KEBHINEKAAN GLOBAL
TENTANG
Dina Khoirunissa
Nursyifa Amellia
Kelas : X-1
SMA IP YAKIN
Syukur Allhamdulillah kami penulis panjatkan khadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis
kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para
pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan projek yang berjudul :
“Sejarah Prasasti Tugu Di Museum Fatahillah”. Projek yang penulis buat ini bertujuan untuk
menyelesaikan tugas Projek Penguatan Profil Pancasila di SMA IP YAKIN Jakarta.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat banyak
kekurangan oleh karena itu, kepada pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis
senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penelitian ini.
Mudah-mudahan penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya
kepada SMA IP YAKIN Jakarta.
Penulis
I
LAPORAN
Telah diuji dan disahkan pada hari ini, ( ) tanggal ( ) bulan ( ) tahun 2022
Jakarta, 2022
Daswati, S, Pd
II
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar……………………………………………………………….……………………... i
Daftar Isi………………………………………………………………….…….................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1 Sejarah……………………………………………………………………...............................4
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSAKA………………………………………………………………………………..13
LAMPIRAN………………………………………………………………………………………..14
III
BAB I
PENDAHULUAN
Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama.
Pada 4 Maret 1879, Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (sekarang
Museum Nasional) mengadakan rapat pimpinan yang membahas mengenai penemuan Prasasti
Tugu. Dalam rapat tersebut, J.A. van der Chijs mengusulkan agar batu prasasti ini dipindahkan
ke museum. Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai akhir dari zaman
prasejarah, yakni babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal
tulisan, menuju zaman sejarah, dimana masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Ilmu yang
mempelajai tentang prasasti disebut Epigrafi. Kata prasasti berasal dari bahasa Sanskerta, dengan
arti sebenarnya adalah “pujian”. Namun kemudian dianggap sebagai “piagam, maklumat, surat
keputusan, undang. Isi prasasti lainnya berupa keputusan pengadilan tentang perkara perdata
(disebut prasasti jayapatra atau jayasong), sebagai tanda kemenanganjayacikna), tentang utang-
utang (suddhapatra), dan tentang kutukan atau sumpah. Prasasti tentang kutukan atau sumpah
hampir semuanya ditulis pada masa kerajaan Sriwijaya Serta adapula prasasti yang berisi tentang
genealogi raja atau asal usul suatu tokoh.
Sampai kini prasasti tertua di Indonesia teridentifikasi berasal dari abad ke-5 Masehi, yaitu
prasasti Yupa dari kerajaan Kutai, Kalimantan Timur Prasasti-tersebut berisi”: mengenal
hubungan genealogi pada masa pemerintahan raja Mulawarman Prasasti Yupa merupäkan
prasasti batu yang ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Bahasa yang digunakan
juga bervariasi dan umumnya adalah bahasa Sanskerta, Jawa Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna.
Bahan yang digunakan untuk menuliskan prasasti biasanya berupa batu atau lempengan logam,
daun, dan kertas. Selain andesit, batu yang digunakan adalah batu kapur, pualam, dan basalt.
Prasasti logam yang umumnya terbuat dari tembaga dan perunggu biasa disebut tamra prasasti
Hanya sedikit sekali prasast yang berbahan lembaran perak dan emas Ada pula yang disebut ripta
prasasti, yakni prasasti yang ditulis di atas lontar atau-daun tal.
Beberapa prasasti terbuat tanah liat atau tablet yang disi agama Buddha Di antara berbagai
sumber dengan mantra-mantra sejarah kuno lndonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti
dianggap sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Ada banyak
hal yang membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian masa lampau. Selain
mengandung unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan alasan mengapa
prasast tersebut dikeluarkan.
1
1.2 Dimensi Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sebagaimana tertuang dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22
Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-
2024. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat
yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan
enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME Keenam ciri tersebut dijabarkan
sebagai berikut:
Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia adalah
pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran
agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-
hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia: (a)
akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia; (d) akhlak kepada alam; dan (e)
akhlak bernegara.
1. Berkebinekaan global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap
berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa
saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif dan
tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci kebinekaan global
meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam
berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman
kebinekaan.
2. Bergotong royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan untuk
melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan
dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah
kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
3. Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas
proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri
dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.
2
4. Bernalar kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif
maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis
informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis
adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan
mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil
Keputusan.
5. Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal,
bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari
menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.
Dalam rangka mempercepat perwujudan Pelajar Pancasila di Sekolah Dasar, Direktorat
Sekolah Dasar meluncurkan Gerakan dan Buku Tunas Pancasila.
