Disusun oleh:
PUIL 2000 adalah singkatan dari Persyaratan Umum Instalasi Listrik Indonesia
tahun 2000. Puil 2000 terbitan ke-4 yang juga merupakan penyempurnaan dari
PUIL sebelumnya yaitu: PUIL 1964, PUIL 1977, PUIL 1987. Sebelumnya PUIL
merupakan kepanjanngan dari kata Peraturan Umum Instalasi Listrik. Pada
terbitan ke-4, kata peraturan dirubah menjadi persyaratan terkait kewajiban
untuk mematuhi dan sanksinya. Peraturan dalam PUIL 2000, berlaku untuk
semua instalasi arus kuat, baik mengenai perencanaan, pemasangan,
pemeriksaan dan pengujian, pelayanan, pemeliharaan maupun pengawasannya.
2.1.2. Peraturan Lainnya
Dalam pelaksanaan peraturan PUIL 2000 juga harus diperhatikan peraturan lain
yang berkaitan dengan instalsai listrik agar tercapai Keamanan, Keandalan,
Kemudahan, Ketersediaan, Keindahan, Ekonomis. Peraturan lainnya yakni:
1. UU No.13 Th 2003 tentang ketenagalerjaan.
2. SK DIrjen Binawas No.311/2002 (Teknisi Listrik)
3. Keputusan Mentri Tenaga Kerja RI No Kep 75/Men/2002 tentang
pemberlakuan ajib PUIL 2000
4. PP No. 3 Th 2005 tentang Keselamatan Ketenagalistrikan
5. Peraturan lain yang tidak bertentangan dengan PUIL
4. Tang buaya
Tang buaya berfungsi untuk membuat mata itik. Disebut tang buaya karena
bentuknya seperti mulut buaya.
5. Tang kombinasi
Tang kombinasi berfungsi untuk memotong kabel juga untuk melilit kabel.
6. Palu
Palu digunakan untuk memukul. Pada instalasi listrik palu digunakan untuk
memukul paku pada klem kabel.
7. Meteran
Meteran berfungsi untuk mengukur panjang. Selain meteran juga dapat
digunakan mistar.
2. L-bow
L-bow berfungsi untuk menghubungkan pipa yang satu dengan pipa yang lain
yang berbentuk sudut 900. Disebut L-bow karena bentuknya menyerupai huruf L.
3. Klem
Ada dua klem yang digunakan yaitu klem pipa dan klem kabel. Klem pipa
berfungsi untuk menempelkan dan memperkokoh pipa agar tidak bergeser dari
tempatnya. Klem kabel berfungsi untuk menempelkan kabel agar tidak bergeser
dari kedudukannya.
4. Stop Kontak
Stopkontak berfungsi sebagai penyalur daya ke peralatan rumah. Stopkontak
terbagi menjadi dua yaitu stopkontak biasa dan stopkontak AC (dengan ground).
5. Saklar
Saklar dalam praktikum ini terdiri dari 3 macam, yaitu saklar tunggal, saklar seri
dan saklar dua arah. Umumnya fungsi saklar adalah untuk memutuskan dan
menyambungkan aliran listrik. Fungsi saklar tunggal adalah hanya untuk
memutuskan juga menyambungkan aliran listrik dan hanya terdapat 1 tombol.
Fungsi saklar seri sama seperti saklar tunggal hanya saja saklar seri memiliki 2
tombol. Fungsi khusus dari saklar dua arah yaitu dapat memutus dan
menyambungkan aliran listrik dari tempat yang berbeda yang saling terhubung.
7. Pipa PVC
Pipa PVC digunakan sebagai pelindung untuk kabel NYA
8. Fiiting
Fitting adalah tempat kedudukan untuk lampu, fungsinya sebagai tempat kedudukan lampu.
2. Ohm meter
Ohm meter digunakan untuk mengetahui atau melakukan test apakah rangkaian sudah
sesuai gambar instalasi listrik atau belum. Caranya yaitu dengan melakukan kalibrasi terlebih
dahulu. Kemudian dengan meletakkan salah satu test led pada kabel yang terhubung
dengan saklar dan test led yang lainnya pada fitting atau socket.
