Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

PRAKTIKUM INSTALASI LISTRIK


SUBYEK: INSTALASI PENERANGAN

Disusun oleh:

Nama : Wardan Syahrul R. (1217020036)


Irmawati Irawan (1217020006)
Kelas : 2J
Grup/Kelompok : 15
Tanggal Praktek : 28 Maret 2018
Tanggal Pengumpulan : 6 Juni 2018
Penguji/Pembimbing : P. Jannus, MT. dan
Ir. Benhur Nainggolan, MT.

Jurusan Teknik Mesin


Program Studi Teknik Konversi Energi
Politeknik Negeri Jakarta
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Program studi teknik konversi energi adalah salah satu program studi yang ada
pada jurusan teknik mesin di Politenik Negeri Jakarta. Program teknik konversi
energi memiliki keahlian pada bidang mesin dan kelistrikan. Untuk memenuhi
standar keahlian pada bidang listrik salah satunya yaitu praktikum instalasi listrik.

Praktikum Instalasi listrik dilaksanakan untuk mengaplikasikan mata kuliah teknik


listrik, gambar teknik dan instalasi listrik. Sehingga diharapkan mahasiswa teknik
konversi energi dapat mengetahui dan melaksanakanya sendiri.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan diadakannya praktikum instalasi listrik penerangan bagi
mahasiswa adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui peralatan dan bahan yang digunakan
untuk instalasi listrik beserta fungsinya.
2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang didapat pada semester
sebelumnya.
3. Mahasiswa dapat membaca dan mengaplikasikan gambar instalasi
listrik.
4. Mahasiswa dapat memperbaiki kesalahan pada rangkaian kelistrikan.
5. Mahasiswa dapat melakukan instalasi KWH meter.
6. Mahasiswa dapat membandingkan energi terukur dengan KWH meter
dan hasil pengukuran.
7. Mahasiswa dapat mengevaluasi diri tentang wawasan pengetahuan dan
keterampilan.
8. Mahasiswa dapat bertanggung jawab dengan praktikum yang
dilakukan.
9. Menghasilkan tenaga yang memiliki keahlian profesional.
1.3. Kegiatan Praktikum
Pelaksanaan praktikum instalasi listrik penerangan teknik konversi energi
dilaksanakan secara bertahap yaitu sebagai berikut :
1. Menggambar rangkaian percobaan.
2. Pemasangan pipa untuk pelindung kabel.
3. Pemasangan kabel.
4. Pengecekan bahwa instalasi berfungsi.
5. Memperbaiki kesalahan pada rangkaian kelistrikan.
6. Pemasangan beban dan KWH meter.
7. Membandingkan hasil energi terukur dengan KWH meter dan hasil
perhitungan.

1.4. Tata Tertib Laboratorium Teknik Konversi Energi


1. 5 (lima) menit sebelum praktikum dimulai, mahasiswa sudah berada
dalam ruang laboratorium listrik.
2. Mahasiswa harus memakai pakaian laboratorium.
3. Mahasiswa harus memakai sepatu dan tidak boleh berambut panjang.
4. Mahasiswa tidak dibenarkan memakai perhiasan dan membawa senjata
tajam atau membawa tas ke dalam ruang praktikum.
5. Tidak dibenarkan merokok, makan – makan dan membuang sampah di
dalam ruang laboratorium.
6. Mahasiswa tidak dibenarkan mengganggu atau menghidukpan mesin
sebelum ada perintah atau izin dari pembimbing.
7. Peminjaman alat atau perkakas harus dilakukan dengan mengisi
formulir yang disediakan.
8. Mahasiswa tidak dibenarkan masuk kedalam ruang alat atau tool room.
9. Alat yang dipinjam harus sesuai dengan pekerjaan dan tidak boleh
berlebihan.
10. Selama praktikum harus mengikiuti ketentuan – ketentuan atau
jobsheet dan harus memperhatikan pengamanan dan keselamatan
kerja.
11. Mahasiswa tidak dibenarkan keluar laboratorium selama jam praktek
berlangsung, kecuali seizin pembimbing yang bersangkutan.
12. Mahasiswa harus menjaga alat atau perkakas laboratorium.
13. Mahasiswa yang menghilangkan atau merusak alat harus mengganti
sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
14. Jumlah alat perkakas yang dipakai atau digunakan harus sesuai sewaktu
mengembalikan.
15. Selesai jam pelajaran mahasiswa belum dibenarkan keluar ruangan
sebelum ruangan tersebut dibersihkan dan diatur dengan rapi
16. Mahasiswa diperkenankan meninggalkan ruangan setelah ada intruksi
dari pembimbing atau jam praktikum sudah selesai.
BAB II
DASAR TEORI

