Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ILMU JIWA BELAJAR

“PROSES BERFIKIR DAN INTELEJENSI”

Dosen Pengampu:

Siti Khurotin, M.Pd

Disusun Oleh:

Muhammad SofiYulloh 202086010036

Muhammad Zaenal Abidin 202086010040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN

2022
KATA PENGANTAR

Assamu’alaikum Wr.Wb.

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirobbil ‘alamin segala puja dan


puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang mana telah melimpahkan Rahmat, Taufiq,
Hidayah serta Inayahnya kepada kita semua, sehingga kita masih berkumpul dan
bertemu kembali pada perkuliahan ini dalam keadaan sehat wal afiat.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah


SAW. Yang mana beliau telah menuntun kita dari jalan gelap gulita menuju jalan
terang benerang yakni addinul islam wal iman.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen ning Siti Khurotin,


M.Pd selaku dosen mata kuliah Ilmu Jiwa Belajar, dan ucapan terimakasih kepada
teman-teman seperjuangan yang ada di Prodi PAI kelas V.C

Menyadari bahwa manusia tidak luput dari segala salah dan lupa, kami
sebagai penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekeliruan,
baik nama, gelar maupun format dan kekurangan materi yang turahkan pada
makalah ini.

Akhirul kalam

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan sering kita menjumpai anak cerdas yang tidak
tahan banting mudah menyerah, mudah putus asa. Kasus ini bisa diakibatkan
korban gaya hidup modernisasi yang ternyata membuat banyak siswa stres.
Kecerdasan majemuk lebih dikenal dengan kecerdasan paripurna yang
meliputi dimensi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan
moral, kecerdasan spiritual.

Pembelajaran harus dapat mengembangkan semua dimensi kecerdasan.


Semua dimensi kecerdasan harus merupakan satu kesatuan yang utuh, sesuai
dengan hakikat pengembangan dimensi kemanusiaan, yaitu dimensi ke
individuan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan, dimensi keberagaman.

Integensi adalah kemampuan umum seseorang memecahkan masalah


dengan cepat, tepat dan mudah. Seseorang dikatakan memiliki perilaku
integensi bila ia memiliki kemampuan untuk memahami hal-hal penting dari
situasi yang dihadapi, dan mampu memberikan pemecahan yang lebih baik
dibanding dengan orang lain.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud proses berfikir dan intelejensi?


2. Ada berapa macam-macam proses berfikir dan intelejensi?
3. Bagaimanakah agar siswa mampu memecahkan masalah?

C. Tujuan Masalah

1. Agar kita tahu apa yang dimaksud proses berfikir dan intelejensi.
2. Agar kita tahu berapa macam-macam proses berifikir dan intelejensi.
3. Agar kita mampu untuk memecahkan masalah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Proses Berfikir dan Intelejensi

Proses berfikir merupakan urutan proses mental yang terjadi secara ilmiah
atau terencana dan sistematis pada konteks ruang, waktu dan media yang
digunakan, serta menghasilkan suatu perubahan terhadap objek yang
mempengaruhinya. Proses berfikir merupakan suatu peristiwa mencampur,
mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-konsep
persepsi-persepsi, serta pengalaman sebelumnya. 1

Salah satu kegiatan mental seseorang berfikir. Terdapat berbagai pendapat


dari para ahli terkait pendefinisian berfikir, hal ini disebabkan karena pandangan
2
para ahli sesuai dalam bidang yang dikuasai, demikian definisinya antara lain:

a) Berfikir adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-


hubungan diantara pengetahuan yang dimiliki.
b) Berfikir adalah suatu proses dialektis.
c) Berfikir adalah berbicara dalam hati
d) Berfikir adalah proses yang dinamis yang dapat digambarkan
menurut proses atau jalannya.
e) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berfikir artinya
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan
memutuskan sesuatu, menimbangkan dala ingatan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa berfikir merupakan


aktivitas jiwa dalam menggabungkan hubungan-hubungan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki sehingga terjadi proses gambaran. Dimana dalam berfikir itu
manusia menggunakan abstraksi atau ideas yang bersifat ideasional. Disaar
berfikir pikiran manusia melakukan proses tanya -jawab dengan pikirannya
sendiri, sehingga dapat menggabungkan hubungan antara bagian-bagian
pengetahuan yang dimiliki, hal ini disebut dengan proses berfikir yang dialektis.

