Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari gangguan adrenal pada wanita ?
2. Bagaimana anatomi kelenjar adrenalin ?
3. Bagaimana gangguan hormon adrenal pada wanita ?
4. Bagaimana etiologi gangguan adrenal pada wanita ?
5. Bagaimana manifestasi klinis adrenal pada wanita ?
6. Bagaimana epidemiologi adrenal pada wanita ?
7. Bagaimana patofisiologi adrenal pada wanita?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnostik adrenal pada wanita ?
9. Bagaimana penatalaksanaan adrenal pada wanita?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari gangguan adrenal pada wanita.
2. Untuk mengetahui anatomi kelenjar adrenalin.
3. Untuk mengetahui hormon adrenal pada wanita.
4. Untuk mengetahui etiologi gangguan adrenal pada wanita.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis adrenal pada wanita.
6. Untuk mengetahui epidemiologi adrenal pada wanita.
7. Untuk mengetahui patofisiologi adrenal pada wanita.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik adrenal pada wanita.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan adrenal pada wanita
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai
susunan mikroskopis sangat sederhana. Sistem endokrin, dalam kaitannya
dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kelenjar
endokrin tidak memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak melalui
salura, tapi melalui sel-sel endokrin langsung masuk ke pembuluh darah.
Kelenjar adrenalin berbentuk seperti bola, atau topi yang menempel pada
bagian atas ginjal. Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenalis.
Kelenjar adrenal memainkan peran penting dalam memproduksi androgen,
hormon biologis penting yang membantu mengatur kesehatan tulang dan otot,
keseimbangan protein, serta hasrat seksual pada wanita.
Kelenjar pada kelamin wanita terletak pada ovarium, dan menghasilkan 2
hormon yaitu estrogen dan progesteron yang mempunyai fungsi untuk
mempertahankan pembentukan ovum dan ciri-ciri kelainan sekunder serta
mengatur pembentukan plasenta dan produksi air susu.
Gangguan kelenjar adrenal pada wanita yaitu kelenjar yang memproduksi
hormon-hormon mempunyai gangguan dalam produksinya dan gangguan
yang terjadi khusus pada wanita saja.
3
2.2 Anatomi Kelenjar Adrenalin (Anak Ginjal)
Fisiologi reproduksi wanita jaug lebih rumit dari pada pria. Tidak seperti
pembentukan sperma yang berlangsung terus menerus dan sekresi testosteron
yang relatif konstan, sedangkan pengeluaran ovum bersifat intermitan dan
sekresi hormon-hormon seks wanita memperlihatkan pergeseran siklus yang
lebar.
Hormon-hormon reproduksi wanita meliputi : (Sherwood, 2001)
1) Estrogen
Estrogen berfungsi menimbulkan dan mempertahankan tanda-tanda
kelamin sekunder pada wanita, misalnya perkembangan pinggul,
payudara, serta kulit menjadi halus.
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis tentang
estrogen tapi yang paling penting untuk reproduksi adalah estradiol.
Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual
pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut
kemaluan. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan
pembentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas
cairan serviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
4
Keuntungan penting yang lain dari estrogen adalah merangsang
pertumbuhsn tulang dan membantu mempertahankan kesehatan tulang,
juga melindungi jantung dan pembuluh darah dengan meningkatkan
kolesterol baik (HDL), serta menurunkan kolesterol jahat (LDL).
2) Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesteron
mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima
inplantasi zygot. Kadar progesteron tetap dipertahankan selama
trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon
HCG.
Progesteron berfungsi mempersiapkan dinding uterus agar dapat
menerima sel telur yang sudah dibuahi, mengembangkan alveoli
payudara, + esterogen menyiapkan payudara untuk produksi ASI, dan
dibutuhkan untuk ovulasi. Pengaturan hormon ovarium FSH dari
hipofisis anterior menyebabkan pematangan folikel ovarium &
menaikkan kadar esterogen, LH menyebabkan ovulasi, pembentukan
korpus luteum & memproduksi progesteron.