Instalasi listrik dipergunakan untuk menyalurkan tenaga listrik ke alat-alat yang


memerlukan tenaga listrik. Instalasi listrik ini memakai perlengkapan misalnya
kawat penghantar, pengaman lebur, kotak pembagi, dan lain-lain. Perlengkapan
listrik ini ditempatkan dalam ruangan. Keadaan ruangan itu tergantung pada
tempat dan keperluan kerja. Untuk itu semua ada syarat-syarat instalasi listrik
baik untuk tegangan tinggi maupun untuk tegangan rendah.

2.1. Peraturan Instalasi Lisrik yang Berlaku di Indonesia


Maksud dan tujuan peraturan – peraturan instalasi listrik, ialah agar dapat
mewujudkan terselenggarakannya instalasi dengan baik. Terutama yang
menyangkut:
1. Keselamatan manusia terhadap bahaya sentuhan serta kejutan arus.
2. Keamanan instalasi beserta peralatan listriknya.
3. Gedung serta isinya terhadap kebakaran akibat listrik.

2.1.1. PUIL 2000

PUIL 2000 adalah singkatan dari Persyaratan Umum Instalasi Listrik Indonesia
tahun 2000. Puil 2000 terbitan ke-4 yang juga merupakan penyempurnaan dari
PUIL sebelumnya yaitu: PUIL 1964, PUIL 1977, PUIL 1987. Sebelumnya PUIL
merupakan kepanjanngan dari kata Peraturan Umum Instalasi Listrik. Pada
terbitan ke-4, kata peraturan dirubah menjadi persyaratan terkait kewajiban
untuk mematuhi dan sanksinya. Peraturan dalam PUIL 2000, berlaku untuk
semua instalasi arus kuat, baik mengenai perencanaan, pemasangan,
pemeriksaan dan pengujian, pelayanan, pemeliharaan maupun pengawasannya.
2.1.2. Peraturan Lainnya

Dalam pelaksanaan peraturan PUIL 2000 juga harus diperhatikan peraturan lain
yang berkaitan dengan instalsai listrik agar tercapai Keamanan, Keandalan,
Kemudahan, Ketersediaan, Keindahan, Ekonomis. Peraturan lainnya yakni:
1. UU No.13 Th 2003 tentang ketenagalerjaan.
2. SK DIrjen Binawas No.311/2002 (Teknisi Listrik)
3. Keputusan Mentri Tenaga Kerja RI No Kep 75/Men/2002 tentang
pemberlakuan ajib PUIL 2000
4. PP No. 3 Th 2005 tentang Keselamatan Ketenagalistrikan
5. Peraturan lain yang tidak bertentangan dengan PUIL

2.2 Syarat – syarat Instalasi Listrik


2.2.1. Syarat Ekonomis
Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga harga keseluruhan dari
instalasi itu, ongkos pemasangan dan ongkos pemeliharaannya semurah
mungkin. Rugi - rugi daya listrik yang hilang juga harus sekecil mungkin.

2.2.2. Syarat Keamanan


Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga kemungkinan timbul
kecelakaan sangat kecil. Aman dalam hal ini berarti tidak membahayakan jiwa
manusia dan terjaminnya peralatan dan benda - benda di sekitarnya dari
kerusakan akibat adanya gangguan seperti: gangguan hubung singkat, gangguan
beban lebih, gangguan tegangan lebih, dan sebagainya. Agar instalasi listrik tidak
membahayakan jiwa manusia, maka pemasangan instalasi listrik tersebut harus
memenuhi peraturan - peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Di
Indonesia peraturan - peraturan tersebut dikeluarkan oleh Departemen PUTL,
dan Jawatan Keselamatan Kerja. Apabila peraturan - peraturan tersebut tidak
dipenuhi maka Pengawas Keselamatan Kerja atau PLN (untuk instalasi listrik yang
disambung pada jaring distribusi milik PLN) akan menolak atau tidak memberi
izin pemasangan instalasi listrik tersebut.
Untuk mengamankan instalasi listrik dari kerusakan - kerusakan akibat gangguan
- gangguan seperti hubungan singkat, beban lebih, maupun tegangan lebih
(akibat sambaran petir), pada instalasi tersebut dipasang alat - alat pengaman
yang sesuai, yaitu misalnya sekering, otomat - otomat atau pemutus - pemutus
hubungan yang digerakkan oleh relay.

2.3. Teori Dasar Listrik


Sebelum kita melangkah lebih jauh ada baiknya kita mengetahui teori
dasar listrik. Muatan listrik yang terdapat pada zat dapat digerakan dan akhirnya
menghasilkan arus listrik, hal ini karena adanya gaya yang menggerakanya. Gaya
listrik itulah yang dinamakan tegangan listrik. Satuan tegangan listrik adalah
volt(V). Volt adalah singkatan dari voltage.

2.3.1. Arus Listrik


Arus listrik dalam penghantar adalah gerak elektron membawa muatan
negatif. Listrik mengalirkan arus dari tegangan yang tinggi menuju tegangan yang
lebih rendah. Benda yang menghasilkan arus listrik di sebut sumber arus listrik.
Kuat arus adalah arus listrik yang mengalir melalui penghantar selama satu detik
dimana satuan kuat arus adalah ampere (A). Alat ukur untuk arus listrik adalah
ampere meter.

2.3.2. Tahanan Listrik


Tahanan atau hambatan adalah sesuatu yang mengurangi arus listrik.
Arus listrik yang mengalir melalui konduktor akan mengalami tahanan dari kawat
penghantar (konduktor) itu sendiri. Besarnya hambatan listrik di ukur dengan
satuan ohm (Ω).

2.3.3. Daya Listrik


Daya listrik adalah besarnya energi listrik yang diperlukan oleh beban
selama satu detik. Rumus energi listrik adalah W =V × I ×t
W = energi (joule) I = kuat arus (ampere)
V = tegangan (volt) t = waktu (sekon)
Karna P adalah energi selama satu detik, berarti t = satu detik. Sehingga rumus
daya listrik adalah P=V × I
2.4. Alat-alat Instalasi Listrik
1. Obeng
Obeng yang digunakan pada instalasi listrik umumnya adalah obeng minus dan
obeng plus. Penamaan obeng sesuai dengan fungsi dan bentuk ujung pada
obeng. Fungsi dari obeng adalah untuk mengencangkan dan membuka baut.

Gambar 2.4.1.Obeng minus Gambar 2.4.2.Obeng plus

2. Tang pengupas kabel


Tang pengupas kabel berfungsi sebagai pengupas isolasi kabel. Diameter
pengupas kabel dapat disesuaikan dengan besar kabel dengan cara memutar
baut. Hal ini agar tidak terjadi bekas dari pengupasan kabel pada tembaga.

Gambar 2.4.3. Tang pengupas kabel


3. Tang potong
Tang potong berfungsi untuk memotong kabel.

Gambar 2.4.4. Tang potong

4. Tang buaya
Tang buaya berfungsi untuk membuat mata itik. Disebut tang buaya karena
bentuknya seperti mulut buaya.

Gambar 2.4.5. Tang buaya

5. Tang kombinasi
Tang kombinasi berfungsi untuk memotong kabel juga untuk melilit kabel.

Gambar 2.4.6. Tang kombinasi

6. Palu
Palu digunakan untuk memukul. Pada instalasi listrik palu digunakan untuk
memukul paku pada klem kabel.

Gambar 2.4.7. Palu

7. Meteran
Meteran berfungsi untuk mengukur panjang. Selain meteran juga dapat
digunakan mistar.

Gambar 2.4.8. Meteran


8. Test pen
Testpen berfungsi untuk mengetahui adanya aliran listrik atau tidak.

Ganbar 2.4.9. Test pen

2.5. Bahan-bahan Instalasi Listrik


1. Junction box
Junction box berfungsi sebagai terminal penyambung kabel, kabel hanya boleh
disambung di junction box. Disebut junction box karena berbentuk kotak dan
tempat untuk menghubungkan kabel.

