Kebutuhan capaian belajar setiap peserta didik harus menjadi pertimbangan utama dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran. Kebutuhan belajar ini tentunya disesuaikan harus
dengan tahap perkembangan setiap peserta didik. Dengan mempertimbangkan hal ini, diharapkan
kompetensi dan potensi setiap peserta didik dapat difasilitasi melalui proses pembelajaran yang
berpihak pada peserta didik. Harapannya adalah peserta didik bisa mendapatkan hak belajarnya
dengan baik.
Untuk dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan peserta didik, maka yang perlu dilakukan oleh
guru adalah melakukan evaluasi atau asesmen sebelum pembelajaran dimulai. Asesmen tersebut
adalah asesmen diagnostik, yaitu asesmen yang dilakukan untuk mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangan peserta didik sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan peserta didik.
Setelah mendapatkan hasil dari asesmen diagnostik, guru dapat memahami dan mengerti apa yang
menjadi kebutuhan setiap peserta didik. Dengan demikian, guru dapat menentukan model
pendekatan pembelajaran yang sesuai. Misalnya pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodir
kebutuhan peserta didik yang beragam.
Pengembangan pembelajaran "Growt Mindset" harus dilakukan oleh guru karena peserta didik
memiliki fisik, mental dan pikiran yang akan terus tumbuh dan berkembang. "Growt Mindset" ini
adalah strategi pembelajaran untuk membantu peserta didik menyadari potensi yang ada pada diri
mereka dan mendorong mereka untuk mengembangkan potensi itu dengan tetap fokus pada bakat
dan kemampuan yang mereka miliki.
Dengan demikian peserta didik dapat mengetahui apa yang mereka pelajari. Kemudian mereka
dapat mengelola tantangan yang ada dan mampu merefleksikan apa yang telah dipelajarinya. Dalam
konteks kelas misalnya, guru dapat melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian pembelajaran dengan cara membuka dialog dengan peserta didik. Atau guru dapat
membantu peserta didik menemukan dan menumbuhkan motivasi internal mereka serta
kepercayaan diri mereka untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Implementasi di kelas dapat dilakukan dengan mengembangkan kecakapan berpikir peserta didik
dengan penguatan literasi melalui teks. Guru juga dapat menumbuhkan kecakapan sosial emosional
peserta didik dengan mengapresiasi proses belajar, berempati, bekerjasama, dan sikap saling
membantu antar peserta didik.
Salah satu fungsi satuan pendidikan adalah menjaga terpeliharanya warisan budaya yang hidup di
masyarakat. Oleh sebab itu prinsip pembelajaran yang menyesuaikan dengan konteks kehidupan
peserta didik ini tidak kalah penting. Karena peserta didik tumbuh dan berkembang berdasarkan
konteks kebudayaan dimana mereka berada. Oleh karena itu, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran harus sesuai dengan konteks kebudayaan dan kehidupan dimana peserta didik
berada.
Contoh konkretnya adalah dengan cara membantu peserta didik mengenal konteks diri dan
lingkungannya. Selain itu, guru bisa mengajak peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan
adat/budaya yang ada di sekitarnya sebagai bagian dari proses belajar peserta didik. Guru juga dapat
menghubungkan peserta didik dengan sumber belajar lain yang ada di sekitarnya
Di masa depan, yang akan mengisi dan menjaga keberlanjutan kehidupan adalah peserta didik kita
sekarang ini. Sementara, kini terdapat banyak sekali isu-isu atau tantangan masa depan yang terjadi,
seperti halnya perubahan iklim, kerusakan lingkungan, pelanggaran HAM dan lain-lain. Isu-isu
tersebut dapat menjadi konten atau materi yang mendorong peserta didik memiliki beberapa
kompetensi, untuk turut berkontribusi menghadapi isu dan tantangan tersebut. Oleh karena itu,
tugas guru adalah berupaya bagaimana membangun kesadaran peserta didik pada masa depan yang
berkelanjutan dengan segala tantangannya.