Setelah mengetahui permasalahan yang ada pada koleksi prasati tugu di Museum Fatahillah,
maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
2. Untuk mengetahui beberapa jenis Prasasti Tugu yang ada di Museum Fatahillah
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah
Sejarah (bahasa Yunani: ἱστορία, historia (artinya “mengusut, pengetahuan yang diperoleh
melalui penelitian” bahasa Arab: تاريخ, tārīkh; bahasa Jerman: geschichte) adalah kajian tentang
masa lampau, khususnya bagaimana kaitannya dengan manusia. Sejarah berasal dari bahasa
Arab ( ةرجش:šajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab, kata sejarah disebut tarikh
( خيرات.( Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya waktu. Kata Sejarah lebih dekat
pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu. Dalam bahasa Inggris berasal dari history,
yakni masa lalu. Dalam bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte,
yang berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda dikenal gescheiedenis. Dalam bahasa Indonesia,
sejarah, babad, hikayat, riwayat, tarikh, tawarik, tambo, atau histori dapat diartikan sebagai
kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal usul (keturunan)
silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah. Ini adalah istilah umum yang berhubungan
dengan peristiwa masa lalu serta penemuan, koleksi, organisasi, dan penyajian informasi
mengenai peristiwa ini. Istilah ini mencakup kosmik, geologi, dan sejarah makhluk hidup, tetapi
sering kali secara umum diartikan sebagai sejarah manusia. Para sarjana yang menulis tentang
sejarah disebut ahli sejarah atau sejarawan. Peristiwa yang terjadi sebelum catatan tertulis
disebut Prasejarah1.
Henry Steele Commager berpendapat bahwa Sejarah merupakan rekaman keseluruhan masa
lampau, kesusatraan, hukum, bangunan, pranata sosial, agama, filsafat. Moh. Hatta berpendapat
bahwa Sejarah adalah pemahaman masa lalu yang mengandung berbagai dinamika dan
problematika manusia. Sedangkan Moh. Ali mempertegas pengertian sejarah, yakni:
1. Jumlah perubahan, kejadian atau peristiwa di sekitar kita.
2. Cerita perubahan, kejadian, atau peristiwa di sekitar kita.
3. Ilmu yang menyelidiki perubahan, kejadian, peristiwa di sekitar kita 2.
2.2 Prasasti
Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama.
Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi menandai akhir dari zaman prasejarah, yakni
babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju
zaman sejarah, di mana masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Ilmu yang mempelajari tentang
prasasti disebut Epigrafi. Di antara berbagai sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan
berita asing, prasasti dianggap sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu
1
Tengku Iskandar, Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1996, hlm. 1040.
2
R. Moh. Ali Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, (Yogyakarta : Penerbit Lkis : 2003)., hlm. 53
4
peristiwa. Ada banyak hal yang membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian
masa lampau. Selain mengandung unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama
dan alasan mengapa prasasti tersebut dikeluarkan. Dalam pengertian modern di Indonesia,
prasasti sering dikaitkan dengan tulisan di batu nisan atau di gedung, terutama pada saat
peletakan batu pertama atau peresmian suatu proyek pembangunan. Dalam berita-berita media
massa, misalnya, kita sering mendengar presiden, wakil presiden, menteri, atau kepala daerah
meresmikan gedung A, gedung B, dan seterusnya dengan pengguntingan pita dan
penandatanganan prasasti. Dengan demikian istilah prasasti tetap lestari hingga sekarang 3.
Prasasti merupakan salah satu sumber tertulis tertua di Indonesia. Prasasti merupakan
maklumat yang dipahatkan pada batu, logam, daun tal (rontal atau lontar) dan kayu serta bahan
lainnya dengan dirumuskan menurut kaidah-kaidah tertentu dan berisikan suatu anugerah atau
hak istimewa yang dikeluarkan oleh raja atau pejabat kerajaan sejak abad ke-5 M dan merupakan
keputusan yang mengikat serta mempunyai kekuatan hukum yang kuat dan dalam penetapannya
diresmikan dengan suatu upacara4.
Prasasti yang menjadi obyek penelitian para ahli epigrafi berasal dari abad ke-4 M sampai
abad ke-20 M, mencakup prasasti yang memakai aksara Pallawa dan berbahasa Sansekerta,
aksara Prenagari dan berbahasa Sansekerta, aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno, aksara
dan bahasa Sunda Kuno, aksara dan bahasa Jawa Kuno, aksara Jawa Kuno dan berbahasa Bali
Kuno, aksara Latin dalam bahasa Belanda dan Portugis. Sebagian besar prasasti yang berasal
dari zaman klasik (zaman Hindu-Buddha) diketahui membicarakan sīma2. Prasasti–prasasti dari
masa kolonial banyak dipahatkan pada nisan, biasanya berisi riwayat seorang tokoh yang
dikuburkan meliputi nama, tanggal dan tempat kelahiran, tanggal dan tempat kematian, penyebab
kematian, gambaran sifat semasa orang itu hidup serta jasa-jasanya semasa hidup. Terkadang
dalam satu nisan dipahatkan beberapa nama orang berasal dari keluarga yang sama. Dalam
kaitannya dengan hal ini, maka gambaran sifat serta jasa-jasa orang-orang yang dikuburkan tidak
disebutkan5.