Gambar 2.5.1. Junction box

2. L-bow
L-bow berfungsi untuk menghubungkan pipa yang satu dengan pipa yang lain
yang berbentuk sudut 900. Disebut L-bow karena bentuknya menyerupai huruf L.

Gambar 2.5.2. L-bow

3. Klem
Ada dua klem yang digunakan yaitu klem pipa dan klem kabel. Klem pipa
berfungsi untuk menempelkan dan memperkokoh pipa agar tidak bergeser dari
tempatnya. Klem kabel berfungsi untuk menempelkan kabel agar tidak bergeser
dari kedudukannya.

Gambar 2.5.3. Klem pipa Gambar 2.5.4. Klem kabel

4. Stop Kontak
Stopkontak berfungsi sebagai penyalur daya ke peralatan rumah. Stopkontak
terbagi menjadi dua yaitu stopkontak biasa dan stopkontak AC (dengan ground).

Gambar 2.5.5. Stopkontak

Gambar 2.5.6. Stopkontak AC

5. Saklar
Saklar dalam praktikum ini terdiri dari 3 macam, yaitu saklar tunggal, saklar seri
dan saklar dua arah. Umumnya fungsi saklar adalah untuk memutuskan dan
menyambungkan aliran listrik. Fungsi saklar tunggal adalah hanya untuk
memutuskan juga menyambungkan aliran listrik dan hanya terdapat 1 tombol.
Fungsi saklar seri sama seperti saklar tunggal hanya saja saklar seri memiliki 2
tombol. Fungsi khusus dari saklar dua arah yaitu dapat memutus dan
menyambungkan aliran listrik dari tempat yang berbeda yang saling terhubung.

Gambar 2.5.7. saklar tunggal

Gambar 2.5.8. saklar seri

Gambar 2.5.9. saklar dua


arah
6. Kabel
Kabel berfungsi sebagai penghantar listrik. Kabel dalam praktikum ini menggunakan kabel
NYM. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih
baik. Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah, namun tidak boleh
ditanam.

Gambar 2.5.10. kabel NYM


6. MCB dan kotak MCB
Fungsi MCB (mini circuit breaker) adalah sebagai pengaman. Apabila arus yang melewati
atau arus yang digunakan melebihi kapasitas mini circuit breaker maka otomatis aliran listrik
tersebut akan diputus.

Gambar 2.5.11. Mini circuit breaker Gambar 2.5.12. Kotak MCB

7. Pipa PVC
Pipa PVC digunakan sebagai pelindung untuk kabel NYA

Gambar 2.5.12. Pipa

8. Fiiting
Fitting adalah tempat kedudukan untuk lampu, fungsinya sebagai tempat kedudukan lampu.

Gambar 2.5.13. Fitting


9. Lampu
Lampu berfungsi sebagai penerangan, dalam praktikum ini lampu berfungsi sebagai beban.

Gambar 2.5.14. Lampu

2.6. Alat Ukur Instalasi Listrik


1. Megger
Megger digunakan untuk mengetahui berapa besarnya hambatan atau isolasi suatu
rangkaian listrik. Cara penggunaannya yaitu dengan menghubungkan kabel yang berbeda
dengan penjepit dari merger dalam 1 group atau line yang sama. Setelah itu tekan tombol
test hingga angka muncul.

Gambar 2.5.15. Megger

2. Ohm meter
Ohm meter digunakan untuk mengetahui atau melakukan test apakah rangkaian sudah
sesuai gambar instalasi listrik atau belum. Caranya yaitu dengan melakukan kalibrasi terlebih
dahulu. Kemudian dengan meletakkan salah satu test led pada kabel yang terhubung
dengan saklar dan test led yang lainnya pada fitting atau socket.

