Salah satu penekanan di dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. Seperti yang
kita ketahui penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang memberikan gambaran
mengenai perkembangan siswa setelah siswa mengalami proses pembelajaran. Penilaian
autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya
dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan
dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI)
dan Kompetensi Dasar (KD) (Kunandar,2013:35-36). Pada penilaian autentik, siswa diminta
untuk menerapkan konsep atau teori dalam keadaan sebenarnya sesuai dengan kemampuan
atau keterampilan yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan
keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
disesuaikan dengan perkembangan karakteristik siswa sesuai dengan jenjangnya. Contohnya
untuk PAUD, TK dan SD, lebih banyak porsinya pada soft skill (misalnya kemampuan yang
perlu dilatih dan diukur, antara lain: mengamati, motivasi berprestasi, kemauan kerja keras,
disiplin, berkomunikasi, tata krama, dll) daripada penilaian hard skill (pengukuran
penguasaan pengetahuan dan keterampilan).
1. Mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk.
2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
3. Menggunakan berbagai cara dan sumber.
4. Tes hanya salah satu alat pengumpulan data penilaian.
5. Tugas-tugas yang diberikan mencerminkan bagian-bagian kehidupan nyata setiap hari.
6. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian, bukan keluasannya
(kuantitas).
Sedangkan karakteristik penilaian autentik, adalah sebagai berikut:
1. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, pencapaian kompetensi terhadap satu
kompetensi dasar (formatif) maupun pencapaian terhadap standar kompetensi atau
kompetensi inti dalam satu semester (sumatif).
2. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, menekankan
pencapaian kompetensi keterampilan (skill) dan kinerja (performance), bukan
kompetensi yang sifatnya hafalan dan ingatan.
3. Berkesinambungan dan terintegrasi, merupakan satu kesatuan secara utuh sebagai alat
untuk mengumpulkan informasi terhadap pencapaian kompetensi siswa.
4. Dapat digunakan sebagai feed back, dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap
pencapaian kompetensi siswa secara komprehensif.
Berdasarkan ciri-ciri dan karakteristik penilaian autentik di atas, maka proses penilaian harus
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran dan mencerminkan masalah
dunia nyata/sehari-hari. Sehingga dalam merancang penilaian autentik, perlu memperhatikan
prinsip-prinsip, sebagai berikut: penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan
kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar; penilaian harus
bersifat holistik mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan dan
pengetahuan).
Dalam melakukan penilaian autentik ada tiga hal yang harus diperhatikan, yakni:
1. Autentik dari instrumen yang digunakan, menggunakan instrumen yang bervariasi yang
disesuaikan dengan karakteristik atau tuntutan kompetensi yang ada dikurikulum.
2. Autentik dari aspek yang diukur, menilai aspek-aspek hasil belajar secara komprehensif
meliputi kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
3. Autentik dari aspek kondisi siswa, menilai input (kondisi awal siswa), proses (kinerja
dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar), dan output (hasil pencapaian
kompetensi, baik sikap, keterampilan maupun pengetahuan siswa setelah mengikuti
proses belajar mengajar).
Melalui kurikulum 2013 penilaian autentik menjadi penekanan dalam melakukan penilaian
hasil belajar siswa yang memperhatikan seluruh minat, potensi dan prestasi siswa secara
menyeluruh. Penilaian juga dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan agar dapat
menggambarkan kemampuan para siswa yang dievaluasi. Sangat penting untuk melibatkan
siswa dalam penilaian, sehingga siswa secara sadar dapat mengenali perkembangan
pencapaian hasil pembelajaran mereka.1
Secara umum semua jenis penilaian berbasis kelas bertujuan untuk menilai hasil belajar
peserta didik di sekolah, mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada
masyarakat, dan mengetahui ketercapaian mutu pendidikan. Secara khusus penilaian berbasis
kelas bertujuan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa, mendiagnosis kesulitan
belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses pembelajaran, penentuan kenaikan kelas,
dan memotivasi belajar peserta didik dengan cara mengenal dan memahami diri serta
merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.2
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam
rangka proses pembelajaran. PBK merupakan proses pengumpulan dan penggunaan
informasi hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat
pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan ( standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar). Penilaian Berbasis Kelas
merupakan prinsip, sasaran yang akurat dan konsisten tentang kompetensi atau hasil belajar
siswa serta pernyataan yang jelas mengenai perkembangan dan kemajuan siswa. Maksudnya
adalah hasil Penilaian Berbasis Kelas dapat menggambarkan kompetensi, keterampilan dan
kemajuan siswa selama dikelas.3
1 Ani, Y. (2013). Penilaian autentik dalam kurikulum 2013. In Seminar Nasional Implementasi Kurikulum (pp.
742-749).
