Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ditta Arsyilviasari

NIM : 0703212063

Kelas : Matematika-4/Semester-II

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia (tugas cerpen)

Dosen Pengampu : Budiman, M.Pd

Patah hati Terhebat

Semua Orang Pasti Mengalami patah hati. Tapi, mayoritas patah hatinya hanya
karena diputusin. Tapi tidak untuk aku, aku mengalami patah hati terhebat dalam hidup
aku. Pergi meninggalkanku dan melupakannya itu sakit.

Pada siang hari aku dan teman aku yang bernama bayu sedang mengerjakan tugas
bareng di salah satu coffeshop di binjai. Lalu setelah sudah siap mengerjakan tugas tiba-
tiba bayu berkata kepadaku “Dit, Sebenarnya aku… aku suka sama kamu, aku sayang
kamu!!!” DEGGG seketika aku terkaget mendengar perkataannya. Jantungku pun mulai
berdetak tak karuan. Bayu, cowok yang selama ini deket denganku, saat ini dia sedang
menyatakan perasaannya padaku. Dan ini membuatku gelagapan harus berbuat apa.
Memang, selama ini cuma dia satu-satunya cowok yang bisa membuatku nyaman saat
bersamanya. Perhatiannya, pengertiannya, membuatku benar-benar memberikan nilai
lebih padanya. Saat aku mengeluh, bersedih, seketika dia bisa menjadi seorang kakak
yang selalu memberikan nasihatnya. Saat aku butuh seseorang untuk mendengar ceritaku,
dia pun bisa menjadi seorang teman yang yang menyenangkan. Tak bisa aku pungkuri,
jauh di lubuk hatiku, aku pun menyukai dan menyayanginya. Tapi untuk saat ini aku
belum yakin dengan perasaanku sendiri terhadapnya.

“Dit, aku harap kamu mau jadi pacar aku” Ucapnya lagi membuyarkan lamunanku. Kini
matanya memandang sayu ke arahku.

“a… aku” Ucapkan ragu. Sekarang aku dihadapkan pada permasalahan dimana aku harus
menjawab iya atau tidak.
Aku pun memejankan mataku, menarik nafas dalam agar bisa sedikit perlahan. “Maaf”
Ucapku perlahan. “Maafin aku bay, aku… aku gak bisa jadi pacar kamu. Bukan aku gak
mau atau gak suka sama kamu. Jujur aku sayang banget sama kamu, tapi untuk saat ini
aku belum bisa “ucapku lirih tanpa berani menoleh ke arahnya.

Aku tak mendengar satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Saat itu aku hanya
mendengar nafasnya yang menderu. Dia terdiam mendengar jawabanku yang mungkin
mengecewakannya.

“kamu kan tau, kalau aku… ”

“aku tau kok, dan aku ngerti” sahutnya memotong ucapanku.

“aku tau Dit, untuk saat ini kamu belum bisa menjalin hubungan dengan cowok siapapun
itu, termasuk aku” ucapnya tersenyum.

Ya aku memang berkomitmen kalau untuk saat ini aku belum bisa menjalin hubungan
berpacaran dengan siapapun itu dan rupanya dia mengerti. Aku pun tersenyum lega
mendengar jawabannya.

makasih Bay, makasih kamu udah mau ngertiin aku”.

“tapi perlu kamu tau Dit, aku akan tetap menunggu. aku akan menunggu sampai kamu
mau nerima aku”. tambahnya

“ehm gak perlu Bay, gak perlu seperti itu. aku takut nantinya kamu kecewa”

“nggak Dit, aku akan tetep nunggu kamu”

“baiklah, terserah kamu saja” Senyumku padanya.

