Anda di halaman 1dari 97

PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAN BIMBINGAN DAN

KONSELING DI SMKN I PASIMASUNGU Kab.Kep.SELAYAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan


Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar

SRI HANDAYANI

10531206513

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Juli 2017
Motto dan Persembahan

“Jika allah sudah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin maka dri itu jangan lupa untuk

selalu bersyukur atas nikmat yang allah berikan,jika kesulitan kita hilang itu bukan karena kita

hebat atau karena kita memiliki apalagi semata mata kekuatan kita sendiri.Allah yang kasih

kemudahan karena adanya doa dari orang tua,dari orang-orang terdekat,dari doa dan usaha kita

sendiri juga.”

Kupersembahkan karya tulis sederhana ini untuk keluarga ku, Terkhususnya Untuk kedua orang

tua tercinta yang senantiasa membimbing, mengarahkan serta memenuhi segala kebutuhan materi

dan juga teruntuk masa depanku.

Tiada kata yang indah selain ucapan rasa syukur dan TERIMAKASIH untuk kalian

vii
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangandibawahini :

Nama : SRI HANDAYANI


Nim : 10531 2065 13
Jurusan : TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Judul : Persepsi siswa terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di
SMKN 1 Pasimasunggu Kab.Kep.Selayar
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah
hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain dan dibuat oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat saya bersedia menerima sanksi apa bila pernyataan
ini tidak benar.

Makassar, Juli 2017


Yang membuat pernyataan,

Sri Handayani

iv
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Sri Handayani
Nim : 10531 2065 13
Jurusan : Teknologi Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:


1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya yang menyusunnya
sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi.
4. Apabila perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 dilanggar maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Juli 2017

Yang Membuat Perjanjian,

Sri Handayani

Diketahui Oleh :
Ketua JurusanTeknologi Pendidikan

Andi Adam,S.Pd.,M.Pd.
NBM : 972614

v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.Adapun
tujuan penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.

Banyak pengalaman berharga yang dapat menjadi pelajaran bagi penulis dalam
mengerjakan skripsi ini.Tidak sedikit pula hambatan dan kesulitan yang didapatkan
namun berkat ketabahan, kesabaran, keikhlasan, kerja keras dan kemauan yang
disertai berdoa dan bantuan serta motivasi dari berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi
ini dapat di selesaikan dengan baik.

Pertama penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang teristimewa kepada


kedua orang tua tercinta Ayahanda (Muh.Zainal) dan Ibunda (Hadriyanti) yang
melahirkan, mengasuh dan membesarkan penulis dengan penuh kasih saying serta
senantiasa membimbing dan memberikan motivasi yang diiringi dengan doa guna
keberhasilan penulis.

Selanjutnya penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


Bapak Dr.H.M.Basri,M,Si selaku pembimbing I dan Ibu Dra.Hj RoslenyBabo, M.Si
selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan mulai dari
perencanaan sampai penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menghaturkan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih
yang takterhingga.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr.H.AbdRahman Rahim S.E.,


M.M. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,Erwin Akib,S.Pd,,M.Pd,PhD
Dekan Fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar,
Andi Adam, S.Pd, M.Pd. Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan serta para dosen dan
staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya di

ix
prodi Teknologi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi
penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Pihak sekolah SMKN 1


Pasimasunggu Kab.Kep.Selayar baik kepala sekolah,pihak guru dan pihak tata usaha
yang sudah banyak membantu selama peneliti melakukan penelitian di sekolah
tersebut dan ucapan terimakasih kepada Kakanda Ashar S.Pd, yang telah memberikan
semangat dan dorongan agar terselesainya skripsi ini.Ucapan terimakasih juga kepada
kanda Nasir S.Pd,M.Pd dan kanda Akram S.Pd,M.Pd juga rekan-rekan di
HIMATEKPEN khususnya Muh.Rakib S.Pd,Adhli Mappiselle S.Pd dan rekan rekan
di teknologi pendidikan khususnya angkatan 2013 kelas C

Penulis sadar bahwa Skripsi yang disusun dengan segala kekurangan dan
keterbatasan kemampuan penulis ini didalamnya masih terdapat banyak kekurangan
dan kelemahan baik dari segi penulisan maupun penyusunan kata-katanya.Oleh karena
itu,saran dan kritikan dari pembaca yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan.

Akhirnya harapan penulis semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan semoga jeripayah kita bernilai ibadah disisi Allah Swt, Amin.

Makassar, Juni 2017

Penulis

x
ABSTRAK

Sri Handayani, 2017. NIM 10531206513 Persepsi siswa terhadap


pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMKN 1 Pasimasunggu
Kab.Kep.Selayar. Skripsi Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I H.M.Basri
dan Pembimbing II Hj.Rosleny Babo
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah siswa berpersepsi baik
terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMKN 1 Paimasunggu
Kab.Kep.Selayar ? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa
terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMKN 1 Pasimasunggu
Kab.Kep.Selayar
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Neg 1 Pasimasunggu Kab
Kep Selayar yang berjumlah 178 orang dan sampel yang telah dihitung tersebut,
diproporsionalkan secara merata keseluruh kelas XI di SMKN I Pasimasunggu.sehingga
di dapat responden untuk setiap kelasnya dengan jumlah sampel sebesar 50
responden.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu
(1)angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan
seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (2) teknik
pengumpulan data dokumentasi yaitu alat pengumpul data yang digunakan untuk
memperoleh data dari tempat penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian
berupa data foto penelitian dan lokasi penelitian.Teknik analisis data penulis
menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah menunjukkan jawaban tinggi dan sangat tinggi
di gabungkan maka terdapat 19 item.Pernyataan tersebut terbukti bahwa
19÷30×100= 63,3 %. Item sisanya yaitu 11 item (di gabungkan pilihan cukup
rendah,rendah dan sangat rendah) maka memperoleh hasil
11÷30×100 = 36,7 % , jadi kesimpulan hipotesis dalam penelitian yang
berbunyi”siswa berpersepsi baik terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di
SMKN I Pasimasunggu Kab.Kep.Selayar.” di nyatakan di terima.
Kata Kunci : Persepsi Siswa,Bimbingan dan Konseling
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI.................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ......... 9

A. Kajian Teori .............................................................................................. 9


1. Persepsi .…......................................................................................... 9
2. Layanan Bimbingan dan Konseling ................................................... 13
3. Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling..... 58
B. Kerangka Pikir .......................................................................................... 59
C. Hipotesis . ........................................................................................ 60

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 61

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.................................................... 61


B. Variabel Penelitian ........................................................................ 61
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 62
D. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ...................................... 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 68

A. Hasil Penelitian .............................................................................. 68


B. Analisis Deskriptif ......................................................................... 68
C. Pembahasan.................................................................................... 74
D. Keterbatasan Peneliti...................................................................... 75

v
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 1

A. Simpulan ........................................................................................ 76
B. Saran.............................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..78

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

v
Daftar Table

Daftar Tabel hal

Table 3.1 Populasi…………………………………………………………… 63

Table 3.2 Sampel…….………………………………………………………..64

Table 4.1 Jumlah datal…….…………………………………………………..64

Table 4.2. Hasil perhitungan angket………………………….……………… 69

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia

yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu.Pendidikan yang bermutu dalam

penyelenggaraannya tidak cukup hanya di lakukan melalui transformasi ilmu

pengetahuan dan teknologi,tetapi harus di dukung oleh peningkatan profesionalisme

dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan peserta

didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi

pencapaian cita citanya

Kempuan seperti ini tidak hanya menyangkut aspek akademis,tetapi juga

mnyengkut aspek perkembangan pribadi,sosial,kematangan intelektual dan sistem

nilai peserta didik.Berkaitan dengan pemikiran tersebut tampak bahwa pendidikan

yang bermutu di sekolah adalah pendidikan yang menghantarkan peserta didik pada

pencapaian standar akademis yang di harapkan dalam perkembangan diri yang sehat

dan optimal.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembankan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,keagamaan,pengendalian

diri,kepribadian,kecerdasan.akhlak muliadan keterampilan yang di perlukan

dirinya,masyarakat bangsa dan negara.Tidak ada suatu negara maju memiliki mutu

1
2

pendidikan yang rendah.Seperti halnya di Jepang dan Amerika Serikat yang

memusatkan sistem politiknya dalam bidang pendidikan yatu dengan cara menekan

kan pendidikan sebagai prioritas utama dalam membangun negaranya.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalamkehidupan

manusia. Setiap bentuk aspek kehidupan manusia baik pribadi,keluarga, kelompok

maupun dalam berbangsa dan bernegara yang sedang membangun banyak di tentukan oleh

kemajuan pendidikan.Kualitas manusia yang di hasilkan oleh pendidikan merupakan andalan bagi

tercapainya tujuan pendidikan nasional.Dari hal ini jelas bahwa yang menjadi tujuan inti dari

pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari setiap individu..Demikian

halnya dengan kondisi tempat penelitian penulis yang menunjukkan masih

adanya siswa yang prestasi belajarnya rendah,lamban dalam menerima

pelajaran,bolos,dan terlambat datang ke sekolah.Berdasarkan hal tersebut di

atas,terlihat banyaknya permasalahan peserta didik yang belum sepenuhnya

dapat dipecahkan di sekolah.Ada pun permasalahan lain yang dihadapi oleh sebagian

siswa antara lain masalah penyesuaian terhadap lingkungan kelas yang dalam hal ini

teman-teman kelas,lingkungan sekolah dengan teman-teman dari tingkat maupun kelas

lain ataupun dalam membina hubungan dengan keluarga dan masyarakat,namun

yang menjadi masalah utama adalah yang berhubungan dengan prestasi belajar.

Hal ini merupakan tantangan bagi guru pembimbing sekolah untuk turut bertanggung jawab dalam

menyelesaikan masalah tersebut.Sebagaimana diketahui bahwa guru pembimbing

adalah salah satu tenaga pendidik yang bertugas seperti apa yang

dikemukakan oleh Bimo Walgito (1993:28) bahwa tugas guru pembimbing adalah
3

“menyelenggarakan bimbingan terhadap anak-anak didik baik yang bersifat

preventif,persevarif maupun yang bersifat kuratif atau korektif”.Pendapat ini

mencakup segala aspek dalam memberikan bantuan terhadap anak didik.Bantuan yang lebih

spesifik dan merupakan salah satu jenis layanan bimbingan di sekolah.Dalam rangka

pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah,terkait beberapa kendala yang perlu

mendapat perhatian untuk segera di tangani dan di atasi.Diantara nya adalah menyangkut

persepsi siswa terhadap guru pembimbing.Dalam hal ini,guru pembimbing

hendaknyaberusaha menelaah sifat serta sikap siswanya terhadap diri mereka,karena siswa juga

memiliki sikap dan persepsi yang berbeda pula.Bimbingan yang di maksudkan untuk membantu

siswa memperoleh kematangan diri dalam memperoleh pengetahuan sikap dan ketrampilan yang

membuat siswa mencapai prestasi yang optimal.dengan demikian bimbingan adalah upaya untuk

membentuk perkembangan kepribadian siswa. Dalam rangka menjawab tantangan kehidupan

di masa depan yang menuntut adanya reformasi program pendidikan dengan tuntutan dunia

kerja,maka layanan bimbingan merupakan layanan yang membantu siswa mengenal bakat,minat dan

kemampuannya serta memilih dan menyusaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk

merencanakan karir.secara konseptual bimbningan sangat esensial bagi kemajuan perkembangan dan

prestasi belajar siswa walaupun dalam kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa bimbingan belum

berjalan efektif.Hal ini terlihat berdasarkan pengamatan penulis di mana pihak-pihak lainmenganggap

bimbingan kurang bermanfaat,bahkan terkadang dituding tidak memberikan kontribusi yang berarti

terhadap kemajuan prestasi belajar siswa.Untuk itu perlu adanya pembentukan presepsi yang

positifterhadap bimbingan agar dalam pelaksanaan bimbingan yang lebih berdaya guna.
4

Sistem pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang

kegiatan utama secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang

instruksional dan kurikuler, dan bidang pembinaan siswa/ bimbingan dan konseling

(Sunaryo, dalam Yusuf dan Juntika, 2010: 4). Salah satu aspek yang harus

diperhatikan oleh pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

khususnya di sekolah-sekolah yaitu keberadaan bimbingan dan konseling.

Menurut Yusuf dan Juntika (2010: 83) “Bimbingan dan konseling merupakan

suatu proses pemberian bantuan yang diberikan oleh seorang ahli (konselor) kepada

individu (konseli) untuk mencapai perkembangan yang optimal. Berangkat dari

pengertian tersebut, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu

(siswa) agar memperoleh pencerahan diri (intelektual, emosional, sosial, moral-

spiritual) sehingga mampu menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif, dan

mampu mencapai kehidupan yang bermakna (produktif dan kontributif), baik dirinya

sendiri maupun orang lain (masyarakat)”.

Melihat realita yang ada sekarang dengan membandingkan konsep pendidikan yang

bermutu dan tujuan bimbingan dan konseling, sangat jauh berbeda dengan apa yang

diharapkan tentang konsep dan tujuan tersebut, bahkan melahirkan persepsi-persepsi

negatif tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling, yakni pelaksanaan/pelayanan

bimbingan dan konseling di pandang hanya untuk siswa yang bermasalah saja, dan

juga bimbingan dan konseling dianggap sebagai polisi sekolah.