Prasasti–prasasti dari masa kolonial banyak dipahatkan pada nisan, biasanya berisi riwayat
seorang tokoh yang dikuburkan meliputi nama, tanggal dan tempat kelahiran, tanggal dan tempat
kematian, penyebab kematian, gambaran sifat semasa orang itu hidup serta jasa-jasanya semasa
hidup. Terkadang dalam satu nisan dipahatkan beberapa nama orang berasal dari keluarga yang
sama. Dalam kaitannya dengan hal ini, maka gambaran sifat serta jasa-jasa orang-orang yang
dikuburkan tidak disebutkan. Ada juga prasasti bertulisan aksara Arab seperti prasasti Fatimah
3
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Prasasti diakses pada tanggal 21 November 2022
4
Hasan Djafar, 2001. Pengantar Epigrafi. Depok: Jurusan Arkeologi FIB-UI. Hal: 45.
5
https://amp.kompas.com/bandung/read/2022/01/08/232406478/cerita-prasasti-tugu-tempat-penemuan-dan-isi
diakses pada tanggal 21 November 2022
5
binti Maimun di Leran, Jawa Timur, yang berangka tahun 1082/1102 M. Pada prasasti bertulisan
aksara arab, ada yang hanya mencantumkan angka tahun saja misalnya nisan-nisan dari Tralaya6.
2.3 Tugu
Tugu adalah sebuah tiang besar dan tinggi yang terbuat dari batu, bata, dsb. Tugu peringatan
biasanya dibuat untuk memperingati suatu peristiwa bersejarah. Tugu adalah sebuah karya seni
yang mengandung makna untuk peringatan suatu peristiwa, atau untuk menghormati orang atau
kelompok yang berjasa. Tugu boleh saja hanya berupa tiang besar terbuat dari batu, atau sebuah
patung atau bangunan. Dahulu di India disebut Stamba, sebuah tiang besar sebagai tanda
peringatan pertama sekali suatu suku mendirikan kampung. Di Palestina, Yakub mendirikan batu
yang dibuat sebagai alas kepala ketika ia tidur, ia namai tempat itu Betel sebagai peringatan
bahwa tempat itu merupakan pintu gerbang Surga. Bagi suku Indian, mereka menyusun beberapa
batu sampai tinggi, sebagai tanda sebuah perkampungan dan kuburan kepala suku. Salah satu
fungsi tugu adalah secara sosial dan politis sebagai pemberitahuan pemilik tanah atau huta
(kampung). Nama kampung sesuai dengan nama marga penghuninya, dalam arti marga itulah
yang membuka kampung itu dahulunya. Kampung A adalah dihuni marga A. Sifat patrialkal
orang Batak membuat marga istri tidak masuk marga tanah. Tidak heran di setiap kampung
selalu didirikan tambak (bangunan tempat tulang-belulang leluhur) dari beberapa generasi satu
marga, atau tugu peringatan kesatuan marga tanah. Pentingnya mendirikan tugu bagi masyarakat
Batak disebabkan sifat orang Batak suka merantau dan terbuka, tidak heran sekarang ini banyak
kampung telah dihuni marga-marga lain di luar marga tanah bahkan suku-suku lain. Oleh sebab
itu berdirinya tugu dan patung merupakan suatu pemberitahuan dan meterai hak kepemilikan
tanah suatu marga7.
6
L. C Damais. (1995). Pilihan Karangan L. C. Damais. Hal: 223-332. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
7
https://www.astalog.com/8178/apa-yang-dimaksud-dengan-tugu.htm diakses pada tanggal 21 November 2022
6
BAB III
PELAKSANAAN PROYEK
Metode Penelitian:
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan suatu fenomena dengan sedalam dalamnya
dengan cara pengumpulan data, yang menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail suatu data secara
teliti. Dengan demikian rencana yang akan kami lakukan pada penelitian ini adalah Karya Story Telling.
Karya Story Telling tersebut memuat mengenai Sejarah Prasasti Tugu di Museum Fatahillah dan
bangunan bersejarah di museum tersebut.
