OPERASIONAL
PROSEDUR
i
1 KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga senantiasa
membimbing kami dalam melaksanakan pekerjaan Pembangunan dan Pengelolaan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Bimbingan Tuhan Yang Maha Esa, kinerja tim perencana serta peran aktif dari pihak-pihak
terkait seperti tim teknis pihak klinik setempat sangat diperlukan untuk mewujudkan
Pembangunan dan Pengelolaan IPAL, Penyusunan Konsep Rancangan, Pra Rancangan,
Pengembangan Rancangan, Rancangan Detail, Proses Pembuatan IPAL dan Standar
Operasional IPAL.
Sebagai tindak lanjut kemajuan (progres) dalam rangka pelaksanaan kegiatan Pembangunan
dan Pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan untuk memenuhi kewajiban
syarat-syarat di kontrak dimana merupakan bagian dari Surat Perjanjian, dengan ini kami
sampaikan Laporan SOP.
Kami berharap Laporan SOP dapat dijadikan sebagai informasi dan panduan dalam pengelolaan
IPAL serta pengelolaan lingkungan dalam pembuangan limbah cair.
Widodo, S.Si, MM
Direktur Utama
i
2 DAFTAR ISI
ii
7.3.1 Faktor Fisik............................................................................................................ 23
7.3.2 Golongan Kimia .................................................................................................... 24
7.3.3 Golongan Biologi .................................................................................................. 24
7.3.4 Golongan mental Psikologi ................................................................................... 24
7.4 Pengendalian risiko bahaya di IPAL ............................................................................ 24
7.4.1 Eliminasi ................................................................................................................ 24
7.4.2 Substitusi ............................................................................................................... 24
7.4.3 Rekayasa / Enginering........................................................................................... 25
7.4.4 Administratif ......................................................................................................... 25
7.4.5 Alat Pelindung Diri (APD) .................................................................................... 25
BAB VIII PENUTUP ............................................................................................................. 27
iii
BAB I
1 PENDAHULUAN
1
BAB II
2 RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN IPAL
Hasil perhitungan kapasitas air limbah didapatkan angka 44.100 liter/hari yang setara
dengan 50 m3/hari. Air limbah yang akan di olah merupakan jenis air limbah grey water yang
mana bersumber dari berbagai sumber kegiatan operasional/ruangan di yang dapat dilihat pada
tabel 2.2 Sedangkan air limbah limbah kategori blackwater dan infectious dari kegiatan cuci
medis, tangan dan alat rumah sakit seperti pembersihan luka, sisa-sisa darah yang terkontaminasi
oleh infectious agents akan ditampung untuk selanjutnya dikerjasamakan dengan pihak ketiga
yang berizin KLHK
Tabel 2.2. Contoh Sumber Air Limbah dan Bahan Pencemar pada Limbah di
No Sumber Limbah Ruangan atau Tempat Bahan pencemar
Material organik, nutrient, padatan
1 Cuci, Kakus Toilet, Wastafel
tersuspensi, dan bakteri pantogen
Rawat inap, rawat jalan, laboratorium,
Klinis (cuci medis, Material solvent organik, air dengan
2 klinik, farmasi, persalinan, gizi,
tangan dan alat), pH asam/basa,
imunisasi, IGD
Material organik, nutrient, padatan
3 Dapur Ruang dapur
tersuspensi, dan minyak / lemak
4 Laundry Ruang laundry air basa (ph 8-10), surfaktan, phospat
Sumber : Data dan Hasil Analisis
Hasil dari tabel 2.2 menunjukkan bahwa kegiatan operasional didominasi dengan
menghasilkan limbah domestik. Air limbah yang berasal dari buangan domestik umumnya
mengandung senyawa pencemar organik yang cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses
pengolahan secara biologis. Air limbah ini berasal dari laboratorium banyak berisi logam berat,
air limbah.
2
2.2 Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah
Sesuai dengan sumber limbah yang terdapat pada tabel 2.2 dan baku mutu air limbah pada
Baku Mutu Limbah Domestik Fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai dengan Permen LHK No:
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016. Maka diperlukan teknologi pengolahan untuk mengolah air
limbah pada yang dapat dilihat pada tabel 2.4 sesuai dengan baku mutu air limbah domestik
yang harus dipenuhi sesuai pada tabel 2.3
Pilihan teknologi pada tabel 2.3 yang didasarkan dari kualitas air limbah sangat sesuai
dengan teknologi yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan RI yaitu teknologi
biofilter anaerob dan aerob, namun seiring tuntutan zaman terhadap hasil kualitas hasil olahan
limbah yang lebih baik, kesehatan keselamatan kerja petugas IPAL serta mempermudah didalam
operasional IPAL, maka sistem struktur bangunan dan perpipaan yang didesain sedemikian dan
dikembangkan menjadi teknologi KANNAI MAS Tech. Teknologi KANNAI MAS Tech sudah
terverifikasi Nomor S.537/SETJEN/SUK/STD.2/4/2021 sebagai teknologi ramah lingkungan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup sehingga pemenuhan terhadap regulasi baku mutu limbah
dan efisien dalam penggunaan sumber daya telah terjamin. Selain itu prosedur dalam pembuatan
IPAL telah dilakukan mengacu pada standar ISO 9001 : 2015, ISO 14001 dan ISO 18001
sehingga menjamin produk yang dikeluarkan memenuhi persyaratan standard nasional maupun
internasional.