3) Gonadrotropic Releasing Hormone (GnRH)
GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus di
otak. GnRH akan merangsang pelepasan FSH di hipofisis. Bila kadar
estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpan balik ke
hipotalamus sehingga kadar GnRH akan menjadi rendah, bbegitupun
sebaliknya.
4) Follicle-stimulating Hormone (FSH)
Kedua hormon ini dinamakan gnnadotropoin, hormon yang
diproduksi oleh hipofisis oleh rangsangan akibat rangsangan dari
GnRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel
yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan
menjadi korpus luteum dan dipertahankan oleh waktu tertentu oleh
Luteinizing Hormone (LH).
GNrH akan merangsang pelepasan FSH di hipofisis. Dimana FSH
akan menyebabkan kematangan folikel dan selanjutnya akan
5
menghasilkan ovum. LH mempertahankan korpus luteum untuk tetap
menghasilkan ovarium. Dibawa pengaruh LH, korpus luteum
mengeluarkan estrogen dan progesteron, dengan jumlah progesteron
jauh lebih besar. Kadar progesteron meningkat dan mendominasi dalam
fase lutean, sedangkan estrogen mendominase fase folikel. Walaupun
estrogen kadar tinggi merangsang sekresi LH, progesteron dengan kuat
akan menghambat sekresi LH dan FSH. Dibawa pengaruh progesteron
akan mempertahankan sekresi endomtrium, sedangkan estrogen pada
pertumbuhan organ (Szar, 2007).
6
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis
merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung
telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat
berkembang menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang
menjadi folikel FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang
kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada dibawah
pengaruh releasing hormone yang disalurkan hipotalamus ke hipofisi.
Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
terhadap hipotalamus.
Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan
menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung
estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium.
Dibawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi
ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan
menjadi korpus luteum, dibawah pengaruh hormon LH dan LTH
(luteotropic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum
menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum
berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan
7
progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenesrasi,
perdarahan, danpelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau
menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam ovulasi, maka korpus
luteum tersebut dipertahankan.
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu :
1) Masa menstruasi yang berlangsunh 2-8 hari. Pada saat itu
endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan
dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah.
2) Masa poliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14.
Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana
terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan
rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh
kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel
telur dari indung telur (disebut ovulasi).
3) Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi.
Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan
endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi
(perlekatan janin ke rahim).
8
2. Sekresi androgen dalam jumlah yang berlebihan
Salah satu studi menunjukkan bahwa wanita dengan SOPK terjadi
peningkatan yang bermakna dari aktivitas 11b-hidroksisteroid
dehidrogenase, yang merupakan enzim yang memetabolisme kortisol
menjadi kortison. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar clearence
kortisol dan, menurunkan feedback negatif dari sekresi
adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan secara sekunder meningkatkan
sekresi androgen adrenal. Pada studi ini wanita yang obes menunjukkan
peningkatan aktivitas 11b-hidroksisteroid dehidrogenase, tetapi tidak
sesuai dengan derajat yang terlihat pada wanita dengan Sindroma
ovarium polikistik (SOPK).
9
Ini kemungkinan adanya pengaruh hiperinsulinemia yang dapat
meningkatkan aktivitas enzim ini yang mengarahkan terjadinya
hiperandrogen adrenal dan menyebabkan terbentuknya androgen/
hormon steroid yang merangsang atau mengontrol perkembangan dan
pemeliharaan karakteristik dengan mengikat reseptor androgen yang juga
merupakan pendukung aktivitas organ seks.
10
pada usia lebih awal atau lebih lanjut. Umur waktu terjadinya menopause
dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan
(Baziad, 2003)
4. Tidak dapat membentukan ovum dan ciri-ciri kelainan sekunder.
5. Pembentukan plasenta mengalami gangguan.
6. Produksi air susu berkurang.
2.4 Etiologi
a) Stress
b) Kelelahan
c) Gelisah
d) Tidak dihasilkan hormon kortisol dan aldosteron karena tubuh tidak
memiliki enzim yang diperlukan untuk pembentukan kedua hormon
tersebut.
e) Perangsangan terus menerus dari hipotalamus dan kelenjar hipofisia,
maka kelenjar adrenal membesar tetapi tidak mampu menghasilakn
hormon kortisol dan aldosteron.
f) Ketidakmampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan air kemih pada
akhirnya menyebabkan penderita banyak berkemih dan dehidrasi.
g) Adrenal mengalami kerusakan akibat kanker, infeksi, dan penyakit
lainnya.
h) Konsumsi berlebih kortikosteroid.
