anoftalmia yang menyebabkan timbulnya sekret.22
Kondisi lain yang berperan dalam memproduksi sekret pada soket
anoftalmia adalah ketiadaan struktur bola mata (eksposur implan, kista
konjungtiva, dan granuloma), faktor dari protesa itu sendiri (pemasangan dan
penanganan yang tidak benar, frekuensi pelepasan dan pembersihan protesa,
endapan dan permukaan yang kasar) atau keadaan adneksa okuli (perubahan pada
epitel konjungtiva, fungsi kelopak mata melemah, dan obstruksi sistem aliran
lakrimal).6,7
Ada anggapan bahwa ada efek iritasi atau gangguan pada konjungtiva
soket anoftalmia terkait dengan pelepasan dan memasukkan kembali protesa pada
saat membersihkan protesa. Sedikit yang diketahui tentang tingkat keparahan efek
ini atau berapa lama ini berlangsung, butuh penelitian lebih lanjut untuk
menentukan tingkat keparahan peradangan konjungtiva untuk mengukur
peradangan sebelum dan setelah pelepasan dan memasukkan protesa kembali.7
Pine KR dan rekan – rekan, merekomendasikan frekuensi pembersihan
protesa okular, yaitu tidak lebih dari1 bulan sekali dan tidak kurang dari enam
bulan sekali. Pembersihan protesa1 bulan sekali untuk menghilangkan endapan
pada permukaan protesa dan kemampuan konjungtiva untuk meningkatkan
komponen pelumas pada cairan soket, hal ini akan mengurangi iritasi akibat
gesekan protesa dengan konjungtiva dan mengurangi produksi sekret. Iritasi
mekanik yang dapat disebabkan oleh pelepasan protesa, terpapar benda asing atau
bakteri terhadap komponen soket saat melakukan pembersihan protesa, menjadi
hal yang harus dihindari. Keberadaan endapan pada protesa hanya sedikit
BAB 6
6.1. Kesimpulan
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi pembersihan protesa
dengan frekuensi sekret pada soket anoftalmia paska eviserasi dengan
cangkok lemak kulit, tidak terdapat hubungan antara frekuensi
pembersihan protesa dengan warna dan kekentalan sekret pada soket
anoftalmia paska eviserasi dengan cangkok lemak kulit.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi pembersihan protesa
dengan lapisan air mata pada soket anoftalmia paska eviserasi dengan
cangkok lemak kulit.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara lapisan air mata dengan
frekuensi sekret pada soket anoftalmia paska eviserasi dengan cangkok
lemak kulit, tidak terdapat hubungan antara lapisan air mata dengan warna
dan kekentalan sekret pada soket anoftalmia paska eviserasi dengan
cangkok lemak kulit.
4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata - rata nilai hasil uji lapisan
air mata pada soket anoftalmia dengan mata normal.
5. Rata – rata nilai hasil uji schirmer pada soket anoftalmia adalah 7,93 mm
dan rata – rata nilai hasil uji schirmer pada mata normal adalah 15,17 mm.
6.2. Saran
1. Pelepasan dan pembersihan protesa okular pada pasien soket anoftalmia,
sebaiknya dilakukan saat pasien merasa terganggu atau tidak nyaman saja.
2. Memberikan air mata buatan atau lubrikan kepada pasien soket anoftalmia
untuk menjaga kenyaman pasien sehari – hari.
DAFTAR PUSTAKA
11. Rao. SB, Akki1.S, Kumar D, Mishra. SK. A Novel Method for the
Management of Anophthalmic Socket. Case Report. Department of
Maxillofacial Prosthodontics and Implantology. India. 2017.
13. Kumar .S, Sajjan CS, Prosthetic management of an ocular defect. Case
Report. Contemporary Clinical Dentistry. India. 2010.
15. Grover. AK. MD, Khurana. S. MD, Bageja. S. DNB, Baruah. R. MS,
Anophthalmic Socket, Vision Eye Centre, Siri Fort Road, New Delhi. 2015.
17. Tiya. DSD, Lyrawati D, Soket Kontraktur Orbita: Definisi, Penyebab dan
Klasifikasi, Jurnal Kedokteran Brawijaya, Malang. 2011 : 26 : 4.
18. Jayaswal. GP, Dange. SP, Khalikar AN. Restoration of an atrophic eye
socket with custom made eye prosthesis, utilizing digital photography.
Indian Journal of Dental Research. India. 2011 : 22 (3).
20. Sutjipto, Hoesin. R G. Protesa Mata Paska Enukleasi dan Eviserasi. Jurnal
Oftalmologi Indonesia. Surabaya. 2008 : 6 (2): 69 – 80.