3
2.3 Unit Operasi atau Unit Proses
Hasil dari pemilihan teknologi pengolahan air limbah pada tabel 3 maka setiap teknologi
di didesain berdasarkan parameter desain dan jenis pilihan teknologi yang secara rinci dapat
dilihat pada tabel 2.4
Tabel 2.4. Unit Proses/Operasi Teknologi Air Limbah
Unit Proses/
Parameter Desain Pilihan teknologi Tujuan Pengolahan
Unit Operasi
Grease Trap Waktu tinggal Bak Sekat dengan pipa Memisahkan bahan-bahan terapung minyak
dan lemak)
Ekualisasi Waktu tinggal Bak Ekualisasi Menghomogen dan kualitas air limbah dan
Netralisasi Waktu tinggal Bak Netralisasi dengan menetralkan pH
pengadukan hidrolis
Sedimentasi Beban Permukaan, Sedimentasi konvensional Mengendapkan padatan tersuspensi (TSS)
waktu tinggal
Biologi Beban Organik, Biofilter (Anaerob) Menghilangkan larutan organik (BOD,
Anaerob waktu tinggal COD) dan nutrien
Biologi Aerob Beban organik, Aerasi / Biofilter Menghilangkan bahan organik (BOD, COD)
waktu tinggal dan nutrien (amoniak)
Filtrasi Kecepatan filtrasi, Filter bertekanan Menghilangkan partikulat (padatan halus)
ES, UC
Disinfeksi Waktu kontak, CT Ozon dan UV Membunuh bakteri patogen (Total Coliform)
Disinfektan dengan Klorin
Sumber : Hasil Analisis
4
BIODEKSTRAN), pada proses ini akan terjadi penurunan paramater TSS, TDS, Minyak lemak
sehingga akan memudahkan pengolahan pada proses berikutnya.
b. Proses Kimia
Proses kimia dalam sistem IPAL digunakan untuk menetralisir kondisi air material limbah
yang ekstrim masuk ke sistem IPAL, air limbah dari kegiatan laboratorium memiliki pH yang
tinggi > 10 dan rendah pH <5, kandungan logam yang berbahaya, organik yang tinggi, sehingga
diperlukan pengolahan secara kimia dengan menggunakan NaOH, HCl bahan - bahan polutan
menjadi plock agar lebih mudah mengendap dan memudahkan dalam proses berikutnya.
c. Proses Biologi
Proses biologi pada ipal terdiri dari proses
1) Filter Batu Koral dan Karbon/Biolamela (Bio Filter I dan II)
Pengolahan tersebut dimaksudkan untuk menurunkan kandungan bahan - bahan organik
dan anorganik secara fisika (gaya gravitasi) dan kimia karena dilengkapi dengan karbon
aktif yang mempunyai daya absorpsi terhadap bahan – bahan pencemar seperti minyak
lemak, detergent, PO4, NH3, untuk membantu ketahanan karbon aktif dalam melakukan
absorpsi ditambahkan batu koral. Pada tahap proses ini dengan adanya bakteri pengurai
BIODEKSTRAN yang bekerja secara anaerob dapat menyempurnakan dalam proses
penguraian bahan pencemar yang ada sehingga akan memudahkan dalam proses
selanjutnya.
2) Pengolahan Biologis Pada Kolam Aerasi
Dalam perencanaan ini dimaksudkan untuk menurunkan kandungan zat organik dan
anorganik secara biologis dengan menggunakan bakteri (B - DECO3 / Micro Plus)
merupakan bakteri aerobik, dengan bantuan penambahan udara bebas (blower) ini terjadi
pada kolam aerasi, pada proses ini akan terjadi penurunan dan siklus rantai kimia secara
biologi yang amat menyolok sekali untuk parameter BOD, COD, H2S, NH3-N, NO2-N,
NO3-N, PO4, Minyak lemak sehingga akan memudahkan pengolahan pada proses
berikutnya. Proses biologi dalam sistem IPAL diterapkan di dalam proses di kolam
biofilter dan kolam aerasi, yang di dukung oleh bakteri pengurai seperti :
a) Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp.
Kelompok bakteri ini berperan besar dalam proses nitrifikasi yang merubah senyawa-
senyawa nitrogen beracun menjadi bahan-bahan tak beracun. Nitrifikasi terjadi dalam 2
tahap. Perubahan amonia menjadi nitrit oleh Nitrosomonas sp., dilanjutkan dengan
perubahan dari nitrit menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter sp. Kedua jenis bakteri ini
adalah autotrophik, mereka menggunakan CO2 sebagai sumber carbon dan nitrogen
sebagai sumber energi.
b) Cellulomonas sp.
Kelompok bakteri ini adalah aerobik dan dapat melarutkan selulosa dalam lumpur.
c) Aerobacter sp.
Bakteri ini mengubah karbohidrat menjadi asam lemak dan ethanol.
d) Bacillus sp.
Bakteri ini adalah kelompok anaerob fakultatif. Enzim yang dihasilkannya dapat
dimanfaatkan untuk melarutkan protein padat yang tak larut, lemak dan
karbohidrat.Sebagai contoh : Bakteri ini dapat merubah lemak tak larut menjadi glicerol
yang larut dalam air dan asam lemak.
e) Pseudomonas sp.
Sekelompok bakteri anaerob fakultatif. Ia dapat melarutkan bermacam-macam bahan
organik di dalam lumpur.
5
Gambar 2.3. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah
Sumber : PT Kannai Kanaka Persada
6
proses berupa netralisasi dengan penambahan bahan kimia (HCL dan NaOH) untuk
menjaga pH sebisa mungkin netral serta penambahan BioNT 1 dan Bio NT2 dengan
pengadukan secara hidrolis
e. Bak Biofilter 1
Proses selanjutnya air limbah masuk ketahap pengolahan secara biologis pada Bio Filter
Tank 1 yang akan mengalir melalui media sarang tawon dan batu koral. Pada tahap ini
beban organik yang tinggi diharapkan mampu diolah secara anaerob oleh mikroba
(biofilm melekat) sehingga parameter BOD, COD, dan nutrien (nitrogen anorganik) dapat
terdegradasi dan turun kosentrasinya. Air limbah masuk ke media melalui aliran dari
bawah ke atas (upflow).