Anggota : 7 Anggota
7
3.3 Jadwal Kegiatan
8
Rancangan karya yang akan kami tampilkan untuk melengkapi proyek adalah berbentuk
“STORY TELLING” untuk mengenal Sejarah Prasasti Tugu.
9
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan pada hari kamis tanggal 10 November 2022
di museum Fatahillah yang terletak di Jakarta barat, kami mendapat informasi bahwa Prasasti
Tugu ditemukan di Kampung Batu tumbuh, Desa Tugu. Kini, lokasi penemuan prasasti masuk ke
dalam wilayah Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Ketika ditemukan
prasasti ini terkubur di dalam tanah. Hanya, bagian puncak prasasti yang terlihat di permukaan
tanah setinggi sekitar 10 cm. Penduduk sekitar prasasti menyebutnya sebagai batu tumbuh.
Karena proses alamiah, lapisan tanah prasasti di sekitar batu ini berlahan mengikis sampai
ditemukan oleh peneliti Belanda. Prasasti Tugu merupakan catatan tentang titah seorang raja
bernama Purnawarman pada tahun ke-22 di masa pemerintahannya. Raja Purnawarman
merupakan raja Kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini melukiskan Raja Purnawarman sebagai raja
yang memiliki lengan kencang dan kuat. Dia memiliki kekuasaan dan kekayaan untuk
memerintahkan penggalian sungai. Prasasti Tugu berisi keterangan mengenai penggalian Sungai
Chandrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6.112 tombak atau
12 km. Penggalian sungai merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir
dan kekeringan di musim kemarau. Bencana alam yang sering terjadi pada masa pemerintahan
Purnawarman. Prasasti Tugu mencatat bahwa Sungai Gomati yang berair jenih mengalir di
tengah-tengah kediaman nenek Raja Purnawarman. Untuk memberkahi pembangunan dua kanal
itu, para Brahmana mengorbankan sekitar 1.000 sapi. Berikut ini merupakan gambar dari prasasti
tugu yang kami potret di museum fatahillah:
10
4.2 Dimensi Profil Pelajar Pancasila
1) Berkebinekaan Global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap
berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa
saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak
bertentangan dengan budaya luhur bangsa.
Elemen Kunci Berkebinekaan Global:
1. Mengenal dan menghargai budaya
2. Kemampuan komunikasi intercultural dalam berinteraksi dengan sesama
3. Refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman ke berkebinekaan
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, kami telah menerapkan nilai kebinekaan
global dengan mengenal, menghargai, menjaga serta mempertahankan nilai-nilai luhur dan
benda-beda peninggalan budaya Indonesia salah satunya adalah prasasti tugu. Dengan
adanya penelitian ini, meningkatkan interaksi antar sesama dan semakin cinta terhadap
keanekaragaman budaya Indonesia.
2) Gotong Royong
3) Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal,
bermakna, bermanfaat, dan berdampak.
Elemen Kunci Kreatif:
1. Menghasilkan gagasan yang orisinal
2. Menghasilkan karya dan Tindakan yang oris
11
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, kami telah menerapkan nilai dimensi
Pancasila yakni kreatif. Dengan adanya kegiatan ini, kami dapat menghasilkan karya berupa
story telling tentang sejarah prasasti tugu ini dan kami membuatnya dengan gagasan yang orisinil
atau berdasarkan sumber-sumber terkait dan berdasarkan informasi yang kami telah dapatkan di
museum Fatahillah ini.
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Prasasti Tugu merupakan sebuah catatan tentang titah seorang raja bernama Purnawarman pada
tahun ke 22 di masa pemerintahannya. Prasasti ini adalah salah satu peninggalan dari kerajaan
yang pernah ada di Pulau Jawa yaitu Kerajaan Tarumanegara. Keberadaan prasasti tugu
merupakan salah satu bukti mengenai pernah berdirinya Tarumanegara sebagai kerajaan yang
cukup besar pengaruhnya khusus daerah Jawa bagian Barat. Prasasti Tugu ditemukan di
Kampung Batu tumbuh, Desa Tugu. Kini, lokasi penemuan prasasti masuk ke dalam wilayah
Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Prasasti ini ditemukan di dalam tanah.
5.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, kami berharap agar selalu melestarikan dan menjaga peninggalan
sejarah budaya Indonesia salah satunya adalah prasasti tugu. Semoga malah ini bermanfaat dan
dapat meningkatkan rasa cinta kita terhadap nilai-nilai sejarah budaya Indonesia.
13
Daftar Pustaka
Damais, L. (1995). Pilihan Karangan L.C Damais. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Iskandar, T. (1996). Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka. Kuala Lumpur: Pustaka Malaysia.
14
Lampiran
15