21. Mowade. TK, Dange. SP. An innovative technique for customizing the
stock acrylic resin ocular prosthesis. Indian Journal of Dental Research.
Indian Journal of Dental Research. India. 2011 :22(5).
22. Pine. KR, Franzco.BS, Stewart. J. Protocol for managing mucoid discharge
associated with prosthetic eye wear. Clin Experiment Ophthalmol.
Australia. 2013.
LAMPIRAN 1
1. Personil Penelitian
Peneliti : dr. Tari Adrian
Peserta PPDS Ilmu Kesehatan mata FK USU
Tahap Persiapan
Tahap Penelitian
LAMPIRAN 2
Dengan Hormat,
Nama saya dr. Tari Adrian, sedang menjalani Pendidikan Kedokteran di
Program S2Magister Kedokteran Ilmu Kesehatan Mata FK USU. Saya sedang
melakukan penelitian yang berjudul :
Medan, 2018
Peneliti
LAMPIRAN 3
Nama :
Umur :
Alamat :
Telp/Hp :
Saya berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa ada sanksi
pengurangan kualitas pelayanan medis terhadap saya dan saya berhak menerima
kompensasi atas keikutsertaan saya dalam penelitian ini.
Medan, 2018
(..................................)
LAMPIRAN 4
STATUS PENELITIAN
Tanggal Pemeriksaan :
No. MR :
Nama :
Tanggal Lahir :
Umur :
Alamat lengkap :
Telepon :
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
2. Lateralisasi / sisi soket Anoftalmia :
3. Usia sewaktu kehilangan mata :
4. Penyebab kehilangan mata :
5. Lama pemakaian mata buatan :
PEMERIKSAAN MATA
OD OS
Visus :
Palpebra superior :
Palpebra inferior :
Konjungtiva tarsal sup :
Konjungtiva tarsal inf :
Konjungtiva bulbi :
Kornea :
Bilik mata depan :
Iris :
Pupil :
Lensa :
Soket Anoftalmia : mm
Mata Normal : mm
KUESIONER
Mohon lingkarilah salah satu nilai 1 sampai 10 dengan pulpen untuk setiap
pertanyaan dibawah ini, untuk menunjukkan tingkat masalah anda tehadap sekret
atau kotoran mata anda. Tidak ada jawaban yang benar atau salah.
LAMPIRAN 5
No Nama JK Usia Usia Kehilangan Lateralisasi Penyebab Lama Pemakaian Uji Schirmer I Uji Schirmer I Frekuensi Frekuensi Warna sekret Kekentalan sekret
M ata Protesa SA Normal pembersihan sekret
1 DS L 37 36 kiri medis 1 7 11 1 jarang mukopurulen cair
2 MT L 60 51 kiri medis 9 5 10 2 sering mukoid cair
3 R L 29 27 kiri trauma 1 6 12 2 sering mukopurulen cair
4 A L 65 64 kiri trauma 6 8 15 2 sering mukopurulen kental
5 M L 42 38 kanan trauma 4 5 15 2 sering mukopurulen kental
6 TG L 55 54 kiri medis 6 7 19 1 jarang mukopurulen kental
7 AM L 52 22 kanan medis 17 6 13 2 sering mukopurulen kental
8 G L 28 26 kanan trauma 2 6 11 2 sering mukopurulen cair
9 ZDKS L 60 44 kiri trauma 16 5 11 2 sering mukopurulen kental
10 DH L 33 23 kanan trauma 10 12 25 1 jarang mukopurulen kental
11 YAM L 33 13 kiri trauma 13 10 18 2 sering mukopurulen kental
12 S L 50 24 kanan medis 24 7 12 1 jarang mukopurulen kental
13 HAE L 75 65 kanan medis 15 9 15 1 jarang mukoid kental
14 M TR L 69 64 kanan trauma 5 5 11 2 sering mukopurulen kental
15 ADC L 38 18 kiri trauma 20 9 15 2 sering mukoid cair
16 RY L 60 58 kanan medis 2 8 15 2 sering mukopurulen kental
17 MY L 22 18 kanan medis 4 7 16 2 sering mukopurulen kental
18 ZH P 51 33 kanan trauma 17 5 12 2 sering mukopurulen kental
19 RN P 50 32 kiri trauma 18 10 11 2 sering mukopurulen kental
20 M YR P 38 7 kiri trauma 31 9 18 1 jarang mukoid cair
21 DS P 18 6 kiri medis 12 7 15 1 jarang mukoid cair
22 NH P 58 57 kiri medis 1 10 20 1 jarang mukoid cair
23 SFL P 35 5 kanan trauma 30 8 16 1 jarang mukoid cair
24 SS P 60 55 kiri medis 6 12 20 1 jarang mukoid kental
25 MS P 42 18 kanan medis 24 5 11 2 sering mukopurulen kental
26 KS P 37 19 kanan medis 19 9 18 1 jarang mukopurulen kental
27 MP L 57 45 kanan medis 12 12 17 2 sering mukoid cair
28 H L 45 10 kanan trauma 35 12 20 1 jarang mukopurulen cair
29 FN L 26 20 kanan trauma 6 10 18 2 sering mukopurulen kental
30 SPP L 55 53 kanan trauma 2 7 15 2 sering mukopurulen kental
LAMPIRAN 7
Schimer
N 30
Normal Parameters a,b Mean 7.93
Std. Dev iat ion 2.318
Most Extreme Absolute .156
Dif f erences Positiv e .156
Negativ e -.103
Kolmogorov -Smirnov Z .856
Asy mp. Sig. (2-tailed) .456
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom data.