f. Bak Aerasi
Bak aerasi merupakan pengolahan biologis (attached growth) media sarang tawon secara
aerob. Proses aerasi dilakukan dengan menghembuskan udara melalui difuser dengan
menggunakan dua blower udara. Di dalam reaktor aerasi terjadi kondisi aerobik sehingga
polutan organik yang masih belum terurai di dalam reaktor biofilter anaerob akan
diuraikan menjadi karbon dioksida dan air. Sedangkan amoniak atau amonium akan
dioksidasi (proses nitrifikasi) sehingga diubah menjadi nitrat, selain itu gas hidrogen
sulfida yang terbentuk akibat proses anaerob akan diubah menjadi sulfat oleh bakteri
sulfat yang ada di dalam biofilter aerob. Pada bak ini juga diberi treatment dengan bakteri
aerob (Microplus) sebagai katalis dalam pengolahan aerob. \
g. Bak Sedimentasi 2
Bak sedimentasi 2 difungsikan untuk memisahkan padatan atau flok-flok yang terbentuk
akibat proses rekasi biologis pada aerasi. Proses pengendapan dilakukan menggunakan
sistem gravitasi diendapkan pada bak sedimentasi 3. Prinsipinya sama dengan
sedimentasi 1 namun benda yang diendapkan yang berbeda dimana pada bak sedimentasi
3 adalah lumpur hasil olahan pada bak aerasi (sedimentasi tipe 3 dan 4). Lumpur yang
dihasilkan pada proses ini relatif sedikit. Lumpur yang dihasilkan akan dipompakan
kembali ke bak aerasi untuk memaksimalkan
h. Bak Biofilter 2
Bak Bio Filter tank 2 difungsikan untuk terjadi kembali proses anoxic. Proses ini
diharapkan mampu menurunkan nutrien anorganik seperti nitrit dan nitrat menjadi gas
nitrogen. Proses aliran upflow pada bak biofilter dengan media sarang tawon dan batu
split diharapkan mampu meningkatkan tingkat filtrasi padatan tarsuspensi yang masih
terlewat pada bak sedimentasi 2. Setelah proses anoxic pada bak ini air limbah
direncanakan terbebas dari minyak dan bahan organik.
i. Bak Airlift
Proses airlift merupakan proses memberikan suplai oksigen dengan mendorong air
dengan udara bertekanan sehingga terjadi proses sirkulasi air dam udara secara terus
menerus. Akibatnya kualitas oksigen pada air limbah akan tinggi sehingga mampu
memperbaiki kualitas lingkungan bagi kehidupan akuatik.
j. Bak Disinfeksi dengan Ozon
Proses disinfeksi merupakan proses untuk membunuh virus dan bakteri dengan
menggunakan ozon. Pada tahap ini bakteri total coliform dan virus diperkirakan akan
turun sekaligus dapat mengoksidasi berbagai bahan organik dan nutrient. Proses ozonisasi
dihembuskan melalui alat photooskidator yang didalamanya dapat mengkonversi oksigen
menjadi ozon.
k. Bak Stabilisasi
7
Bak ini difungsikan untuk ozon terkosidasi secara penuh sehingga residu ozon tidak
membahayakan bagi lingkungan serta menjadi kolam stabilisasi bagi bahan organik dan
nutrien
l. Bak Final (Penampungan Akhir)
Bak final tank sekaligus proses dinsinfeksi serta oksidasi pendahuluan dengan ozon. Bak
ini yang merupakan penampungan air olahan akhir akan ditambahkan bahan kimia HCl
atau NaOH jika pH akhir pengolah melebihi atau kurang dari pH semestinya. Kemudian
setelah air limbah sesuai maka air akan dialirkan melalui pompa ke tahap filtrasi.
m. Filtrasi Bertekanan
Proses filtrasi menggunakan pompa bertekanan tinggi dan tabung filter yang berisi karbon
dan pasir yang digunakan untuk memisahkan (menyaring) bahan-bahan pengotor
(partikulat) yang terdapat di dalam air dan mengadsorpsi bahan kimia anorganik dan
organik sehingga lebih baik hasil olahan yang akan keluar ke lingkungan. Selama dalam
proses filtrasi kualitas air akan menjadi lebih baik yaitu dalam hal kandungan koloidal
yang tersuspensi, menurunnya menyisihkan sebagian kecil kandungan bakteri dan
organisme lain serta perubahan kandungan parameter kimia.
n. Mikro fitrasi (Surface Filtration)
Mikrofiltasi merupakan teknologi semi membran dengan ukuran dengan ukuran pori 0,1
µm. Pada tahap ini air yang dihasilkan telah menyisihkan sebagian kecil bakteri
kekeruhan, partikel koloid, dan senyawa berukuran molekuler atau lebih dari 0,1 µm.
o. Disinfeksi (UV dan Klorin)
Serangkaian proses pada IPAL di atas akan masih menyisahkan bakteri colifom, bakteri
pantogen, dan virus yang sangat berpotensi menginfeksi ke masyarakat dan lingkungan.
Maka dari itu diperlukan proses disinfeksi utama menggunakan sinar UV dengan kondisi
air yang sudah diperkirakan jernih dengan kekeruhan yang rendah. Pada tahap ini bakteri
total coliform diperkirakan akan turun secara drastis dan dibawah baku mutu sehingga
hasil olahan aman untuk dibuang ke lingkungan. Keberadaan tube klorin diperlukan
untuk menanganai proses disinfeksi ketika terjadi permasalahan elektrikal pada proses
ozoniasi dan UV. Kemampuan utama klorin adalah untuk membunuh mikroorganisme
patogen di dalam air limbah dengan mengontakkan senyawa disinfektan dalam hal ini
tube klorin. Selain untuk proses desinfeksi, klorin dapat menurunkan amoniak menjadi
khloramin
Tata letak lokasi setiap unit dapat dilihat pada gambar 2.4
8
2.5.1 Biodekstran/BIOKANNAI BD4
Bakteri Biodekstran/BIOKANNAI BD4 adalah bakteri probiotik yang bersifat anaerob dan
dapat menguraikan bahan- bahan yang beracun (limbah) menjadi bahan organik sederhana
sehingga tidak mencemari lingkungan. Biodekstran/BIOKANNAI BD4 berfungsi untuk
menekan peningkatan jumlah bakteri patogen pada air limbah dan dapat menurunkan kadar COD
dan BOD pada air limbah. Biodekstran mengandung Nitrosomonas sp. Nitobacter sp.