C. Gambar Rangkaian
D. Langkah Kerja
1. Pembacaan gambar
Pembacaan gambar ini dilakukan agar perencanaan instalasi yang akan dipasang sesuai
dengan yang diharapkan oleh konsumen. Selain itu juga untuk membantu dalam
pemasangan peralatan pada tempat instalasi yang telah disediakan.
4. Pemasangan kabel
Setelah semua bahan instalasi dipasang pada papan, langkah selanjutnya adalah
pemasangan kabel. Kabel yang digunakan dalam instalasi ini adalah kabel netral, line dan
grounding. Untuk pemasangan kabel ini agar tidak terjadi kekeliruan pada saat
penggunaan, terlebih dahulu dilihat gambar lay out, masukkan kabel dalam pipa yang
menghubungkan ke semua peralatan tersebut sesuai pada lay out. Pasang kabel
tersebut pada semua bahan instalasi listrik tersebut, baik itu fitting, juga saklar.
7. Test megger
Test Megger dilakukan untuk pengetesan isolasi rangkaian listrik. Caranya, semua
sambungan atau cabang yang terhubung dengan fitting lampu, saklar dan stop kontak
dilepas salah satu kabelnya. Kemudian pengujiannya adalah semua saklar dalam posisi
on atau nyala. Caranya adalah pada setiap grup dilakukan pengetesan antara line dengan
netral, line dengan ground dan netral dengan ground. Hubungkan setiap kebel tersebut
dengan penjepit alat test merger, catat berapa hasil resistansi yang diperoleh. Apabila
hasil resistansi >1000 MΩ berarti ada tahanan yang kurang baik atau bocor.
8. Test beban
Pasang kembali kabel yang telah dilepas pada saat test merger ke peralatan listrik
tersebut kembali. Test beban ini untuk melihat apakah instalasi yang telah kita buat
telah berfungsi sesuai dengan gambar instalasi atau belum. Sebelum dipasang KWH
meter lakukan test dengan memberikan beban pada setiap group, kemudian semuanya
diberi beban sesuai dengan group-nya. Lalu test apakah peralatan sudah berfungsi
dengan baik. Jika pada test penyalaan tidak ada kesalahan maka boleh dipasang KWH
meter. Jika pada test penyalaan ada kesalahaan maka harus diperbaiki terlebih dahulu.
11. Pembongkaran
Setelah pengetesan dengan KWH meter langkah selanjutnya adalah pembongkaran.
Bongkar semua peralatan listrik dengan urutan kebalikan dari pemasangan. Setelah
dibongkar semua maka laporkan pada petugas bahwa instalasi telah dibongkar dan
mereka akan memeriksa apakah ada kerusakan pada peralatan dan bahan yang
digunakan.
BAB IV
DATA DAN ANALISA
Pengetesan ohm meter dilakukan untuk mengetahui apakah stop kontak, saklar, dan lampu
berfungsi dengan baik. Apabila jarum ohm meter menuju nol maka stop kontak, saklar, dan
lampu berfungsi dengan baik. Dari pengetesan ohm meter yang telah dilakukan didapat
pada Kelompok I stop kontak, saklar tukar, dan lampu berfungsi dengan baik (menyala).
Pada Kelompok II Stop kontak, saklar tunggal, saklar seri, dan lampu berfungsi dengan baik
(menyala). Pada Kelompok III Stop kontak (AC) berfungsi dengan baik (menyala). Maka
dalam pengetesan menggunakan ohm meter ini hasil test menunjukkan semua rangkaian
bekerja dengan baik dan benar sesuai gambar instalasi listrik.
Pada pengetesan selanjutnya yaitu test beban. Beban dihubungkan dengan sumber.
Kita lihat apakah komponen – komponen yang ada pada rangkaian berfungsi dengan
baik atau tidak. Apabila semua berfungsi dengan baik maka rangkaian tersebut sudah
sesuai dengan rangkaian yang ada di jobsheet. Dalam pengecekan test beban pada
rangkaian instalasi kami, semua komponen berfungsi dengan baik.