Schimer
N 30
Normal Parameters a,b Mean 15.17
Std. Dev iat ion 3.640
Most Extreme Absolute .141
Dif f erences Positiv e .141
Negativ e -.115
Kolmogorov -Smirnov Z .773
Asy mp. Sig. (2-tailed) .588
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom data.
T-Test
Group Statisti cs
St d. Error
mata N Mean St d. Dev iation Mean
Schimer Soket Anof talmia 30 7.93 2.318 .423
Mata normal 30 15.17 3.640 .665
Frekuensi * Frekuensipembersihanprotesa
Crosstab
Frekuensi
pembersihan protesa
Jarang Sering Total
Frekuensi Jarang Count 12 0 12
Expected Count 4.8 7.2 12.0
% wit hin Frekuensi 100.0% .0% 100.0%
% wit hin Frekuensi
100.0% .0% 40.0%
pembersihan protesa
Sering Count 0 18 18
Expected Count 7.2 10.8 18.0
% wit hin Frekuensi .0% 100.0% 100.0%
% wit hin Frekuensi
.0% 100.0% 60.0%
pembersihan protesa
Total Count 12 18 30
Expected Count 12.0 18.0 30.0
% wit hin Frekuensi 40.0% 60.0% 100.0%
% wit hin Frekuensi
100.0% 100.0% 100.0%
pembersihan protesa
Chi-Square Tests
Warna * Frekuensipembersihanprotesa
Crosstab
Frekuensi
pembersihan protesa
Jarang Sering Total
Warna Mukoid Count 6 3 9
Expected Count 3.6 5.4 9.0
% wit hin Warna 66.7% 33.3% 100.0%
% wit hin Frekuensi
50.0% 16.7% 30.0%
pembersihan protesa
Mukopurulen Count 6 15 21
Expected Count 8.4 12.6 21.0
% wit hin Warna 28.6% 71.4% 100.0%
% wit hin Frekuensi
50.0% 83.3% 70.0%
pembersihan protesa
Total Count 12 18 30
Expected Count 12.0 18.0 30.0
% wit hin Warna 40.0% 60.0% 100.0%
% wit hin Frekuensi
100.0% 100.0% 100.0%
pembersihan protesa
Chi-Square Tests
Kekentalan * Frekuensipembersihanprotesa
Crosstab
Frekuensi
pembersihan protesa
Jarang Sering Total
Kekentalan Cair Count 6 5 11
Expected Count 4.4 6.6 11.0
% wit hin Kekent alan 54.5% 45.5% 100.0%
% wit hin Frekuensi
50.0% 27.8% 36.7%
pembersihan protesa
Kental Count 6 13 19
Expected Count 7.6 11.4 19.0
% wit hin Kekent alan 31.6% 68.4% 100.0%
% wit hin Frekuensi
50.0% 72.2% 63.3%
pembersihan protesa
Total Count 12 18 30
Expected Count 12.0 18.0 30.0
% wit hin Kekent alan 40.0% 60.0% 100.0%
% wit hin Frekuensi
100.0% 100.0% 100.0%
pembersihan protesa
Chi-Square Tests
Uji Schirmer
I SA
N 12
Normal Parameters a,b Mean 9.08
Std. Dev iat ion 2.021
Most Extreme Absolute .183
Dif f erences Positiv e .183
Negativ e -.176
Kolmogorov -Smirnov Z .634
Asy mp. Sig. (2-tailed) .816
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom data.
Uji Schirmer
I SA
N 18
Normal Parameters a,b Mean 7.17
Std. Dev iat ion 2.229
Most Extreme Absolute .200
Dif f erences Positiv e .200
Negativ e -.166
Kolmogorov -Smirnov Z .847
Asy mp. Sig. (2-tailed) .470
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom data.
T-Test
Group Statisti cs
Frekuensi St d. Error
pembersihan protesa N Mean St d. Dev iation Mean
Uji Schirmer I SA Jarang 12 9.08 2.021 .583
Sering 18 7.17 2.229 .525
Uji Schirmer
I SA
N 12
Normal Parameters a,b Mean 9.08
Std. Dev iat ion 2.021
Most Extreme Absolute .183
Dif f erences Positiv e .183
Negativ e -.176
Kolmogorov -Smirnov Z .634
Asy mp. Sig. (2-tailed) .816
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom data.
Uji Schirmer
I SA
N 18
Normal Parameters a,b Mean 7.17
Std. Dev iat ion 2.229
Most Extreme Absolute .200
Dif f erences Positiv e .200
Negativ e -.166
Kolmogorov -Smirnov Z .847
Asy mp. Sig. (2-tailed) .470
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom data.
T-Test
Group Statisti cs
St d. Error
Frekuensi Sekret N Mean St d. Dev iation Mean
Uji Schirmer I SA Jarang 12 9.08 2.021 .583
Sering 18 7.17 2.229 .525
Uji Schirmer
I SA
N 9
Normal Parameters a,b Mean 9.00
Std. Dev iat ion 2.236
Most Extreme Absolute .167
Dif f erences Positiv e .167
Negativ e -.167
Kolmogorov -Smirnov Z .500
Asy mp. Sig. (2-tailed) .964
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom data.
Uji Schirmer
I SA
N 21
Normal Parameters a,b Mean 7.48
Std. Dev iat ion 2.250
Most Extreme Absolute .203
Dif f erences Positiv e .203
Negativ e -.136
Kolmogorov -Smirnov Z .930
Asy mp. Sig. (2-tailed) .353
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom data.
T-Test
Group Statistics
Std. Error
Warna N Mean Std. Dev iat ion Mean
Uji Schirmer I SA Mukoid 9 9.00 2.236 .745
Mukopurulen 21 7.48 2.250 .491
Uji Schirmer
I SA
N 11
Normal Parameters a,b Mean 8.27
Std. Dev iat ion 2.370
Most Extreme Absolute .159
Dif f erences Positiv e .159
Negativ e -.124
Kolmogorov -Smirnov Z .527
Asy mp. Sig. (2-tailed) .944
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom data.
Uji Schirmer
I SA
N 19
Normal Parameters a,b Mean 7.74
Std. Dev iat ion 2.330
Most Extreme Absolute .150
Dif f erences Positiv e .150
Negativ e -.120
Kolmogorov -Smirnov Z .656
Asy mp. Sig. (2-tailed) .783
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom data.
T-Test
Group Statisti cs
St d. Error
Kekentalan N Mean St d. Dev iation Mean
Uji Schirmer I SA Cair 11 8.27 2.370 .715
Kental 19 7.74 2.330 .534
Frequency Table
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 21 70.0 70.0 70.0
Perempuan 9 30.0 30.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Lateralisasi
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kanan 17 56.7 56.7 56.7
Kiri 13 43.3 43.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Taruma 16 53.3 53.3 53.3
Medis 14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 12 40.0 40.0 40.0
Sering 18 60.0 60.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Frekuensi Sekret
Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 12 40.0 40.0 40.0
Sering 18 60.0 60.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Warna
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Mukoid 9 30.0 30.0 30.0
Mukopurulen 21 70.0 70.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Kekentalan
Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cair 11 36.7 36.7 36.7
Kental 19 63.3 63.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Descriptives
Descriptive Statistics
LAMPIRAN 8
I. Identitas
Nama : dr. Tari Adrian
Tempat/Tgl Lahir : Bireun, 03 Juli 1986
Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Nusa Indah Gg. Dahlia No. 12 Medan
Tulisan
Sari Kepustakaan :
1. Akuos Humor
2. Hipermetropia
3. Defek Lapang Pandangan
Journal Reading
1. Surgical Management of Glaucoma After Congenital Cataract Surgery
2. Treatment Of Ocular Surface Squamous Neoplasia (OSSN) With
Surgical Excision & Adjunctive Topical Mitomycin C Therapy
3. The Use of the Esclera Scleral ContactLens in the Treatment of
Moderate to Severe Dry Eye Disease
4. Tear Film, Lacrimal Drainage System, and Eyelid Findings in Subjects
With Anophthalmic Socket Discharge