Pseudomonas sp dan Bacilus sp. Bakteri Biodekstran/BIOKANNAI BD4 digunakan pada bak
Greasetrap. Penggunaan bakteri Biodekstran/BIOKANNAI BD4 dapat dicampurkan dengan air
atau dituangkam langsung pada bak grease trap
2.5.2 Microplus/BIOKANNAI MC5
Bakteri Microplus/BIOKANNAI MC5 adalah komposisi bakteri aktif yang menguntungkan
dan mampu bekerja secara sinergis pada lingkungan air buangan (limbah) sehingga kualitas air
yang bersih dapat tercapai. Microplus/BIOKANNAI MC5 bersifat aerob, sehingga pada
penggunaannya perlu ditambahkan udara (aerasi) pada air limbah. Microplus/BIOKANNAI
MC5 berfungsi untuk menguraikan kadar amonia pada air limbah. Microplus mengandung
Aerobacter sp. Nitrobacter sp. Nitrosomonas sp. Lactobacillus dan Saccharomyces C. Bakteri
Microplus/BIOKANNAI MC5 digunakan pada bak Aeration tank.
2.5.3 NaOH
Natrium Hidroksida (NaOH) merupakan salah satu senyawa ion yang bersifat basa kuat, kaustik
dan memiliki sifat korosif dan higroskopik. NaOH berfungsi untuk mengendalikan tingkat
keasaman atau pH pada fasilitas pengolahan air atau water treatment. NaOH digunakan pada bak
Akualisasi dan Final tank.
2.5.4 HCl
Hidrogen Clorida (HCl) atau asam klorida adalah cairan kimia bersifat korosif dan iritan. HCl
berfungsi untuk mengatur tingkat keasaman atau pH pada fasilitas pengolahan air atau water
treatment. HCl digunakan pada bak Akualisasi dan Final tank.
9
Gambar 2.4. Layout dan Alur IPAL 10
Sumber : PT Kannai Kanaka Persada
BAB III
3 URAIAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
11
No Peralatan Spesifikasi Gambar Alat
7 Elektrikal dan Panel Tipe : Free Attached
Sistem Standar : PLN
Komponen : MCB 10 & 20 Amper,
Timer + Relay,
Kontaktor, WLC,
Selektor On/Off/Manual,
Lampu Indikator
Panel Box : Bahan : Mild Steel,
Ukuran : 70 x 50x 20 cm
Kabel PLN : 3x1,5mm
8 Tabung Filter Type : 1865
Diameter : 13 inc
Bahan : PVC
12
BAB IV
4 STANDAR OPERASIONAL IPAL
Catatan
a. Valve Aerasi kondisi Normal dibuka ¾, kondisi pengurasan lumpur ditutup
b. Valve Bioindikator Nomral dibuka ¼
c. Valve Udara Biofilter I & II kondisi Normal ditutup, kondisi pengurasan lumpur dibuka
d. Vald. Lumpur kondisi Normal ditutup, kondisi pengurasan lumpur dibuka
4.2 Operasional IPAL Harian untuk Penambahan Bahan Kimia dan Bakteri
a. Bila semua bak sudah terisi penuh hidupkan panel
pada posisi auto untuk peralatan blower dan pompa
sumersible.
b. Tuangkan bakteri anaerob BIO KANNAI BD4
pada bak greasetrap secara langsung atau melalui
toren bakteri*
c. Tuangkan bakteri aerob BIO KANNAI MC 5
secara langsung atau melalui toren bakteri pada bak
aerasi*
d. Tuangkan BioNT 1 dan BioNT 2 secara langsung
atau melalui toren bakteri pada bak akualisasi
e. Tuangkan HCL dan NoOH (yang sudah
diencerkan) secara langsung atau melalui toren
bakteri dan kimia pada bak akualisasi dan final tank
dengan secara berkala menyesuaikan kondisi pH air
f. Lakukan pengecekan terhadap kualitas air IPAL
baik secara visual maupun laboratorium, untuk
pengujian di laboratorium dapat dilakukan sebulan
sekali. Untuk pengecekan harian lakukan terhadap
kualitas visual seperti kerjernihan dan bau dari air
outlet IPAL.
Catatan
** Pemakaian bakteri tersebut kami anjurkan dengan perbandingan (25 sd 30) m3 berbanding 1
liter (1 kg) bakteri, debit air dibaca dari flowmeter outlet.
13
4.3 Pembuangan Lumpur pada Bak Biofilter (1 dan 2) dengan Udara Blower
a. Bila terlihat laju aliran air limbah tersendat
lakukan seminggu sekali.
b. Pastikan blower kondisi normal dan kran udara
Aerasi (AE) kondisi tertutup.
c. Buka kran udara (gambar atas) pada biofilter 1
(BW BF 1) dan 2 (BW BF 2) (bergantian) untuk
dilakukan backwash
d. Biarkan selama 20 menit - 30 menit setelah Ballvalve/kran udara biofilter
terlihat kotoran keluar semuanya buka kran (SL
SL BF 1, dan SL BF 2, bagian bawah (gambar
bawah) lumpur akan berpindah ke bak lumpur
e. Ulangi langkah point b hingga d pada kran
biofilter yang lain
Ballvalve/kran untuk pengurasan lumpur
Catatan
a.Valve Udara Biofilter I & II kondisi pengurasan lumpur di buka
b.Valve Lumpur kondisi Normal ditutup, kondisi pengurasan lumpur dibuka
c. Valve Aerasi kondisi kondisi pengurasan lumpur ditutup
d. Valve Bioindikator kondisi pengurasan lumpur ditutup
Catatan
Kran udara pada perpipaan yang dialiri udara dari blower harus selalu ada yang terbuka
(terutama pada bak aerasi), jangan sampai tertutup semua pada saat blower hidup, jika tertutup
semua dapat mengakibatkan blower rusak..
14
4.6 Perawatan Grease Trap dan atau Equalisasi
a. Kontrol unit greasetrap 2 hari sekali dan bila terdapat
lemak dan kotoran dilakukan pengerukan. Lakukan
penambahan bakteri yang ada di point 4.2
b. Kontrol unit akualiasi 2 hari sekali dan bila terdapat
kotoran dapat dilakukan pengerukan dan pembersihan.
Lakukan penambahan bakteri yang ada di point 4.2
15
BAB V
5 RENCANA PROSEDUR TANGGAP DARURAT IPAL
16
Kejadian Penyebab Cara Penanggulangan
normal Periksa dan bersihkan dengan menggunakan
Ada udara yang masuk (cavitation)
pipa hisap
Bearing panas. Bearing rusak. Ganti bearing.
Tabel 5.2 Tanggap Darurat pada Pompa Blower Udara (Udara untuk Aerasi, Backwash, dan Ozon)
Kejadian Penyebab Cara Penanggulangan
Terjadi hubungan singkat dari saluran
Periksa saluran kabel ke motor.
MCB jatuh kabel ke motor.
Mesin blower kebakar Ganti mesin blower dengan yang baru
Kotoran yang menyangkut dibersihkan.
Overload trip Motor bekerja terlalu berat.
Berikan pelumas
MCB tidak pada posisi on. Pindahkan pada posisi on
Motor tidak bekerja MCB saluran PLN jatuh (Hubungan
Periksa jalur kabel PNL ke gedung
singkat dari saluran panel ke PLN)
Kerusakan pada timer blower Ganti timer blower dengan yang baru
Bersihkan cassing Cassing tersumbat
Blower tidak bekerja
Impeller rusak Ganti blower
Motor rusak Ganti blower
Gate valve tertutup Buka gate valve
Tabel 5.3 Tanggap Darurat pada Jetpump (Final Tank ke Tabung Filter)
Kejadian Penyebab Cara Penanggulangan
Terjadi hubungan singkat dari saluran
Periksa saluran kabel ke motor.
MCB jatuh kabel ke motor.
Pompa terbakar. Ganti pompa terbakar
Kotoran besar yang menyangkut
Overload trip Motor bekerja terlalu berat.
dibersihkan.
Tunggu hingga air mengangkat sensor atau
Tidak ada air atau jumlah air tidak gunakan mode manual
mengangkat sensor di bak final tank Pancing pompa dengan air dengan
membuka valve di final tank
Pompa tidak bekerja Power tidak pada posisi on Pindahkan pada posisi on
MCB saluran PLN jatuh (Hubungan
Periksa jalur kabel PNL ke gedung
singkat dari saluran panel ke PLN)
Periksa impeller. Bersihkan kotoran yang masuk.
Alliran menjadi tidak
Ada benda asing yang masuk. Bersihkan kotoran yang menyumbat pompa
teratur (cepatt)
Aliran menjadi tidak
Impeller sudah usang. Ganti impeller dengan yang baru
teratur (lambat).
Pompa tiba-tiba berhenti
Ada kotoran/benda asing masuk Bersihkan kemudian jalankan kembali
pada saat jalan.
Impeller patah. Ganti impeller dengan yang baru
Getaran suara tidak
normal Periksa dan bersihkan dengan menggunakan
Ada udara yang masuk (cavitation).
pipa hisap.
Bearing panas. Bearing rusak. Ganti bearing dengan yang baru
17
Tabel 5.4 Penanganan Kondisi Darurat di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tindakan Penanganan Pihak Yang
No Keadaan Darurat Tindakan Lanjutan Tindakan Penanganan Akhir
Awal Dihubungi
Melakukan pengecekan tiap tahap
Menutup keran pembuangan pengolahan pada IPAL, dan segera Apabila tidak ada aktifitaas abnormal
Koordinator IPAL
outlet lakukan perbaikan alat atau penyebab proses kembali dijalankan.
gangguan yang bersangkutan
Air Limbah Outlet
1 Melebihi Baku Menonaktifkan sistem pompa Mengecek kondisi pompa dan kondisi Apabila tidak ada aktifitaas abnormal
Koordinator IPAL
Mutu Lingkungan outlet pipa kembali menghidupkan pompa.
Menonaktifkan sistem
Mengecek kondisi bahan kimia dan Apabila tidak ada aktifitaas abnormal
selenoid bahan kimia dan Koordinator IPAL
bakteri melanjutkan proses pengolahan
bakteri
Aliran Listrik Apabila pada panel listrik mati untuk
Mematikan seluruh pompa Melakukan pengecekan panel untuk
2 Padam lebih dari 1 segera menghubungi pihak terkait Enginerring
dan alat menghindari aktifitas abnormal.
jam untuk menghidupkan genset.
Terjadi Melakukan perbaikan gangguan yang
penyumbatan Mematikan seluruh pompa terkait, apabila dapat berlangsung lama, Setelah semua teratasi lakukan Enginerring
3
saluran dan/atau dan alat yang bersangkutan.mematikan seluruh sistem pompa dan pengoperasian kembali Koordinator IPAL
pipa valve yang ada. Terkecuali blower.
Mematikan seluruh sistem Setelah kondisi dinyatakan aman,
pompa dan peralatan yang lakukan pengecekan seluruh sistem
ada mengnyangkut pipa, pompa,
Enginerring
4
Terjadi bencana Menutup seluruh keran yang Meninggalkan lokasi STP/IPAL untuk kelistrikan dan peralatan pendukung Koordinator IPAL
alam (gempa bumi) ada mengevakuasi diri di titik kumpul lainnya, apabila tidak terdapat
Pihak keamanan
aktifitas abnormal kemudian
Memadamkan jaringan dilakukan proses pengolahan
listrik pada panel kembali.
