Anda di halaman 1dari 9

TUGAS REVIEW JURNAL

PENGARUH VARIASI KECEPATAN POTONG DAN KEDALAMAN


POTONG PADA MESIN BUBUT TERHADAP TINGKAT KEKASARAN
PERMUKAAN BENDA KERJA ST 41

Oleh

Abdullah Hanif Ridho

200211633258

OFFERING E22

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
TAHUN AJARAN 2020/2021
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 24, NO. 1, APRIL 2016

PENGARUH VARIASI KECEPATAN POTONG DAN KEDALAMAN


POTONG PADA MESIN BUBUT TERHADAP TINGKAT KEKASARAN
PERMUKAAN BENDA KERJA ST 41

Oleh:
Raul, Widiyanti, Poppy
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang
Email: antoniuslieraul@gmail.com; widi_66@yahoo.com; poppy_phd@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan tingkat kekasaran permukaan
benda kerja hasil pembubutan pada variasi kecepatan potong mesin bubut, (2) perbedaan tingkat
kekasaran permukaan benda kerja hasil pembubutan pada variasi kedalaman potongmesin bubut,
dan (3) perbedaan tingkat kekasaran permukaan benda kerja hasil pembubutan pada variasi
kecepatan potong dan kedalaman potong mesin bubut. Penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan metode eksperimental yang melibatkan beberapa variabel. Variabel tersebut
diantaranya adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah (a) variasi kecepatan
potong dan (b) kedalaman potong, sedangkan variabel terikat merupakan hasil kekasaran per-
mukaan benda kerja hasil pembubutan rata. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan:
(1) kecepatan potong berpengaruh terhadap hasil kualitas permukaan benda kerja. Semakin tinggi
kecepatan potong yang digunakan maka hasil kualitas semakin baik. Kecepatan potong yang tinggi
mengakibatkan menurunnya gaya potong dan luas penampang bidang geser, (2) pada hasil
kedalaman potong yang digunakan ada perbedaan tingkat kekasaran permukaan benda kerja.
Semakin besar kedalaman potong yang digunakan akan menyebabkan pembentukan tatal yang
akan tersambung atau kontiniu dan sebaliknya kedalaman potong yang semakin rendah, akan
menghasilkan tatal yang terputus-putus atau terpisah, (3) dalam gabungan antara kecepatan potong
dan kedalaman potong ditemukan bahwa hasil kekasaran yang paling baik (paling halus) adalah
kecepatan putar 2000 rpm pada kecepatan potong 170 m/menit dan perbandingan kedalaman potong
0,6. Semakin tinggi kecepatan putar, kecepatan potong dan perbandingan kedalaman potong yang
besar maka nilai hasil kekasaran yang dihasilkan akan semakin rendah (halus).
Kata Kunci: kecepatan potong, kedalaman potong, kekasaran permukaan

Abstract. This research aims to know: (1) the difference of surface roughness level for work piece
of lathe product to the cutting speed variance of lathe, (2) the difference of surface roughness level
for work piece of lathe product to the cutting depth variance of lathe, and (3) the difference of
surface roughness level for work piece of lathe product to the cutting speed and depth variance of
lathe. This research was conducted by experimental method which includes many variables. The
variables were independent variable and dependent variable. Independent variable was (a) cutting
speed variance and (b) cutting depth variance. Meanwhile, dependent variable was surface
roughness of flat lathe product work piece. Based on data analysis result, it was obtained the
conclusion as follow: (1) cutting speed had influenced to the result of work piece surface quality.
The high cutting speed was used, the better quality resulted. High cutting speed caused the
decrease of cutting style and cross-sectional area of sliding surface, (2) result of depth cutting that
used in this research was the difference level of work piece surface roughness. The bigger cutting
depth was used, then it would produce continued wood shaving and contrarily the lower cutting
depth was used, then it would produce separated wood shaving, (3) in the combination between
cutting speed and cutting depth, it was found that the best roughness (the finest grinding) was
rotating speed for 2000 rpm and cutting speed for 170 m/minute and comparison of cutting depth for
0.6. The higher rotating speed, cutting speed, and the bigger comparison of cutting depth, then the
lower roughness produced.
Keywords: cutting speed, cutting depth, surface roughness.
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 24, NO. 1, APRIL 2016 3