4.4. Test KWH meter
Secara praktek :
10 putaran 3600 detik x 20 putaran
Daya pada beban= x 1000=441,988 Watt
1200 putaran 181 detik x 900 putaran
181
P=W x t 475 Watt = 0,475 KW t= =0,05027 jam
3600
= 0,475 x 0,05027
= 0,02387 KWh
0,02387−0,0222
% kesalahan= x 100 %=7,5 %
0,0222
Berdasarkan perhitungan secara praktik lebih besar daripada perhitungan secara teori.
Sehingga mengacu pada data yang didapat dan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari,
konsumen dirugikan dalam hal ini sedangkan pihak PLN diuntungkan. Hal tersebut dapat
terjadi karena nilai yang didapat saat praktik lebih besar dibandingkan dengan teorinya.
Namun, dari hasil perhitungan daya secara teori yang sedikit berbeda dengan hasil praktik.
Daya praktikum kami menghasilkan selisih yang dapat dikatakan sedikit, terdapat beberapa
alasan dari permasalahan tersebut, diantaranya:
- Kemungkinan pada saat menghitung waktu yang dibutuhkan dalam 20 putaran,
kami kurang tepat menekan tombol start pada stopwatch dengan putaran pada
kWh meter, sehingga terjadi selisih perbedaan teori dan praktik.
- Banyaknya isolasi yang menghubungkan antar-kabel yang telah disambung dapat
mempengaruhi nilai hambatan kabel pada rangkaian listrik ini.
4.5. Lampiran
Gambar 1. Sebelum menyambung kabel
5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat kami simpulkan bahwa instalasi
listrik tidak hanya memasang dan menyambung kabel, melainkan harus
memperhatikan efisiensi biaya yang dikeluarkan dan juga faktor keamanan yang ada
pada instalasi listrik tersebut.
Untuk faktor kemanan itu sendiri perlu dilakukan beberapa pengujian
diantaranya uji ohm meter, uji isolasi (megger), test kwh meter dan test beban. Perlu
diperhatikan pula dalam penyambungan kabel dan pastikan kabel saling melilit satu
sama lain serta berikan tahanan atau isolasi pada kabel demi mencegah terjadinya
hubungan singkat.
Dalam pengetesan ohm meter bertujuan untuk mengetahui apakah stop
kontak, saklar, dan lampu berfungsi dengan baik atau tidak.
Kemudian uji isolasi (magger), uji magger ini untuk mengetahui tahanan
isolasi pada setiap kelompok beban berfungsi baik (aman) atau tidak (kebocoran)
agar menghindari dari terjadinya hubung singkat.
Lalu pengujian KWh meter, pengetesan ini untuk mengetahui perbandingan
daya secara teori maupun praktek dengan cara menghitung berapa lama waktu yang
ditempuh dalam 20 putaran. Disini kami mendapatkan perhitungan daya secara teori
sebesar 0,0222 Kwh dan secara praktik sebesar 0,02387 Kwh dengan kesalahan
sebesar 7,5 %. Selisih tersebut sangat kecil karena dipengaruhi beberap faktor
antaranya ketepatan penekanan pada stopwatch dan mungkin isolasi yang buruk
sehingga mempengaruhi nilai hambatannya.
Test beban, pada test beban ini untuk mengetahui apakah komponen-
komponen peralatan listrik berfungsi dengan baik atau tidak. Jika berfungsi dengan
baik maka instalasi yang telah dilakukan sesuai dengan jobsheet yang diberikan.
5.2. Saran
1. Lakukan praktek sesuai prosedur yang ada.
2. Perhatikan hal-hal kecil, utamakan keselamatan kerja.
3. Pastikan alat yang digunakan berfungsi dengan baik.
4. Jaga dan rawat peralatan yang digunakan.
5. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya.
6. Rapihkan alat setelah digunakan
7. Tanyakan pada pembimbing apabila mendapat kesulitan dalam praktek.
8. Bekerjasamalah dengan baik agar proses pemasangan instalasi berjalan dengan
cepat dan lancar.