18
Tindakan Penanganan Pihak Yang
No Keadaan Darurat Tindakan Lanjutan Tindakan Penanganan Akhir
Awal Dihubungi
Apabila sumber api kecil dilakukan
tindakan pemadaman dengan Apabila kondisi mulai terkendali, Enginerring
Mematikan seluruh jaringan
menggunakan Alat Pemadam Api tinggalkan lokasi serta menghubungi Koordinator IPAL
listrik
Ringan (APAR) sesuai karakteristik pihak terkait. Pihak keamanan
sumber api
Apabila Terjadi Tetap tenang dan lakukan evakuasi
5
Kebakaran Apabila sumber api besar lakukan diri ke tempat aman (titik Kumpul), Enginerring
Menutup seluruh keran / upaya penyelamatan diri, setelah kondisi dinyatakan aman Koordinator IPAL
valve yang ada membunyikan alarm tanda bahaya dan tidak diperkenankan masuk ke area Pihak keamanan
segera menghubungi pihak terkait. IPAL / STP untuk menunggu BPBD Kabupaten
instruksi selanjutnya
Apabila kecelakaan semakin parah,
Kecelakaan ringan (Tersayat matikan seluruh sistem IPAL/ STP
benda tajam, pusing, Melakukan pertolongan diri dengan Koordinator IPAL
terkecuali Blower dan pompa Aerasi,
terbentur benda tumpul) kotak P3K yang tersedia Kesling
selanjutnya segera menghubungi
Terjadi Gangguan menutup luka dengan kain
F pihak terkait.
K3
Meraih benda yang terjangkau, Dilakukan pergantian operator,
Kecelakaan Berat (tercebur usahakan muka tetap di permukaan air, korban dilakukan perawatan dan Koordinator IPAL
ke kolam/ bak IPAL/STP) meminta pengobatan serta pengecekan fisik Kesling
pertolongan sekitar. paska kejadian.
19
BAB VI
6 MONITORING DAN EVALUASI IPAL
6.1 Monitoring
Monitoring adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memantau proses IPAL yang
dilakukan secara terus menerus, dan dilakukan secara berkala dalam periode tertentu per satuan
waktu seperti mingguan, bulanan dan tahunan. Hal ini sangat bergantung pada seberapa besar
pengaruh aspek yang dimonitor tersebut terhadap keberlangsungan proses IPAL. Aspek yang
perlu dimonitor dari IPAL meliputi kualitas air limbah, debit, beban cemaran air limbah dan
efisiensi kinerja IPAL.
6.1.1 Monitoring Kualitas Air Limbah
Dalam monitoring kualitas air limbah IPAL sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Untuk pengujian kualitas air limbah IPAL digunakan laboratorium lingkungan rujukan
(Dinas Lingkungan Hidup/ Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten)
Misal: Laboratorium Dinas Kesehatan, Laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan
Lingkungan, Laboratorium Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah, dan
Laboratorium Swasta yang terakreditasi.
b. Sampel dikirim ke laboratorium yang terdiri dari sampel air limbah influen dan efluen
yang masing – masing sebanyak 2,5 liter. Pengambilan sampel harus sesuai dengan
Standar yang berlaku atau SOP pengambilan sampel limbah cair (untuk memudahkan
komparasi dan perhitungan efesiensi).
c. Gunakan parameter standar limbah untuk domestik dan kegiatan lainnya yang belum
ditentukan atau yang berlaku di daerah setempat.
d. Frekuensi sampling dan analisis minimal 1 kali setiap bulan.
e. Baku mutu air limbah mengacu pada baku mutu nasional sesuai dengan Permen LHK
No: P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 atau baku mutu wilayah yang ditetapkan
pemerintah Daerah setempat.
Monitoring kualitas air limbah secara lengkap diuraikan seperti pada lampiran 3, sedang
Jenis monitoring kualitas air limbah IPAL meliputi:
a. Monitoring berkala
Monitoring yang dimaksud adalah melakukan pengambilan sampel air limbah pada
inlet dan outlet IPAL untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium lingkungan guna
memenuhi ketentuan yang berlaku. Monitoring berkala ini dilakukan dengan frekuensi
minimal 1 kali setiap bulan, dengan parameter mengacu pada Permen LHK No:
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 atau mengikuti baku mutu limbah cair sesuai
dengan peraturan daerah setempat yang berlaku.
b. Monitoring Rutin (swapantau)
Monitoring yang dimaksud adalah melakukan pengukuran lapangan setiap hari pada
kualitas air limbah yang bertujuan untuk memonitoring kinerja sistem IPAL guna
memudahkan melakukan tindakan dini (early warning) dalam perbaikan sistem
tersebut. Parameter yang dipantau antara lain pH, suhu, Amonia, Dissolved Oxygen
(DO), KMnO4, TSS, dan debit air limbah dengan frekuensi harian. Lokasi monitoring
20
pada outlet, inlet dan pada tangki aerasi. Secara umum monitoring rutin ini dapat
menjaga agar sistem tetap berjalan secara optimal.
6.1.2 Monitoring Debit Air Limbah
Monitoring debit air limbah dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan
diantaranya :
a. Metode Pendeatan Rasional.
Metode ini dilakukan dengan mengkonversi 85-95 % air bersih terpakai menjadi air
limbah) dengan memastikan tidak ada kebocoran pipa air bersih. Sumber data dapat
digunkana dari data rekening air PDAM/ flow meter pompa (m3/hari atau m3/bulan).
b. Metode Flowmeter Masuk dan Keluar pada Air Limbah
Metode ini dilakukan dengan mencatat debit flow meter pada sebelum dan keluar IPAL
dengan satuan m3/hari atau m3/bulan.