Sejak hari itu, kami pun masih menjadi teman baik. Selalu bercanda, bergurau dan
aku senang bisa semakin dekat dengan Bayu. Tapi akhir-akhir ini kita jarang
berkomunikasi, mungkin karena kesibukan kita masing-masing. Aku pun mulai
merasakan Rindu, aku selalu gelisah setiap kali memikirkannya. kemana dia? kenapa
sekarang dia jarang menghubungiku? ingin sekali rasanya aku menghubunginya terlebih
dahulu. tapi rasa malu memaksaku untuk tidak melakukan apa-apa. dan aku hanya bisa
menunggunya menghubungiku.
Hari ini aku sangat dikejutkan dengan apa yang aku lihat di depanku sekarang.
Aku melihat Bayu sedang bersama seseorang yang sudah tidak asing bagiku. Dia sedang
bersama Ayu, teman sekolah aku dulu, tapi kami tidak terlalu akrab. Seribu pertanyaan
pun berkecamuk dalam otakku. apa yang sedang mereka lakukan berdua disini? pikiranku
langsung berpikir jauh. rupanya ini alasan kenapa akhir-akhir ini dia jarang
menghubungiku. Aku tak sanggup membayangkan itu semua, apa mereka pacaran? Dan
benar saja, firasatku ini tidak salah. sahabatku sendiri yang membenarkan kenyataan itu.

“Ra, si Ayu pacaran ya sama Bayu?” tanyaku dengan menahan rasa sesak didada.

“iya Dit, mereka udah Jadian seminggu yang lalu”

Bagai tersambar petir, jawaban Rara sahabatku benar-benar membuatku terpaku.


Seketika hatiku berguncang hebat, mataku mulai berkaca-kaca. Aku tak tau, kenapa aku
seperti ini. sakit rasanya mendengar kenyataan itu.

Tiap kali mengingat mereka, nafasku terasa sesak. api cemburu menjalar di
seluruh tubuhku. Kadang ingin sekali aku memaki perempuan itu dan menyingkirkannya,
agar hanya aku yang bisa dekat dengan Bayu. Tapi aku sadar, aku bukan siapa-siapa
Bayu. Aku hanya seorang wanita yang hanya bisa mengaguminya dalam diam,
menatapnya dari jauh dan mengharapkannya dalam sepi.

Kini aku hanya bisa melihat orang yang aku cintai bersama dengan orang lain
yang tak lain adalah temanku sendiri. Sakit memang mencintai seseorang tapi tak bisa
memilikinya. Tapi nasi sudah menjadi bubur, ini memang salahku. Aku yang salah
pernah menyia-nyiakan kesempatan yang datang padaku untuk memilikinya. Sebenarnya
yang paling menyakitkan buatku adalah Aku terlalu bodoh tidak mengatakan yang
sebenarnya tentang apa yang selama ini aku rasakan padanya. Kini semua sudah
terlambat, semua sudah terjadi. Aku juga tak pernah menginginkan untuk mencintainya.
Rasa cinta ini tercipta karena kuasa Tuhan. Aku juga tidak tau, kapan aku mulai
mencintainya. karena semuanya mengalir begitu saja.

“sabar Dit, mungkin nanti kamu bisa punya kesempatan lagi untuk memilikinya” sahut
Rara menghiburku.
Yupp mungkin benar apa yang dikatakan Rara. Mungkin suatu saat nanti kesempatan itu
akan datang lagi. Dan andai itu benar, aku pastikan, aku akan mengatakan semuanya
tentang perasaanku terhadapnya selama ini, tanpa berharap untuk memilikinya. Hanya
saja aku akan mengatakan padanya bahwa aku pernah menjadikannya sebagai Hal
Terindah dalam hidupku. Karena mungkin, ketika kesempatan itu datang, aku telah
mendapatkan pengganti Bayu.

Jika benar Cinta itu tak harus memiliki, melihatnya bahagia pun itu sudah cukup.

Patah hati. Itulah yang sedang aku rasakan. Dadanya terasa sangat sakit dan sesak.
Hatinya tak mampu menahan rasa sakit yang terasa. Begitu perih. Air matanya tak
berhenti mengalir dari matanya hingga membuat matanya membengkak. Ia tak sanggup
untuk menghadapi kenyataan. Kenyataan yang sangat pahit. Kenyataan itu adalah, orang
yang ia cintai kini tak mencintainya lagi. Orang tersebut kini telah melangkah menjauh.
Meninggalkannya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai