Peningkatan Kompetensi Perawat Dalam Pelayanan Kesehatan Melalui Metode Mentorship
Peningkatan Kompetensi Perawat Dalam Pelayanan Kesehatan Melalui Metode Mentorship
DISUSUN OLEH:
Proses mentoring ini juga digunakan sebagai program untuk membangun sikap
kerja yang positif, mempertahankan staf dan dapat memberi inspirasi bagi perawat pemula
untuk mencapai potensi penuh sebagai pemberi layanan kesehatan (Yanto, 2016). Proses
mentorship juga merupakan salah satu metode rekrutmen bagi staf. Pemberian layanan
informasi tentang klinik dan praktik klinis dapat di pahami dan dimengerti oleh perawat
pemula. Proses mentorship ini melibatkan antara mentor dan meente sehingga terjadi
diskusi antara kedua pihak (Hasibuan, dkk, 2018). Pernyataan ini didukung dengan
latarberlakang penelitian Huriani dan Malini (2008) yang mengatakan bahwa mentorship
adalah proses bertemunya dua orang yang saling memberikan ruang untuk berdiskusi,
dengan menyampaikan kritik yang membangunan yang didasarkan pada kepercayaan dan
menghasilkan refleksi, kegiatan dan tugas yang didasarkan para rasa keterbukaan dan
kepercayaan. Pada hal ini seorang mente mampu meningkat kemampuan meente dan
menjadi percaya diri dalam melakukan tugasnya sebagai perawat yang berkualitas.
Huriani dan Malini (2008) juga memberikan pernyataan apakah dengan kegiatan
mentorship ini akan membantu perawat dalam meningkatkan kompentensi yang
dimilikinya? Dalam penelitiannya Dermawan (2012) mendukung pernyataan terebut
dengan mengatakan bahwa ini akan membantu seorang perawat dalam meningkatkan
kompetensinya dalam memberikan pelayanan, karena dalam proses mentorship ini
melibatkan seorang mentor yang usia nya lebih tua, bijaksana, dan memliki pengalaman
yang akan membantu memandu peserta mentorship untuk mengembangkan potensi dan
bakat yang ada didalam dirinya. Proses ini juga tidak hanya berfokus pada pemberian
nasihat, namun memberikan kesempatan untuk saling mendengarkan, berdiskusi, dan
berpendapat secara positif sehingga perawat yang belum memiliki pengalaman bisa
mendapatkan pengalaman dari hasil diskusi tersebut.Dari beberapa hal tersebut diatas,
perawat sebagai aset penting dalam pelayanan kesehatan harus mampu meningkatkan
segala potensi yang dimilikinya untuk dapat memberikan pelayanan berkualitas. Sering kali
pemahaman terhadap peningkatan kompetensi tersebut adalah pengembangan koognitif
perawat. Sebuah kemampuan koognitif yang dikembangkan dengan baik harus berbanding
lurus dan seimbangan dengan kemampuan mengontrol emosi, peningkatan kepercayaan diri
perawat tersebut, dan kreativitas yang tidak terbatas. Maka dalam hal ini proses
pembelajaran untuk peningkatan kompetensi yang berkualitas perawat perlu melakukan
proses mentorship untuk mematangkan segala potensi yang dimiliki agar bisa di
kembangkan dan berdampak positi bagi kualitas pelayanan.
Tujuan Penelitian
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian Hasibuan (2018) memperoleh dua tema yaitu para
partisipan mendapatkan harapan dalam pelaksanaan mentorship dan kendala dalam
mengahadapi mentorship. Dua tema yang didapatkan ini diuraikan dengan menggunakan
jadwal dan waktu yang khusus partisipan mengharapkan adanya reward (penghargaan)
serta standart dan waktu yang khusus, karena proses mentorship bersifat informal jika tidak
diberikan jadwal dan waktu khusus maka perawat akan merasa bimbingan tersebut kurang
maksimal. Jenis penghargaan yang diharapkan oleh partisipan bukan dalam bentuk hal
finansial namun dalam bentuk piagam ataupun bentuk pengakuan dari instansi rumah sakit.