Permasalahan yang dialami oleh peserta didik di sekolah seringkali tidak dapat

dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Halangan ini terlebih lagi
5

disebabkan karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang terletak di luar

sekolah. Dalam kaitan ini, permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Di

sinilah dirasakan perlunya pelayanan dan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di

samping kegiatan pengajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan awal dan kenyataan yang ada di SMKN I

Pasimasunggu terdapat berbagai persepsi terhadap pelaksanaan bimbingan dan

konseling, di antaranya bahwa pelaksanaan maupun pelayanan BK hanya melayani

siswa yang mempunyai masalah, sebagai pendisiplin sekolah ataupun polisi sekolah,

pada umumnya siswa hanya berhubungan dengan guru bimbingan dan konseling

ketika mereka diundang oleh guru bimbingan dan konseling karena mendapat teguran

atau hukuman karena melakukan pelanggaran. Disamping itu kinerja guru bimbingan

dan konseling memberikan layanan bimbingan dan konseling dengan materi yang

tidak bervariasi dan hanya dilakukan dengan metode ceramah sehingga membentuk

persepsi siswa yang kurang tepat terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Dengan demikian persepsi siswa terhadap pelaksanaan bimbingan dan

konseling di sekolah sangat penting dibahas karena bimbingan dan konseling di

sekolah akan dimanfaatkan tergantung bagaimana persepsi siswa terhadap bimbingan

dan konseling,maka pada kondisi awal ini peneliti meminta pendapat beberapa guru

dan siswa di SMKN I Pasimasunggu.Menurut Guru MS berpendapat bahwa

bimbingan konseling di SMKN I Pasimasunggu belum berjalan secara efektif,menurut

Guru WY Bimbingan konseling perlu di tingkatkan agar siswa mendapat bimbingan

secara penuh sedangkan menurut guru AB berpendapat hampir sama dengan guru WY
6

bahwa bimbingan konseling perlu di tingkatkan agar siswa dapat tempat pemecahan

masalah bukan malah sebaliknya.Sedangkan menurut pendapat beberapa siswa yang

berinisal AF menyatakan bahwa dia tidak begitu memahami mengenai bimbingan dan

konseling di sebabkan tidak adanya penjelasan awal mengenai fungsi guru bimbingan

dan konseling.menurut siswa P menganggap guru bimbingan konseling itu

menakutkan karena perannya sebagai guru yang memberi hukuman kepda siswa yang

bermasalah sedangkan menurut siswa J bimbingan konseling hanya di berlakukan

untuk siswa yang bermasalah saja.

Berdasarkan uraian diatas, maka dipandang perlu melakukan pengkajian lebih

lanjut tentang persepsi siswa terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling melalui

penelitian dengan judul “Persepsi siswa terhadap pelaksanaan bimbingan dan

konseling di SMKN 1 Pasimasunggu Kab.Kep. Selayar”

B. Identifikasi Masalah

1 Ada sebagian siswa yang belum memahami tujuan dan fungsi bimbingan

konsling seutuhnya.

2 Ada sebagian siswa yang menganggap layanan bimbingan konseling sama

dngan mata pelajaran lainnya. Namun ada yang beranggapan sebaliknya.

3 Minat berkonsultasi siswa SMKN 1 Pasimasunggu Kab.Kep, Selayar belum

seluruhnya dapat diketahui.


7

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut :”Apakah siswa berpersepsi baik terhadap layanan

Bimbingan dan konseling di SMKN I Pasimasunggu ?”

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap pelaksanaan Bimbingan

dan Konseling di SMKN I Pasimasunggu Kab.Kep Selayar.

E. Manfaat Penelitian

1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis atau akademis, menambah masukan bagi peneliti tentang

penerapan Bimbingan konseling yang baik dalam peningkatan mutu

pendidikan.

2 Manfaat Praktis

a) Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi SMKN 1

Pasimasunggu untuk melaksanakan peningkatan mutu pendidikan melalui

peningkatan hasil belajar dengan dengan pelakasanaan bimbingan dan

konselingb.

b) Bagi guru, sebagai umpan balik tentang sistem pelaksanaan Bimbingan

konseling yang diterapkan selama ini sehingga dapat melakukan

pembenahan yang dianggap efektif


8

c) penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan

pendidikan, khususnya bagaimana mengetahui persepsi siswa terhadap

bimbingan dan konseling.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Persepsi

a. Pengertian

Persepsi (peception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara

seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luasialah pandangan atau penegrtian,

yaitu bagaimana seseorang memandangatau menagartikan sesuatu.Persepsi dapat

didefenisikan sebagai proses menerima, menyeleksi,mengorganisasikan, mengartikan,

menguji dan memberikan reaksi

kepada rangsangan pancaindra atau data.

Menurut Jallaludin Rahmad dalam buku Psikologi Komunikasipersepsi adalah

suatu pengalaman tentang objek peristiwa atau hubunganyang diperoleh dengan

mengumpulkan informasi dan menafsirkanpesan. Dengan demikian persepsi dapat

disimpulkan persepsi itumerupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian

terhadapstimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehinggamerupakan

sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrateddalam diri indivdu.

Menurut Moskowitz dan Orgel (dalam Walgito, 2010: 100) “Persepsi merupakan

proses yang integrated dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya”.

Branca mengatakan bahwa “Persepsi itu merupakan pengorganisasian,

penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu

9
10

yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Karena itu

dalam penginderaan orang akan mengaitkan dengan stimulus, sedangkan dalam

persepsi orang akan mengaitkan dengan objek” (dalam Walgito, 2010: 100). Davidoff

(dalam Walgito: 2010, 100) “Dengan persepsi individu akan menyadari tentang

keadaan di sekitarnya dan juga keadaan diri sendiri”.

Menurut Desiderato (dalam Rakhmat, 2007:51), “persepsi adalah pengalaman

tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna

pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah

jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna

informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, motivasi, dan

memori”.

Menurut Davidoff dan Rogers bahwa “Persepsi merupakan aktivitas yang

integrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif

dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam persepsi dapat dikemukakan

karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama,

maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda

antara individu satu dengan individu lain. Persepsi itu bersifat individual” (dalam

Walgito, 2010: 100).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di simpulkan bahwa persepsi merupakan

suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi

dalam diri individu sehingga individu s


11

adar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang

dimilikinya.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Sepeti telah dipaparkan didepan bahwa dalam persepsi individumengorganisasikan

dan menginterpretasikan stimulus yang diterimanya,sehingga stimulus memiliki arti

bagi individu yang bersangkutan.Dengan demikian stimulus merupakan salah satu

faktor yang berperandalam persepsi. Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan

dalampersepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor:

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra ataureseptor. Stimulus

dapat datang dari luar individu yang dapatmempersepsi, tetapi juga datang dari dalam

diri individu yangbersangkutan langsung dengan syaraf penerima yang bekerjasebagai

reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus yang datangdari luar individu.

2) Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.Disamping itu

juhga ada syaraf sensoris sebagai alat untukmeneruskan stimulus yang diterima

reseptor kepusat susuanansyaraf, yaitu otak sebagai pusat krsadaran. Sebagai alat

untukmengadakan respon diperlukan syaraf sensoris.

3) Perhatian

Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanyaperhatian, yaitu

merupakan langkah pertama sebagai suatupersiapan dalam rangka mengadakan


12

persepsi. Perhatianmerupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitaskepada

sesuatu atau sekumpulan objek.

c. Proses Persepsi

Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorangmerupakan fungsi dari

cara memandang. Oleh karena itu untukmengubah tingkah laku seseorang harus

dimulai dari mengubahpersepsinya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen

utama yaitu

a) Seleksi adalah proses penyaringan oleh oleh indra terhadaprangsangan dari

luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atausedikit.

b) Interpretasi yaitu proses mengorganisasikan informasi

sehinggamempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi

olehbeberapa faktor seperti pengalaman masa lalu, system nilai yangdianut,

motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi jugabergantung pada

kemampuan seseorang untuk mengadakanpengategorian informasi yang

diterimanya, yaitu prosesmereduksi informasi yang kompleks menjadi

sederhana.

c) Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuktingkah

laku sebagai redaksi. Jadi persepsi adalah melakukanseleksi , interpretasi

dan pembulatanterhadap informasi yangsampai.

d. Jenis persepsi
13

a) Persepsi positif, yaitu manifestinya berupa rasa senang sehinggadalam

memberikan respon/reaksi selanjutnya akan menampakkankecenderungan

untuk berbuat.

b) Persepsi negatif, yaitu manifestasinya berupa rasa tidak senangakan

menampakkan kecenderungan reaksi untuk menghindari,menjauhi dan bisa

menimbilkan antipasi atau cuek.

e. Prinsip persepsi

Organisasi dalam persepsi, mengikuti beberapa prinsip. Hal inidikemukakan oleh

Ahmad Fauzi sebagai berikut:

a) Wujud dan latar

Objek-objek yang diamati disekitar kita selalu munculdengan wujud

sedangkan hal lainnya disebut latar.

b) Pola pengelompokan

Hal-hal cenderung kita kelompokkan dalam persepsi kita.Bagaimana cara kita

mengelompokkan dan menentukan,bagaimana kita mencermati hal-hal

tersebut.

Berdasarkan prinsip di atas, dapat diketahui bahwa dalammengenal dunia

luarnya dengan cara mengenal dirinya sesuai dengankeadaan sekitarnya.

2. Layanan Bimbingan Konseling

a) Pengertian

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepadaseseorang atau

sekelompok orang secara terus menerusdan sistematisoleh guru pembimbing agar


14

individu atau sekelompok orang menjadidiri pribadi yang mandiri. Sedangkan

menurut Mogeadi dalam Winkel dan Hastutibimbingan merupakan sejenis pelayanan

pada individu-individu agardapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan

tepat danmenyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapatmenyesuaikan diri

dengan lingkungan.

Menurut Miller dalam Mapiere bimbingan adalah prosesindividu untuk

mencapai pemahaman diri dan arah diri terutamauntuk membuat penyesuaian

maksimum terhadap sekolah, rumahtangga dan masyarakat umum.

Dari pemaparan bimbingan yang telah diungkapkan di atassudah memberikan

gambaran tentang bimbingan maka penulismengambil suatu kesimpulan bahwa yang

dimaksud bimbinganadalah suatu proses pemberian bantuan terhadap seseorang

baikindividu dan kelompok orang secara berkesinambungan, sistematis,terencana serta

terarah pada tujuan agar dapat memahami dirinya

Koseling adalah terjemahan dari kata counseling mempunyai makna sebagai

hubungan timbal balik antara dua individu di mana konselor membantu klien untuk

mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah

masalahyang di hadapinya pada waktu yang akan datang(Natwijaya,1987).Selain itu

Priyitno (2004) mendefinisikan konseling adalah bantuan yang di berikan oleh

konselor terhadap klien dalam rangka pengetasan masalah klien.dalam suasana tatp

muka yang di laksanakan interaksi langsung antara konselor dan klien.Pembahsan

tersebut bersifat mendalam menyentuh hal hal penting tentang klien.


15

Dari pemaparan tentang pengertian konseling di atas maka dapat di simpulkan

bahwa konseling adalah bantuan secara profesionalyang di berikan oleh konselor

kepada klien secara tatp mua empat mata yang di laksanakan interaksi secara langsung

dalam rangka memperoleh pemahaman diri yang lebih baik,kemmapuan mengontrol

diri dan mengarahkan diri iuntuk di manfaatkan olehnya dalam rangka pemecahan

masalah dan emperbaki tingkah lakunya pada masa yang akan datang

b) Tujuan bimbingan konseling

Pelayanan bimbingan konseling bertujuan menjadikan kliendapat berdiri

sendiri, tidak tergantung pada orang lain atau padakonselor. Terdapat lima tujuan

bimbingan konseling di sekolah yaitu:

1) Mengenal dirinya sendiri dan lingkungan.

Mengenal dirinya sendiri adalah dalam arti mengenalkekuatan serta kelemahan

yang ada pada dirinya.Lingkungan dalam arti umum, yaitu lingkungan

keluarga,sekolah, pekerjaan, masyarakat dan sebagainya. Denganmengenal diri sendiri

dan lingkungan itu, diharapkan siswamelihat hubungan dan kemungkinan yang

tersedia sertamemperkirakan apa yang dapat mereka capai sesuai dengandiri mereka.

2) Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secaradinamis.

Dengan mengenal kekurangan yang ada pada diri mereka,diharapkan mereka

mau menerima apa adanya yang terdapatdalam diri mereka.

3) Untuk dapat mengambil keputusan tentang berbagai hal.


16

Misalnya, pemilihan jurusan yang akan mereka masuki.Kenyataan

menunjukkan bahwa seseorang yang dapatmenentukan sendiri suatu hal tanpa di paksa

oleh pihak lainakan memberikan kepuasan sendiri bagi dirinya.

4) Untuk dapat mengarahkan diri.

Bimbingan dan konseling juga bertujuan untuk mengarahkansiswa kepada

“sesuatu” sesuai dengan bakat, minat dankemampuan yang ada pada diri individu.

5) Untuk mewujudkan diri sendiri.

Dengan pengenalan diri dan lingkungan, denganpengambilan keputusan

sendiri, mengarahkan diri akhirnyadiharapkan siswa dapat mewujudkan

(merealisasikan)

dirinya sendiri.

c) Asas-asas bimbingan dan konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan prodesional sesuai

dengan makna uraian tentang pemahaman, pelanggaran, dan penyikapan (yang

meliputi unsure-unsur kognisi, afeksi dan perlakuan) konselor terhadap kasus

pekerjaan professional itu harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang

menjamin efisien dan efektivitas proses dan lain-lainya. Kaidah-kaidah tersebut

didasarkan atas tuntutan keilmuan layanan di satu segi (antara lain bahwa layanan

harus didasarkan atas data dan perkembangan klien),dan tuntutan optimalisasi proses

penyelenggaraan layanan di segi lain (yaitu suasana konseling ditandai oleh adanya

kehangatan,pemahaman,penerimaaan,kebebasan dan keterbukaan,serta sebagai

sumber daya yang perlu diaktifkan). Asas bimbingan dan konseling yaituketentuan-
17

ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraann layanan itu. Apabila asas-

asas itu diselenggarakan dan diikuti dengan baik,maka dapat diharapkan proses

pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan;sebaliknya,apabila asas

itu diabaikan atau dilanggar maka sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu

justru berlawanan dengan tujuan bimbingan dan konseling,bahkan akan dapat

merugikan orang-orang yang terlibat dalam pelayanan,serta profesi bimbingan dan

konseling itu sendiri.

Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah

hendaknya selalu mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling. Asas-asas ini

dapat diterapkan yakni asas kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas keterbukaan, asas

kekinan,asas kemandirian, asas kegiatanasas kedinamisan, asas keterpaduan, asas

kenormatifan, asas keahlian, asas alih tangan, dan asas tutwuri handayani.Untuk

mendapatkan wawsan dan pemahaman yang memadai mengenai asas-asas bimbingan

dan konseling diatas dijelaskan sebagai berikut :

1. Asas kerahasiaan

Pelayanan bimbingan dan konseling ada kalanya berhubungan dengan klien yang

mengalami masalah. Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan

konseling kadang-kadang klient harus menyampaikan hal-hal yuang sangat pribadi/

rahasia, kepada konselor, oleh karena itu konselor harus menjaga kerahasiaan data

yang diperolehnya dari klientnya. Bagi klien yang bermasalah dan ingin

menyelesaikan masalahnya akan sangat membutuhkan bantuan dari orang yang dapat
18

memnyimpan kerahasian masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu segala sesuatu

yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disebarluaskan kepad pihak

lain.Jika asas ini benar-benar dilaksanakan oleh konselor, maka konselor akan

mendapat kepercayaan dari semua pihak dan mereka akan memanfaatkan jasa

bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya ,jika konselor tidak

dapat memegang asas kerahasiaan ini dengan baik,maka hilanglah kepercayaan klien

terhadap konselor,sehingga akibatnya pelayanan bimbingan tidak dapat tempat atau

diterima di hati klien dan para calon klien. Selain itu klien akan takut meminta

bantuan pada konselor sebab khwatir masalah dan diri mereka akan menjadi bahan

pembicaraan orang. Sementara itu ada kemungkinana klien akan menyebarluaskan

pengalaman yang yang tidak menyenangkan ini kepada klien lain. Hal yang demikian

dapat berdampak terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling selanjutnya,dan

konselor tidak dapat dipercaya oleh klien. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan

bahwa asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan

konseling,dan harus benar-benar dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

2. Asas kesukarelaan

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar

kesukarelaan,baik dari pihak konselor maupun klien.Dengan ini keberhasilan

pelayanan bimbingan dan konseling akan tercapai.kesukarelaan itu ada pada konselor

maupun pada klien. Artinya klien secara sukarela tanpa cara terpaksa mau

menyampaikan masalah yang ditanganinya dengan mengungkapkan secara terbuka

hal-hal yang dialaminya,serta mengungkapkan segenap fakta,data dan seluk beluk


19

yang berkenaan dengan masalah yang dialaminya. Sementara konselor hendaknya

dapat memberikan bantuan dnegan tidak terpaksa,atau dengan kata lain konselor

memberikan bantuan dnegan ikhlas.

3. Asas keterbukaan

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana

keterbukaan,baik dari pihak konselor maupun klien. Keterbukaan ini bukan hanya

sekadar bersedia menerima saran-saran dari luar, malahan lebih dari itu,diharapkan

masing pihak yang bersangkutan bersedia buka diri untuk kepentingan

masalah.individu yang membutuhkan bimbngan diharapakan dapat berbicara sejujur

mungkin dan berterus terang tentang dirinya sendiri sehingga dengan keterbukaan ini

penelahan serta pengkajian berbagai kekuatan dan kelemahan klien dapat dilaksanakan

Keterus terangan si klien akan terjadi jika klien tidak lagi mempersoalkan asas

kerahasiaan dan kesukarelaan maksudnya klien betul- betul mempercyai konselor dan

benar – benar mengharapakan bantuan dari konselornya.

Keterbukaan disisni ditinjau dari 2 arah .dari pihak klien diharapakan pertama-

tama membuka diri sehingga apa yang ada pada dirinya dapat diketahui oleh orang

lain(dalam hal ini orang konselor)dan yang kedua mau membuka diri dalam arti mau

menerima saran dan masukan lainnya dari pihak luar.dari pihak konselor keterbukaan

terwujud dengan kesedian konselor menjawab pertanyaan- pertanyaan dari klien dan

mengunkapkan diri konselor sendiri jika hal itu memang di kehendaki oleh

klien.dalam hubungan suasana seperti itu masing- masing pihak bersifat


20

transparan(terbuka)terhadap pihak lainya.dengan keterbukaan ini penelahan masalah

serta pengkajian berbagai kekuatan dan kelemahan klien semakin muda dipahami.

4. Asas kekinian

Masalah klien yang ditangani melalui kegiatan dan bimbingan dan konseling

adalah masalah – masalah yang sedang dirasakan,bukan masalah yang pernah dialami

pada masa lampau,dan juga bukan masalah yang mungkin dialami di masa yang akan

datang .apabila ada hal tertentu yang menyangkut masa lampu dan atau masalah yang

akan datang yang perlu dibahas dalam upaya bimbingan yang sedang di selenggrakan

itu,pembahasan tersebut hanyalah merupakn latar belakang dan atau latar depan dari

maslah yang dihadapi sekarang,sehingga masalah yang sedang dialami dapat

terselesaikan.dalam usaha bersifat pencegahan,pada dasarnya pertanyaan yang perlu

dijawab adalah apa yang perlu dilakukan sekarang sehingga kemungkinan yang tidak

baik dapat di hindari.

Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh

menundah-nundah pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klien atau jelas-jelas

terlihat misalnya adanya siswa yang mengalami masalah, maka konselor hendaklah

segera memberi bantuan. Konselor tidak selayaknya menunda-nunda memberi bantuan

dengan berbagai dalih. Konselor harus mendahulukan kepentingan klien dari pada

yang lainnya. Jika konselor benar-benar memiliki alasan yang kuat untuk tidak

memberi bantuannya maka harus dapat mempertanggungjawabkan bahwa penundaan

yang dilakukan itu justru untuk kepentingan klien.


21

5. Asas Kemandirian

Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan klien dapat berdiri

sendiri tidak bergantung pada orang lain atau konselor. Ciri-ciri pokok dari individu

yang setelah dibimbing dan dapat mandiri adalah sebagai berikut:

a.
Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagai mana adanya
b.
Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis
c.
Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri
d.
Mengarahkan diri sendiri sendiri sesuai keputusan itu
e.
Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi,minat,dan
kemampuan yang dimilikinya
Kemandirian dengan ciri-ciri umum diatas haruslah di sesuaikan dengan

tingkat perkembangan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari. Kemandirian

sebagai hasil konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling,dan hal itu

didasari baik oleh konselor maupun klien. Dengan demikian,maka para konselor

hendaknya senantiasa berusaha menghidupkan kemandirian pada diri klien,bukan

justru menghidupkan ketergantungan klien pada konselor.

6. Asas kegiatan

Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila

klien tidak melakukan sendiri dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil

usaha bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya,melainkan

harus dengan kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaknya membangkitkan

semangat klien sehingga klien mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang

diperlukan dalam penyelesaian masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam

konseling.
22

7. Asas kedinamisan

Upaya pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan

pada diri klien yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.

Perubahan itu tidak sekedar mengulang hal yang lama yang bersifat monoton

melainkan perubahan yang menuju ke suatu pembaruan,sesuatu yang lebih

maju,dinamis,sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki. Asas

kedinamisan mengacuh pada hal-hal; yang baru yang hendaknya terdapat pada dan

menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasilnya.

8. Asas keterpaduan

Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan sebagai aspek

kepribadian klien. Sebagaimana diketahui klien memiliki berbagai aspek kepribadian

yang kalau keadaannya tidak seimbang,serasi dan terpadu justru akan menimbulkan

masalah. Disamping keterpaduan pada diri klien,juga harus diperhatikan keterpaduan

isi dan proses layanan yang diberikan. Jangan terjadinya aspek layanan yang satu

dengan aspek layanan yang lainnya menjadi tidak serasi. Untuk terselenggaranya asas

keterpaduan,konselor perlu memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan klien

dan aspek-aspek lingkungan klien,serta sebagai sumber yang dapat diaktifkan untuk

menangani masalah klien. Kesemuanya itu dipadukan dalam keadaan serasi dan saling

menunjang dalam upaya bimbingan dan konseling.

9. Asas kenormatifan

Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-

norma yang berlaku,baik ditinjau dari norma agama,adat,hukum atau negara,ilmu,


23

maupun kebiasaan sehari-hari. Asas ini diterapkan terhadap isi maupun proses

penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan

norma-norma yang ada. Demikian pula prosedur,tekhnik,dan peralatan yang dipakai

tidak menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan. Ditinjau dari permasalahan

klien,barangkali pada awalnya ada materi bimbingan dan konseling yang tidak

bersesuaian dengan norma (misalnya klien mengalami masalah melanggar norma-

norma tertentu), namun justru dengan pelayanan bimbingan dan konselinglah tingkah

laku yang melanggar norma itu di arahkan kepada yang lebih bersesuaian dengan

norma.

10. Asas Keahlian

Usaha bimbingan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan

sistematik dengan menggunakan prosedur, tekhnik dan alat (instrumentasi bimbingan

dan konseling) yang memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat latihan

secukupnya, sehingga dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan usaha pemberian

layanan. Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan profesional yang

diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus dididik untuk pekerjaan itu. Asas

ini selain mengacu kepada kualifikasi konselor (misalnya pendidikan sarjana bidang

bimbingan dan konseling ), juga kepada pengalaman. Teori dan praktek bimbingan

dan konselor perlu dipadukan. Oleh karena itu, seorang konselor ahli harus benar-

benar menguasai teori dan praktek konseling secara baik.


24

11. Asas Alih Tangan

Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling,asas ini jika konselor

sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, namun

inidividu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan,maka

konselor dapat mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan yang lebih ahli.

Disamping itu asas ini juga mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan konseling

hanya menangani masalah-masalah individu sesuai dengan kewenangan petugas yang

bersangkutan, dan setiap masalah yang ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.

Hal terakhir itu secara langsung mengacu kepada batasan yang telah diuraikan pada

BAB II ,bahwa bimbingan dan konseling hanya memberikan kepada individu-individu

yang pada dasarnya normal (tidak sakit jasmani maupun rohani) dan bekerja dengan

kasus-kasus yang terbebas dari masalah-masalah kriminal maupun perdata.

12. Asas Tutwuri Handayani

Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka

hubungan keseluruhan antara konselor dan klien. Lebih-lebih dilingkungan sekolah,

asas ini makin dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing

ngarso sung tulodo,ing madya mangun karso”. Asas ini menuntut agar layanan

bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah

dan menghadap kepada konselor saja ,namun diluar hubungan proses bantuan

bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan

bimbingan dan konseling itu.


25

d) Jenis jenis layanan bimbingan konseling

1. Layanan Orientasi

Menurut Prayitno (2004) orientasi berarti tatapan ke depan ke arah dan tentang

sesutu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan

terhadap siswa baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan

ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru.Situasi atau lingkungan yang baru

bagi individu merupakan sesuatu yang “ asing”. Dalam kondisi keterasingan individu

akan mengalami kesulitan untuk bersosialisasi. Dengan perkataan lain individu akan

sulit melakukan hal-hal yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Ketidak mampuan

bersosialisasi juga menimbulkan perilaku mal adaptif (perilku menyimpang) bagi

individu. Layanan orientasi berusaha menjembatani kesenjangan antara individu

dengan suasana atupun objek-objek baru. Layanan ini juga akan mengantarkan

individu (siswa) memasuki suasana ataupun objek baru agar ia dapat mengambil

manfaat berkenaan dengan situasi atau objek yang baru tersebut.

a) Tujuan layanan orientasi

Layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar mampu

menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi baru. Dengan perkataan lain agar

individu dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari berbagai sumber yang ada

pada suasana atau lingkungan baru tersebut. Layanan ini juga akan mengantarkan

individu untuk memasuki suasana atau lingkungan baru.


26

Secara lebih khusus, tujuan layanan orientasi berkenaan dengan fungsi-fungsi

tertentu pelayanan bimbingan dan konseling. Dilihat dari fungsi pemahaman, layanan

orientasi bertujuan untuk membantu individu agar memiliki pemahaman tentang

berbagai hal yang penting dari suasana yang dijumpainya. Hal-hal yang baru dijumpai

di olah oleh individu, dan digunakan untuk sesuatu yang menguntungkan.Dilihat dari

fungsi pencegahan, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar

terhindar dari hal-hal negatif yang dapat timbul apabila individu tidak memahami

situasi atau lingkungan yang baru. Dilihat dari fungsi pengembangan, apabila individu

mampu menyesuaikan diri secara baik dan mampu memanfaatkan secara konstruktif

sumber-sumber yang ada pada situasi yang baru, maka individu akan dapat

mengembangkan dan memlihara potensi dirinya. Pemahaman tentang situasi yang

baru dan kemampuan konstruktif memasuki suasana baru, merupakan jalan bagi

pengentasan dan dalam membela hak-hak pribadi sendiri (Fungsi Advokasi). Lihat

Priyatno (2004).

b) Isi Layanan Orientasi

Isi layanan orientasi adalah berbagai hal berkenaan dengan suasana,

lingkungan, dan objek-objek yang baru bagi individu. Hal-hal tersebut melingkupi

bidang-bidang: (a) pengembangan pribadi, (b) pengembangan hubungan sosial, (c)

pengembangan kegiatan belajar, (d) pengembangan karier, (e) pengembangan

kehidupan berkeluarga, dan (f) pengembangan kehidupan beragama.


27

c) Teknik Layanan Orientasi

Proses layanan orientasi mulai dari perencanaan hingga akhir bisa

dilaksanakan melalui berbagai teknik dalam format lapangan, klasikal, kelompok,

individual, dan politik.

a. Pertama, format lapangan. Format ini ditempuh apabila peserta layanan

(siswa) melakukan kegiatan ke luar kelas atau ruangan dalam rangka

mengakses objek-objek tertentu yang menjadi isi layanan. Melalui format ini,

peserta (siswa) mengunjungi objek-objek yang dimaksud. Bagi siswa baru di

sekolah dan madrasah, format ini biasanya dilakukan dimana siswa

mengunjungi objek-objek tertentu seperti perpustakaan, laboratorium, dan lain

sebagainya.

b. Kedua, format klasikal. Dengan format ini, kegiatan layanan orientasi

dilaksanakan di dalam kelas atau ruangan. Objek-objek yang menjadi isi

layanan di bawa ke dalam kelas (ruangan) dalam bentuk contoh-contoh,

ilustrasi melalui gambar, films, tampilan video, dan lain sebagainya. Isi

layanan disajikan, dispersepsi, dicermati, didiskusikan, diperlakukan secara

bebas dan terbuka.

c. Ketiga, format kelompok. Secara umum polanya sama dengan format klasikal,

yaitu dilakukan secara berkelompok dan terdiri atas sejumlah peserta yang

terbatas, misalnya lima sampai delapan orang. Melalui format ini lebih

memungkinkan dilakukannya akses yang lebih intensif terhadap objek layanan.


28

Selain itu, layanan ini juga dapat memanfaatkan dinamika kelompok sehingga

hasil layanan dapat lebih optimal.

d. Keempat, format individual. Berbeda dengan format kelompok, format ini

merupakan format khusus dilakukan terhadap individu-individu tertentu. Isi

layanan juga bersifat khusus disesuaikan dengan kebutuhan individu yang

bersangkutan.

e. Kelima,format politik. Dengan format ini, konselor atau pembimbing berupaya

menghubungkan dan mengaktifkan pihak-pihak di luar peserta layanan untuk

memberikan dukungan dan fasilitas yang memudahkan pelaksanaan layanan

dan menguntungkan peserta layanan. Pihak-pihak yang dihubungi tentu yang

terkait dengan isi layanan.

