Anda di halaman 1dari 6

BUDAYA TITIP ABSEN DI LINGKUNGAN MAHASISWA SEBAGAI

CONTOH PERILAKU AKADEMIK TEORI ETIKA TELEOLOGIS

Ajianuri Wahyudha Nugraha

Oleh :

Ajianuri Wahyudha Nugraha (220910201065)

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2022

Abstract
PENDAHULUAN

Secara etimologi etika berasal dari bahasa yunani “ethos” (sifat atau watak) dan “ethikos”
(kelakuan atau perbuatan). Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup
yang baik, baik pada diri seseorang atau pada masyarakat.
Etika secara umum dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu Etika Filosofis dan Etika
Teologis. Etika filosofis adalah suatu etika yang berasal dari aktivitas berpikir yang dilakukan
oleh manusia tau bisa juga dikatakan bahwa etika merupakan bagian dari ilmu filsafat.
Sedangkan etika teologis adalah etika yang erat kaitannya dengan agama dan berisikan tentang
unsur etika umum dan dapat dimengerti ketika memahami etika secara umum.
Etika teleologis berasal dari bahasa Yunani “telos” yang berarti akhir, tujuan,maksud, dan
“logos” berarti perkataan. Teleologis adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala
kejadian menuju pada tujuan tertentu. Etika teleologis mengukur baik dan buruknya suatu
tindakan yang dilakukan.
Teleologis mengerti benar mana yang benar dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran
yang terakhir, yang lebih penting adalah tujuan dan akibat. Walaupun sebuah tindakan dinilai
salah menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu diniliai
baik, namun yang demikian, tujuan yang baik tetap harus diikuti dengan tindakan yang benar
menurut hukum
Contoh kasus sederhana seorang anak yang mencuri uang karena tidak mempunyai cara
lain untuk membeli obat untuk ibunya yang sedang sakit parah dan harus segera diobati, dalam
perspektif etika teleologis dipandang sebagai tindakan yang baik, tetapi jika ia mencuri untuk
membeli narkoba atau keperluan tidak mulia lainnya, maka tindakan itu dinilai jahat.
Dari kasus diatas membuktikan bahwa teori teleologis mengukur baik buruknya suatu
tindakan yang dilakukan. Tindakan anak tersebut benar sekali yaitu membelikan ibunya yang
sedang sakit keras, akan tetapi cara dia mendapatkan obat tersebut yang salah dimata hukum.
Sehingga anak ini harus menerima konsekuensinya dan juga akan diproses secara hukum yang
berlaku.
Pendekatan etika teleologis sangatlah banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
makanya tidak jarang kita melihat perbuatan yang bertujuan benar tapi salah dimata hukum. Ini
sudah makanan sehari-hari di negara kita, dan biasanya hukumannya lebih berat daripada yang
melakukan murni kesalahan dan merugikan negara.

TOKOH TEORI TELEOLOGIS


Etika teleologis dikenalkan dan dikembangkan dengan utilitarianismenya. Secara bahasa
utilitarianisme berasal dari bahasa latin, utilis yang berarti “bermanfaat”. Istilah sederhananya,
baik atau buruknya sesuatu berdasarkan berguna atau tidaknya sesuatu bagi diri sendiri maupun
orang lain.
Jeremy Bentham dan Jhon Stuart Mill menjadi dua tokoh penting dalam pematangan
sekaligus memperkokoh serta memperhalus utilitarianisme. Jeremy Bentham (1748-1832)
dengan bukunya Introduction to the Principles of Morals and Legislation (1789) berpendapat
bahwa utiliarianisme adalah dasar etis untuk memperbarui hukum Inggris, khusunya hukum
pidana.
Bagi Bentham, manusia membuat moralitas dan hukum, bukan manusia untuk hukum
dan moral. Sedangkan Jhon Stuart Mill (1806-1873), dalam bukunya Utilitarianisme (1864),
menyempurnakan pemikiran Jeremy bentham.
Jhon Stuart Mill dilahirkan di London Inggris pada 1806, dan meninggal pada usia 67
tahun di Abvignon Prancis pada 1873. Mill merupakan seorang filsuf, ekonom, serta pembaru
sosial dan politik Inggris. Ayahnya bernama James Mill merupakan seorang filsuf dan ekonom
yang cukup terkenal dan merupakan sahabat dari jeremy Bentham
Jhon Stuart Mill memiliki pendapat tentang Utilitarianisme dan patut kita sebut dua hal.
Pertama, ia mengkritik pendapat Bentham yang mengatakan bahwa kesenangan dan
Kebahagiaan harus kita ukur Secara Kuantitatif. Menurut Mill, kualitasnya perlu kita
pertimbangkan juga, karena ada kesenangan yang lebih tinggi mutunya dan ada yang lebih
rendah. Kedua, kebahagiaan menurut Mill harus semua orang miliki dan bukan hanya oleh satu
orang saja yang mungkin memiliki status khusus.
Argumentasi Mill berjalan dalam dua langkah. Langkah pertama, Mill bertolak dari
pengandaian bahwa satu-satunya bukti bahwa sesuatu itu pantas diinginkan adalah kenyataan
bahwa manusia memang menginginkannya. Langkah kedua, setiap orang tentu menginginkan
kebahagiaannya sendiri, maka kebahagiaan semua orang memang diinginkan dan oleh karena itu
kebahagiaan umum juga pantas diinginkan.
Berdasarkan dua langkah diatas, Mill membuktikan bahwa manusia menginginkan
sesuatu yang lain daripada kebahagiaan. Menurut Mill, semjula manusia memang bukan
menginginkan keutamaan demi dirinya pribadi, melainkan hanya sebagai sarana untuk menjadi
bahagia.
PEMBAHASAN