11
6) Anak perempuan yang mengalami kekuranagn hormon adrenal, ketika
lahir tampak normal tetapi nantinya dia tidak akan mengalami masa puber
atau menstruasi pada saat dewasa
2.6 Epidemiologi
Beberapa studi menyatakan bahwa wanita usia reproduksi memiliki
masalah dengan menstruasi yang abnormal, seperti sindrom premenstruasi
dan menstruasi yang tidak teratur (Caulter, 1991; Johnson, 2004). Prevalensi
siklus menstruasi yang abnormal berdasarkan evaluasi medis, terdapat 9-13%
wanita usia reproduksi mengalami menstruasi yang tidak teratur (Caulter,
1991), mayoritas dari wanita yang dilaporkan memiliki rata-rata 37,9%
menglami menstruasi tidak teratur (Williams, 2006). Pada saat sekarang ini,
telah banyak fakta yang mengungkapkan hubungan antara stres dengan
menstruasi yang merupakan masalah kesehatan bagi wanita (Kaplan and
Manuck, 2004; Wang dkk, 2004).
Menopause alami yang terlalu cepat akan meningkatkan faktor resiko
yang terkait dengan penurunan kadar estrogen, seperti oesteoporosis sehingga
meningkatkan risiko kematian dini (Brombegeretal, 1997), sekitar 467juta
wanita berusia 50 tahun keatas menghabiskan hidupnya dalam keadaan pasca
menopause, (40%) dari wanita pasca menopause mempunyai usia rata-rata
menopause sekitar 45-55 tahun menurut Depkes 2005, di perkirakan
penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 262,6 juta jiwa, dengan
jumlah wanita yang hidup dalam usia menopause sekitar 30,3 juta jiwa
dengan usia rata-rata menopause 49 tahun.
12
2.7 Patofisiologi
13
pemeriksaan ini mempunyai beberapa keunggulan dibanding pengukuran
LCTH. Kebanyakan assay β-LPH juga mengukur β-endrofin, lalu
pemeriksaan hormon-hormon ini dibutuhkan untuk pengukuran βendefin
lebih tepat.
3. Kartisol plasma
a) Metode pengukuran
Metode pengukuran kortisol plasma yang paling sering dipakai
adalah Radioimmunuassay. Metode ini mengukur kortisol total (baik
terikat maupun bebas) dalam plasma. Metode yang mengukur
kortisol bebas dalam plasma belum tersedia untuk kegunaan klinis.
b) Interprestasi
Manfaat dari pemeriksaan tunggal kadar kortisol plasma untuk
diagnosisi terbatas karena adanya sekresi alamiah kortisol yang
berlangsung episodik dan terjadinya pengikatan selama adanya
stress.
2.9 Penatalaksanaan
1) Untuk menggantikan hormon yang tidak dapat diproduksi oleh kelenjar
adrenal, diberikan hormon sintetis (tiruan). Setelah kekurangan hormon
teratasi, hipotalamus dan kelenjar hipofisa akan berhenti merangsang
kelenjar adrenal sehingga pembentukan hormon lainnya yang berlebih
akan berhenti.
2) Untuk mengatasi kekurangan kortisol diberikan kortikosteroid (misalnya
hydrocortisone atau prednisone). Kekurangan kortisol yang sifatnya berat
merupakan suatu keadaan darurat dan diatasi dengan pemberian cairan,
natrium dan mineral lainnya.
3) Untuk mengobati kekurangan aldosteron, diberikan aldosteron dan untuk
mengatasi kekurangan diberikan testosteron.
4) Pengukuran tekanan darah dilakukan sesering mungkin karena jika kadar
hormon tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menimbulkan
gangguan pada kesimbangan garam dan cairan di dalam tubuh sehingga
mempengaruhi tekanan darah.