Oleh karena itu, masalah-masalah yang dihadapi individu beragam, maka

layanan orientasi bisa mengombinasikan format-format di atas. Misalnya format

politik dilaksanakan dalam perencanaan dan persiapan layanan dan bahkan juga

selama pelaksanaannya. Format lapangan bisa dikombinnasikan dengan format

klasikal bahkan format kelompok. Selain itu, format individual dapat merupakan

tindak lanjut dari format layanan klasikal atau format kelompok.

Dengan format di atas, layanan orientasi bisa dilaksanakan dengan teknik-

teknik: pertama, penyajian, yaitu melalui ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Kedua,

pengamatan yaitu melihat langsung objek-objek yang terkait dengan isi layanan.

Ketiga, partisipasi, yaitu dengan melibatkan diri secara langsung dalam susana dan
29

kegiatan, mencoba, dan mengalami sendiri. Keempat, studi dokumentasi, yaitu dengan

membaca dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait. Kelima, kontemplasi, yaitu

dengan memikirkan dan merenungkan secara mendalam tentang berbagai hal yang

menjadi isi layanan. Teknik-teknik tersebut di atas dilakukan oleh konselor, penyaji,

nara sumber, dan peserta layanan sesuai dengan peran masing-masing.

d) Kegiatan Pendukung Layanan Orientasi

Kegiatan pendukung layanan orientasi dapat berupa: pertama, aplikasi

instrumental dan himpunan data. Pengungkapan masalah individu melalui instrumen

tertentu, misalnya tes dapat menjadi bahan pertimbangan untuk layanan orientasi

terutama untuk menetapkan isi layanan dan sekaligus individu yang akan menajdi

peserta layanan; begitu juga halnya himpunan data. Kedua, konferensi kasus.

Konferensi kasus harus dapat diarahkan untuk mengidentifikasi hal-hal apa saja yang

perlu dijadikan fokus atau isi layanan. Dalam konferensi kasus dapat juga langsung

dibicarakan siapa peserta layanan dan aspek-aspek teknisnya. konferensi kasus dapat

melibatkan pihak-pihak seperti konselor, kepala sekolah dan wakilnya, wali kelas,

guru-guru tertentu, bahkan orang tua siswa juga bisa dilibatkan. Ketiga, kunjungan

rumah. Untuk hal-hal tertentu apabila memang apabila memang diperlukan, konselor

(pembimbing) bisa melakukan kunjungan rumah untuk lebih mendalami data siswa

atau untuk kroscek data sesuai dengan kebutuhan layanan. Keempat, alih tangan kasus.

Kegiatan ini dilaksanakan apabila keadaan kurang terpenuhinya kebutuhan peserta

layanan (siswa) oleh konselor, terutama kebutuhan di luar kewenangan konselor.


30

e) Pelaksanaan Layanan Orientasi

Proses atau tahap layanan orientasi adalah sebagai berikut :

1. perencanaa. Pada tahap ini ,hal-hal yang dilakukan adalah; (a) menetapkan

objek orientasi yang akan dijadikan isi layanan, (b) menetapkan peserta

layanan, (c) menetapkan jenis kegiatan, termasuk format kegiatan, (d)

menyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber, dan media (e)

menyiapkan kelengkapan administrasi.

2. pelaksanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah: (a)

mengorganisasikan kegiatan layanan, (b) mengimplementasikan

pendekatan tertentu termasuk implementasi format layanan dan

penggunaan media.

3. evaluasi. Hal-hal yang dilakukan adalah: (a) menetapkan materi evaluasi,

(b) menetapkan prosedur evaluasi, (c) menyusun instrumen evaluasi, dan

(e) mengolah hasil aplikasi instrumen.

4. analisis hasil evaluasi. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a)

menetapkan standar analisis, (b) melakukan analisis, (c) menafsirkan hasil

analisis.

5. tindak lanjut. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a)

menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, (b) mengkomunikasikan rencana

tindak lanjut kepada berbagai pihak yang terkait, (c) melaksanakan rencana

tindak lanjut.
31

6. laporan. Meliputi : penyusun laporan layanan orientasi, (b)

mmenyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait (kepala sekolah atau

madrasah), (c) mendokumentasikan laporan layanan.

2. Layanan Informasi (information)

1. Makna Layanan Informasi

Menurut Winkel (1991) layanan informasi merupakan suatu layanan yang

berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan.

Layanan informasi juga bermakna usaha-usaha untuk membekali siswa dengan

pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan tentang proses

perkembangan anak muda.

Dalam menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya, individu memerlukan

berbagai informasi baik untuk keperluan kehidupannya seahri-hari, sekarang, maupun

untuk perencanaanya kehidupannya di masa depan, akibat tidak menguasai dan tidak

mampu mengakses informasi. Melalui layanan bimbingan dan konseling individu

dibantu memperoleh atau mengakses informasi.

2. Tujuan Layanan Informasi

Layanan informasi bertujuan agar individu (siswa) mengetahui menguasai

informasi yang selanjutnya dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan

perkembangan dirinya. Selain itu, apabila merujuk kepada fungsi pemahaman, layanan

informasi bertujuan agar individu memahami berbagai informasi dengan segala seluk
32

beluknya. Penguasaan akan berbagai informasi dapat digunakan untuk mencegah

timbulnya masalah, pemecahan suatu masalah, untuk memelihara dan

mengembangkan potensi individu serta memungkinkan individu (peserta layanan)

yang bersangkutan membuka diri dalam mengaktualisasikan hak-haknya.

Layanan informasi juga bertujuan untuk pengembangan kemandirian.

Pemahaman dan penguasaan individu terhadap informasi yang diperlukannnya akan

memungkinkan individu: (a) mampu memahami dan menerima diri dan

lingkungannya secara objektif, positif, dan dinamis, (b) mengambil keputusan, (c)

mengarahkan diri untuk kegiatan-kegiatan yang berguna sesuai dengan keputusan

yang di ambil, dan (d) mengaktualisasikan secara terintegrasi.

3. Isi Layanan Informasi

Jenis-jenis inforamsi yang menjadi isi layanan ini bervarisi. Demikian juga

keluasan dan kedalamannya. Hal itu tergantung kepada kebutuhan para peserta

layanan (tergantung kebutuhan siswa). Informasi yang menjadi isi layanan harus

mencakup seluruh bidang pelayanan bimbingan dan konseling sperti tersebut di atas

yaitu: bidang pengembangan pribadi, bidang pengembangan sosial, bidang

pengembangan kegiatan belajar, perencanaan karier, kehidupan berkeluarga, dan

kehidupan beragama.

Secara lebih rinci, informasi yang menjadi isi layanan bimbingan dan

konseling di sekolah atau madrasah adalah pertama, informasi tentang perkembangan


33

diri. Kedua, informasi tentang hubungan pribadi, sosial, nilai-nilai (values) dan moral.

Ketiga, informasi tentang pendidikan kegiatan belajar, dan ilmu pengetahuan dan

teknologi, keempat, informasi tentang dunia karier dan ekonomi. Kelima, informasi

tentang sosial budaya, politik, dan kewarganegaraan. Keenam, informasi tenatng

kehidupan berkeluarga. Ketujuh, informamsi tentang agama dan kehidupan beragama

beserta seluk beluknya.

4. Teknik Layanan Inforamsi

Layanan inforamsi dapat diselenggarakan secara langsung dan terbuka oleh

pembimbing atau konselor kepada seluruh siswa di sekolah madrasah. Berbagai teknik

dan media yang bervariasi serta fleksibel dapat digunakan melalui format klasikal dan

kelompok. Format mana yang akan digunakan tentu tergantung jenis informasi dan

karakteristik peserta layanan. Beberapa teknik yang biasa digunakan untuk layanan

informasi adalah:

1. ceramah, tanya jawab dan diskusi. Teknik ini paling umum digunakan

dalam penyampaian informasi dalam berbagai kegiatan termasuk

pelayanan bimbingan dan konseling. Melalui teknik ini, para peserta

mendengarkan atau menerima ceramah dari pembimbing (konselor),

selanjutnya diikuti dengan tanya jawab. Untuk pendalamannya dilakukan

diskusi.

2. melalui media. Penyampaian informasi bisa dilakukan melalui media

tertentu seperti alat peraga, media tertulis, media gambar, poster, dan
34

media elektronik seperti radio, tape recorder, film, televisi, internet, dan

lain-lain. Dengan perkataan lain, penyampaian informasi bisa melalui

media nonelektronik dan elektronik.

3. acara khusus. Layanan informasi melalui cara ini dilakukan berkenaan

dengan acara khusus di sekolah atau madrasah; misalnya “ hari tanpa

Asap Rokok”, “ Hari Kebersihan Lingkungan Hidup,” dan lain

sebagainnya. Dalam acara hari tersebut, disampaikan berbagai informasi

berkaitan dengan hari-hari tersebut dan dilakukan berbagai kegiatan yang

terkait yang diikuti oleh sebagaian atau seluruh siswa di sekolah atau

madrasah di mana kegiatan itu dilaksanakan.

4. narasumber. Layanan informasi juga bisa diberiakn kepada peserta

layanan dengan mengundang narasumber (manusia sumber). Misalnya

informasi tentang obat-obatan terlarang, psikotropika dan narkoba

mengundang nara sumber dari Dinas Kesehatan, kepolisian, dan lain-lain

yang terkait. Dengan demikian, informasi tidak menjadi monopoli

konselor (pembimbing). Dengan perkataan lain tidak semua informasi

diketahui oleh pembimbing, harus didatangkan atau diundang pihak lain

yang mengetahui. Pihak-pihak mana yang akan diundang tentu

disesuaikan dengan jenis informasi yang akan diberikan.

5. Kegiatan Pendukung Layanan Informasi


35

Beberapa kegiatan pendukung layanan informasi adalah pertama, aplikasi

instrumentasi dan himpunan data. Kedua, konferensi kasus. Ketiga, kunjungan rumah.

Keempat, alih tangan kasus.

1. aplikasi instrumen dan himpunan data, instrumen untuk layanan informasi

bisa disusun sendiri oleh pembimbing atau memanfaatkan instrument yang

telah ada. Data hasil aplikasi instrument yang telah ada, termasuk data yang

tercantum dalam himpunan data dapat dipergunakan untuk: (a) menetapkan

informasi yang menjadi isi layanan informasi, (b) menetapkan calon

peserta layanan, dan (c) menetapkan calon penyaji termasuk nara sumber

yang akan diundang.

2. konferensi kasus. Konferensi kasus dihadiri oleh steakholders sekolah dan

madrasah seperti kepala sekolah dan wakilnya, pembimbing, guru, wali

kelas, orang tua, tokoh masyarakat, dan pihak-pihak lain yang terkait.

Melalui konferensi kasus dapat dibicarakan berbagai aspek

penyelenggaraan layanan informasi yang mencakup: (a) informasi yang

dibutuhkan oleh subjek layanan, (b) subjrk calon peserta layanan, (c)

penyaji layanan (termasuk nara sumber), (d) waktu dan tempat layanan, (e)

rencana operasional.

3. kunjungan rumah. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui pendapat

orang tua dan kondisi kehidupan keluarga terkait dengan penguasaan

informasi tertentu oleh anak atau anggota keluarga lainnya. Melalui


36

kunjungan rumah, konselor atau pembimbing dapat menetapkan informasi

yang akan diikuti oleh siswa atau anggota keluarga yang bersangkutan

serta meminta dukungan dan pasrtisipasi orang tua dalam pemberian

layanan. Apabila sulit melakukan kunjungan rumah, bisa dilakukan dengan

mengundang orang tua ke sekolah baik secara perorangan atau kelompok

untuk berdsikusi dengan pembimbing (konselor) atau menghadiri

konferensi kasus yang membahas layanan informasi.

4. alih tugas kasus. Setelah mengikut layanan informasi, mungkin ada di

antara peserta (siswa) yang ingin mendalami informasi tertentu atau

mengaitkan secara khusus informasi yang telah diterimanya dengan

permasalahan yang dialaminya. Untuk itu diperlukan upaya lanjut.

Keinginan tersebut dapat diupayakan pemenuhannya oleh konselor.

Apabila keinginan yang diamksud berada di luar kewenangan konselor,

maka upaya alih tugas kasus perlu dilakukan. Pembimbing (konselor)

mengatur pelaksanaan alih tugas kasus tersebut bersama peserta (siswa)

yang menghendaki upaya tersebut.

6. Pelaksanaan Layanan Inforamsi

Pelaksanaan layanan informasi menempuh tahapan-tahapan sebagai berikut:

pertama, perencanaan yang mencakup kegiatan: (a) identifikasi kebutuhan akan

informasi bagi calon peserta layanan; (b) menetapkan materi inforamsi sebagai isi

layanan; (c) menetapkan subjek sasaran layanan; (d) menetapkan nara sumber; (e)
37

menyiapkan prosedur, perangkat, dan media layanan; dan (f) menyiapkan kelengkapan

administrasi.Kedua, pelaksanaan yang mencakup kegiatan: (a) mengorganisasikan

kegiatan layanan, (b) mengaktifkan peserta layanan, dan (c) mengoptimalkan

penggunaan metode dan media.Ketiga, evaluasi yang mencakup kegiatan: (a)

menetapkan materi evaluasi, (b) menetapkan prosedur evaluasi, (c) menyusun

instrumen evaluasi, (d) mengaplikasikan instrumen evaluasi, dan (e) mengolah hasil

aplikasi instrumen.Keempat, analisis hasil evaluasi yang mencakaup kegiatan: (a)

menetapkan norma atau satandar evaluasi, (b) melakukan analisis, dan (c) menafsirkan

hasil analisis.Kelima, tindak lanjut yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan jenis dan

arah tindak lanjut, (b) mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait,

dan (c) melaksanakan rencana tindak lanjut.Keenam, pelaporan yang mencakup

kegiatan: (a) menyusun laporan layanan informasi, (b) menyampaikan laporan kepada

pihak terkait (kepala sekolah atau madrasah), dan (c) mendokumentasikan laporan.

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran

1. Makna Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa

depannya selama masih disekolah dan madrasah dan sesudah tamat, memilih program

studi lanjutan sebagai persiapan utuk kelak memangku jabatan tertentu (lihat Winkel,

1991).Individu dalam proses perkembangannya sering dihadapkan pada kondisi yang

di satu sisi serasi atau (kondusif) mendukung perkembangannya dan disisi lain kurang

serasi atau kurang mendukung (mismatch). Kondisi mismatch berpotensi


38

menimbulkan masalah pada individu (siswa). Oleh sebab itu, layanan penempatan dan

penyaluran diupayakan untuk membantu ndividu yanag mengalami mismatch.