PENGGOLONGAN TEORI ETIKA TELEOLOGIS


Penggolongan Teori Etika Teleologis dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
A. Egoisme Etis
Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan diri dan meningkatkan pandangan
hanya untuk menguntungkan dirinya sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu
tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang
dianggap teman dekat, istilah lainnya adalah “Egois”.
Egoisme etis mendasarkan diri pada egoisme psikologis, yang berpandangan bahwa
semua manusia secara kodrati cenderung hanya mengejar kepentingan dirinya saja. Jadi,
pandangan ini meredusi motif seluruh tindakan manusia pada tujuan kepentingan diri sendiri.
Bertindak altruis hanyalah ilusi karena pada akhirnya orang tidak pernah benar-benar
memperhatikan orang lain selain dirinya sendiri
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan
untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Disini egoisme dibedakan lagi menjadi 2
yaitu Hedonisme dan Eudaimonisme.
Hedonisme adalah pandangan etika yang menyatakan bahwa apa yang baik untuk
dilakukan manusia adalah yang memuaskan kesenangan atau kenikmatan. Menurut pengertian
Hedonisme, manusia hidup dengan cara mencari dan mengupayakan kesenangan sebagai tujuan
hidupnya dan sebisa mungkin menghindari segala penderitaan. Hedoisme berbeda dengan
egoisme. Egoisme etis meletakkan prinsip pada kepentingan diri, sementara hedonisme
meletakkan prinsip pada pemuasan kenikmatan dan kesenangan.
Eudaimonisme adalah sebuah paham atau teori realisasi diri yang menganggap bahwa
kebahagiaan atau kesejahteraan pribadi adalah hal paling utama bagi manusia. Menurut Bentham
dan Jhon Mill mengartikan eudaimonisme sebagai usaha mencapai kebahagiaan yang dianggap
sebagai kesenangan dan ketidakadaan dari rasa sakit. Sedangkan menurut filsafat Yunani
Eudaimonisme adalah kondisi dimana manusia berada dalam fase terbaiknya, dalam segala hal
tidak hanya dalam kebaikan tapi juga kebajikan,moralitas, serta kehidupan yang bermakna
B. Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari bahasa latin yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini
suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat , tapi manfaat itu harus menyangkut bukan
saja satu atau dua melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Utilitarianisme juga menyatakan
tindakan terbaik merupakan tindakan yang memaksimalkan utilitas dalam membuat keadaan yang
baik untuk individu. Jeremy Bentham sebagai pendiri utilitarianisme menyatakan bahwa utilitas
merupakan jumlah kesenangan yang diakibatkan dari suatu tindakan dikurangi dengan
penderitaan yang terlibat dalam pelaksanaan tindakan tersebut. Sehingga menurut pandangan
utilitarianisme, konsekuensi merupakan satu-satunya standar tindakan benar dan salah. Teori ini
menentukan hal benar dan salah berdasarkan dari hasilnya. Terdapat 5 karakteristik dari
utilitarianisme, diantaranya adalah :
1. Universalisme
Utilitarianisme berpendapat bahwa moralitas itu bersifat universal, dimana moral
berlaku bagi semua orang di semua situasi dan kondisi. Sehingga utilitas bagi semua
orang dianggap sama pentingnya dan dianggap secara setara
2. Konsekuensialisme
Utilitarianisme berpendapat bahwa konsekuensi dari suatu tindakan merupakan
hal yang terpenting secara moral.
3. Welfarisme
Welfarisme adalah pandangan bahwa konsekuensi secara moral adalah dampak
pada kesejahteraan manusia, konsep ini biasanya dikaitkan dengan kesejahteraan
ekonomi.
4. Agregasi
Utilitarianisme berpendapat bahwa kesejahteraan dari setiap orang dapat
dibandingkan dan disimpulkan dari totalnya untuk menggambarkan kesejahteraan semua
orang
5. Maksimalisasi
Dalam utilitarianisme, tindakan terbaik adalah ketika tindakan tersebut
menghasilkan tingkat kesejahteraan paling maksimal.

Menurut saya budaya titip absen dikalangan mahasiswa termasuk teori etika teleologis golongan Egoisme
Etis. Karena titip absen hanya untuk mementingkan dirinya sendiri, yang penting dirinya tertulis di
kehadiran pada saat kuliah berlangsung. Dia tidak memikirkan orang lain, apalagi dosa. Apakah
mahasiswa yang titip absen ini pernah berpikir resiko orang yang ia suruh untuk mengabsenkan dirinya
tersebut. Pasti sembilan puluh persen tidak pernah memikirkan itu. Makanya Titip absen ini kedalam
Egoisme Etis.

Anda mungkin juga menyukai