1. PENDAHULUAN 2. METODE

Pada masa kini, pengerjaan dengan Penelitian ini menggunakan metode


mesin sudah menjadi kebutuhan pada eksperimental yang melibatkan beberapa variabel,
industri manufaktur. Mesin sudah variabel tersebut yaitu variabel bebas (X) dan
memiliki peran utama dalam variabel terikat (Y). Dalam penelitian ini variabel
membantu manusia dalam proses bebas adalah variasi kecepatan potong (X1) dan
produksi, karena dengan mengguna- kedalaman potong (X2), sedangkan variabel terikat
kan mesin, pekerjaan manusia menjadi adalah kekasaran permukaan benda kerja hasil
lebih mudah dan baik dalam segi pembubutan rata (Y) dan variabel kontrolnya gerak
kecepatan dan hasilnya yang tentu makan (feed).
sesuai dengan yang dikehendaki. Secara umum, desain penelitian dapat dilihat
Pekerjaan yang dimaksud be- rupa pada Tabel 1 berikut.
proses pembubutan, pengefraisan,
Tabel 1 Desain Penelitian
pengeboran, penyekrapan dan proses- Kedalaman Potong (X2)
proses pemesinan yang lain. Kecepatan 0.2 0.4 0.6
Pemesinan juga meru- pakan salah satu Potong(��)
(X1)
teknologi proses produksi yang banyak 110 m/min   
dijumpai dan digunakan mulai dari 140 m/min   
bengkel kecil, bidang pendidikan keju- 170 m/min   

ruan (SMK, Universitas, dan lain-lain)