14
5) Pertumbuhan diperiksa sebanyak 2x/tahun dan umur tulang ditentukan
setiap tahun melalui pemeriksaan rontgen tangan. Jika jumlah
hydrocortisone memadai, maka pertumbuhan akan berjalan normal.
6) Anak perempuan yang terpapar oleh kadar androgen tinggi dengan
pertimbangan fungsional dan kosmetik, seringkali harus menjalani
pembedahan rekonstruksi pada alat kelamin luarnya untuk membuat
lubang vagina.
7) Medroksiprogesteron Asetat
Penggunaan medroksiprogesteron asetat secara oral atau intramuskuler
telah berhasil digunakan untuk pengobatan hirsutisme. Secara langsung
mempengaruhi axis hipofise-hypothalamus oleh menurunnya produksi
GnRH dan pelepasan gonadotropin, sehingga mengurangi produksi
testosteron dan estrogen oleh ovarium. Meskipun penurunan SHBG,
kadar androgen total dan bebas berkurang secara signifikan. Dosis oral
yang direkomendasikan adalah 20-40 mg per hari dalam dosis terbagi
atau 150 mg diberikan intramuscular setiap 6 minggu sampai 3 bulan
dalam bentuk depot. Pertumbuhan rambut berkurang sebanyak 95%
pasien. Efek samping dari pengobatan termasuk amenorea, hilangnya
kepadatan mineral tulang, depresi, retensi cairan, sakit kepala, disfungsi
hepatik, dan penambahan berat badan.
8) Agonis Gonadotropin releasing Hormone (Gn-RH)
Penggunaan GnRH agonis memungkinkan diferensiasi androgen adrenal
yang dihasilkan oleh ovarium. Ini ditunjukkan untuk menekan kadar
steroid ovarium pada pasien SOPK. Pengobatan dengan leuprolid asetat
yang diberikan intramuskular setiap 28 hari mengurangi hirsutisme dan
diameter rambut pada hirsutisme idiopatik atau pada hirsutisme sekunder
pada SOPK. Tingkat androgen ovarium secara signifikan dan selektif
ditekan. Penambahan kontrasepsi oral atau terapi penggantian estrogen
untuk pengobatan agonis GnRH dapat mencegah keropos tulang dan efek
samping lainnya dari menopause, seperti hot flushes dan atrofi genital.
Supresi hirsutisme tidak menambah potensi dengan terapi penambahan
estrogen untuk pengobatan agonis GnRH.
15
BAB III
APLIKASI TEORI
2.10 Amenorrhea
Masalah-masalah yang terkait dengan siklus mentruasi biasanya
dialami pada wanita usia produktif. Dampak yang ditimbulkan akibata
siklus menstruasi seperti :mengurangi kualitas hidup, berdampak negatif
terhadap kesehatan reproduksinya, potensi jangka panjang menimbulkan
efek merugikan bagi kesehatan seperti oestioporosis pada kasus amenorrhea
dan penyakit kardiovaskuler pada kasus ovarium polikistik
(PCOS/poliycystic ovarian syndrome).
2.10.1 Dfinisi Amenorrhea
16
b. Adanya tanda-tanda maskulinisasi, adanya galaktore, cacat
bawaan, uji esterogen dan progesteron negatif.
c. Penyakit TB, penyakit hati, diabetes melitus, kanker,
infertilisasi, stress berat.
d. Kelainan kongenital.
e. Ketidakstabilan emosi dan kurang zat makanan yang
mempunyai niai gizi lebih.
f. Hymen imperforate, yaitu selaput darah tidak berlubang
sehingga daarah menstrusi terlambat untuk keluar. Keluahan
pada kejadian ini biasanya mengeuh sakit perut tiap bulan. Hal
ini bisa diatasi dengan operasi.
g. Menstruasi anovulatiore, yaitu rangsangan hormon-hormon
yang tidak mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim
sehingga tidak terjadi haid/ hanya sedikit. Pengobantannya
dengan terapi hormon.
h. Amenorrhoe sekunder yaitu biasanya pada wanita yang pernah
menstruasi sebelumnya. Penyebab amenorr sekunder ini karena
hipotensi, anemia, infeksi atau kelemahan kondisi tubuh secara
umum, stess spikologis.