Gambar 2.5.16. Contoh penggunaan ohm meter


3. KWH meter
KWH meter berfungsi sebagai berapa konsumsi daya yang telah digunakan dalam satuan
kilometer perjam.

Gambar 2.5.17. KWH meter


BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

A. Lokasi dan Waktu


Lokasi : Laboratorium Teknik Konversi Energi, Politeknik Negeri Jakarta
Waktu : Praktikum ini dilaksanakan secara bertahap, dimulai dari awal semester
hingga minggu ke-8 masa perkuliahan

B. Alat yang Dibutuhkan


No. Nama Alat Jumlah
1. Junction box 5
2. Elbow 4
3. Pipa PVC 5/8 3 meter
4. Socket 2
5. Socket AC 1
6. Fitting lampu 4
7. Klem pipa 26
8. Klem kabel 15
9. Saklar tunggal 3
10. Saklar seri 1
11. Saklar dua arah 2
12. Lampu 60 watt ; 25 watt 5;2
13. Stop kontak 2
14. Kwh Meter 1
15. Stopwatch 1
16. Avometer 1
17. Megger 1
18. MCB 6 A dan 2A 1
19. MCB 4 A 2
20. Kotak MCB 1
Kabel NYA line; grounding;
21. 5 meter
netral
22. Kabel NYM 5 meter
23. Obeng (+) ; (-) 1
24. Tang kupas 1
25. Tang potong 1
26. Tang bulat 1
27. Palu 1
28. Sekrup 60

C. Gambar Rangkaian

Gambar 3.1 diagram kotak


Gambar 3.2 diagram pengawatan

Gambar 3.3 diagram lokasi (single line)


Gambar 3.4 diagram distribusi daya

Gambar 3.5 diagram instalasi


Tabel Keterangan Pada Gambar 3.5

No Equipment Specification Unit Qty Per Exercise Qty Total


1-2 3 4
1. Junction Box pcs - 5 - 5
2. Socket pcs - 2 - 2
3. Saklar Dua Arah pcs - 2 - 2
4. Lampu 60 W + dudukan pcs - 3 - 3
5. Lampu 25 W + dudukan pcs - 1 - 1
6. Socket AC pcs - 1 - 1
7. Kabel NYM 2 x 1.5 m - 1.6 - 1.6
8. Kabel NYM 3 x 1.5 m - 1.05 - 1.05
9. Kabel NYM 3 x 2.5 m - 0.6 - 0.6
10. Kabel NYA 2.5 L m - 16.1 - 16.1
Kabel NYA 2.5 N m - 4.0 - 4.0
Kabel NYA m - 4.0 - 4.0
11. Bush Bar PE pcs - 1 - 1
12. Bush Bar N pcs - 1 - 1
13. ELC B In 25 A, IΔn 30 mA pcs - 1 - 1
14. MCB 6 A 1 Ø pcs - 1 - 1
15. MCB 4 A 1 Ø pcs - 1 - 1
16. MCB 2 A 1 Ø pcs - 2 - 2
17. Saklar Tunggal pcs - 2 - 2
18. Saklar Seri pcs - 1 - 1
19. MCB 16 A 1 Ø pcs - 1 - 1
20. Pipa PVC 5/8” m - 5.3 - 5.3
21. MCB 10 A 3 Ø pcs - 2 2
22. MCB 16 A 3 Ø pcs - - 3 3
23. MCB 50 A 3 Ø pcs - - 1 1
24. Terminal - - - - -
25. kWh Meter pcs - 1 - 1

D. Langkah Kerja
1. Pembacaan gambar
Pembacaan gambar ini dilakukan agar perencanaan instalasi yang akan dipasang sesuai
dengan yang diharapkan oleh konsumen. Selain itu juga untuk membantu dalam
pemasangan peralatan pada tempat instalasi yang telah disediakan.

2. Penggambaran pada papan instalasi


Penggambaran pada papan instalasi ini digunakan agar mempermudah dalam
pemasangan bahan instalasi listrik. Dengan menggambar semua simbol – simbol yang
ada pada instalasi secara benar sesuai dengan gambar dan jarak yang terdapat pada
gambar lay out.
3. Pemasangan bahan instalasi listrik
Dengan melihat lay out gambar, letak bahan instalasi sesuai dengan ukurannya pada
papan. Kemudian setelah semua simbol peralatan digambar pada papan, terlebih dahulu
dipasang junction box lalu diikuti dengan memasang fitting lampu , saklar dan pipa PVC.