sam- pai industri pembuatan Analisis data yang digunakan dalam penelitian
komponen-kompo-nen mesin. ini adalah uji statistik analisis
Anova dan univariate analysis of variance.
Proses pemesinan yang biasanya digu- nakan
Pengujian ini merupakan salah satu uji
dalam proses produksi membutuhkan
ketelitian yang tinggi untuk mendapatkan statistik parametrik yang terpercaya dan
hasil yang baik. berfungsi untuk membandingkan beberapa
kelompok sampel dengan satu kali pengujian
Hasil permukaan benda kerja yang baik salah (Wendhi, 2012). Tujuan menggunkan uji ini
satu yang di- harapkan dari setiap pengerjaan. adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat
Tingkat kepresisian dan kekasaran permukaan
kekasaran permukaan benda kerja hasil
benda kerja yang dihasilkan harus sesuai
dengan kebutuhan. pembubutan pada variasi kecepatan potong
dan keda- laman potong mesin bubut.
Karena akan terjadi gesekan yang antara
permukaan benda kerja jika memiliki 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kekasaran permukaan tinggi dapat
mempercepat proses keausan diantara kedua A. Perbedaan Tingkat Kekasaran
benda pasangan. Permuka- an Benda Kerja Hasil
Pembubutan pada Variasi Kecepatan
Semakin panas suhu pahat bubut dan benda Potong
kerja sangat berpengaruh pada kualitas
kekasaran per- mukaan benda kerja.... Dari hasil penelitian yang diperoleh
bahwasanya kecepatan potong berpengaruh
Jika pendingin yang digunakan tingkat terhadap hasil kualitas permukaan benda
penyerap- an panasnya baik maka hasil kerja. Ada perbedaan hasil tingkat kekasaran
permukaan benda kerja akan semakin baik permukaan pada variasi kecepatan potong.
dan sebalik- nya jika tingkat penyerapan
Semakin tinggi kecepatan potong yang
panas pada pendingin kurang baik maka hasil
permuka- an benda kerja akan kurang baik.... digunakan maka hasil kualitas semakin baik.
K
4 ecepRaata
uln, Wip
dioytaonn
tig
, Popypayn, P
gengtainrughgVi ariasi Kecepatan PotonSgc..h. mid R. Steven, 2002). Roc- him (1993)
mengaki- batkan menurunnya gaya mengatakan juga bahwa hasilkomponen proses
potong dan luas penampang bidang pembubutan terutama kekasaran permukaan
geser. Pada saat putaran spindel sangat dipengaruhi oleh sudut potong pahat,
tinggi maka kecepatan potong juga kecepatan makan (feeding), kecepatan potong
akan ikut tinggi pula dan (cutting speed), tebal geram (depth of cut) dan
mengakibatkan luas penampang lain-lain.
semakin sempit, penyem- pitan luas Kecepatan putar (n) (speed) selalu
penampang yang dihasilkan akan dihubungkan dengan spindel (sumbu utama)dan
berpengaruh semakin baik hasil benda kerja. Karena kecepatan putar
kualitas permukaan. Disini sudah diekspresikan sebagai putaran per menit
terlihat bahwasan- nya pada variasi (revolutions per minute/ rpm), hal ini meng-
kecepatan putar dan kecepatan gambarkan kecepatan putarannya. Akan tetapi
potong ada perbedaan kualitas yang diutamakan dalam proses bubut adalah
permukaan. kecepatan potong (Cutting speed atau Cs) atau
Pada variasi kecepatan kecepatan benda kerja yang dilalui oleh pahat/
potong yang digunakan ini terdapat keliling benda kerja. Pada dasarnya pada waktu
perbedaan tingkat kekasaran yang proses bubut kecepatan
jelas sehingga hasil yang diperoleh potong ditentukan berdasarkan bahan benda
dari kekasaran permukaan yang kerja dan pahat (Widarto, 2008).
paling rendah adalah dengan Kualitas permukaan salah satunya
menggunakan kecepatan putar 2000 dipengaruhi oleh kecepatan potong karena
rpm pada kecepatan potong 170 gaya potong mengalami penurunan dengan
m/menit, namun ketika variasi semakin besar nilai kecepatan potong itu. Per-
kecepatan potong dan putar menggunakan nyataan itu sesuai dengan teori (Rochim, 1993)
parameter yang lebih rendah, hasil keka- yaitu semakin besar nilai kecepatan potong
sarannya bertambah menjadi lebih tinggi. maka gaya potong akan mengalami penurunan.
Kondisi variasi kecepatan potong dan putar Semakin tinggi kecepatan potong akan
memiliki keterbatasan, artinya semakin ting- berdampak juga pada penurunan rasio pe-
gi kecepatan potong dan putar yang diguna- mampatan geram. Hal ini karena kecepatan
kan maka akan dapat mengakibatkan pe- potong yang tinggi justru akan menurunkan
nyempitan luas penampang pemakanan dan gaya pemotongan. Menurunnya gaya pe-
penurunan gaya potong. Penyempitan luas motongan akan berpengaruh terhadap penu-
penampang pemakanan dan penurunan gaya runan luas penampang bidang geser. Dengan
potong akan berpengaruh terhadap kualitas demikian kecepatan potong yang tinggi akan
permukaan. Hal ini diperkuat dengan adanya menurunkan gaya pemotongan. Gaya pemo-
pernyataan Setiyana (2005: 23) bahwa tongan akan berpengaruh pada kualitas per-