2 Hidayati, K. PENILAIAN BERBASIS KELAS
3 Yahya Obaid, Teknik Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kelas (Suatu Implementasi KTSP), ALIkhwal, 2008),
hlm. 20
Fungsi penilaian berbasis kelas menurut Arifin (2011: 183) meliputi
1. Berorientasi pada kompetensi. Penilaian mengacu pada kompetensi yang dimuat dalam
kurikulum.
2. Mengacu pada patokan, penilaian mengacu pada hasil belajar sebagai kriteria
ditetapkan (criterium reference assessment). Sekolah menetapkan kriteria sesuai dengan
kondisi dan kebutuhannya.
3. Ketuntasan belajar. Pencapaian hasil belajar ditetapkan dengan ukuran atau tingkat
pencapaian kompetensi yang memadai serta dapat dipertanggungjawabkan sebagai
prasyarat penguasaan kompetensi lebih lanjut.
4. Menggunakan berbagai cara. Pengumpulan informasi menggunakan berbagai cara
untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik. Tes maupun non tes
dipergunakan untuk pengumpulan informasi.
5. Valid, adil, terbuka dan berkesinambungan. Penilaian memberikan informasi yang
akurat tentang hasil belajar peserta didik, adil terhadap semua peserta didik, terbuka
bagi semua pihak dan dilaksanakan secara terencana, bertahap dan terus menerus.
Jenis-Jenis Penilaian Berbasis Kelas Berbagai jenis penilaian berbasis kelas yang dapat
digunakan guru antara lain adalah tes tertulis, tes perbuatan, pemberian tugas, penilaian
kinerja, penilaian proyek, penilaian hasil kerja siswa, penilaian sikap, dan penilaian portfolio.
Penilaian hasil belajar memiliki pengaruh yang berarti untuk meningkatkan dan
memperbaiki aspek belajar. Menurut Arikunto (2015:14) makna penilaian bagi siswa yakni
4 Hilaliyah, T. (2018). Penilaian Berbasis Kelas. Jurnal Membaca Bahasa dan Sastra Indonesia, 3(1), 73-84.
5 Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan (Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar),
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 253
agar siswa dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan mengikuti pelajaran yang diberikan
oleh guru. Penilaian yang dilakukan oleh guru harus mencakup sikap, psikomotor dan
kognitif siswa. Pendidikan jasmani lebih cenderung pada pengembangan kemampuan
psikomotor peserta didik, namun tidak melupakan ranah sikap dan kognitif.6
a. Penilaian Sikap
1. Sikap Spiritual
Kompetensi sikap spiritual (KI-1) yang akan diamati adalah menerima,
menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Sikap Sosial
Kompetensi sikap sosial (KI-2) yang akan diamati mencakup perilaku antara
lain: jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan negara. Penilaian sikap
terdiri atas penilaian utama dan penilaian penunjang. Penilaian utama diperoleh dari
hasil observasi harian yang ditulis di dalam jurnal harian. Penilaian penunjang
diperoleh dari penilaian diri dan penilaian antarteman, hasilnya dapat dijadikan
sebagai alat konfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh pendidik. Teknik penilaian
yang digunakan adalah observasi melalui wawancara, catatan anekdot (anecdotal
record), dan catatan kejadian tertentu (incidental record) sebagai unsur penilaian
utama.
a. Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan (KD dari KI-3) dilakukan dengan cara mengukur penguasaan
peserta didik yang mencakup dimensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan
metakognisi dalam berbagai tingkatan proses berpikir. Prosedur penilaian pengetahuan
dimulai dari penyusunan perencanaan, pengembangan instrumen penilaian, pelaksanaan
penilaian, pengolahan, dan pelaporan, serta pemanfaatan hasil penilaian.
1. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawabannya secara tertulis, antara lain
berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen tes
tertulis dikembangkan dengan mengikuti langkah-langkah berikut.
• Melakukan analisis KD.
• Menyusun kisi-kisi soal sesuai dengan KD.
• Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan mengacu pada kaidah-kaidah penulisan
soal.
• Menyusun pedoman penskoran.
• Melakukan penskoran berdasarkan pedoman penskoran.