Pencatatan pada flow meter (pencatatan perbedaan kenaikan angka pada flow meter per
hari/minggu/bulan) – membutuhkan kedisiplinan tenaga. Hasil perhitungan debit dan
fluktuasinya disajikan dalam laporan bulanan
6.1.3 Monitoring Efisiensi Kinerja IPAL
a. Data yang dibutuhkan hasil analisis laboratorium air limbah influen dan efluen
b. Perhitungan efisiensi menggunakan satuan % dan diterapkan untuk parameter BOD
yang kemudian hasil perhitungan efisiensi dan fluktuasinya disajikan dalam laporan
bulanan. Rumus/formulasi:
(𝐵𝑂𝐷 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 − 𝐵𝑂𝐷 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡)
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑂𝐷 % = 𝑥 100 %
𝐵𝑂𝐷 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡
Monitoring Beban Cemaran Air Limbah
a. Data yang dibutuhkan adalah rata-rata debit harian dan kualitas air limbah influen dan
efluen
b. Beban cemaran (BOD loading) hasil perhitungan dianilisis dengan membandingkan
dengan BOD loading hasil perencanaan (BOD loading desain IPAL). BOD loading hasil
perhitungan harus di bawah BOD loading desain, bila nilainya melebihi maka kinerja
IPAL over loading (pengaruh ke kualitas air limbah efluen)
c. Rumus/formulasi:
BOD loading (Kg BOD/hari) = Debit (M3/hari) x konsentrasi BOD influen (mg/l). Hasil
perhitungan BOD loading dan fluktuasinya disajikan dalam laporan bulanan
6.2 Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi kinerja IPAL dilakukan melalui pendekatan sebagai berikut:
a. Membandingkan kualitas effluent air limbah dengan baku mutu air limbah.
b. Membandingkan kondisi sistem IPAL dengan standar teknis/kriteria desain IPAL.
c. Membandingkan kondisi dan fungsi peralatan IPAL dengan data teknis yang tercantum
dalam manual alat.
d. Analisis kecenderungan atas fluktuasi debit, efisiensi, beban cemaran dan satuan produksi
air limbah.
Hasil monitoring dan evaluasi di atas harus terdokumentasi dalam pelaporan tertulis
sebagai persyaratan pemenuhan sistem manajemen air limbah pada .
21
BAB VII
7 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PENGELOLA IPAL
22
e. Kesalahan komunikasi yaitu salah pengertian antara penanggung jawab IPAL dan
operator.
f. Melakukan pekerjaan yang tidak sah atau tidak sesuai prosedur kerja aman yaitu
menambahkan bahan/bakteri tidak pada tempatnya atau melanggar SOP.
7.2.4 Kecelakaan dari luar yang berpengaruh terhadap IPAL
a. Kecelakaan pada waktu pengangkutan produk (bahan kimia PAC, NaOH, Polimer dan
HCl dan bakteri).
b. Kecelakaan pada saat pengisian bahan kimia dan bahan biologi.
c. Kecelakaan pada saat melakukan pemeliharaan mesin, peralatan, service peralatan.
7.2.5 Kecelakaan akibat adanya sabotase, yang bisa dilakukan oleh orang luar ataupun
dari dalam laboratorium.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak
terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda, atau properti
maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja seperti IPAL atau yang berkaitan
dengannya. Kecelakaan kerja tidak datang dengan sendirinya akan tetapi ada serangkaian
peristiwa yang mendahului terjadinya kecelakaan tersebut, pada hakikatnya setiap kecelakaan
yang terjadi pasti ada penyebabnya.
Ada 2 faktor penyebab terjadinya kecelakaan yaitu :
a. Unsafe Action (tindakan tidak aman)
Yaitu suatu tindakan atau tingkah laku yang tidak aman sehingga dapat menyebabkan
kecelakaan kerja, misalnya :
1) Cara kerja yang tidak benar seperti melakukan pemeliharaan IPAL tidak sesuai SOP
yang sudah di tetapkan.
2) Sikap kerja yang tergesa-gesa seperti tidak hati-hati pada saat memasukkan bahan
kimia atau bakteri ke tempat penampungan, sehingga menyebabkan tercecer atau
terpercik ke badan.
3) Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan seperti operator IPAL belum dilatih
4) Kelelahan dan kejenuhan sehingga kurang semangat bekerja.
b. Unsafe Condition ( kondisi tidak aman)
Yaitu kondisi lingkungan kerja yang mengandung potensi atau faktor bahaya yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja, antara lain :
1) Keadaan mesin, peralatan kerja, fasilitas pendukung yang tidak memadai atau tidak
disiapkan.
2) Lingkungan kerja ; licin, , berbau, dan terdapat bahan beracun dan berbahaya.
7.3 Potensi Bahaya yang Menyebabkan Penyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat Kerja (PAK) (Occupational Diseases) adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.
01/Men/1981) yang akan berakibat cacat sebagian maupun cacat total.
Faktor-Fakor Penyebab Penyakit Akibat Kerja pada lingkungan kerja IPAL:
7.3.1 Faktor Fisik
a. Suara tinggi/bising : menyebabkan ketulian dari alat blower dan mesin pompa.
b. Temperatur/suhu tinggi : menyebabkan Hyperpireksi, Milliaria, heat Cramp, Heat
Exhaustion, Heat Stroke, jika operator IPAL berada di dalam rumah mesin.
23
7.3.2 Golongan Kimia
a. Asal:
1) bahan baku (inlet IPAL mengandung berbagai karaketeristik bahan kimia
bernbahaya),
2) bahan tambahan: penambahan bahan kimia (PAC,NaOH,Hcl dan Polimer) dan
penambahan bakteri, serta desinfektan (klorin).
3) hasil samping (Sludge IPAL)
4) hasil olahan air IPAL (outlet IPAL)
b. Bentuk : zat padat, cair, gas, uap maupun partikel.
c. Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, kulit dan
mukosa
d. Masuknya dapat secara akut dan secara kronis
e. Efek terhadap tubuh : iritasi, alergi, korosif, Asphyxia, keracunan sistemik, kanker,
kerusakan/kelainan janin.
7.3.3 Golongan Biologi
a. Berasal dari : virus, bakteri, parasit, jamur, serangga, dan binatang lainnya.
b. Golongan Ergonomi/fisiologi
c. Akibat : cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah, Kontruksi salah.
d. Efek terhadap tubuh : kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas tulang, perubahan bentuk,
dislokasi.