kecepatan potong yang tinggi akan me- mukaan benda kerja. Rasio pemampatan ge-
nurunkan rasio pemampatan geram dan ram sendiri merupakan perbandingan tebal
penyempitan luas penampang pemakanan. geram yang dihasilkan dengan tebal geram
Pemampatan geram dan penyempitan luas mula-mula (Setiyana, 2005). Hal tersebut sesuai
penampang pemakanan berpengaruh pada dengan pernyataan Rochim. Semakin tinggi
kualitas permukaan. kecepatan potong maka gaya potong akan
Parameter yang sangat mengalami penurunan.
menentukan kekasaran permukaan
adalah kedalaman pe- makanan (depth
of cut), laju pemakanan (feed rate) dan
kecepatan potong (Kal- pakjian dan
4 Raul, Widiyanti, Poppy, Pengaruh Variasi Kecep atan PotonTgi..g. a
parameter utama pada setiap pro-ses bubut
adalah kecepatan putar spindel (speed), gerak makan
(feed) dan kedalaman potong (depth of cut). Faktor
yang lain seperti bahan benda kerja dan jenis pahat
sebenarnya juga memiliki pengaruh yang cukup
besar, tetapi tiga parameter di atasadalah bagian yang
dapat diatur oleh operator langsung pada mesin bubut.
Oleh karena itu penelitian ini menggunakan variasi
dari salah satu parameter dari potong diatas, yakni
Gambar 2 Gaya-Gaya PadaUjung Pahat kedalaman potong.Temuan pada penelitian ini
MesinBubut (Sumber: Nafsan
Upara, 262)
menjelas- kan bahwa adanya pengaruh kedalaman
potong terhadap hasil kekasaran. Artinya pada variasi
Menurut Syamsir (1989) juga kedalaman potong yang diguna- kan ini terdapat
me- ngatakan bahwa kualitas perbedaan kekasaran yang jelas. Kalpakjian dan
permukaan potong tergantung pada Schmid R. Steven (2002) mengatakan bahwa
kondisi pemotongan, missalnya parameter yang sangat menentukan kekasaran
kecepatan potong rendah dengan feed permukaan adalah kedalaman pemakanan (potong)
dan depth of cut yang besar akan (depth of cut), laju pemakanan (feed rate) dan
meng- hasilkan permukaan kasar kecepatan potong.
(roughing) se- baliknya kecepatan Hal ini dimungkinkan penelitian yang
potong tinggi dengan feed dan depth dilakukan, penggunaan kedalaman po- tong
of cut kecil menghasilkan permukaan yang berbeda ketebalannya. Yaitu
yang halus. Pernyataan tersebut menggunakan kedalaman potong 0,2 mm,0,4
sejalan dengan hasil penelitian yang mm, dan 0,6 mm. Penelitian ini men-
sudah dilakukan. dapatkan hasil bahwa perbedaan tingkat
Hasil penelitian terdahulu dari ketebalan menghasilkan kekasaran yang
Ganjar (2005) juga menyatakan bahwasanya berbeda pula.
kecepatan potong, laju pemakanan, keke-
rasan benda kerja dan kedalaman pemo- B. Perbedaan Tingkat Kekasaran
tongan secara statistik mempunyai pengaruh Permuka- an Benda Kerja Hasil
yang signifikan terhadap kekasaran per- Pembubutan pada Variasi Kecepatan
mukaan. Kecepatan potong dan laju pema- Potong dan Kedalam- an Potong
kanan serta kecepatan potong dan keda- Dalam penelitian ini kecepatan po-
laman pemotongan juga tampak berpe- tong/putar disesuaikan dengan tebel kece-
ngaruh. Secara khusus ditemukan bahwa patan putar pada jenis mesin yang digu-
kecepatan putar 2000 rpm pada kecepatan nakan, yaitu mesin bubut merk ANNN
potong 170 m/menit menghasilkan keka- YANG MACHINERY dengan model DV-
saran permukaan yang lebih baik diban- 410X1100G dan kedalaman potong yang
dingkan kecepatan putar 920 rpm pada kece- bervariasi.
patan potong 110 m/menit. Dapat dilihat Dimana menghasilkan data hasil
pada hasil penelitian yang didapatkan bah- eksperimen diambil berdasarkan prosedur
wasanya semakin naik variabel kecepatan yang telah direncanakan sesuai azas pada
potong maka semakin baik kualitas permu- Bab III. Pengambilan data dilakukan di
kaan yang dihasilkan. Laborato- rium Jurusan Teknik Mesin
Universitas Ne- geri Malang dengan
C. Perbedaan Tingkat Kekasaran menggunakan Surface Roughness Table.
Permuka- an Benda Kerja Hasil Hasil ditulis dalam bentuk nilai rata-rata
Pembubutan pada Variasi Kedalaman kekasaran permukaan, karena pada
Potong
4penguR
kauurla, nWidiyanstai,tPuoppy, Psepnegsairm
uhen
Variasi Kecepatan Po2to
5n0g0... rpm
dan 3250 rpm angka kekasaran
dilakukan 3 kali pengukuran agar permukaan semakin menurun seiring dengan
data yang diperoleh lebih akurat. kedalaman pemotongan. Hal ini serupa de-
Data yang di ambil adalah hasil ngan penelitian yang telah dilakukan, bahwa
pengukuran tingkat kekasaran adanya pengaruh kecepatan potong dan
permukaan untuk variabel kedalaman potong pada mesin bubut ter- hadap
kecepatan putar, kecepatan potong hasil kekasaran. Artinya pada variasi kecepatan
dan kedalaman potong hasil bubut potong dan kedalaman potongyang digunakan
rata dengan mengambil rata-ratanya. ini terdapat perbedaan
Hasil nilai rata-rata kekasaran yang tingkat kekerasan
diperoleh dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 1 Nilai Rata-Rata Kekasaran