Penyebab paling umum pada adalah adanya kehamilan
maka perlu dilakukan tes kehamilan sebagai langkah awal dalam
mengevaluasi. Untuk penegakan diagnosa dan pengobatan
selanjutnya, maka perlu adnaya evaluasi terhadap fungsi fungsi
organ yang terlibat siklus menstruasi, yang meliputi ikterus,
ovarium, hipofisis anterior , hipotalamus.
Apabila tidak indikasi kehamilan maka ada 5 penyebab paling
umum pada amenorr sekunder, berdasarkan urutan prevelasinya
adalah hypothlamic suppression (33%), kronik chornic anovolation
(28 %), hiperprolactemia (14%), ovarian paylure (12%), dan urin
disorders (7%).
17
2.10.4 WOC Amenore
Hipogonadrotopin Siklus
Testikular Disgenesis gonad
menstruasi
feminization
terganggu
Ovarium
gagal
Tidak punya Testis berkembang Tidak terjadi
Ovarium tidak uterus menggantikan siklus
terangsang ovarium menstruasi
Ovarium berupa
jaringan
Esterogen & pengikat
Tidak dapat mengalami
progesteron
menstruasi
tidak
dihasilkan
Tidak terjadi
menstruasi
Siklus
menstruasi Amenore primer Amenore sekunder
tidak terjadi
MK : gangguan
citra tubuh, harga
diri rendah
18
2.10.5 Mnifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
a. Tidak terjadi haid
b. Produksi hormon eterogen dan progesteron menurun
c. Nyeri kepala
d. Lemah badan
2.10.6 Komplikasi
Kolplikasi yang paling ditakutkan adalah invertilitas.
Komplikasi lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga
dapat menggangggu kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan
terjadinya Amenorrhea. Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala
lain akibat hormon seperti osteoporosis.
2.10.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pada Amenorrhea primer : Apabila didapatkan adanya
perkembangan seksual sekunder maka diperlukan pemeriksaan
organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perekatan dalam
rahim). Melalui pemeriksaan USG, Histerosal Pingografi,
Histeroskopi dan Magnetic Resonance Imaging atau MRI,
apabila tidak didapatan tanda-tanda perkembangan seksualitas
sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormon FSH dan
LH setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada
b. Amenorrhea sekunder : maka dapat dilakukan pemeriksaan tiroid
stimulating hormon (TSH) karena kadar hormon tiroid dapat
mempengaruhi kadar hprmone prolaktin dalam tubuh.
c. Jika masih tidak berhasil bisa dilakukan dengan pemeriksaan
hormon prolaktin, dan progesteron.
d. Progesteron simulation test bertujuan menentukan apakah uterus
memberi respon terhadap penarikan progesteron.
e. Pemeriksaan sinar X atau CT-Scan padafosa hipofisis untuk
menyingkirkan adanya tumor hipofisis.
19
2.10.8 Penatalaksanaan
Dapat dilakukan secara non-farmakologi dan farmakologi
treatmen. Modalitas terapi untuk Amenore digunakan untuk
mengembalikan siklus normal mentruasi.
Tujuan pengobatan termasuk menjaga kekuatan tulang,
mencegah keropos tulang, pemulihan ovulasi dan meningkatkan
kesuburan. Pendekatan umum untuk keberhasilan terapi amenore
tergantung pada identifikasi yang tepat dari penyebab dasar pada
gangguan menstruasi. Pada pasien amenore sekunder dengan
hipostrogen maka pemberian kalsium dan Vitamin D penting untuk
menghindari dampak negatif pada kesehatan tulang.
Pada pasien amenore sekunder dengan hipostrogen maka
pemberian kalsium dan vitamin D penting untuk menghindari
dampak negatif pada kesehatan tulang.
a. Terapi Non- Farmakologi
Terapi non-farmakologi untuk Amenore berfariasi tergantung
pada penyebab yang mendasari. Pada wanita usia muda yang
melakukan kegiatan olahraga berlebihan kemungkinan dapat
menjadi penyebab dasar amenore, maka treatmennya adalah
pengurangan terhadap exercise yang berlebihan.
b. Terapi Farmakologi
Pngobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari
amenorea yang di alami, apabila penyebabnya adalah obesitas
maka diet dan olahraga adalah terapinya, belajar untuk
mengatasi stress dan menurunkan aktivitas fisik yang berlebih
hingga dapat membantu. Pembedahan atau insisi dilakukan pada
wanita yang mengalami Amenorrea primer.
