Oleh :
Abstract
PENDAHULUAN
Secara etimologi etika berasal dari bahasa yunani “ethos” (sifat atau watak) dan “ethikos”
(kelakuan atau perbuatan). Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup
yang baik, baik pada diri seseorang atau pada masyarakat.
Etika secara umum dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu Etika Filosofis dan Etika
Teologis. Etika filosofis adalah suatu etika yang berasal dari aktivitas berpikir yang dilakukan
oleh manusia tau bisa juga dikatakan bahwa etika merupakan bagian dari ilmu filsafat.
Sedangkan etika teologis adalah etika yang erat kaitannya dengan agama dan berisikan tentang
unsur etika umum dan dapat dimengerti ketika memahami etika secara umum.
Etika teleologis berasal dari bahasa Yunani “telos” yang berarti akhir, tujuan,maksud, dan
“logos” berarti perkataan. Teleologis adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala
kejadian menuju pada tujuan tertentu. Etika teleologis mengukur baik dan buruknya suatu
tindakan yang dilakukan.
Teleologis mengerti benar mana yang benar dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran
yang terakhir, yang lebih penting adalah tujuan dan akibat. Walaupun sebuah tindakan dinilai
salah menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu diniliai
baik, namun yang demikian, tujuan yang baik tetap harus diikuti dengan tindakan yang benar
menurut hukum
Contoh kasus sederhana seorang anak yang mencuri uang karena tidak mempunyai cara
lain untuk membeli obat untuk ibunya yang sedang sakit parah dan harus segera diobati, dalam
perspektif etika teleologis dipandang sebagai tindakan yang baik, tetapi jika ia mencuri untuk
membeli narkoba atau keperluan tidak mulia lainnya, maka tindakan itu dinilai jahat.
Dari kasus diatas membuktikan bahwa teori teleologis mengukur baik buruknya suatu
tindakan yang dilakukan. Tindakan anak tersebut benar sekali yaitu membelikan ibunya yang
sedang sakit keras, akan tetapi cara dia mendapatkan obat tersebut yang salah dimata hukum.
Sehingga anak ini harus menerima konsekuensinya dan juga akan diproses secara hukum yang
berlaku.
Pendekatan etika teleologis sangatlah banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
makanya tidak jarang kita melihat perbuatan yang bertujuan benar tapi salah dimata hukum. Ini
sudah makanan sehari-hari di negara kita, dan biasanya hukumannya lebih berat daripada yang
melakukan murni kesalahan dan merugikan negara.
Menurut saya budaya titip absen dikalangan mahasiswa termasuk teori etika teleologis golongan Egoisme
Etis. Karena titip absen hanya untuk mementingkan dirinya sendiri, yang penting dirinya tertulis di
kehadiran pada saat kuliah berlangsung. Dia tidak memikirkan orang lain, apalagi dosa. Apakah
mahasiswa yang titip absen ini pernah berpikir resiko orang yang ia suruh untuk mengabsenkan dirinya
tersebut. Pasti sembilan puluh persen tidak pernah memikirkan itu. Makanya Titip absen ini kedalam
Egoisme Etis.