4. Pemasangan kabel
Setelah semua bahan instalasi dipasang pada papan, langkah selanjutnya adalah
pemasangan kabel. Kabel yang digunakan dalam instalasi ini adalah kabel netral, line dan
grounding. Untuk pemasangan kabel ini agar tidak terjadi kekeliruan pada saat
penggunaan, terlebih dahulu dilihat gambar lay out, masukkan kabel dalam pipa yang
menghubungkan ke semua peralatan tersebut sesuai pada lay out. Pasang kabel
tersebut pada semua bahan instalasi listrik tersebut, baik itu fitting, juga saklar.

5. Menghubungkan kabel ke bahan instalasi


Ujung – ujung kabel yang telah terpasang ke fitting dan saklar berada pada junction box
untuk dirangkai atau dihubungkan satu dengan yang lainnya sesuai dengan jenis
kabelnya, netral dengan netral, line dengan line, grounding dengan grounding. Untuk
pemasangan kabel ini sesuai dengan gambar yang ada. Dengan melihat gambar
pengawatannya rangkaian sesuai dengan fungsi peralatan yang ada pada lay out. Setelah
semua kabel terhubung maka pasang kabel grounding dan kabel netral ke bush bar yang
berbeda.

6. Test ohm meter


Test ohm meter adalah untuk pengecekan apakah rangkaian dan pemasangan kabel
sudah benar dan sesuai lay out atau belum. Cara untuk melakukan test ohm meter
adalah dengan melakukan kalibrasi terlebih dahulu pada ohm meter. Langkah
selanjutnya adalah menempelkan salah satu leds pada kabel yang berada di stop kontak

7. Test megger
Test Megger dilakukan untuk pengetesan isolasi rangkaian listrik. Caranya, semua
sambungan atau cabang yang terhubung dengan fitting lampu, saklar dan stop kontak
dilepas salah satu kabelnya. Kemudian pengujiannya adalah semua saklar dalam posisi
on atau nyala. Caranya adalah pada setiap grup dilakukan pengetesan antara line dengan
netral, line dengan ground dan netral dengan ground. Hubungkan setiap kebel tersebut
dengan penjepit alat test merger, catat berapa hasil resistansi yang diperoleh. Apabila
hasil resistansi >1000 MΩ berarti ada tahanan yang kurang baik atau bocor.
8. Test beban
Pasang kembali kabel yang telah dilepas pada saat test merger ke peralatan listrik
tersebut kembali. Test beban ini untuk melihat apakah instalasi yang telah kita buat
telah berfungsi sesuai dengan gambar instalasi atau belum. Sebelum dipasang KWH
meter lakukan test dengan memberikan beban pada setiap group, kemudian semuanya
diberi beban sesuai dengan group-nya. Lalu test apakah peralatan sudah berfungsi
dengan baik. Jika pada test penyalaan tidak ada kesalahan maka boleh dipasang KWH
meter. Jika pada test penyalaan ada kesalahaan maka harus diperbaiki terlebih dahulu.

9. Pemasangan KWH meter


Setelah mengetahui bahwa instalasi telah berfungsi dengan baik. Maka langkah
selanjutnya adalah pemasangan KWH meter. Caranya adalah sambungkan kabel yang
bernomor 3 dan 6 pada mini circuit breaker, kabel nomor 3 dihubungkan pada mini
circuit breaker dan nomor 6 dihubungkan pada kabel netral yang ada pada push bar.
Selain 3 dan 6 ada nomor 1 dan 4 pada KWH meter. Kabel nomor 1 dan 4 dihubungkan
langsung pada PLN, kabel nomor 1 pada KWH untuk positif dan nomor 4 untuk negatif.

10. Test KWH meter


Hitung berapa waktu yang dibutuhkan untuk putaran kwh dalam 12 putaran, catat
berapa waktu yang diperoleh.