Amenorre primer maupun sekunder dengan hipostrogen maka
perlu diberikan esterogen (dengan progestin). Hal ini dapat diberikan
dalam bentuk kontrasepsi oral. Tujan terapi esterogen ada 2, yaitu
untuk mengurangi resiko osteoporosis dan meningkatkan kualitas
hidup. Jika hiperprolaktinemia di identifikasi sebagai penyebab
20
amenore, pengguanaan bromocriptine atau cabergoline,
agonisdopamin, menghasilkan penurunan konsentrasi prolaktin dan
kembalinya menstruasi.
2.10.9 Pencegahan
1) Menghindari aktivitas yang terlalu berat
Terlalu lelah merupakan salah satu penyebab utama
terlambatnya proses siklus haid. Ketika jumlah energi habis
karena adanya aktivitas yang berat, maka haid tidak datang tepat
pada waktuny. Ketika siklus tidak lancar maka sindrom pra-
menstruasi datang mengancam. Tubuh setiap orang memiliki
ambang lelah yang berbeda, tergantung dari ketahanan stamina
tubuh seseorang, stamina dapat dapat dilatih dengan olahraga
secara teratur. Untuk memulai cobalah jagging 15 menit dahulu,
kemudian dilatih hingga 30 menit.
2) Menghindari stress
Diatas batang otak terdapat satu struktur yaitu hipotalamus yang
salah satu fungsinya menghubungkan sistem sarafdengan
kelenjar endokrin melalui kelenjar hipofisis atau pituitari.
Hipotalamus mengatur berbagai tingkatan hormon, termasuk
hormon-hormon reproduksi wanita, yaitu esterogen dan
progesteron. Bila seorang wanita berada pada tekanan mental
ekstrim seperti stress, maka produksi esterogen dan
progesteronnya akan tergangggu. Ketidakseimbangan ini dapat
menyebabkan siklus haid tidak teratur.
3) Asupan gizi yang cukup
Asupan nutrisi tepat untuk kebutuhan gizi tubuh sangat
diperlukan, karena status kualitas dari asupan nutrisi dan gizi
mempengaruhi kinerja kelenjar hipotalamus yang memiliki
peran mengendalikan kelancaran siklus haid. Hidari minuman
yang bersoda, minuman keras, apalagi rokok. Mulailah
mengkonsumsi makanan yang sehat seperti buah-buahan segar,
sayur, gandum, dan tinggalkan junk food dan makanan
21
berlemak. Hindari konsumsi obat-obatan termasuk obat yang
dijual bebeas, hindari merokok, obat-obatan terlarang, dan
alkohol.
22
2.10.11 Diagnosa Keperawatan
a. Cemas berhubungan dengan krisis situasi
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
yang didapat tentang penyakitnya (amenorrhea)
c. Gangguan konsep diri, harga diri rendah yang dihubungkan
dengan ketidak normalan (amenorrhea primer)
d. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan tidak aktif
dalam keluarga.
2.10.12 Evaluasi / tes Amenorrhea
Beberapa test laboratorium yang perlu dilakukan pada penegakan
diagnosa amenorre adalah :
a. Laboratory tests :
1) Pergnancy tests
2) Thyroid – stimulating hormone
3) Prolactin
4) Pada kasus PCOS perlu evaluasi konstrensi testosteron, 17-
hydroxyprogesteron, kadar glukosa puasa dan konsentrasi
lipid.
5) Pada kasus premature ovarian failure, peru evaluasi FSH,
LH.
b. Test diagnostik lainnya :
1) Progesterone challenge
2) Pelvic ultrasound to evaluate for polycystic ovaries.