2. Tes Lisan
Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan, perintah, kuis yang diberikan pendidik
secara lisan dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan. Tes lisan
bertujuan menumbuhkan sikap berani berpendapat, mengecek penguasaan
pengetahuan untuk perbaikan pembelajaran, percaya diri, dan kemampuan
berkomunikasi secara efektif. Langkah-langkah pelaksanaan tes lisan sebagai
berikut:
• Melakukan analisis KD.
• Menyusun kisi-kisi soal sesuai dengan KD.
• Membuat pertanyaan atau perintah.
• Menyusun pedoman penilaian.
• Memberikan tindak lanjut hasil tes lisan.
3. Penugasan
Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur
pengetahuan dan memfasilitasi peserta didik memperoleh atau meningkatkan
pengetahuan. Tugas dapat dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai
karakteristik tugas. Tugas tersebut dapat dilakukan di sekolah, di rumah, atau di luar
sekolah.
b. Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan (KD dari KI-4) dilakukan dengan teknik penilain kinerja,
penilaian proyek, dan portofolio. Penilaian keterampilan menggunakan angka dengan
rentang skor 0 sampai dengan 100, predikat, dan deskripsi.
1. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja (performance assessment) adalah penilaian yang menuntut
peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke
dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Pada
penilaian kinerja, penekanannya dapat dilakukan pada proses atau produk. Penilaian
kinerja yang menekankan pada produk disebut penilaian produk, misalnya poster,
puisi, dan kerajinan. Penilaian kinerja yang menekankan pada proses disebut
penilaian praktik, misalnya bermain sepak bola, memainkan alat musik, menyanyi,
melakukan pengamatan menggunakan mikroskop, menari, bermain peran, dan
membaca puisi.
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan pelaporan. Pada
penilaian proyek ada 4 (empat) hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
• Kemampuan pengelolaan Kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data, dan penulisan laporan
yang dilaksanakan secara kelompok.
• Relevansi Kesesuaian tugas proyek dengan muatan pelajaran.
• Keaslian.
• Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karya sendiri di
bawah bimbingan pendidik.
• Inovasi dan kreativitas Proyek yang dilakukan peserta didik mengandung unsur-
unsur kebaruan atau sesuatu yang berbeda dari biasanya.
3. Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan, dan
karya peserta didik dalam bidang tertentu yang mencerminkan perkembangan
(reflektif-integratif) dalam kurun waktu tertentu. Pada akhir periode portofolio
tersebut dinilai oleh pendidik bersama-sama dengan peserta didik dan selanjutnya
diserahkan kepada pendidik pada kelas berikutnya dan dilaporkan kepada orangtua
sebagai bukti autentik perkembangan peserta didik.7
Pada hakikatnya tujuan penilaian portofolio adalah untuk memberikan informasi
kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik secara lengkap dengan
dukungan data dan dokumen yang akurat. Rapor merupakan bentuk laporan prestasi
peserta didik dalam belajar dalam kurun waktu tertentu, sedangkan portofolio dapat
dipandang sebagai lampiran dari rapor.
Tujuan portofolio ditentukan oleh apa yang perlu dikerjakan dan siapa yang akan
menggunakan penilaian tersebut. Oleh karena itu tidak aneh jika dalam portofolio
terdapat tes tertulis (paper and pencil test), project, product, dan catatan kemampuan
(records of performance).8
DAFTAR PUSTAKA
7 Operator Tukdana, Teknik Penilaian Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan Kurikulum 2013 (K13) Tahun
2018, pada 1 Juni 2018 http://opstukdana.blogspot.com/2018/06/teknik -penilaian-sikap-pengetahuan-
dan.html 8 Dian Ferdiana dan Daud Pamungkas, “PENGGUNAAN PENILAIAN BERBASIS KELAS DAN PORTOFOLIO
DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA”, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran, Vol. 8 No.2 (Oktober, 2019),
hlm.89
Ani, Y. (2013). Penilaian autentik dalam kurikulum 2013. In Seminar Nasional Implementasi
Kurikulum (pp. 742-749).
Yahya Obaid, Teknik Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kelas (Suatu Implementasi KTSP),
ALIkhwal, 2008), hlm. 20
Hilaliyah, T. (2018). Penilaian Berbasis Kelas. Jurnal Membaca Bahasa dan Sastra Indonesia,
3(1), 73-84.
Operator Tukdana, Teknik Penilaian Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan Kurikulum 2013
(K13) Tahun 2018, pada 1 Juni 2018
http://opstukdana.blogspot.com/2018/06/teknikpenilaian-sikap-pengetahuan-dan.html