Disusun oleh:
Hasnawati
206100802053
Pembimbing:
dr. Artsanto Ranumiharso, Sp.An
HASNAWATI
206100802053
REFERAT
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Hasnawati
206100802053
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “Basic Life Support”. Referat ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Anesteesiologi di
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Penulis sadar bahwa dalam proses
penyelesaian penulisan referat ini banyak mengalami kendala namun semua ini
tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, kerjasama, dan dukungan dari berbagai
pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dr
Artsanto Ranumiharso, Sp.An sebagai pembimbing saya yang telah banyak
memberikan arahan, motivasi, saran, meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta
perhatiannya selama penyusunan, kedua orang tua saya yang selalu mendukung,
memberikan motivasi dan juga teman-teman yang selalu memberikan semangat
kepada saya dalam penyusunan referat ini hingga dapat terselesaikan.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Kiranya referat ini dapat berguna
dan membantu dokter-dokter muda selanjutnya maupun mahasiswa-mahasiswi
jurusan kesehatan lain yang sedang dalam menempuh pendidikan, referat ini
berguna sebagai referensi dan sumber bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN......................................................................iii
KATA PENGANTAR..................................................................................iv
BAB I.............................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
BAB II............................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................3
2.1 Konsep Cardiac Arrest/Henti Jantung.................................................3
2.2 Konsep Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang berkualitas………….....6
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi RJP.............................................10
BAB III........................................................................................................13
PENUTUP....................................................................................................13
3.1 Kesimpulan........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rantai Bertahan Hidup AHA untuk IHCA dan OHCA dewasa…...5
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Basic Life Support (BLS) atau yang dikenal dengan Bantuan Hidup Dasar
(BHD) adalah penanganan awal pada pasien yang mengalami henti jantung, henti
napas, atau obstruksi jalan napas. BHD meliputi beberapa keterampilan yang
dapat diajarkan kepada siapa saja, yaitu mengenali kejadian henti jantung
mendadak, aktivasi sistem tanggapan darurat, melakukan cardiopulmonary
resuscitation (CPR)/resusitasi jantung paru (RJP) awal, dan cara menggunakan
automated external defibrilator (AED). Idealnya di dunia, semua orang akrab
dengan teknik dasar pertolongan pertama dan mengambil pelatihan teratur untuk
memastikan pengetahuan tetap berjalan.5
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cardiac arrest atau yang biasa dikenal henti jantung merupakan suatu
kondisi dimana terjadinya kegagalan organ jantung untuk mencapai curah jantung
yang adekuat, yang disebabkan oleh terjadinya asistole (tidak adanya detak
jantung) maupun disritmia (Park et al., 2020). Dalam penjelasan lain mengatakan
bahwa henti jantung dapat juga dikatakan sebagai henti sirkulasi. Karena dalam
(Ngurah & Putra, 2019) menyebutkan bahwa henti jantung terjadi ketika jantung
telah berhenti berdetak yang menyebabkan terhentinya alirah darah di tubuh
sehingga mengakibatkan tidak teralirkannya oksigen ke seluruh tubuh. Tidak ada
pasokan oksigen dalam tubuh akan berdampak fatal, yaitu kerusakan otak.
Menurut (Irianti, Irianto, & Anisa Nuraisa Jausal, 2018) Cardiac arrest atau henti
jantung adalah keadaan hilangnya fungsi jantung yang tiba tiba yang ditandai
dengan terjadinya henti napas dan henti jantung.
3
Menurut (Muttaqin, 2012) terdapat beberapa penyabab lain dari henti
jantung, yaitu:
b. Sirkulasi
a. Pada pasien tidak teraba nadi di arteri besar (karotis, radialis maupun femoralis)
4
2.1.4 Penatalaksanaan cardiac arrest / henti jantung
Gambar 2.1 Rantai Bertahan Hidup AHA untuk IHCA dan OHCA dewasa.
5
2.2 Konsep Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang berkualitas
a. Ketepatan
Tujuan dari terapi ini adalah mengembalikan pasien pada kehidupan yang
berkualitas, maka dari itu sebuah ketepatan dalam pemberian RJP sangat penting.
Jika tidak memungkinkannya menghasilkan RJP yang berkualitas, maka
pertimbangkan untuk tidak perlu dilakukannya RJP. Pada banyak kasus, terdapat
label untuk tidak mengharuskan dilakukannya resusitasi (do not resuscitate/
DNR), hal tersebut boleh dilakukan berdasarkan keadaan sebagai berikut:
6
b. Kecepatan
Pasien dengan keadaan henti jantung memiliki waktu yang singkat. Jika
penanganan tidak segera dilaksanakan pasien dengan kondisi henti jantung dapat
mengalami kematian dalam waktu sekitar 4-6 menit (Andrianto, 2020). Maka dari
itu, kecepatan merupakan salah satu hal yang sangat penting diperhatikan saat RJP
setelah ketepatan. Karena, jika penolong terlambat beberapa detik saja,
kemungkinan terburuknya adalah pasien tersebut akan berujung kematian.