1
Wowo Sunaryo Kuswana Taksonomi Berfikir ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011). hlm.3
2 Agus Sujanto, Psikologi Umum (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2009). hlm. 54
Dari suatu pertanyaan tersebut akan memberikan arahan kepada pikiran manusi,
sehingga sesesorang tersebut melakukan aktivitas berfikir setelah terdapat faktor
pemicu yang mempengaruhinya, baik itu bersifat internal maupun eskternal.
Dalam berfikir kita memerlukan ala yaitu akal (rasio). Proses yang dilalui dalam
berfikir diantaranya. 3

a) Proses pembentukan pengertian, yaitu kita menghilangkan ciri-ciri


umum dari sesuatu, sehingga tinggal ciri khas dari sesuatu tersebut.
b) Pembentukan pendapat yaitu pikiran kita menggabungkan (
menguraikan) beberapa pengertia, sehingga menjadi tanda masalah
itu.
c) Pembentukan keputusan yaitu pikiran kita menggabung-gabungkan
pendapat tersebut.
d) pembentukan kesimpulan yaitu pikiran kita menarik keputusan-
keputusan dari keputusan yang lain.

Beberapa ahli mengemukakan tentang jenis-jenis proses berfikir. Jean


piaget mengungkapkan proses berfikir berdasarkan tahap perkembangan kognitif
siswa dapat diamati melalui 3 tipe proses berfikir yaitu: (1) asimilasi merupakan
proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang ada dalam benak anak.
(2) akomodasi merupakan penyesuaian aplikasi skema yang cocok dengan
lingkungan yang direspons atau penyesuian struktur kognitif ke dalam situasi
yang baru. (3) equilibrium merupakan keseimbangan dengan apa yang digunakan
dengan lingkungan yang direspons sebagai respons sebagai dari ketepatan
akomodasi, atau penyesuaian dari asimilasi. 4

Merpaung juga mengungkapkan dalam pembentukan algoritma, proses


berfikir siswa terbagi menjadi 2 tipe proses berfikir yaitu: (1) tipe predikatif
merupakan proses berfikir yang cenderung untuk melihat hubungan antara dua
konsep lebih dalam pengambilan keputusan. (2) tipe fungsional merupakan proses

3 Supriadi dan Subanti “ Analisis Proses Berfikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah
Berdasarkan Langkah Polya Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VIII SMP Al-
Azhar Syifa Budi Tahun Pelajaran 2013/2014.” hlm. 12
4 Muhammad Yani, M.Ikhsan and Marwan, “ Proses Berfikir Siswa Sekolah Menengah Pertama

Dalam Memecahkan Masalah Berdasarkan Langkah-Langkah Polya Ditinjau Dari Adversity


Quotient,” Jurnal Pendidikan 10, no. 2 (2016) hlm. 45
berfikir yang lebih menitik beratkan untuk melihat mata rantai dan cara
melaksanakan keputusan.

"intelegensi "atau "kecerdasan" merupakan kata benda yang menerangkan


kata kerja kata keterangan. Seseorang menunjukan intelagensinya ketika ia
bertindak atau berbuat satu situasi secara intelegent/cerdas atau bodoh, intelegensi
seseorang dapat di Hoot caranya orang tersebut berbuat atau bertindak.
Selanjutnya Woodword mengemukakan bahwa intelegensi itu erat hubungannya
dengan "intelek" atau ' pengetahuan". Tetapi bukan berarti intelegensi ini
merupakan entitas pengetahuan/intelek yang di miliki seseorang. Misalnya dalam
menulis surat, mencatat, mengarang, menerima dan menyerap saran dan
sebagainya di dalam berbuat atau bertindak atau memecahkan tampak legen" atau
"bodoh" jadi orang intelegent adalah orang yang mampu dan berbuat/bertindak
dengan bijaksana.5

Dari apa yang telah di kemukakan dapat di simpulkan bahwa: Intelegensi


adalah kemampuan umum mental individu yang tampak dalam caranya bertindak
atau berbuat atau dalam memecahkan masalah atau dalam melaksanakan suatu
tugas. Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental individu yang di tunjukan
melalui kwalitas kecepatan, ketepatan dan keberhasilannya dalam bertindak
berbuat atau memecahkan masalah yang di hadapinya. makin tinggi taraf
kemampuan intelegensi seseorang akan makin cepat, makin tepat dan makin
berhasil penuh dalam bertindak berbuat atau memecahkan masalah.