PermukaanBenda Kerja Variasi
Kecepatan Potong
Dengan Kedalaman Potong
.
Kedalaman Potong
Kecepatan 0,2 m/min 0,4 m/min 0,6 m/min
Potong (��) (��) (��)
(��)
110 m/min 5,794 5,623 6,199 KESIMPULAN
140 m/min 4,907 4,114 2,949
170 m/min 3,612 3,358 2,784 Dari hasil penelitian dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut. Dari hasil
Pada Tabel 1 di atas telah ini dibuktikan dengan meng- gunakan Design of
diketahui nilai rata-rata kekasaran Experiment (DOE). Demikian pula dengan
permukaan baja ST 41 yang sudah Natarajan (2011) yang mengatakan bahwa
didapatkan. Berdasarkan data tesebut pada kecepatan
diketahui bahwa kecepatan potong 170
m/min memiliki nilai rata-rata tingkat penelitian yang diperoleh bahwasanya ke- cepatan
kekasaran yang paling rendah (3,251 � potong berpengaruh terhadap hasil kualitas
�), serta nilai rata-rata kedalaman permukaan benda kerja. Ada per- bedaan tingkat
potong yang paling rendah yaitu 0,2 kekasaran permukaan hasil pembubutan pada
mm (4,771 ��), sedangkan hasil rata- variasi kecepatan potong. Semakin tinggi kecepatan
rata kekasaran yang paling tinggi potong yang digunakan maka hasil kualitas
terdapat pada kecepatan potong 110 semakin baik. Kecepatan potong yang tinggi
m/min (5,772 ��), serta nilai rata-rata mengakibat- kan menurunnya gaya potong dan luas
kekasaran yang paling tinggi pada penampang bidang geser. Pada saat putaran spindel
kedalaman potong 0,6 mm (3,977 ��). tinggi maka kecepatan potong akan sejalan dan
Menurut Pragnesh (2012) laju
mengakibatkan luas penampang semakin sempit,
pema- kanan adalah hal yang sangat
penyempitan luas penam- pang yang dihasilkan
berpengaruh terhadap kekasaran
akan berpengaruh se- makin baik hasil kualitas
permukaan dibanding- kan kedalaman
permukaan. Sepe- rti yang diketahui bahwa pada
potong dan kecepatan po- tong.
kecepatan potong 170 m/min menghasilkan tingkat
Sudhansu (2013) mengatakan bahwa
kekasaran paling rendah, yakni 2,784 ��.
kecepatan potong saja yang merupakan
hal yang sangat berpengaruh terhadap
Dalam gabungan antara kecepatan potong dan
kekasaran permukaan, sedangkan
kedalaman potong ditemukan bahwa hasil kekasaran
kedalaman potong tidak berpengaruh
yang paling baik (paling halus) adalah kecepatan
terhadap kekasaran per- mukaan. Hal
p8 utar R2a0u0l0, Wrpidm
iyanptai,dPaopkpeyc, ePpeantgaanruhpoVtaorn
iagsi 1
K7
e0
cepatansePmotaoknign... kecilnya gaya pemotongan dan
m/menit dan perbandingan kedalaman tidak putusnya tatal pada proses pembu-
potong 0,6. Dari hasil pengukuran butan yang berpengaruh pada tingkat keka-
didapatkan dengan menggunakan kecepatan saran permukaan benda kerja
potong yang ren- dah dan kedalaman potong
yang besarmenghasilkan kualitas permukaan
yang kurang baik karena karena DAFTAR RUJUKAN
mengakibatkangaya pemotongan dan beban Ichlas Nur & Andriyanto. 2009. Pengaruh Variabel
pemotongan yang menjadi tinggi. Semakin Pemotongan Terhadap Ku- alitas Permukaan.
tinggi gaya dan beban pemotongan yang Produk dalam Me- ningkatkan Produktifitas.
Poiteknik Negeri Padang. (Online). diakses 27
terjadi maka hasil dari permukaan akan
maret 2014.
semakin tidak baik. Semakin tinggi
kecepatan putar, ke- cepatan potong dan Kalpakjian, Serope and Scmid R Steven. 2002.
Manufacturing Engineering and Technologi
perbandingan keda- laman potong yang
Fourth edition. London: Prentice Hall.
besar maka nilai hasil kekasaran yang
dihasilkan akan semakin rendah (halus) Kiswanto, Ganjar. 2005. Pengaruh Parame-
karena disebabkan oleh ter Pemesinan Terhadap Kualitas Per-
mukaan Baja DF-3 (AISI 01) Yang Di-
keraskan, Jurnal Teknologi Edisi No.
3. ISSN 0215-1685. (Online), (http://
www.scribd.com/document_download
s/direct/25351973?extension=pdf&ft=
1368424489&lt=1368428099&user_i
d=95387972&uahk=GrqiGWVOeyJx
4XIsQx738+4VVSE), diakses 11
April 2014.