Layanan ini berusaha meminimalisasikan kondisi mismatch yang terjadi pada individu

sehingga individu dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Di tempat

yang cocok dan serasi serta kondusif diharapkan individu dapat mengembangkan diri

secara optimal.

2. Tujuan Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan penempatan dan penyaluran bertujuan supaya siswa bisa

menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup kegiatan nonakademik

yang menunjang perkembangannya serta semakin merealisasikan rencana masa depan

(Winkel, 1991). Dengan perkataan lain layanan penempatan dan penyaluran bertujuan

agar siswa memperoleh tempat yang sesuai untuk pengembangan potensi dirinya.

Tempat yang dimaksud adalah lingkungan baik fisik maupun psikis atau lingkungan

sosio emosional termasuk lingkungan budaya yang secara langsung berpengaruh

terhadap kehidupan dan perkembangan siswa (Lihat Prayitno, 2004).

Merujuk kepada fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang mencerminkan

tujuan secara lebih khusus, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai

berikut: pertama, fungsi pemahaman. Merujuk kepada fungsi ini, tujuan layanan

penempatan dan penyaluran adalah agar siswa memahami potensi dan kondisi dirinya

sendiri serta kondisi lingkungannya.Kedua, fungsi pencegahan. Merujuk kepada

fungsi ini, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mencegah
39

semakin parahnya masalah, hambatan dan kerugian yang dialami individu (siswa).

Atau mencegah berlarut-larutnya masalah yang dialami individu.Ketiga, fungsi

pengentasan. Merujuk kepada fungsi ini, tujuan layanan penempatan dan penyaluran

adalah untuk mengangkat individu dari kondisi yang tidak baik kepada kondisi yang

lebih baik. Fungsi ini berkaitan dengan fungsi pencegahan di mana layanan ini

berupaya mengatasi masalah siswa dengan menempatkannya pada kondisi yang sesuai

(kondusif) dengan kebutuhannya. Apabila upaya ini berhasil, maka fungsi pencegahan

akan tercapai.Keempat, fungsi pengembangan dan pemeliharaan. Merujuk kepada

fungsi ini, maka tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk

mengembangkan potensi-potensi individu dan memeliharanya dari hal-hal yang dapat

menghambat dan merugikan perkembangannya. Dan seterusnya sesuai dengan fungsi-

fungsi yang telah dikemukakan pada bab terdahulu.

3. Isi Layanan Penempatan dan Penyaluran

Isi layanan penempatan dan penyaluran meliputi dua sisi, yaitu sisi potensi diri

siswa itu sendiri dan sisi lingkungan siswa, pertama, sisi potensi siswa sendiri,

mencakup: (a) potensi inteligensi, bakat, minat, dan kecenderungan-kecenderungan

pribadi, (b) kondisi psikofisik seperti terlalu banyak bergerak (hiper aktif), cepat lelah,

alergi terhadap kondisi lingkungan terntentu, (c) kemampuan berkomunikasi dan

kondisi hubungan sosial, (d) kemampuan panca indra, dan (e) kondisi fisik seperti

jenis kelamin, ukuran badan,dan keadaan jasmaniah lainnya. Kedua, kondisi

lingkungan; mencakup: (a) kondisi fisik, kelengkapan dan tata letak serta susunannya,
40

(b) kondisi udara dan cahaya, (c) kondisi hubungan sosio emosional, (d) kondisi

dinamis suasana kerja dan cara-cara bertingkah laku, dan (e) kondisi statis seperti

aturan-aturan dan pembatasan-pembatasan.

4. Teknik Layanan Penempatan dan Penyaluran

Beberapa hal yang perlu dilakukan pembimbing atau konselor sebelum

melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran adalah: (a) mengkaji potensi dan

kondisi diri subjek layanan (siswa), (b) mengkaji mkondisi lingkungan dari

lingkungan yang paling dekat dan mengacu kepada permasalahan subjek layanan, (c)

mengkaji kesesuaian antara potensi dan kondisi diri siswa dengan kondisi diri siswa

dengan kondisi lingkungannya serta mengidentifikasi permasalahan yang secara

dinamis berkembang pada diri siswa, (d) mengkaji kondisi dan prospek lingkungan

lain yang mungkin ditempati, (e) menempatkan subjek ke lingkungan baru.

Guna mengkaji potensi dan kondisi diri subjek seperti disebutkan di atas, dapat

dilakukan hal-hal sebagai berikut: pertama, studi dokumentasi terhadap hasil-hasil

aplikasi instrumentasi dan himpunan data, kedua, observasi terhadap kondisi

jasmaniah, kemampuan berkomunikasi, dan tingkah laku siswa, suasana hubungan

sosioemosional siswa dengan siswa lainnya, dan kondisi fisik lingkungan. Ketiga,

studi terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang diberlakukan.

Keempat,studi kondisi lingkungan yang prospektif dan kondisi bagi perkembangan

siswa. Kelima, wawancara dengan pihak-pihak yang terkait.


41

5. Kegiatan Pendukung Layanan Penempatan dan Penyaluran

Beberapa kegiatan pendukung layanan penempatan dan penyaluran adalah:

pertama, aplikasi instrumen dan himpunan data yang berguna untuk: (a) menetapkan

subjek sasaran layanan, dan (b) memperkaya bahan kajian terhadap potensi dan

kondisi diri subjek beserta lingkungannya. Kedua,konferensi kasus. Ketiga, kunjungan

rumah, dan keempat, alih tangan kasus.

6. Pelaksanaan Layanan Penempatan dan Penyaluran

Prosedur dan langkah-langkah layanan penempatan dan penyaluran aalah

sebagai berikut: pertama, perencanaan yang mencakup: meliputi indentifikasi kondisi

yang menunjukan adanya permasalahan pada diri siswa tertentu, (b) menetapkan siswa

yang akan menjadi sasaran layanan, (c) menyiapkan prosedur, langkah-langkah dan

perangkat serta fasilitas layanan, dan (d) menyiapkan perlengkapan

administrasi.Kedua, pelaksanaan yang mencakup: yaitu, melakukan analisis terhdap

berbagai kondisi yang terkait dengan permasalahan siswa sesuai prosedur dan

langkah-langkah yang telah ditetapkan.Ketiga, evaluasi yang mencakup: yaitu,

menetapkan materi evaluasi, menetapkan prosedur evaluasi, menyusun instrumen

evaluasi, dan mengolah hasil aplikasi instrumentasi.Keempat, analisis hasil evaluasi

yang mencakup: yaitu, menetapkan standar evaluasi, melakukan analisis, dan

menafsirkan hasil analisis.Kelima, tindak lanjut yang mencakup: yaitu,

mengidentifikasi masalah yang perlu ditindaklanjuti, menetapkan jenis dan arah tindak

lanjut, mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada siswa dan kepada pihak-pihak
42

lain yang terkait apabila diperluka, dan melaksanakan rencana tindak lanjut.Keenam,

laporan yang mencakup: yaitu, menyusun laporan layanan penempatan dan

penyaluran, menyampaikan laporan kepada pihak terkait (kepala sekolah atau

madarsah) sebagai penanggung jawab utama layanan bimbingan dan konseling di

sekolah atau madrasah, dan mendokumentasikan laporan.

4. Layanan Penguasaan Konten

1. Makna Layanan Penguasaan Konten

Menurut Priyatno (2004) layanan penguasaan konten merupakan suatu layanan

bantuan kepada individu (siswa) baik sendiri maupun dalam kelompok untuk

menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.Kemampuan

atau kompetensi yang dipelajari merupakan satu unit konten yang di dalamnya

terkandung fakta dan data, konsep, proses, hukum dan aturan, nilai, persepsi, afeksi,

sikap dan tindakan. Dengan penguasaan konten, individu (siswa) diharapkan mampu

memenuhi kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah yang dialaminya. Oleh

sebab itu, layanan konten juga bermakna suatu bantuan kepada individu (siswa) agar

menguasai aspek-aspek konten tersebut di atas secara terintegrasi.

2. Tujuan Layanan konten

Di dalam makna diatas, secara implisit telah ditegaskan tujuan layanan konten,

yaitu agar siswa menguasai aspek-aspek konten (kemampuan atau kompetensi)

tertentu secara terintegrasi. Dengan penguasaan konten (kemampuan atau kompetensi)


43

oleh siswa, akan berguna untuk menambah wawasan dan pemhaman, mengarahkan

penilaian dan sikap, menguasai cara-cara tertentu, dalam rangka memenuhi kebutuhan

dan mengatasi masalah-masalahnya.

3. Isi Layanan Konten

Konten yang merupakan isi layanan ini dapat merupakan satu unit materi yang

menjadi pokok bahasan atau materi latihan yang dikembangkan oleh pembimbing atau

konselor dan diikuti oleh sejumlah siswa. Isi layanan konten meliputi: pengembangan

kehidupn pribadi, pengembangan kemampuan berhubungan sosial, pengembangan

kegiatan belajar, pengembangan dan perencanaan karier, pengembangan kehidupan

berkeluarga, dan pengembangan kehidupan beragama.

4. Teknik Layanan Pengusaan Konten

Layanan penguasaan konten umumnya diselenggarakan secara langsung

(bersifat detektif) dan tatap muka melalui format klasikal, kelompok, atau individual.

Pembimbing atau konselor secara aktif menyajikan bahan, memberi contoh,

merangsang (memotivasi), mendorong atau menggerakkan siswa untuk partisipasi

secara aktif mengikuti materi dan kegiatan layanan.

Selain itu, pembimbing (konselor) pun harus menguasai konten dengan

berbagai aspeknya yang menjadi isi layanan. Penguasaan konten oleh pembimbing

(konselor) akan mempengaruhi kewibawaannya di hadapan peserta layanan (siswa).

Daya improvisasi pembimbing (konselor) amat sangat diperlukan dalam membangun


44

konten yang dinamis dan kaya. Setelah konten dikuasai, pembimbing (konselor)

selanjutnya mengimplementasikan dalam kegiatan layanan penguasaan konten melalui

teknik-teknik sbagai berikut: pertama, penyajian materi pokok konten setelah siswa

disiapkan sebagaimana mestinya. Kedua, tanya jawab dan diskusi. Konselor harus bisa

mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif guna meningkatkan wawasan dan

pemahamannya berkenaan dengan konten tertentu yang menjadi isi layanan. Ketiga,

melakukan kegitan lanjutan, misalnya melalui diskusi kelompok, penugasan, dan

latihan terbatas, survei lapangan atau studi kepustakaan, percobaan (termasuk kegitan

laboratorium, bengkel, dan studio), latihan tindakan (dalam rangka pengubahan

tingkah laku).

5. Kegiatan Pendukung Layanan Penguasaan Konten

Beberapa kegiatan pendukung layanan penguasaan konten adalah pertama,

aplikasi instrumentasi. Aplikasi instrumentasi dapat dijadikan pertimbnagan untuk

menempatkan seorang siswa atau lebih sebagai peserta layanan penguasaan konten.

Kedua, himpunan data. Sebagaimana aplikasi instrumentasi, himpunan data juga dapat

dijadikan oleh pembimbing atau konselor untuk menetapkan seseorang guna

mengikuti atau menjalani layanan penguasaan konten tertentu. Dan ketiga, konferensi

kasus. Keempat,kunjungan rumah, dan kelima, alih tangan kasus.

6. Pelaksanaan Layanan Pengusaan Konten


45

Sebagaimana layanan yang lain, pelaksanaan layanan pengusaan konten juga

melalui tahap-tahap sebagai berikut:pertama, perencanaan yang mencakup:

menetapkan sujek siswa yang akan dilayani, menetapkan dan menyiapkan konten yang

akan dipelajari secara rinci, menetapkan proses dan langkah-langkah layanan,

menetapkan dan menyiapkan fasilitas layanan, termasuk media dengan perangkat

keras dan lunaknya, dan menyiapkan kelengkapan administrasi.Kedua, pelaksanaan

yang mencakup. Meliputi: melaksanakan kegiatan layanan melalui pengorganisasian

proses pembelajaran pengusaan konten.Ketiga, evaluasi yang mencakup kegiatan:

meliputi, menetapkan amateri evaluasi, menetapkan prosedur evaluasi, menyusun

instrumen evaluasi, mengaplikasikan instrumen evaluasi, dan mengolah hasil aplikasi

instrumen.Keempat analisis hasil evaluasi, yang mencakup: menetapkan standar

evaluasi, melakukan analisis, dan menafsirkan hasil evalusi.Kelima tindak lanjut yang

mencakup: menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, mengkomunikasikan rencana

tindak lanjut kepada siswa dan pihak-pihak lain yang terkait, dan melaksanakan

rencana tindak lanjut.Keenam laporan yang mencakup: menyusun laporan pelaksanaan

layanan penguasaan konten, menyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait

(khususnya kepala sekolah atau madrasah) sebagai penaggung jawab utama layanan

bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah, dan mendokumentasikan laporan

layanan.
46

5. Layanan Konseling Perorangan

1. Makna Layanan Konseling Perorangan

Layanan konselng perorangan bermakna layanan konseling yang

diselenggarakan oleh seorang pembimbing (konselor) terhadap seorang klien dalam

rangka pengentasan masalah pribadi klien (Prayitno, 2004). Konseling perorangan

berlangsung dalam suasana komunikasi atau tatap muka secara langsung antara

konselor dengan klien (siswa) yang membahas berbagai masalah yang dialami klien.

Pembahasan masalah dalam konseling perorangan bersifat holistik dan mendalam

serta menyentuh hal-hal penting tentang diri klien (sangat mungkin menyentuh rahasia

pribadi klien), tetapi juga bersifat spesifik menuju ke arah pemecahan masalah.

Pada bagian-bagian terdahulu konseling telah banyak disebut. Pada bagian ini

konseling dimaksudkan sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap

muka antara konselor dan klien. Dalam hubingan itu masalah klien dicermati dan

diupayakan pengentasannya, sedapat-dapatnya denan kekuatan klien sendiri. Dalam

kaitan itu, konseling dianggap sebagai upaya layanan yang paling utama dalam

pelaksanaan fungsi pengentasan masalah klien. Bahkan dikatakan bahwa konseling

merupakan “jantung hatinya” pelayanan bimbingan secara menyeluruh. Hal itu berarti

agaknya bahwa apabila layanan konseling telah memberikan jasanya, maka maslaah

klien akan teratasi secara efektif dan upaya-upaya bimbingan lainnya tinggal

mengikuti atau berperan sebagai pendamping. Atau dengan kata lain, konseling

merupakan layanan inti yang pelaksanaannya menuntut persyaratan dan mutu usaha
47

yang benar-benar tinggi. Ibarat seorang jejaka yang menaksir seorang gadis, apabila

jejaka itu telah mampu memikat “jantung hati” gadis itu, maka segala urusan dan

kehendak akan dapat diselenggarakan dan dicapai dengan lancar.