B. Macam-Macam Proses Berfikir dan Intelejensi

Manusia dapat mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan


diri karena mempunyai sejumlah kemampuan. Kemampuan atau kecakapan dapat
dibagi dua. Pertama, kecakapan potensial ( potensial ability) atau kapasitas (
capality). Kecakapan potensial merupakan kecakapan tersembunyi, belum
termanifestasikan dan dibawa dari kelahirannya. Kecakapan ini dapat dibagi
menjadi dua yaitu intelejensi (intelegence) dan bakat (aptitude). Integensi
merupakan kapasitas umum, sedang bakat merupakan kapasitas khusus. Kedua
kecakapan nyata (actual ability) atau prestasi (achievement). Kecakapan nyata
5 Andi Thahir, psikologi belajar. Bandar Lampung: 2014. Hlm. 42-43.
merupakan kecakapan yang sudah terbuka, termanifestasikan dalam berbagai
aspek kehidupan dan perilaku. 6

Meskipun intelejensi sangat penting dalam pendidikan, rentang


pemahaman mengenai konsep ini bervariasi. Seseorang dikatakan memiliki
perilaku intelejen bila ia memiliki kemampuan hal-hal penting dari situasi yang
dihadapi, dan mampu memberikan pemecahan yang lebih baik dibanding dengan
yang lain. Kecerdasan yang diwariskan/diturunkan dan pengaruh keturunan
terhadap kecerdasan sebesar 80%. Sedangkan ahli perkembangan berpendapat
bahwa pengaruh keturunan terhadap kecerdasan 50%. Cara individu memecahkan
masalah sehari-hari penyesuaian diri terhadap lingkungan kerja dan lingkungan
sosial merupakan aspek-aspek kecerdasan yang penting dan tidak terukur oleh tes
kecerdasan baku yang digunakan oleh siswa. 7

Indikator perilaku intelejen antara lain:

a) Kemudahan dalam menggunakan bilangan


b) Efesiensi dalam berbahasa
c) Kecepatan dalam pengamatan
d) Kemudahan dalam mengingat
e) Kemudahan dalam memahami hubungan
f) imajinasi

Intelejensi merujuk kepada bagaimana cara individu bertingkah laku, cara


individu bertindak. Aspek-aspek intelejensi berdasarkan pendekatan yang pakai
menjadi 3 kategori yakni:

1. Yang memakai pendekatan biologis. Pengertian dalam kategori ini


memberi tekanan pada kemampuan adaptasi manusia terhadap lingkungan
ataupun situasi kehidupan yang baru.
2. Yang memakai pendekatan psikologis. Pengertian dari kategori ini pada
dasarnya bepandangan bahwa intelejensi dipengaruhi oleh faktor hereditas

6
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2003. hlm. 92
7 Sumantri, Mulyani, Perkembangan Peserta Didik . Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka dkk.

2008 hlm. 1-5


dan lingkungan. Potensi genetik atau kualitas dasar pembawaan dari
sistem syarat individu disebut intelejensi A atau “ fluid intelegence” dan
intelejensi B atau “crystalized intelligence” yang merupakan hasil
pengalaman belajar, dan faktor-faktor lingkungan. “ fluid intelegence “
meliputi proses memahami hubungan, pembentukan konsep-konsep, nalar
dan abstraksi yang tidak banyak mendapatkan pengaruh dari pendidikan
dan kebudayaan. Sedangkan “crystalized intelegence” berkaitan dengan
penguasaan kecakapan khusus yang telah dipelajari dan tergantung pada
latar belakang budaya dan pendidikan. Masalah adalah ketidaksesuaian
antara tujuan dengan kesulitan menentukan jawaban yang tepat dan cepat.
Masalah yang dihadapi siswa berasal dari karakteristik masalah tetapi
tergantung kepada pengetahuan awal, pengalaman, dan pelatihan siswa.
Masalah adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang atau kelompok yang
memerlukan suatu pemecahan tetapi tidak memiliki cara yang lamgsung
dapat menetukan solusinya. 8
3. Yang memakai pendekatan operasional. Pengertian dalam kategori ini sulit
dirumuskan, tetapi menentukan intelejensi perlu dilakukan tes kemudian
perhitungan dan keputusan-keputusan tertentu. Intelejensi secara
komprehensif bahwa intelejensi adalah kumpulan atau keseluruhan
kapasitas individu untuk melakukan tindakan bertujuan, berfikir secara
rasional, dan untuk melakukan hubungan dengan lingkungan secara
efektif.