Muin, Syamsir, A. 1989. Dasar-dasar pe-


rancangan perkakas dan mesin per-kakas.
Jakarta: Rajawali.
Munadi, Sudji. 1988. Dasar-dasar Metro- logi.
Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Pendi- dikan.
Natarajan, dkk. 2011. Investigation of Cut- ting
Parameters of Surface Roughness for a
Non-Fereous Material Using Ar- tificial
Neural Network in CNC Turn- ing.
(Online), (http://www.academic-
journals.org/jmer) diakses 15 Juli 2014.
Patel, Pragnesh. R. 2012. Effect of Machi- ning
Parameters on Roughness and Power
Consumption for 6063 al Alloy TiC
Composites (MMCs). (Online),
(www.ijera.com) diakses 15 Juli 2014.
Prayogo, Wendhi. 2012. Pengaruh Variasi
Sudut Potong Dan Sudut Buang Pahat
Baja Assab Asp 23/Vanadis 23 Terha- dap
Tingkat Kualitas Permukaan Ben- da
Kerja. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang
ANALISIS JURNAL MINGGU - 6

Nama : Abdullah Hanif Ridho


NIM : 200511633258
Mata Kuliah : Pendidikan Bahasa Indonesia / E22

1. Penentuan dan Penulisan pada Bagian Isi


Pada isi dari artikel hasil penelitian yang berorientasi pada penelitian yang mengupas atau
menganalisis dan menyelidiki dampak dari kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Namun pada artikel tersebut sudah mengupas keseluruhan masalah utama yang dibahas.
Adapun artikel hasil penelitian mempunyai struktur dan sistematika dan persentase jumlah
halaman seperti berikut.
A. Pendahuluan
Dalam artikel ini, Kata “Pendahuluan” telah dituli. Jumlah halaman bagian pendahuluan
maksimal 20% dari seluruh teks, dalam artikel ini jumlah pendahuluan tidak lebih dari
50% dari seluruh teks. Bagian ini menjelaskan mengenai pekerjaan manusiayang menjadi
lebih mudah dan baik dalam segikecepatan dan hasilnya yang tentu sesuai dengan yang
dikehendaki. dan dalam artikel tidak diakhir dengan tujuan/pertanyaan penelitian.
B. Metode penelitian
Jumlah halaman bagian metode maksimal 20% dari seluruh teks, pada artikel Metode
Penelitiannya ini tidak melebihi dari 20% artinya sudah sesuai dengan PPKI UM. Disini
dijelaskan mengenai apa saja metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitiannya
secara jelas, untuk rancangan penelitian, data penelitian, dan analisis data penelitian.
Definisi tentang populasi, sampel, desain, serta metode sudah tertulis dalam artikel ini.
C. Hasil
Untuk Jumlah halaman bagian hasil dari artikel ini, tidak melebihi 20% dari keseluruhan
teks, bagian hasil telah sesuai dengan PPKI UM. Bagian ini menampilkan hasil pada
analisis data. Contohnya dalam bentuk tabel atau gambar diagram dan juga harus mudah
dipahami
D. Pembahasan
Jumlah halaman bagian pembahasan idealnya berjumlah 30-40% dari seluruh teks.
Namun, pada artikel ini pembahasannya melebihi hingga 30-40% dari keseluruhan teks.
Di bagian tersebut telah berisi pemaknaan atas hasil analisis serta pembandingan dengan
temuan-temuan sebelumnya berdasar hasil kajian pustaka yang berelasi dan mutakhir
E. Kesimpulan
Untuk Kesimpulan ditulis dalam bentuk alinea, dan tidak berbentuk numerik, dengan
jumlah maksimal 10% dari seluruh teks. Dalam artikel ini kesimpulan ditulis sudah secara
alinea dan jumlah halamannya juga sudah sesuai yaitu tidak lebih dari 10% dari
keseluruhan teks. Kesimpulan biasanya membahas temuan penelian sebagai sintesis antara