23
BAB IV
KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa/ WNI
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA Sederajat
Alamat : Jl. X
Tanggungan : BPJS
Diagnosa : Amenorrhea Sekunder
No. RM : 091230
Tgl. MRS : 21-03-2015, Jam 08.00
24
2. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat Sebelum Sakit
Penyakit berat yang penah diderita: Klien mengatakan pernah menderita
infeksi saluran kencing
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : Paracetamol, obat analgetik
Kebiasaan berobat : klien mengatakan biasanya berobat
di puskesmas dekat rumahnya
Alergi : klien mengatakan tidak mempunyai
riwayat alergi
Kebiasaan merokok/alkohol : klien mengatakan tidak merokok
2) Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan utama : Badannya mengalami obesitas, setahun ini
menstruasinya tidak teratur, rata-rata 2 bulan sekali baru mendapat
menstruasi, merasa stress berat karena jadwal kuliah yang padat. Sudah
4 bulan ini mestruasinya tidak datang, nyeri kepala, badan lemas dan
merasa terganggu dengan tidak datangnya haid.
3) Riwayat keluhan utama
Upaya yang telah dilakukan :
Klien mengatakan hanya meminum obat analgetik dan obat sakit
kepala, sudah berobat di puskesmas terdekat di rumahnya tapi tidak ada
perubahan setelah mengkonsumsi obat yang telah diresepkan dokter
Klien mengatakan
Terapi/operasi yang pernah dilakukan:
Klien mengatakan belum pernah operasi apapun
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit
seperti dirinya
5) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Klien mengatakan tinggal di daerah perumahan
6) Riwayat Kesehatan Lainnya:
Alat bantu yang dipakai:
-Gigi palsu : ya √ tidak
25
-Kaca mata : ya √tidak
-Pendengaran : ya √ tidak
-Lainnya (sebutkan): - (tidak ada)
4. Body Systems
clubbing finger
Suara jantung:
normal
26
ada kelainan (sebutkan)
Edema:
lainnya (sebutkan):
Persepsi sensori:
Pendengaran :
Penglihatan :
27
Perabaan : panas: dingin: tekan:
2) Minum:
28
3) Kebersihan diri:
Rumah Rumah Sakit
Mandi 3x/hari 2x/hari
Keramas 2 hari sekali -
Sikat gigi 3x/hari 2x/hari
Memotong kuku 1 minggu sekali -
Ganti pakaian 3x/hari 2x/hari
Lain-lain - -
Aktivitas
Rumah Rumah Sakit
Aktivitas Lama 12 jam Lama 14 jam
sehari-hari Jam 05.00 s/d jam 17.00 Jam 05.00 s/d jam 19.00
Jenis Aktifitas Kuliah, bersih-bersih rumah, Bedrest, jalan-jalan di
taman RS
Tingkat - -
ketergantungan
1. Pemeriksaan Penunjang
2. Terapi
Non-medikamentosa : bedrest
Medikamentosa : Infus RL 20 tts/mnt
29
3.3 Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. Ds : Hambatan fungsi Gangguan
- Setahun ini menstruasinya kelenjar hipofisis konsep diri
tidak teratur, rata-rata 2 bulan
sekali baru mendapat
menstruasi, merasa stress
berat karena jadwal kuliah
yang padat. Sudah 4 bulan ini
mestruasinya tidak datang,
nyeri kepala, badan lemas
dan merasa terganggu dengan
tidak datangnya haid.
Do :
-S : 360C
N : 84x/mnt
TD : 110/80 mmHg
RR: 24 x/mnt
TB : 150 cm
BB rata-rata : 48 kg
BB sekarang : 70 kg.
-Pemeriksaan PP tes hasilnya
(-), USG (-).
30
-Klien tampak bingung
-S : 360C
N : 84x/mnt
TD : 110/80 mmHg
RR: 24 x/mnt
3. 4. Ds : Peningkatan Ketidak
- Klien mengatakan badannya selera makan seimbangan
mengalami obesitas nutrisi lebih dari
Do : kebutuhan tubuh
-Klien terlihat gemuk
TB : 150 cm
BB rata-rata : 48 kg
BB sekarang : 70 kg.