Materi yang dapat diangkat melalui layanan konseling perorangan ini ada

berbagai macam, yang pada dasarnya tidak terbatas. Layanan ini dilaksanakan untuk

seluruh masalah siswa secara perorangan (dalam berbagai bidang bimbingan, yaitu

bimbingan pribadii, awal, belajar dan karier).

Setiap siswa secara perorangan dapat membawa masalah yang dialaminya

kepada Guru Pembimbing atau Guru Kelas di SD. Lebih lanjut Guru Pembimbing atau

Guru Kelas akan melayani semua siswa dengan berbagai permasalahan itu seorang

demi seorang, tanpa membedakan pribadi siswa atau permasalahan yag dihadapinya.

Melalui konseling perorangan, klien akan memahami kondisi dirinya sendiri,

lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya, serta

kemungkinan upaya untuk mengatasi masalahnya.

2. Tujuan Layanan Konseling Perorangan

Tujuan layanan konseling perrangan adalah agar klien memahami kondisi

dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan

dirinya sehingga klien mampu mengatasinya. Dengan perkataan lain, konseling

perorangan bertujuan untuk mengentaskan masalah yang dialami klien.Melalui

konseling klien mengharapkan agar masalah yang dideritanya dapat dientaskan.


48

Langkah-langkah umum upaya pengentasan masalah melalui konseling pada dasarnya

adalah (a) Pemahaman masalah (b) Analisis sebab-sebab timbulnya masalah

(c)Aplikasi metode khusus (d) Evaluasi (e) Tindak lanjut

Secara lebih khusus , tujuan layanan konseling perorangan adalah merujuk

kepada fungsi-fungsi bimbingan dan konseling. Pertama, merujuk kepada fungsi

pemahaman maka tujuan layanan konseling adalah agar klien memahami seluk beluk

yang dialami secara mendalam dan komprehensif, positif, dan dinamis. Kedua,

merujuk kepada fungsi pengentasan, maka layanan konseling perorangan bertujuan

untuk mengentaskan klien dari masalah yang dihadapinya. Ketiga, dilihat dari fungsi

pengembangan dan pemeliharaan, tujuan layanan konseling perorangan adalah untuk

mengembangkan potensi-potensi individu dan memlihara unsur-unsur positif yang ada

pada diri klien. Dan seterusnya sesuai dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling

di atas.

3. Isi Layanan Konseling Perorangan

Masalah-maslaah yang bisa dijadikan isi layanan konseling perorangan

mencakup:

a. Masalah-masalah yang berkenaan dengan bidang pengembangan

pribadi

b. Bidang pengembangan sosial

c. Bidang pengembangan pendidikan atau kegiatan belajar


49

d. Bidang pengembangan karier

e. Bidang pengembangan kehidupan keluarga

f. Bidang pengembangan kehidupan beragama

Semua bidang-bidang di atas bisa dijabarkan ke dalam bidang-bidang yag lebih

spesifik untuk dijadikan isi layanan konseling perorangan. Dengan perkataan lain,

pembahasan masalah dalam konseling perorangan bersifat meluas meliputi berbagai

sisi yang menyangkut masalahh klien (siswa), namun juga bersifat spesifik menuju ke

arah pengentasan masalah. Misalnya masalah yang berkenaan dengan bidag

pengembangan pendidikan atau kegiatan belajar, bisa menyangkut tentang kesulitan

belajar, sikap dan perilaku belajar, prestasi rendah, dan lain sebagainya.

4. Pelaksanaan Layanan Konseling Perorangan

Seperti halnya layanan-layanan yang lain, pelaksanaan layanan konseling

perorangan, juga menempuh beberapa tahapan kegiatan, yaitu perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil ,tindak lanjut dan laporan

1. perencanaan yang meliputi kegiatan:((a.)Mengidetifikasi klien, b.

Mengatur waktu pertemuan, c. Mempersiapkan tempat dan perangkat

teknis penyelenggaraan layanan, d. Menetapkan fasilitas layanan, e.

Menyiapkan kelengkapan administrasi.

2. pelaksanaan yang meliputi kegiatan: a. Menerima klien, b.

Menyelenggarakan penstruktruran, c. Membahsas masalah klien dengan


50

menggunakan teknik-teknik, d. Mendorong pengentasan masala klien

(bisa digunakan teknik-teknik khusus), e. Memantapkan komitmen klien

dalam pengentasan masalahnya, f. Melakukan penilaian segera,

3. melakukan evaluasi jangka pendek, Keempat, menganalisis hasil evaluasi

(menafsirkan hasil konseling perorangan yang telah dilaksanakan).

4. tindak lanjut yang meliputi kegiatan : a. Menetapkan jenis arah tindak

lanjut, b. Mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak-pihak

terkait, dan c. Melaksanakan rencana tindak lanjut.

5. laporan yang meliputi kegiatan: a. Menyusun laporan layanan konseling

perorangan, b. Menyampaikan laporan kepada kepala sekolah atau

madrasah dan pihak lain terkait, dan c. Mendokumentasikan laporan.

6. Layanan Bimbingan Kelompok

1. Makna Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sema melalui dinamika

kelompok memperoleh berbagai bahan baru nara sumber tertentu (terutama dari Guru

Pembimbing) dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik)

tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari

dan/atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar,

dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/ atau tindakan tertentu.
51

Gazda (1978) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di sekolah

merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka

menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Gazda juga menyebutkan bahwa

bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat

personal, vokasional, dan sosial. Telah lama dikenal bahwa berbagai informasi

berkenaan dengan orientasi siswa baru, pindah program dan peta sosiometri siswa

serta bagaimana mengembangkan hubungan antarsiswa dapat disampaikan dan

dibahas dalam bimbingan kelompok (Mc Daniel, 1956). Dengan demikian jelas bahwa

kegiatan dalam bimbingan kelompok ialah pemberian informasi untuuk keperluan

tertentu bagi para anggota kelompok.

Dalam layanan bimbingan kelompok harus dipimpin oleh pemimpin

kelompok. Pemimpin kelompok adalah konselor yang terlatih dan berwenang

menyelenggarakan praktik pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas utama

pemimpin kelompok adalah: pertama, membentuk kelompok sehingga terpenuhi

syarat-syarat kelompok yang mampu secara aktif mengembangkan dinamika

kelompok,yaitu: a. Terjadinya hubungan anggota kelompok menuju keakraban di

antara mereka, b. Tumbuhnya tujuan bersama di antara anggota kelompok dalam

suasana kebersamaan, c. Berkembangnya itikad dan tujuan bersama untuk mencapai

tujuan kelompok, d. Terbinanya kemandirian pada diri setiap anggota kelompok,

sehingga mereka masing-masing mampu berbicara, e. Terbinanya kemandirian

kelompok, sehingga kelompok berusaha dan mampu tampil beda dari kelompok lain.
52

Kedua, memimpin kelompok yang bernuansa layanan konseling melalui bahasa

konseling penstrukturan, yaitu membahas bersama anggota kelompok tentang apa,

mengapa, dan bagaimana layananan konseling kelompok dilaksanakan. Keempat,

memberikan pentahapan kegiatan konseling kelompok. Kelima, memberikan penilaian

segera hasil layanan konseling kelompok. Keenam, melakukan tindakan lanjut.

2. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok

Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan

kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan

(siswa). Secara lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk

mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang

menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan

kemampuan berkomunikasi baikk verbal maupun nonverbal para siswa.

3. Isi Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok membahas materi atau topik-topik umum baik

topik tugas maupun topik bebas. Yang dimaksud topik tugas adalah topik atau pokok

bahasan yang diberikan oleh pembimbing (pimpinan kelompok) kepada kelompok

untuk dibahas. Sedangkan topik bebas adalah suatu topik atau pokok bahasan yang

dikemukakan secara bebas oleh anggota kelompok. Secara bergiliran anggota

kelompok mengemukakan topik secara bebas, selanjutnya dipilih mana yang akan

dibahas terlebih dahulu dan seterusnya.


53

Topik - topik yang dibahas dalam layanan bimbingan kelompok baik topik

bebas maupun topik maupun tugas dapat mencakup bidag-bidang pengembangan

kepribadian, hubungan sosial, pendidikan, karier, kehidupan berkeluarga, kehidupan

beragama, dan lain sebagainya. Topik pembahasan bidang-bidang di atas dapat

diperluas ke dalam sub-sub bidang yang relevan. Misalnya pengembangan bidang

pendidikan dpaat mencakup masalah cara belajar, kesulitan belajar, gagal ujian, dan

lain sebagainya.

4. Pelayanan Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok menempuh tahap-tahap kegiatan sebagai

berikut: pertama, perencanaan yang mencakup kegiatan: a. Mengidentifikasi topik

yang akan dibahas dalam layanan bimbingan kelompok, b. Membentuk kelompok.

Kelompok yang terlalu kecil (misalnya hanya 2-3 orang saja) tidak efektif untuk

layanan bimbingan kelompok karena kedalaman dan variasi pembahasan menjadi

berkurang dan dampak layanan juga menjadi terbatas. Sebaliknya kelompok yang

terlalu besar pun tidak efektif, karena akan mengurangi tingkat partisipasi aktif

individual dalam kelompok. Kelompok juga kurang efektif apabila jumlah anggotanya

melebihi 10 orang. Kelompok yang ideal jumlah anggota antara 8-10 orang, c.

Menyusun jadwal kegiatan, d. Menetapkan prosedur layanan, e. Menetapkan fasilitas

layanan, f. Menyiapkan kelengkapan administrasi.


54

f) Fungsi bimbingan konseling

Fungsi bimbingan dan konseling dalam proses pendidikan danpengajaran ialah

membantu pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itusegala langkah bimbingan dan

konseling harus sejalan dengan langkahlangkahyang diambil, serta harus sesuai

dengan tujuan pendidikan.

Dengan adanya bimbingan dan konseling diharapkan pendidikan

dapatberlangsung secara lancar karena mendapatkan dukungan daribimbingan dan

konseling.Fungsi bimbingan konseling diantaranya:

1) Fungsi pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didikmemahami dirinya

sendiri serta lingkungan.

2) Fungsi pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didikmampu mencegah

dan menghindarkan diri dari berbagaipermasalahan yang dapat menghambat

perkembangannya.

3) Fungsi penegentasan, yaitu fungsi untuk membantu mengatasimasalah yang

dialaminya.

4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untukmembantu peserta

didik memelihara dan mengembangkanpotensi berbagai potensi dan kondisi positif

yang dimilikinya.

5) Fungsi advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didikuntuk memperoleh

pembelaan atas hak atau kepentingan yangkurang mendapat perhatian.

f. Pentingnya bimbingan dan konseling disekolah


55

Pentingnya layanan bimbingan konseling disekolah sepertidikemukakan oleh

Tohirin dalam bukunya Bimbingan dan Konseling DiSekolah. Bimbingan adalah

proses bantuan yang diberikan kepadaindividu agar individu memahami kemapuan-

kemampuan dankelemahan-kelemahannya serta mempergunakan pengetahuan

tersebutsecara efektif di dalam menghadapai dan mengatasi masalah-masalahhidupnya

secara bertanggung jawab, dalam hubungannya denganpendidikan, bimbingan

merupakan bagian integral dalam program

pendidikan. Bimbingan merupakan pelengkap bagi semua segipendidikan. Bimbingan

membantu agar prosoes pendidikan berjalandengan efesien, dalam arti cepat, mudah

dan efektif. Sesuai denganperumusan diatas, bimbingan memilih bidang masalah yang

dihadapi

atau yang dialami oleh individu sebagai bidang operasinya.

Salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan danpengajaran adalah

sekolah. Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhanmasyarakat dari tahun ketahun,

jumlah sekolah pun makin berkembangbukan hanya di tinjau dari segi kuantitasnya,

melainkan juga ditinjaudari segi macam, tujuan, dan syarat-syarat yang diminta untuk

dipenuhimurid. Melalui jaringan sekolah-sekolah ini tidak jarang kita

mengetahuimurid-murid yang salah memilih jurusan studinya. Sehingga merekagagal

ditengah jalan, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir dansebagainya. Hal ini

disebabkan jurusan studi yang dipilihnya tidak sesuaidengan minat, bakat dan

kemampuan yang ada pada diri siswa.Kegagalan didalam studi bukan hanya

disebabkan karenakesalahan didalam memilih studi saja, melainkan mungkin


56

jugadisebabkan karena hal-hal sebagai berikut; menyesuaikan diri, carabelajar yang

salah, sikap yang salah terhadap diri sendiri, cara pengisianwaktu luang yang keliru,

akibat dari masalah-masalah yang terjadididalam keluarga, kurangnya pembiayaan dan

sebagainya.

Kegagalan didalam studi mengakibatkan pemborosan waktu dantenaga serta

penderitaan batin bagi orang tua, dan keruguian darimasyarakat.Demikian pula halnya

tentang masalah drop-out (murid yangmeninggalkan sekolah sebelum waktunya) dan

murid-murid yang tidakdapat melanjutkan studinya. Mereka terus terjun kedalam

masyarakat.Segala problema yang diutarakan diatas tidak dapat dibiarkan saja,

akantetapi perlu diatasi, setidak-tidaknya dikurangi.Apabila sebelumnya mereka

diberikan pelayanan bimbingan yangtepat mungkin problema tersebut tidak terjadi.

Karena melalui jalanbimbingan, anak didik dibantu untuk mengembangkan cara-cara

yangmemungkinkan individu:

1)Meggunakan kecakapan-kecapakan sendiri secara tepat.

2) Membuat pemilihan-pemilihan yang bijaksana.

3) Mampu menghadapi masalah-masalah yang timbul, baik disekolahmaupun di luar

sekolah.

Oleh karena itu disekolah perlu disusun program pelayananbimbingan yang

tepat sebagai pelengkap organisasi sekolah yang ada.Selain itu ada beberapa alasan

mengapa pelayanan bimbingan konselingdiperlukan di sekolah, yaitu:

1) Perkembangan Iptek
57

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi demikian cepatmenimbulkan

perubahan-perubahan sendi kehidupan. Dalam kondisiini individu dituntut untuk

mampu menghadapi berbagai masalahseperti kemampuan menyesuaikan diri,

perencanaan pemilihan karir,masalah hubungan sosial, keluarga dan masalah pribadi.