hasil analisis data serta hasil pembahsan, dan lebih menonjolkan hal-hal baru yang
memberikan kontribusi pada perkembangan imu.
2. Teknik Menguraikan Bahasan pada Artikel
Pembahasan merupakan bagian terpenting artikel sebagai hasil penelitian. Setiap penulis
artikel berhak menjawab pertanyaan penelitian dan menunjukkan bagaimana temuan tersebut
diperoleh serta menginterprestasikan, menguraikan temuan memunculkan teori atau modifikasi
dari teori yang tercantum.
Teknik Menguraikan bahasan/isi Artikel Penelitian dibagi menjadi 7 bagian, diantaranya :
1) Pemberian contoh
Teknik ini dimulai dengan mengungkapkan kalimat topik serta diikuti dengan contoh-
contohnya. Namun pada artikel ini belum memberikan contoh pada pembahasannya.
Setidaknya memberikan contoh mengenai Penggunaan variasi baja ST51 pada mesin
bubut dengan permasalahan pada pengaruh kecepatan potongnya.
2) Pembandingan
Teknik persamaan diuraikan dengan menampilkan kalimat topik dan diikuti dengan
paparan tentang persamaan nya. Dalam artikel ini sudah memaparkan perbandingan antara
Tingkat kekerasan pada setiap benda kerja.
3) Klasifikasi
Pada teknik klasifikasi ini, penulis melakukan pengelompokan materi yang sudah
dikemukakan dalam kalimat topiknya atas kriteria pengelompokan tertentu. Teknik
klasifikasi diuraikan dengan menampilkan kalimat topik yang berupa gagasan pokok
pengklasifikasian, dengan diikuti rincian klasifikasi nya. Pada artikel ini, telah
dicantumkan beberapa klasifikasi kalimat topik.
4) Analisis proses
Mencantumkan proses artinya memberikan penjelasan tentang bagaimana bekerjanya
sesuatu, bagaimana terjadinya sesuatu, bagaimana membuat sesuatu, dan bagaimana
mengerjakan sesuatu. Contohnya yang telah terpaut pada artikel ini " Dalam penelitian ini
kecepatan po- tong/putar disesuaikan dengan tebel kece- patan putar pada jenis mesin
yang digu- nakan, yaitu mesin bubut merk ANNN YANG MACHINERY dengan model
DV- 410X1100G dan kedalaman potong yang bervariasi.."
5) Analisis sebab akibat
Pada teknik sebab-akibat adalah teknik penjabaran yang membahas sebab-sebab
terjadinya sesuatu kemudian diikuti pembahasan mengenai akibat-akibatnya. Ada dua cara
yang dapat ditempuh, (1) cara blok, dan (2) cara mata rantai. Dalam cara blok, alasan dan
pengaruh akan dicantumkan dalam satu keutuhan, sedangkan dalam cara mata rantai, alas
an dan pengaruhnya dipaparkan individu. Dalam artikel di atas belum menyertakan sebab
akibat dalam pembahasannya.
6) Pemecahan masalah
Pada teknik ini merupakan variasi dari sebab-akibat.. Teknik ini dapat dipaparkan dengan
tiga kemungkinan : (1) satu masalah dengan satu pemecahan, (2) satu masalah dengan dua
atau lebih pemecahan, dan (3) dua atau lebih masalah. pemecahan masalah pada artikel ini
terdapat pada bukan pada pembahasan. Pemecahan masalah pada artikel ini berbentuk
saran.
7) Definisi
Dalam penendefinisian artinya memberi pengertian terhadap sebuah konsep tertentu.
Terdapat beberapa macam definisi yang dapat digunakan, yakni Sinonim, Definisi formal,
dan Defenisi luas. Dipaparkan dengan mengemukakan kata atau keyword yang
ditampilkan pada kalimat topik yang kemudian diikuti dengan rumusan definisinya.
Definisi ini tidak terdapat pada pembahasan, namun terdapat di pendahuluan. Dan isi
pembahasan dalam artikel ini lebih banyak membahas pada teknik penelitiannya.

Anda mungkin juga menyukai