C. Kemampuan Karakteristik Anak Dalam Memecahkan Masalah

Setiap orang memiliki beberapa kecerdasan, tidak hanya satu kecerdasan.


Multiple intelegence atau suatu produk yang efektif atau bernilai dalam satu latar
belakang budaya tertentu. Artinya setiap orang jika dihadapkan pada satu
masalah, ia memiliki sejumlah kemampuan untuk memecahkan masalah sesuia
dengan konteks nya.9 Ada delapan karakteristik intelejensi/ kecerdasan yaitu:

8 S.Klurik dan J. A. Rudnick, The New Source Book For Teaching Reasoning And Problem
Solving in Elementary School (Boston: Temple University, 1995), hlm. 4
9 Udin Winaputra Teori Belajar dan Pembelajaran Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka 2008 hlm.

4-5
1. Intelejensi berbahasa/ linguistik yaitu kemampuan berfikir dengan
kata-kata dan kalimat baik lisan maupun tertulis. Anak dengan
kecerdasan ini memiliki kepekaan perbendaharaan kata yang luas.
Karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam
intejensi berbahasa adalah:
a) Senang membaca buku, bercerita, atau mendongeng.
b) Senang berkomunikasi, berbicara, berdialog, berdiskusi,
dan senang berbahasa asing.
c) Pandai menghubungkan atau merangkai kata-kata atau
kalimat baik maupun tulisan.
d) Pandai mengingat dan menghafal.
e) Mudah mengungkapkan perasaan baik lisan maupun
tulisan. Contoh: ahli pidato, pelawak, penulis cerita, MC.
2. Intelejensi logis-matematis adalah kemampuan berfikit dalam
penalaran atau menghitung seperti menelaah masalah secara logis,
ilmiah dan matematis. Kecerdasan ini membuat anak memiliki
kemampuan mengenali pola-pola suatu kejadiannya dan
susunannya, mereka senang bekerja dengan angka, ingin
mengetahui sejauh mana cara kerja suatu benda. Berikut
karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan intelejensi
logis-matematis:
a) Senang bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai
teka-teki.
b) Senang dan pandai berhitung dan bermain angka.
c) Senang mengorganisasikan sesuatu, menyusun skenario.
d) Mampu berfikir logis, baik induktif maupun deduktif.
e) Senang silogisme.
f) Senang berfikir abstrak dan simbolis
g) Mengoleksi benda-benda dan mencatat koleksinya
3. Intejensi visual spasial, yaitu kemampuan berfikir di citra dan
gambar. Anak dengan kecerdasan ini memiliki kemampuan
memahami alam secara akurat dan menciptakan ulang aspek-aspek
alam seperti menggambar pemandangan. Karekteristik individu
yang menunjukkan kemampuan dalam intelejensi visual spasial
adalah:
a) Senang merancang sketsa, gambar, desain, grafik, tabel.
b) Peka terhadap citra, warna, dan sebagainya.
c) Pandai memvisualisasikan ide.
d) Imajinasi aktif.
e) Mudah menemukan jalan dan ruang.
f) Mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut.
4. Intelejensi intrapersonal adalah kemampuan berfikir untuk
memahami diri sendiri, melakukan refleksi diri dan
bermetakognisi. Kecerdasan ini menjadikan anak memiliki
kemampuan menggunakan kehidupan emosional untuk memahami
dirinya sendiri dan orang lain. Anak dengan kecerdasan
intrapersonal biasanya suka mencatat apapun yang dipikirkan dan
dirasakan, mampu menentukan dan memutuskan sendiri langkah
yang akan dipilih, menyadari kelebihan dan kelemahannya, gemar
menikmati kesendirian dikamar sambil mendengarkan musik.