Selain itu pemberi arahan atau seorang mentor haruslah memiliki pengalaman yang lebih
baik dalam proses keperawatan dan memiliki standart khusus agar proses mentorship dapat
menghasilkan perawat yang memiliki standart dan kualitas yang terbaik. Dalam hasil
penelitiannya Hasibuan, et al. (2018) mendapatkan kendala dalam melakukan mentorship
yaitu beban kerja, kesadaran dan usia partisipan. Beban kerja yang yang dimaksudkan
dalam hal ini adalahnya adanya perbedaan gaji yang didapatkan antara perawat yang sudah
PNS dan perawat yang masih honorer berbeda sedangkan beban kerja yang dilaksanakan
dilapangan sama, hal ini juga disebabkan adanya kelelahan antara perawat sehingga untuk
pencapaian kompetensi yang diharapkan tidak sesuai. Hasil penelitian ini didukung dengan
pernyataan Hariyati (2014) batas kelelahan perawat akan mengakibatkan kurang kehati-
hatian perawat dalam melaksanakan pekerjaannya. Kemudian kendala waktu yang begitu
padat menyebabkan perawat kurang maksimal dalam melaksanakan mentorship.
Houghty dan Yakobus (2015) dalam hasi penelitiannya mengatakan bahwa adanya
peningkatan pengetahuandalam pembelajaran dengan jumlah mentor 38 orang dan jumlah
mentee 208 orang. Dan kemudian pada hasil selanjutnya sebanyak 29 mentor dan 165
mentee dengan presepsi yang sama mengatakan bahwa setuju untuk saling memberikan
dampak positif terhadap teman yang lainnya. Kemudian hasil penelitian selanjutnya
menunjukkan 28 orang mentor dan 193 mentee mengungkapkan bahwa dengan saling
berhubungan antara mentor dan mentee satu sama lain akan meningkatkan kemampuan
berkomunikasi. Hasil penelitian ini didukung dengan pernyataan Kuntoro (2017) bahwa
manusia adalah makhluk sosial dengan segala kelemahannya dan tidak akan lepas dari
bantuan orang lain, sehingga manusia sudah seharusnya memiliki rasa solidaritas untuk
memperoleh suatu tujuan. Sehingga pada penelitian tersebut dapat kita simpulakn bahwa
adanya dampak positif untuk saling membantu rekan kerja setelah mendapatkan proses
pelatihan mentorship.
Ada 4 tahapan proses mentorship yang pertama adalah “I do you watch” dimana
proses tahapan ini seorang mentor akan memberikan contoh terhadap seorang mentee untuk
dapat diikuti oleh seorang mentee. Tahapan kedua proses mentorship adalah “I do you
help” pada tahapan ini seorang mentor akan melakukan sesuatu kegiatan dan mengajak
mentee untuk melakukan kegiatan tersebut dengan cara membantu mentor melakukan suatu
kegiatan tersebut. Dalam tahapan ini seorang mentee secara tidak langsung sudah terlibat
daam proses pembelajaran dan dapat merasakan prosesnya lebih dalam. Proses tahapan
yang ketiga adalah “You do I help” dimana seorang mentee akan melakukan suatu tindakan
yang sudah di pelajari sebelumnya dengan bantuan pengarahan dari mentor agar seorang
mentee tetap berada dalam jalur pembelajaran yang benar. Pada tahapan yang terakhir
proses “You do I watch” seorang mentee akan melakukan suatu tindakan dan mentor akan
menilai dan mengamati tindakan seorang mentee. Pada tahapan ini juga seorang mentor
sudah yakin pada kapasitas dan kompetensi calon pemimpin yang sudah di berikan arahan
dan bimbingan selama ini (Dermawan, 2012).
Berdasarkan hasil penelitiaan Setyaningsih et al (2016) bahwa usia juga
mempengaruhi seorang perawat bisa menjadi mentor, karena semakin dewasa usia
seseorang maka semakin matang pula pemikiran dan akan lebih berorientasi pada
kemampuan bertanggung jawab dalam pekerjaan yang mereka miliki. Namun pada hasil
penelitian Hasibuan et al. (2018) bahwa sub tema usia justu menjadi kendala bagi seorang
peserta mentorship karena ketika sudah diberikan arahan dan bimbingan makan seorang
mentee menjadi lupa tentang apa yang sudah di pelajari maka mentor harus
mengingatkanya dua kali. Hal ini didukung dengan pernyataan Notoatmojo (2012) dalam
Hasibuan et al. (2018) bahwa usia akan mempengaruhi kemampuan mengingat seseorang.