11. Pembongkaran
Setelah pengetesan dengan KWH meter langkah selanjutnya adalah pembongkaran.
Bongkar semua peralatan listrik dengan urutan kebalikan dari pemasangan. Setelah
dibongkar semua maka laporkan pada petugas bahwa instalasi telah dibongkar dan
mereka akan memeriksa apakah ada kerusakan pada peralatan dan bahan yang
digunakan.
BAB IV
DATA DAN ANALISA

4.1. Ohm Meter


Tabel 4.1.1. Form ohm meter
Saklar
Kelompok Stop Kontak Saklar Tukar Saklar Seri Lampu
Tunggal
I √ √ √
II √ √ √ √
III √ (AC)
√ = Nyala atau berfungsi dengan baik

Pengetesan ohm meter dilakukan untuk mengetahui apakah stop kontak, saklar, dan lampu
berfungsi dengan baik. Apabila jarum ohm meter menuju nol maka stop kontak, saklar, dan
lampu berfungsi dengan baik. Dari pengetesan ohm meter yang telah dilakukan didapat
pada Kelompok I stop kontak, saklar tukar, dan lampu berfungsi dengan baik (menyala).
Pada Kelompok II Stop kontak, saklar tunggal, saklar seri, dan lampu berfungsi dengan baik
(menyala). Pada Kelompok III Stop kontak (AC) berfungsi dengan baik (menyala). Maka
dalam pengetesan menggunakan ohm meter ini hasil test menunjukkan semua rangkaian
bekerja dengan baik dan benar sesuai gambar instalasi listrik.

4.2. Uji Isolasi (magger)


Tabel 4.2.1. Form uji isolasi
Kelompok Beban Arus Tahanan Isolasi
L1-N >1000 MΩ
1 L1-PE >1000 MΩ
N-PE >1000 MΩ
L2-N >1000 MΩ
2 L2-PE >1000 MΩ
N-PE >1000 MΩ
L3-N >1000 MΩ
3 L3-PE >1000 MΩ
N-PE >1000 MΩ
Pengujian magger dilakukan untuk mengetahui tahanan isolasi pada setiap kelompok
beban berfungsi baik (aman) atau tidak (kebocoran). Dari uji magger yang telah
dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:

- Kelompok I, hubungan antara L1 – N, L1 – PE, N - PE didapatkan hasil tahanan


isolasi sebesar >1000MΩ. Hal ini membuktikan bahwa pada kelompok I, tidak terjadi
kebocoran. Sehingga, tahanan isolasi pada kelompok I berfungsi dengan baik
(aman).

- Kelompok II, hubungan antara L2 – N, L2 – PE, N - PE didapatkan hasil tahanan


isolasi sebesar >1000MΩ. Hal ini membuktikan bahwa pada kelompok II, tidak
terjadi kebocoran. Sehingga, tahanan isolasi pada kelompok II berfungsi baik
(aman).

- Kelompok III, hubungan antara L3 – N, L3 – PE, N - PE didapatkan hasil tahanan


isolasi sebesar >1000MΩ. Hal ini membuktikan bahwa pada kelompok III, tidak
terjadi kebocoran. Sehingga, tahanan isolasi pada kelompok III berfungsi baik
(aman).
4.3. Test beban
Kelompok beban Nama komponen Keterangan
Stop kontak √
Saklar tukar (A) √
1
Lampu pijar (A) √
Saklar tunggal (B) √
Stop kontak (B) √
Saklar seri (C) √
Lampu pijar (C) √
2 Saklar tunggal (D) √
Lampu pijar (D) √
3 Socket AC √
√=kondisi komponen peralatan instalasi listrik bagus
Tabel 4.3.1. Form test beban

Pada pengetesan selanjutnya yaitu test beban. Beban dihubungkan dengan sumber.
Kita lihat apakah komponen – komponen yang ada pada rangkaian berfungsi dengan
baik atau tidak. Apabila semua berfungsi dengan baik maka rangkaian tersebut sudah
sesuai dengan rangkaian yang ada di jobsheet. Dalam pengecekan test beban pada
rangkaian instalasi kami, semua komponen berfungsi dengan baik.
4.4. Test KWH meter

Total daya 700 W = 0,7 KW


Selama 20 putaran ditempuh selama 3'01'' = 181 detik
 Secara teori
20 putaran
KWH = x 1 KWh=0,0222 KWh
900 putaran