Intelegensi teoritis adalah kemampuan untuk menggunakan skemata-


skemata berpikir abstraksi-abstraksi, juga kemampuan berpikir logis di bidang
ilmu pengetahuan dalam penyesuaian diri dengan situasi-situasi baru. Intelegensi
praktis adalah intelegensiIkemampuan yang berhubungan dengan hasil karya ,
kegiatan praktis dan bidang keterampilan teknis. Dengan demikian pengembangan
intelegensi dalam lapangan verbal di dasarkan pada perkembangan intelegensi
teoritis, sedangkan kemampuan intelegensi dalam lapangan gerak dikembangkan
berdasarkan perkembangan intelegensi praktis.

Faktor-faktor pembentukan dan perkembangan intelegensi individu antara


lain:10

1. Pembawaan adalah kesanggupan/potensi yang di bawa sejak Iahir


yang merupakan bahan dasar perkembangan.

10 Andi Thahir, psikologi belajar. Hlm. 55-56.


2. Kematangan adalah kesiapan suatu fungsi atau potensial untuk
dikembangkan.
3. Minat adalah Sikap senang kepada sesuatu hal. Minat ini akan
berfungsi sebagai pendorong orang untuk berbuatl berusaha dalam
mencapai sesuatu tujuan. Minat ini sebagai factor psikologis akan
mempengarohi proses pembentukan/perkembangan.
4. Kebiasaan Adalah kondisi psikologis yang akan mempengaruhi
sikap, performance atau aktifitas rang dalam mewujudkan dirinnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa berfikir merupakan


aktivitas jiwa dalam menggabungkan hubungan-hubungan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki sehingga terjadi proses gambaran. Proses berfikir merupakan
urutan proses mental yang terjadi secara ilmiah atau terencana dan sistematis pada
konteks ruang, waktu dan media yang digunakan, serta menghasilkan suatu
perubahan terhadap objek yang mempengaruhinya.

Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental individu yang di


tunjukan melalui kwalitas kecepatan, ketepatan dan keberhasilannya dalam
bertindak berbuat atau memecahkan masalah yang di hadapinya. makin tinggi
taraf kemampuan intelegensi seseorang akan makin cepat, makin tepat dan makin
berhasil penuh dalam bertindak berbuat atau memecahkan masalah. Dengan
demikian pengembangan intelegensi dalam lapangan verbal di dasarkan pada
perkembangan intelegensi teoritis, sedangkan kemampuan intelegensi dalam
lapangan gerak dikembangkan berdasarkan perkembangan intelegensi praktis.

B. Saran

Penyusun mengakui makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari dosen
pengampu dan teman-teman satu kelas. Supaya kami bisa lebih baik lagi dan
untuk menambah pengetahuan kami tentunya. Bagi para pendidik harus
mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengajarkan suatu materi yang di
ajarkan ke peserta didik bukan sekedar memahami saja terhadap teori akan tetapi
bisa menerapakan di tengah-tengah masyarakat. Dan peran penting seorang guru
disini bisa mengatur peserta didiknya dengan baik karna pada hakikat nya guru
adalah penolong menyebar luaskan ilmunya allah maka seorang guru harus bisa
sabar ketika mengamalkan ilmu dan menyebarluaskannya.
DAFTAR PUSTAKA

Klurik, S. dan Rudnick, J. A. The New Source Book For Teaching Reasoning And
Problem Solving in Elementary School (Boston: Temple University,
1995).

Kuswana, Wowo Sunaryo. Taksonomi Berfikir ( Bandung: Remaja Rosdakarya,


2011).

Sujanto,Agus. Psikologi Umum (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2009).

Sukmadinata. Syaodih, Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya 2003.

Supriadi dan Subanti. “ Analisis Proses Berfikir Siswa Dalam Memecahkan


Masalah Berdasarkan Langkah Polya Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional
Siswa Kelas VIII SMP Al- Azhar Syifa Budi Tahun Pelajaran 2013/2014.”

Sumantri, Mulyani. Perkembangan Peserta Didik . Jakarta: Penerbit Universitas


Terbuka dkk. 2008.

Thahir, Andi. Psikologi Belajar. (Bandar Lampung: 2014).

Winaputra,Udin. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Universitas


Terbuka 2008.

Yani, Muhammad. Ikhsan M. dan Marwan. “ Proses Berfikir Siswa Sekolah


Menengah Pertama Dalam Memecahkan Masalah Berdasarkan Langkah
Langkah Polya Ditinjau Dari Adversity Quotient,” Jurnal Pendidikan 10,
no. 2 (2016).

Anda mungkin juga menyukai