Dari penjelasan tersebut diatas dapat di simpulakan bahwa proses mentorship sangat
membantu seorang perawat dalam meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. Proses
mentorship tidak hanya membantu penilaian yang berfokus pada pencapaian tindakan
keperawatan saja, sedangkan kompetensi menyeluruh dalam memberikan asuhan
keperawatan secara komperhesif sering terabaikan (Huriani dan Malini, 2008). Proses
mentorship ini juga membangun kepercayaan diri seorang perawat dalam melakukan suatu
tindakan asuhan keperawatan. Pada proses ini seorang mentor akan membangun hubungan
yang terapeutik antara perawat dan anggota tim layanan kesehatan yang lain dalam bentuk
kolaborasi sehingga seorang mampu memberikan ide dan pendapat tentang pemecahan
maslah pasien dengan melakukan komunikasi efektif didalam tim pelayanan kesehatan.
Proses mentorship bisa menjadi alternatif seorang perawat untuk meningkatkan
kemampuan koognitifnya serta meningkatkan kepercayaan didalam dirinya. Tanpa kedua
hal tersebut maka seorang perawat akan menjadi monoton dengan instruksi – instruksi
kolaboratif tanpa mengembangkan ilmu yang dimilikinya.
Proses mentorship ini diharapkan bisa menjadi salah satu wadah bagi peningkatan
kompentensi perawat. Perawat diharapkan lebih termotivasi dan saling memberikan
dampak positif satu dengan yang lain setelah melaksanakan program ini. Setelah program
ini terlaksanakan diharapakan perawat mampu meningkatan kepercayaan diri dalam bekerja
secara tim kolaborasi. Dan proses mentorship ini dapat memberikan pengendalian mutu
rumah sakit terhadap sikap perawat dalam memprioritaskan keselamatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Bach, S., & Grant, A. (2018). Komunikasi dan Keterampilan Interpersonal dalam
Keperawatan. (Munash Fauzie Anwar dan Purindasari, Penerjemah). Yogyakarta:
Andi.
Hasibuan, E.K., Nurmaini, & Sri Eka, W. (2018). Pelaksanaan Mentorship Oleh Perawat
Penyakit Jantung Terpadu Di RSUP H. Adam Malik Medan, Vol.1, No.2. Diakses
dari http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Keperawatan/article/view/429
Houghty, G.S., & Yakobus, S. (2015). Presepsi Mentor Dan Mentee Tentang Program
Mentorship, Vol. 1, No.2, ISSN: 2443 – 0935, E-ISSN: 2443 – 1699. Diakses dari
https://www.neliti.com/publications/130382/persepsi-mentor-dan-mentee-tentang-
program-mentorship
Huriani, E., & Malini, H. (2006). Mentorship Sebagai Suatu Inovasi Metode Bimbingan
Klinik Dalam Keperawatan. Diakses dari http://repository.unand.ac.id/5193/
Nurmalia, D., & Dhinamita, N. (2016). Fungsi manajemen keperawatan dalam aplikasi
mentoring budaya keselamatan, Vol.1, No.3. Diakses dari
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/mmm/article/view/2614
Saputra, A.S., Yulastri, A., & Vetty, P. (2019). Mentoring Kepala Ruangan Meningkatkan
Kepatuhan Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan, Vol. 3, No.2,
doi: https://doi.org/10.36729/jam.v3i2.171. Diakses dari http://jurnal.stikes-
aisyiyah-palembang.ac.id/index.php/JAM/article/view/171
Setiyaningsih, M.M., Felisitas., & Maria, P.P. (2016). Pengaruh Mentorship Perawat
Terhadap Kemampuan Caring Mahasiswa, Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol.4, No.2.
Diakses dari https://ejurnaladhkdr.com/index.php/jik/article/view/90
Simamora, R.H. (2013). Upaya Pembinaan Perawat di Rumah sakit Ngesti Waluyo Parakan
Temanggung Jawa Tengah. Jurnal keperawatan soedirman, Vol. 8, No.2. Diakses
dari http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/482/249
Sudarta, W., Rosyidi, I., & Susilo, E. (2019). Manajemen Keperawatan: Teori dan Aplikasi
Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Sulistiyani & Anggorowati. (2017). The Role And The Application Of Mentorship For
Nursing Students On Community Learning: Literature Review. Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/60833/
Yanto, A., Andrew, J., & Sri R. (2016). Hubungan Pelaksanaan Mentoring Dengan Tingkat
Stres Kerja Perawat Baru Di SMC RS Telogorejo Semarang. Diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/322699087_The_Relation_Between_The
_Application_of_Mentoring_And_The_Level_Of_Work_Stress_Of_The_New_Gr
aduate_Nurses_In_SMC_Telogorejo_Hospital_Semarang