Tidaksemua individu mampu mengatasi masalahnya sendiri. Dalamkondisi seperti itu

individu memerlukan bimbingan orang lain.Dalam hal ini perlu adanya layanan

bimbingan konseling gunamembantu peserta didik memecahkan masalahnya.

2) Makna dan Fungsi Pendidikan

Kebutuhan akan bimbingan dan konseling erat dengan hakikatmakna dan

fungsi pendidikan dan keseluruhan aspek kehidupan.

3) Guru

Tugas dan tanggung jawab guru adalah mendidik dan mengajar

yaitumembantu peserta didik mencapai kedewasaan. Tugas guru selainmenjadi

pengajar adalah pembimbing. Fungsi pengajar danpembimbing terintegrasi dalam

proses pembelajaran.

4) Faktor Psikologis

Siswa merupakan pribadi yang unik, dinamis dan berada pada

prosesperkembangan, siswa memiliki kebutuhan dan dinamika dalamkehidupannya.

Sehingga terjadi perubahan prilaku akibat hasil prosesbelajar yang telah dilakukannya.

Beberapa maslah psikologis yang

menjadi latar belakang perlunya layanan bimbingan konseling disekolah Madrasah

adalah: Pertama, masalah perkembanganindividu. Kedua, maslah perbedaan individu.


58

Ketiga, masalahkebutuhan individu. Keempat, masalah penyesuaian diri.

Kelima,masalah belajar.

3. Persepsi Siswa Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Pelayanan bimbingan konseling di sekolah sangat penting karena dengan adanya

pelayanan bimbingan konselig maka siswa dapat berbagi tentang mata pelajaran atau

dapat membantu mengenal bakat pada mata pelajaran yang di sukai atau bimbingan

karir sesuai problem solving dengan kemampuannya dalam mengatasi adanya masalah

yang timbul atau problema dalam hidupnya,

Persepsi menjadi faktor psikologis yang penting dalam pemanfaatan layanan

bimbingan dan konseling karena berdasarkan persepsilah siswa akan memilih dan

menilai suatu objek yang menjadi stimulus.Persepsi siswa terhadap pelayanan

bimbingan dan konseling bisa menjadi positif atau negatif tergantung dari penjelasan

dan pelayanan guru bimbingan konseling itu sendiri

Persepsi terhadap bimbingan konseling itu sendiri merupakan proses mengamati

dan memberikan makna atau menginterprestasikan terhadap sesuatu yang

berhubungan dengan bimbingan konseling,

Untuk kelancaran pelaksanaan dan pencapaian hasil yang maksimal dalam

pelayanan bimbingan dan konseling tentunya semua pihak di sekolah ikut berperan

serta dalam menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling, salah satunya adalah

siswa. Yakni bagaimana siswa dapat memanfaatkan dengan baik pelayanan bimbingan

dan konseling sebagaimana mestinya. Siswa sebagai subyek sekaligus obyek dalam

Bimbingan dan Konseling. Maksudnya adalah bahwa Bimbingan dan Konseling


59

dilaksanakan untuk siswa agar dapat membantu dalam proses belajar di sekolah

menjadi pribadi yang matang dalam usaha mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena

itu dalam proses bimbingan dan konseling siswa seharusnya terlibat/ berperan aktif,

sehingga pelayanan maupun pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat berjalan

dengan baik. Siswa akan berperan serta dalam proses pelayanan bimbingan dan

konseling, ketika siswa mampu memahami dengan baik apa itu bimbingan dan

konselingdi sekolah, dapat dikatakan bahwa persepsi siswa tentang bimbingan dan

konseling akan mempengaruhi pelaksanaan dan pemanfaatannya.

B. Kerangka Pikir

Secara umum siswa mempersepsi bahwa bimbingan dan konseling adalah

bimbingan yang ada di sekolah, atau kegiatan membimbing siswa yang bermasalah

dan menyelesaikan masalah baik masalah pribadi maupun umum, serta memberi

pengetahuan tentang tata tertib sekolah dan mengatur siswa yang melanggar tata tertib

sekolah.

Bimbingan dan Konseling masih dianggap menakutkan. Pandangan tentang

pelayanan bimbingan dan konseling yakni hanya untuk siswa bermasalah saja.

Anggapan bahwa siswa yang berhubungan dengan bimbingan dan konseling adalah

siswa yang bermasalah pun masih melekat dalam ranah pikiran sebagian besar siswa.

Sehingga gambaran menakutkan tentang bimbingan dan konseling sebagai polisi

sekolah telah menumbuhkan keengganan sebagian besar siswa untuk mendapatkan

pelayanan bimbingan dan konseling.


60

Walaupun sebenarnya para siswa itu sangat ingin berhubungan dengan guru

bimbingan dan konseling, tetapi mereka lebih takut dicap kawan-kawannya sebagai

siswa bermasalah. Pandangan itu tentu saja sangat tidak menguntungkan bagi

perkembangan pelayanan bimbingan dan konseling, dan juga untuk siswa itu sendiri.

Bagaimanapun kondisi persepsi siswa terhadap pelayanan bimbingan dan

konseling, akan mampu diwujudkan dalam perilaku siswa pada layanan bimbingan

dan konseling itu sendiri. Perilaku yang positif pada pelaksanaan bimbingan dan

konseling perlu dibentuk untuk mendukung pelayanan bimbingan dan konseling agar

manfaat dan tujuan terselenggaranya bimbingan dan konseling dapat tercapai dan

benar-benar dirasakan oleh siswa.

PERSEPSI Pemanfaatan
layanan BK
1.Pemahaman BK
1.Seberapa sering
Bimbingan siswa memanfaatan
2.Program yang di
layanan BK
terapkan KonselIng
2.Jenis permasalahan
3.Fasilitas dan yang sering di
kualitas layanan BK ungkapkan siswa
kepada guru BK

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan

dalam penelitian ini adalah ‘siswa berpersepsi baik terhadap layanan Bimbingan dan

konseling di SMKN I Pasimasunggu Kab.Kep.Selayar baik ”


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif .pada umumnya penelitian kuantitatif banyak di tuntut menggunakan

angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran data serta penampilan dari hasil

penelitiannya.

2. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif. Metode deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data

dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut

keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian.

Tujuan utama dalam menggunakan metode ini adalah untuk

menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian

dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Sedangkan jenis

penelitian ini bertujuan untuk mencari tingkat perubahan suatu variabel terhadap

variabel lainya dan dapat teratasi.

B. Variable penelitian

1. Identifikasi variable

. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

61
62

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2013:60).

2. Defenisi oprasional variabel

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah persepsi siswa

terhadap Pelaksanaan bimbingan konseling. Variabel tersebut adalah variabel

tunggal, sehingga tidak ada hubungan antar variabel, baik variabel yang

mempengaruhi (independent)dan variabel yang ipengaruhi (dependen).Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah persepsi siswa terhadap pelaksanaan

bimbingan konseling.Persepsi siswa dalam bimbingan dan konseling di sekolah

yaitu tanggapan / penelitian siswa tentang bimbingan di sekolah yang

dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling. Indikator dalam persepsi

mempunyai tiga komponen yaitu : (1) komponen kognitif, (2) komponen afektif,

(3) Komponen konotatif atau komponen perilaku.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Sugiyono (2004:55) mengemukakan “populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Hal

ini berarti bahwa populasi merupakan keseluruhan dari obyek atau subyek yang

diteliti berkaitan dengan permasalahan peneliti..Adapun populasi dalam penelitian

ini adalah siswa SMK Neg 1 Pasimasunggu Kab Kep Selayar. Yang berjumlah

178orang.
63

Tabel 3.1

Populasi siswa SMKN I Pasimasunggu

No Jmlh
Siswa
Kelas Jurusan

Administrasi perkantoran (AP) 42

Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) 6

1 Kelas X Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultur 8


(ATPH)

Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI) 8

2 Administrasi perkantoran (AP) 32

Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) 10


2
Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultur 16
2 (ATPH)
Kelas XI
Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI) 2

Administrasi perkantoran (AP) 21

Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) 11


3 Kelas XII
Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultur 18
(ATPH)

Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI) 4

Jumlah 178

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat dan

karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi.Untuk itu “sampel

yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif / mewakili”, (Sugiono,


64

2009:80). Teknik sampling pada penelitian ini menggunakanprobability sampling,

yang antara lain meliputi simple random sampling.Probability sampling adalah

teknik pengambilan sampel yang memberikanpeluang yang sama bagi setiap unsur

(anggota) populasi untuk dipilihmenjadi anggota sampel. Dikatakan simple

(sederhana) karenapengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara

acak tanpamemperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.Cara demikian

dilakukan bilaanggota populasi dianggap homogen atau populasi memiliki

karakteristikyang sama. Pengambil sampel acak sederhana dapat dilakukan

antaralaindengan caraundian.

Perincian proporsi sampel pada masing-masing kelas pada siswa kelas XI

SMK N IPasimasungu Kab.Kep. Selayar disajikan pada Tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2
Sampel Siswa Kelas XI SMK Negeri I
Pasimasunggu
Kelas Jurusan Populasi Sampel

Administrasiperkantoran (AP) 32 28
Kelas XI TeknikKomputerdanJaringan (TKJ) 10 8
AgribisnisTanamanPangan danHoltikultur (ATPH) 16 12
NautikaKapalPenangkapIkan (NKPI) 2 2
Jumlah 60 50

Jumlah total sampel yang telah dihitung tersebut, diproporsikan secara

merata keseluruh kelas XI di SMKN I Pasimasunggu.sehingga di dapat responden

untuk setiap kelasnya.Sampel yang diambil adalah siswa yang sering

berkomunikasi dengan pihak Bimbingan Konseling disekolah

D. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data


65

Agar data yang diperoleh dalam peelitian benar-benar akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan, maka teknik pengumpulan data yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Kuesioner (angket)
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data dengan

memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Sugiyono (2012:199) mengemukakan bahwa “kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Jenis instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala yaitu merupakan kumpulan dari

pernyataan atau pertanyaan yang pengisiannya oleh responden dilakukan dengan

memberikan tanda centang (√) pada tempat yang sudah disediakan dengan

alternatif jawaban yang disediakan merupakan sesuatu yang berjenjang. (Arikunto.

2006:105).Teknik angket ini digunakan penulis untuk memperoleh data melalui

pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada sejumlah responden. Dalam hal ini

siswa kelas satu SMK Neg 1 Pasimasunggu Kab Kep Selayar yang ada disekolah

yang akan diteliti. Bentuk angket dalam penelitian ini adalah angket berstruktur,

dimana responden hanya memilih alternative jawaban sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya dari sejumlah pertanyaan angket, dengan cara mengetahui distribusi

frekuensi masing-masing variabel yang pengumpulan datanya menggunakan

keusioner (angket), maka model skala yang digunakan dalam angket ini adalah

model skala likert dalam lima pilihan yaitu SS (Sangat setuju),S

(Setuju),CS(Cukup setuju),TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat tidak setuju),


66

pembobotan angket tergantung pada butir pertanyaannya. Syaodih (2007:238)

menyatakan :

Model skala likert menggunakan skala deskriptif (SS, S, CS,TS,STS).

Dasar dari skala deskriptif ini adalah merespon seseorang terhadap sesuatu dapat

dinyatakan dengan pernyataan persetujuan terhadap suatu objek.

Pemberian bobot setiap item pada angket menggunakan rentang antara 1

sampai 5 untuk respon yang menjawab, sebagai berikut:

- Sangat Bermanfaat(SB)/Sangat Setuju (SS)dengan bobot nilai 5

- Bermanfaat (B)/ Setuju (S) dengan bobot nilai 4

- Cukup Bermanfaat (CB)/ Cukup Setuju (CS) dengan bobot nilai 3

- Kurang Bermanfaat (KC)/Kurang Setuju (KS) dengan bobot nlai 2

- Tidak Bermanfaat (TB) Sangat Tidak Setuju (STS) dengan bobot nilai 1

b) Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu alat pengumpul data yang digunakan untuk memperoleh

data dari tempat penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian berupa

data foto penelitian dan lokasi penelitian.

2. Prosedur Pengumpulan Data

a) Instrumen Penelitian

Variabel yang ada dalam penelitian ini akan di ukur dengan menggunakan

instrument dengan model skala likert yang dimodifikasi. Pengukuran tersebut

dilakukan dengan merumuskan sejumlah pernyataan atau pertanyaan yang

mengacu pada definisi operasional variabel yaitu adalah persepsi siswa terhadap

pelaksanaan bimbingan konseling


67

b) Teknik pengolahan data

1. Editing: memeriksa angket-angket yang telah di isi tentang kebenaran dan

kelengkapanya, kemudian di kelompokkan sesuai dengan isinya.

2. Tabulating: Membuat tabel-tabel untuk memasukkan jawaban-jawaban

responden yang kemudian di cari prosentasinya untuk di analisa.

3. Analiting dan interpretasi: Menganalisa data yang telah di olah secara

verbal sehingga hasil penelitian mudah dipahami.

4. Concluding: Memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan interpretasi

data

c) Analisa data

Setelah data yang penulis perlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah

menganalisa data, penulis menggunakan rumus persentase untuk mengetahui

persentase skor yang diperoleh dengan menggunakan rumus persentase dengan

rumus sebagai berikut:

= 100

Ket:

p: peresentase

f: jumlah frekuensi

n: jumlahresponden
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai persepsi siswa terhadap pelaksanaan bimbingan

dan konseling di SMK N 1 Pasimasunggu Kec. Pasimasunggu Kab Kep Selayar

dengan menggunakan angket terhadap 50 responden, selanjutnya hasil angket

tersebut dianalisis menggunakan analisis persentase dan table frekuensi. Untuk

memudahkan dalam memahami penelitian tersebut dideskripsikan berdasarkan

hasil angket dan dilengkapi pula berdasarkan hasil angket dan berdasarkan dan

kenyataan yang ada selama penulis meneliti.