Salah satu bagian dari bantuan hidup dasar adalah Resusitasi Jantung Paru
(RJP). Tindakan ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi jantung sehingga
mampu kembali memompa serta memperbaiki sirkulasi darah di tubuh. Adapun
langkah-langkah resusitasi jantung paru menurut (AHA, 2020):
a) Menganalisa Situasi
7
c) Meminta bantuan dan aktifkan Emergency Medical Service (EMS)
1. Posisikan korban supinasi atau terlentang di permukaan yang keras dan datar
2. Memperbaiki posisi korban dengan cara log roll (kepala, leher, dan punggung
digulingkan secara bersamaan)
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya
sumbatan pada jalan nafas yang disebabkan benda asing dalam mulut, jika ada
benda asing segera bersihkan lebih dulu, buka mulut dengan menggunakan teknik
cross finger. Jika sumbatan berbentuk cairan dapat dibersihkan dengan jari
telunjuk dan jari tengah yang dilapisi atau ditutupi sepotong kassa, sedangkan jika
terdapat sumbatan benda padat dapat dikeluarkan dengan menggunakan jari
telunjuk (finger sweep) (AHA, 2020).
Membuka jalan nafas dapat dilakukan dengan cara tengadah kepala topang
dagu (head tilt chin lift) namun hindari melakukan ini kepada pasien cedera
kepala, jika dicurigai adanya cedera kepala, gunakan manuver mandibular (jaw
trust) (AHA, 2020)
f) Breathing (pernafasan)
8
pernafasan segera beri nafas buatan sebanyak 10-12 kali per menit (1 kali bantuan
nafas, 5-6 detik) (AHA, 2020).
g) Circulation
9
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resusitasi Jantung Paru (RJP)
a. Usia
b. Jenis Kelamin
10
memproduksi sel darah merah, selain itu tingginya proposi kadar hemoglobin
laki-laki yang menyebabkan laki-laki mampu lebih maksimal dalam pengambilan
volume oksigen, sehingga mampu melakukan aktivitas lebih baik daripada
perempuan (Ardiansyah et al., 2019).
Menurut WHO dalam buku (Syukra Alhamda & Yustina Sriani, SKM.,
2015) menyebutkan bahwa hasil IMT memiliki 4 klasifikasi, yaitu <18,5
merupakan berat badan kurang (Underweight), rentang 18,5-22,9 merupakan
kategori berat badan normal, rentang 23-24,9 merupakan kategori kelebihan berat
badan (Overweight) dengan risiko, dan rentang 25-29,9 termasuk dalam kategori
obesitas.
d. Kelelahan
11
jika kontraksi otot dilakukan lebih dari 5-10 detik maka beresiko terjadinya proses
glikolisis anaerob yang sumber utamanya adalah glikogen. Ketika glikogen pecah,
maka terjadinya peningkatan kadar asam laktat yang menyebabkan individu
mengalami kelelahan (Ardiansyah et al., 2019).
f. Rajin Olahraga
Otot punggung dan perut bergerak lebih ekstra daripada otot yang lainnya
dalam pemberian RJP yang berkualitas. Dalam penelitian (Lin et al., 2016)
menyebutkan bahwa ketika seorang individu sering menggunakan otot-otot di
tubuhnya dalam artian rutin berolahraga maka otot-otot ditubuhnya lebih kuat
daripada individu yang jarang berolahraga.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit jantung mendadak merupakan pembunuh terbesar nomor satu di
dunia.1 Penyakit jantung pada orang dewasa yang sering ditemui adalah penyakit
jantung koroner dan gagal jantung.2 Angka kematian dunia akibat penyakit
jantung koroner berkisar 7,4 juta pada tahun 2012.1 Di Amerika Serikat, henti
jantung mendadak merupakan salah satu penyebab kematian mendadak tersering.3
Sedangkan prevalensi jantung koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter
di Indonesia sebesar 0,5%, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala
sebesar 1,5%.2
Basic Life Support (BLS) atau yang dikenal dengan Bantuan Hidup Dasar
(BHD) adalah penanganan awal pada pasien yang mengalami henti jantung, henti
napas, atau obstruksi jalan napas. BHD meliputi beberapa keterampilan yang
dapat diajarkan kepada siapa saja, yaitu mengenali kejadian henti jantung
mendadak, aktivasi sistem tanggapan darurat, melakukan cardiopulmonary
resuscitation (CPR)/resusitasi jantung paru (RJP) awal, dan cara menggunakan
automated external defibrilator (AED). Idealnya di dunia, semua orang akrab
dengan teknik dasar pertolongan pertama dan mengambil pelatihan teratur untuk
memastikan pengetahuan tetap berjalan.5 Resusitasi jantung paru (RJP) sendiri
adalah suatu tindakan darurat, sebagai usaha untuk mengembalikan keadaan henti
napas dan atau henti jantung (yang dikenal dengan kematian klinis) ke fungsi
optimal, guna mencegah kematian biologis. 6
Tujuan utama dari bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan oksigenasi
darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah-
oksigenasi ke jaringan tubuh. Selain itu, tujuan bantuan hidup dasar ini
merupakan usaha pemberian bantuan sirkulasi sistemik, beserta ventilasi dan
oksigenasi tubuh secara efektif dan optimal sampai didapatkan kembali sirkulasi
sistemik spontan atau telah tiba bantuan dengan peralatan yang lebih lengkap
untuk melaksanakan tindakan bantuan hidup jantung lanjutan.7
13
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO.http:/www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/index4.html.
3. American Red Cross. Basic Life Support for Healthcare Providers Handbook.
2015.
6. A.M. Aaberg, C.E. Larsen, B.S. Rasmussen, C.M. Hansen, & J.M. Larsen.
Basic Life Support knowledge, self reported skills and fears in Danish High
School students and effect of a single 45-min training session run by junior
doctors ; a prospective cohort study. Resuscitation and Emergency Medicine:22-
24. 2014.
14