 Secara praktek :
10 putaran 3600 detik x 20 putaran
Daya pada beban= x 1000=441,988 Watt
1200 putaran 181 detik x 900 putaran

181
P=W x t  475 Watt = 0,475 KW t= =0,05027 jam
3600
= 0,475 x 0,05027
= 0,02387 KWh

0,02387−0,0222
% kesalahan= x 100 %=7,5 %
0,0222

Berdasarkan perhitungan secara praktik lebih besar daripada perhitungan secara teori.
Sehingga mengacu pada data yang didapat dan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari,
konsumen dirugikan dalam hal ini sedangkan pihak PLN diuntungkan. Hal tersebut dapat
terjadi karena nilai yang didapat saat praktik lebih besar dibandingkan dengan teorinya.

Namun, dari hasil perhitungan daya secara teori yang sedikit berbeda dengan hasil praktik.
Daya praktikum kami menghasilkan selisih yang dapat dikatakan sedikit, terdapat beberapa
alasan dari permasalahan tersebut, diantaranya:
- Kemungkinan pada saat menghitung waktu yang dibutuhkan dalam 20 putaran,
kami kurang tepat menekan tombol start pada stopwatch dengan putaran pada
kWh meter, sehingga terjadi selisih perbedaan teori dan praktik.
- Banyaknya isolasi yang menghubungkan antar-kabel yang telah disambung dapat
mempengaruhi nilai hambatan kabel pada rangkaian listrik ini.
4.5. Lampiran
Gambar 1. Sebelum menyambung kabel

Gambar 2. Hasil akhir


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat kami simpulkan bahwa instalasi
listrik tidak hanya memasang dan menyambung kabel, melainkan harus
memperhatikan efisiensi biaya yang dikeluarkan dan juga faktor keamanan yang ada
pada instalasi listrik tersebut.
Untuk faktor kemanan itu sendiri perlu dilakukan beberapa pengujian
diantaranya uji ohm meter, uji isolasi (megger), test kwh meter dan test beban. Perlu
diperhatikan pula dalam penyambungan kabel dan pastikan kabel saling melilit satu
sama lain serta berikan tahanan atau isolasi pada kabel demi mencegah terjadinya
hubungan singkat.
Dalam pengetesan ohm meter bertujuan untuk mengetahui apakah stop
kontak, saklar, dan lampu berfungsi dengan baik atau tidak.
Kemudian uji isolasi (magger), uji magger ini untuk mengetahui tahanan
isolasi pada setiap kelompok beban berfungsi baik (aman) atau tidak (kebocoran)
agar menghindari dari terjadinya hubung singkat.
Lalu pengujian KWh meter, pengetesan ini untuk mengetahui perbandingan
daya secara teori maupun praktek dengan cara menghitung berapa lama waktu yang
ditempuh dalam 20 putaran. Disini kami mendapatkan perhitungan daya secara teori
sebesar 0,0222 Kwh dan secara praktik sebesar 0,02387 Kwh dengan kesalahan
sebesar 7,5 %. Selisih tersebut sangat kecil karena dipengaruhi beberap faktor
antaranya ketepatan penekanan pada stopwatch dan mungkin isolasi yang buruk
sehingga mempengaruhi nilai hambatannya.
Test beban, pada test beban ini untuk mengetahui apakah komponen-
komponen peralatan listrik berfungsi dengan baik atau tidak. Jika berfungsi dengan
baik maka instalasi yang telah dilakukan sesuai dengan jobsheet yang diberikan.

5.2. Saran
1. Lakukan praktek sesuai prosedur yang ada.
2. Perhatikan hal-hal kecil, utamakan keselamatan kerja.
3. Pastikan alat yang digunakan berfungsi dengan baik.
4. Jaga dan rawat peralatan yang digunakan.
5. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya.
6. Rapihkan alat setelah digunakan
7. Tanyakan pada pembimbing apabila mendapat kesulitan dalam praktek.
8. Bekerjasamalah dengan baik agar proses pemasangan instalasi berjalan dengan
cepat dan lancar.

Anda mungkin juga menyukai