No Diagnosa Keperawatan
31
perasaan negatif secara 3. Bantu klien 3. Agar memudahkan
tepat beradaptasi dengan pihak dokter dan
3. Dapat mengendalikan perubahan yang perawat untuk
ansietas dialaminya melakukan tindakan
1.
4. Ajarkan teknik 4. Membantu klien
menenangkan diri untuk lebih rileks
Kolaborasi: Kolaborasi
5. Lakukan uji esterogen 5. Mengetahui apakah
dan progesteron. esterogen dan
progesteron
mengalami kenaikan
atau penurunan
4. Setelah dilakukan tindakan Mandiri Mandiri
keperawatan selama 3x24 1. Mencegah dan 1. Dapat digunakan
jam: menangani untuk pengontrolan
Dapat mencapai dan pembatasan diet diet
mempertahankan berat 2. Membantu 2. Mengatasi obesitas
badan yang optimal. menyediakan asupan memerlukan diet yang
makanan dan cairan seimbang
Kriteria hasil : dengan diet seimbang
1. Berpartisipasi dalam 3. Pantau TTV selama 3 3. Membantu
program penurunan jam sekali mengetahui
berat badan yang perkembangan klien
struktural
2. Mendekati berat badan 4. Menimbang berat 4. Mengetahui kemajuan
yang ideal 46 badan klien tindakan diet untuk
3. Dapat menahan diri klien
tidak makan banyak Kolaborasi Kolaborasi :
dalam satu waktu 5. Diskusikan 5. Membantu untuk
tertentu dengan ahli gizi mendapatkan berat
4. untuk program badan yang idel dan
penurunan berat optimal
badan
3.6 Implementasi
No Hari/Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan Respon Paraf
Dx
2. Minggu, Mandiri: Mandiri: Ananta
21-03-2015 1. memantau TTV selama 1. S : 360C
Jam 08.00 WIB 3 jam sekali N : 84x/mnt
TD : 110/80 mmHg
RR: 24 x/mnt Ananta
Jam 08.10 WIB 2. memberi dukungan 2. Klien merespon
32
penanganan, dengan positif
penerimaan dan
bantuan selama masa 3. Klien mampu
stress berdaptasi dengan
Jam 08.20 WIB 3. Membantu klien perubahan menstruasi Ananta
beradaptasi dengan yang dialaminya
perubahan yang
dialaminya
Jam 08.30 WIB 4. mengajarkan teknik 4. Klien mampu
menenangkan diri mempraktikkan Ananta
sendiri teknik
menenangkan diri
Kolaborasi: Ananta
Jam 09.00 WIB 5. melakukan uji Kolaborasi :
esterogen dan 5. Hasil uji lab masih
progesteron. tetap (-)
33
3.7 Evaluasi
34
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kelenjar pada kelamin wanita terletak pada ovarium, dan menghasilkan
2 hormon yaitu estrogen dan progesteron yang mempunyai fungsi untuk
mempertahankan pembentukan ovum dan ciri-ciri kelainan sekunder serta
mengatur pembentukan plasenta dan produksi air susu.
Hormon-hormon reproduksi wanita meliputi : (Sherwood, 2001)
1) Estrogen
2) Progesteron
3) Gonadrotropic Releasing Hormone (GnRH)
4) Follicle-stimulating Hormone (FSH)
Gangguan Hormon Adrenal pada Wanita : Sistem hormonal yang
mempengaruhi sistem siklus menstruasi, Sekresi androgen dalam jumlah
yang berlebihan, Menopause dini, Pembentukan plasenta mengalami
gangguan, Produksi air susu berkurang, Tidak dapat memmbentukan ovum
dan ciri-ciri kelainan sekunder.
Menopause alami yang terlalu cepat akan meningkatkan faktor resiko
yang terkait dengan penurunan kadar estrogen, seperti oesteoporosis sehingga
meningkatkan risiko kematian dini
4.2 Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
Dipiro TJ, Talbert LR , Yee CG, Matzke RG, wells GB, posey
MI,2008,Pharmacotherapy: A Phatophysiologi Approach 7th ed, The
Mc Graw-Hill Companies Inc.USA
www.Pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/.../fungsi_kelenjar_adrenal.pdf
www.mulyanipharmaco.files.wordpress.com
36