7.3.4 Golongan mental Psikologi
a. Akibat : suasana kerja monoton dan tidak nyaman, hubungan kerja kurang baik, upah
kerja kurang, terpencil, tak sesuai bakat.
b. Manifestasinya berupa stress.
24
menurunkan bahaya dan risiko minimal melalui disain sistem ataupun desain ulang.
Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya: Sistem otomatisasi pada mesin untuk
mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan
pembersih kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus listrik,
mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair atau basah.
Contohnya pada proses desinfeksi di IPAL penggunaan bahan kimia klorin, diganti dengan
alat ozon generator, sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
7.4.3 Rekayasa / Enginering
Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja serta
untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit
sistem mesin atau peralatan.
Contoh implementasi metode ini adalah membuat peredam suara di rumah mesin,
sehingga suara yang keluar memenuhi baku mutu kebisingan lingkungan kerja.
7.4.4 Administratif
Kontrol administratif ditujukan pengendalian dari sisi orang yang akan melakukan
pekerjaan. Dengan dikendalikan metode kerja diharapkan orang akan mematuhi, memiliki
kemampuan dan keahlian cukup untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman. Jenis
pengendalian ini antara lain seleksi karyawan, adanya standar operasional Prosedur (SOP),
pelatihan, pengawasan, modifikasi perilaku, jadwal kerja, rotasi kerja, pemeliharaan,
manajemen perubahan, jadwal istirahat, dan lain-lain.
7.4.5 Alat Pelindung Diri (APD)
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal yang paling
tidak efektif dalam pengendalian bahaya. APD hanya dipergunakan oleh pekerja yang akan
berhadapan langsung dengan risiko bahaya dengan memperhatikan jarak dan waktu kontak
dengan risiko bahaya tersebut. Semakin jauh dengan risiko bahaya, maka risiko yang didapat
semakin kecil, begitu juga semakin singkat kontak dengan risiko bahaya risiko yang didapat
juga semakin kecil.
Penggunaan beberapa APD kadang memiliki dampak negatif pada pekerja seperti
kurang leluasa dalam bekerja, keterbatasan komunikasi dengan pekerja lain, alergi terhadap
APD tertentu, dan lain-lain. Beberapa pekerja yang kurang faham terhadap dampak risiko
bahaya dari pekerjaan yang dilakukan sehingga kepatuhan dalam penggunaan APD rendah.
APD reuse memerlukan perawatan dan penyimpanan yang baik sehingga kualitas
perlindungan dari APD tersebut tetap optimal.
Tabel 7.1 Daftar APD yang wajib disiapkan untuk operator IPAL
No APD Gambar Keterangan
1 Masker N 95 adalah sebuah alat pelindung Wajib
pernafasan yang didisain menutupi rapat wajah disediakan
penggunanya terutama pada bagian hidung dan
mulut dan sangat efisien menyaring partikel di
udara termasuk mikroorganisme. kemampuan
masker N95 menyaring partikel asap seukuran 0,1
– 0,3 mikron melebihi 95% bahkan bisa mencapai
99,5% jika ukuran partikel mencapai 0,75 mikron
atau lebih besar.
25
No APD Gambar Keterangan
2 Sepatu Boots Safety(PVC Boots VPRO) adalah Wajib
sepatu boots yang dilengkapi dengan lapisan besi disediakan
diujung kakinya.
Opsional
5 Apron adalah penghalang bagian depan tubuh pilih salah
petugas IPAL yang melindungi petugas dari satu antara
kemungkinan genangan atau percikan bahan poin 4 atau 5
berbahaya.
26
BAB IX
8 PENUTUP
Fasilitas kesehatan dapat menghasilkan air limbah/limbah cair dan juga limbah padat
yang sebagian bersifat domestik, B3 dan infeksius. Upaya pengelolaan air limbah/limbah cair
khususnya di Fasilitas kesehatan dengan berbagai proses pengolahan bertujuan agar limbah
yang dibuang (efluen) dapat memenuhi persyaratan.
IPAL Fasilitas kesehatan telah melakukan upaya pengolahan melalui berbagai macam
cara, baik yang sederhana hingga pengolahan yang lengkap dan terpadu. Dengan keadaan
tersebut maka fasilitas pengolahan yang masih sederhana secara bertahap harus ditingkatkan
kemampuannya, sedangkan yang proses pengolahannya sudah lengkap perlu dilakukan
pengolahan dan operasionalisasi dengan lebih baik agar dapat dicapai hasil efluen lebih optimal
serta memenuhi persyaratan maupun ketentuan yang berlaku.
Sumber daya manusia yang bertugas mengelola limbah fasilitas kesehatan sebagian
belum memadai, baik aspek kuantitas maupun kualitas. Diperlukan upaya meningkatkan
kapabilitas SDM pengelola IPAL tersebut melalui pendidikan dan pelatihan di bidang
kesehatan lingkungan.
Pembiayaan yang dialokasikan oleh pihak penyelenggara fasilitas kesehatan belum
mampu meningkatkan kapabilitas SDM pengelola IPAL. Diperlukan peningkatan penyediaan
pembiayaan yang lebih proporsional untuk mengoptimalkan kapabilitas SDM tersebut.
Pemilihan sistem pengolahan air limbah pada Fasilitas kesehatan harus dilakukan
dengan cermat dan harus disesuaikan dengan beberapa aspek seperti biaya, luas lahan, mudah
dalam pengoperasian, mudah pemeliharaannya dan keunggulan sistem. Sistem pengolahan air
limbah kimia proses, anaerob aerob biofilter merupakan salah satu sistem yang sesuai untuk
proses pengolahan air limbah pada Fasilitas kesehatan.
Buku pedoman ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan SDM untuk menjaga
performa sistem IPAL kimia proses, biofilter sistem anaerob aerob yang digunakan di fasilitas
Fasilitas kesehatan. Performa sistem IPAL yang baik akan menghasilkan efluen yang sesuai
baku mutu yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014 dan
LHK No 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Limbah Cair.
27