B. Analisis Deskriptif

untuk memperoleh gambaran tentang siswa terhadap pelaksanaan

bimbingan dan konseling maka data dan angka secara frekuensi akan di

persentasekan berdasarkan pernyataan responden berdasarkan dimensi berikut ini:

Tabel 4.1 : Jumlah data

Jumlah item Score ideal Sampel


pernyataan
30 5 50

Sumber ; hasil olah data peneliti tahun 2017

68
69

Table 4.2 hasil perhitungan angket

Bobot,f = f x bobot rata-


no item jumlah
5 4 3 2 1 rata
27 11 2 5 5 50
1 T
135 44 6 10 5 200
34 15 0 1 0 50
2 ST
170 60 0 2 0 232
16 11 3 3 13 50
3 T
80 44 9 6 13 152
19 18 12 1 0 50
4 ST
95 72 36 2 0 205
3 1 0 21 25 50
5 R
15 4 0 42 25 86
3 1 7 21 18 50
6 CT
15 4 21 42 18 130
35 13 1 0 1 50
7 ST
175 52 3 0 1 231
34 11 5 0 0 50
8 ST
170 44 15 0 0 229
2 1 0 13 34 50
9 R
10 4 0 26 34 74
41 8 1 0 0 50
10 ST
205 32 3 0 0 240
38 11 1 0 0 50
11 ST
190 44 3 0 0 237
4 6 3 27 15 50
12 CT
20 24 9 54 15 122
23 20 5 2 9 50
13 ST
115 80 15 4 9 223
17 18 10 4 1 50
14 T
85 72 30 8 1 196
2 0 0 6 42 50
15 R
10 0 0 12 42 64
6 44 0 0 0 50
16 ST
30 176 0 0 0 206
70

2 0 0 3 45 50
17 R
10 0 0 6 45 61
1 1 2 8 38 50
18 R
5 4 6 16 38 69
38 10 1 0 1 50
19 ST
190 40 3 0 1 234
38 8 3 0 1 50
20 ST
190 32 9 0 1 232
2 3 0 3 42 50
21 R
10 12 0 6 42 70
37 2 0 0 1 50
22 T
185 8 0 0 1 194
35 15 0 0 0 50
23 ST
175 60 0 0 0 235
1 0 0 4 45 50
24 R
5 0 0 8 45 58
21 15 4 0 0 50
25 T
105 60 12 0 0 177
2 1 3 20 25 50
26 R
10 4 9 40 25 88
23 15 5 2 0 50
27 T
115 60 15 4 0 194
18 19 6 2 1 50
28 T
90 76 18 4 1 189
2 1 0 7 40 50
29 R
10 4 0 14 40 68
17 10 9 4 10 50
30 T
85 40 27 8 10 170
Sumber ; hasil olah data peneliti tahun 2017

Table skala :

1. ST (sangat tinggi) 201-250


2. T ( Tinggi) 151-200
3. CT ( cukup tinggi) 101-150
4. R (rendah) 51-100
5. SR (sangat rendah) < 50
71

Berdasarkan tabel 4.2. di atas, dapat diketahui bahwa persepsi siswa

terhadap pelaksanaan bimbingan konseling di SMK N 1 Pasimasunggu Kab Kep

Selayar dapat dipaparkan sebagai berikut :

1. Hasil yang diperoleh mengenai guru mengarahkan tentang pilihan jurusan

yang ada di sekolah termasuk dalam kategori tinggi

2. Hasil yang diperoleh mengenaipada saat pelajaran pertamadi sekolah guru

terlebih dahulu menjelaskan tentang peraturan belajar kepada siswa

termasuk dalam kategori sangat tinggi

3. Hasil yang di peroleh mengenai sekolah tidak mengadakan peyuluhana

terhadap narkoba dan sex bebas termasuk dalam kategori tinggi

4. Hasil yang diperoleh mengenai pihak sekolah memberikan standar

kelulusan UN tahun kemarin termasuk dalam kategori sangat sangat tinggi

5. Hasil yang diperoleh guru tidak pernah memberikan informasi tentang

pendidiakan dimasa depan termasuk dalam kategori rendah

6. Hasil yang di peroleh mengenai tidak dapat memahami materi pelajaran

yang diberikan oleh guru termasuk dalam kategori cukup tinggi

7. Hasil yang diperoleh mengenai guru mengajarkan memahami etika dalam

bergaul antara peria dan wanitatermasuk dalam kategori sangat tinggi

8. Hasil yang diperoleh mengenai guru selalu membantu siswa dalam

mengatasi maslah termasuk dalam kategori sangat tinggi

9. Hasil yang di peroleh mengenai guru tidak pernah memberikan bimbingan

kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar termasuk dalam kategori

rendah
72

10. Hasil yang diperoleh mengnai guru selalu memberikanarahan dalam

penyelesaian tugas termasuk dalam kategori sangat tinggi

11. Hasil yang diperoleh mengenai guru selalu mengajarkan kepada siswa

untuk bertoleransiantar sesame termasuk dalam kategori sangat tinggi

12. Hasil yang di peroleh mengenai guru belum pernah mengarahkan siswa

tentang perguruan tinggi sesuai dengan jurusan termasuk dalam kategori

cukup tinggi

13. Hasil yang di peroleh mengenai guru menjelaskan tentang pendidikan

kelanjutan dan lapangan kerja termasuk dalam kategori sangat tinggi

14. Hasil yang diperoleh mengenai saya mendapat pelajaran tentang

mengambil keputusan dengan alasan yang rasional termasuk dalam

kategori tinggi

15. Hasil yang diperoleh mengenai guru mengajarkan sikap saling tolong

menolong antar teman baik di sekolah maupun di lingkungan luar sekolah

termasuk dalam kategori rendah

16. Hasil yang diperoleh mengenai saat belajar dikelas saya tidak pernah

menghargai pendapat teman termasuk dalam kategori sangat tinggi

17. Hasil yang diperoleh mengenai jika saya diminta teman untuk

membantunya maka saya tidak akan membantu termasuk dalam kategori

rendah

18. hasil yang diperoleh mengenaitidak pernah menjalin kerjasama dengan

teman dalam menyelesaikan tugas termasuk dalam kategori rendah


73

19. Hasil yang di peroleh mengenai Guru pembimbing selalu memberikan

saran dengan baik termasuk dalam kategori sangat tinggi

20. Hail yang di peroleh mengenai mendiskusikan tentang masalah belajar

dengan guru pembimbing termasuk dalam kategori sangat tinggi

21. Hasil yang diperoleh mengenai tidak senang jika orang lain berhasil dalam

studinya termasuk dalam kategori rendah

22. Hasil yang diperoleh mengenai guru mengajarkan tentang kejujuran kepada

siswa dalam setiap perbuatan termasuk dalam kategori tinggi

23. Hasil yang diperoleh mengenai guru memberikan motifasi kepada siswa

termasuk dalam kategori sangat tinggi

24. Hasil yang diperoleh mengenai guru tidak pernah menghargai pendapat

yang disampaikan siswa termasuk dalam kategori rendah

25. Hasil yang diperoleh mengenai guru mengajarkan kepada siswa untuk

menjadi orang yang mandiri termasuk dalam kategori tinggi

26. Hasil yang diperoleh mengenai guru bimbingan konseling tidak ada ketika

siswa membutuhkan waktu untuk bimbingan termasuk dalam kategori

rendah.

27. Hasil yang di peroleh mengenai sekolah mengajarkan siswa untuk menggali

potensi yang dimiliki siswa termasuk dalam kategori tinggi

28. Hasil yang di peroleh mengenai siswa dapat sewktu waktu dating kepada

guru bimbingan konseling ketika menghadapi permasalahan dalam kategori

tinggi.
74

29. Hasil yang di peroleh mengenai Setelah menjelaskan materi guru tidak

pernah memberikan waktu kepada siswa yang ingin bertanya termasuk

dalam kategori rendah

30. Hail yang di peroleh mengenai sekolah memberikan izin kepada siswa

untuk tidak mengikiuti pelajaran ketika siswa membutuhkan konseling

mengenai permasalahan yang di hadapi termasuk dalam kategori tinggi.

C. Pembahasan

Berdasarkan pembahas ananalisis persentase di atas ,maka data yang

diperoleh menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap pelaksanaan bimbingan dan

konseling tergolong ke dalam kategori baik hal ini ditunjukkan dengan persentase

yang dicapai yaitu 63,3%..Di mana siswa yang menjawab score sangat tinggi

sebanyak 11 item dan jabawan tinggi sebanyak 8 item dan jika di gabungkan

berjumlah 19 item.Sedangakn sisa dari jawaban item gabungan antara cukup

rendah,rendah dan sangat rendah terdiri dari 11 item Seperti yang dikemukakan

Arikunto (2002), bila persentase yang diperoleh merujuk kepada interpretasi

dengan interval 56% - 75%, secara sederhana akan tergolong kedalam kategori

baik.

Hasil analisi data menunjukkan bahwa siswa berpersepsi baik terhadap

pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.Dari hasil yang di dapatkan bawa

rata rata responden berusia 16-18 tahun,hal ini di karenakan responden yang di

teliti berada pada tingkat SMK.


75

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap pelaksanaan

bimbingan dan konseling di sekolah yang menunjukkan jawaban tinggi dan sangat

tinggi di gabungkan maka terdapat 19 item pernyataan tersebut terbukti bahwa

19÷30×100= 63,3 %. Item sisanya yaitu 11 item (di gabungkan pilihan cukup

rendah,rendah dan sangat rendah) maka memperoleh hasil

11÷30×100 = 36,7 %,maka hipotesis dalam penelitian yang berbunyi”siswa

berpersepsi baik terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMKN I

Pasimasunggu Kab.Kep.Selayar.” di nyatakan di terima.

Siswa yang beranggapan negative terhadap peaksanaan bimbingan dan

konseling di sekolah di karenakan mereka belum merasakan manfaat dari

pelaksanaan bimbingan konseling,masih ada perasaan malu dan takut bila harus

menyampaikan permasalahan yang di hadapi kepada guru bimbingan dan

konseling.Akan tetapi sebagian besar siswa yang beranggapan positif terhadap

pelaksanan bimbingan dan konseling di sekolah mereka merasa terbantu tidak

hanya dalam penyelesaian masalah tetapi juga dalam berbagai bidang yang

menyangkut pengembangan diri,karier,kelanjutan pendidikan dan lain lain.

D. Keterbatasan Peneliti

Meskipun penelitian ini di laksanakan sebaik mungkin namun penelitian ini

juga memiliki keterbatasan yaitu pelaksanaan penelitian yang di lakukan hanya

dalam waktu kurun 2 minggu,keterbatsan juga terjadi pada kondisi guru siwa dan

sekolah di mana saran dan prasarana sekolah belum begitu mamadai,guru yang
76

kebanyakan keluar daerah untuk melaksanakan Diklat dan siswa yang bermalas

malasan untuk ke sekolah di sebabkan kurangnya guru yang ada di sekolah.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian yang telah

peneliti laksanakan dengan judul‘persepsi siswa terhadap layanan Bimbingan dan

konseling di SMKN I Pasimasunggu Kab.Kep.Selayar’ dapat disimpulkan sebagai

berikut

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap pelaksanaan

bimbingan dan konseling di sekolah menunjukkan jawaban tinggi dan sangat tinggi

di gabungkan maka terdapat 19 item.Pernyataan tersebut terbukti bahwa

19÷30×100= 63,3 %. Item sisanya yaitu 11 item (di gabungkan pilihan cukup

rendah,rendah dan sangat rendah) maka memperoleh hasil 11÷30×100 = 36,7 % ,

jadi hipotesis dalam penelitian yang berbunyi”siswa berpersepsi baik terhadap

pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMKN I Pasimasunggu

Kab.Kep.Selayar.” di nyatakan di terima.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang peneliti dapatkan yaitu tentang persepsi siswa

terhadap layanan Bimbingan dan konseling di SMKN I Pasimasunggu

Kab.Kep.Selayar’memberikan saran kepada ;

1. Guru pembimbing hendaknya memberikan informasi dengan cara yang

berbeda dari guru mata pelajaran yang lain sehingga siswa merasa tertarik

dan berminat mengikuti sehingga dapat menimbulkan persepsi yang positif

2. Bagi orang tua Partisipatif orang tua siswa sangat diperlukan, bukan hanya

76
77

sekedar memberikan dukungan dan pendanaan saja, melainkan diperlukan

dukungan sepenuhnya yang proaktif.


DAFTR PUSTAKA

A, Hallen. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching.

Arikunto, 1995. Suharsimi. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan


Praktik,Jakarta

Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling


di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nurihsan, Achmad Juntika. 2007. Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Refik


Aditama.

Nurihsan,Achmad Juntika 2012. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling.


Bandung: PT Refika Aditama.

Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Ridwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Kariawan dan Peneliti
Pemuda. Bandung: PT Alfabeta

Sugiono, 1997.Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut. 2003. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah.


Bandung: Alfabeta, CV.

Supardan, 2009. Pengantar Ilmu Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.

Suragala, 2005. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Ciputat : UIN


Jakarta Pers.

Syah, 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT.


Remaja Rosdakarya.

Tohirin, 2003. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT.


Raja Grafindo Persada.
Taniputera, Ivan. 2005. Psikologi Kepribadian. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Tim penyusun FKIP. 2016 Pedoman penulisan skripsi.Makassar : Panrita Pres


Unismuh Makassar

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

78
79

Winkel W.S dan Sri Hastuti. 2007. Bimbingan dan Koseling di Institusi
Pendidikan. Jogjakarta: Media Abadi

Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2010. Landasan Bimbingan dan


Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

http://amuysmoch.blogspot.nl/2013/11/jenis-jenis-layanan-bimbingan-konseling.html

http://ridhoanisa.blogspot.nl/2016/04/makalah-fungsi-tujuan-dan-asas.html
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Variabel Sub variabel Indikator No. Item Jmlh


(+) (-)
Persepsi 1. Layanan  Pengenalan sekitar 1dan 2 3 3
siswa Orientasi lingkungan sekolah
terhadap
pelaksanaa
n layanan 2. Layanan  Pemberian informasi 4 dan 5
bimbingan yang memadai kepada 7 dan 4
Informasi
konseling siswa tentang dirinya 6
ataupun tetang
lingkungannya

8, dan 9 3
3. Layanan  Kreatif dan produktif 10
Penguasaa dalam berfikir
n Konten

4. Layanan 4
Penempata  Kemampuan 11,13 12
menempatkan diri dalam dan 14
n dan kondisi apapun
Penyaluran
3
5. Layanan 15 16
Bimbingan  Dapat menjalin dan
Kelompok komunikasi yang efektif 17
dan menjalin kerja sama
6. Layanan 3
Konseling  Penataan bimbingan 19 dan 18
Kelompok berbentuk kelas 20
beranggotakan
7. Layanan  bersifat pencegahan dan 22,23, 21 5
Konseling penyembuhan dan 25 dan
Perorangan 24

8. Layanan  Hubungan khusus secara 27 dan 26


Konsultasi pribadi antara konselor 28 3
dan siswa

9. Layanan  Pemberian nasihat dari 30 29


guru kepada siswa baik 2
Mediasi
secara langsung maupun
tidak
Jumlah 18 12 30
IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

No Absen :

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

1. Jawablah pernyataan secara jujur sesuai dengan keadaan diri anda


2. Berilah tanda check list( √ ) pada kolom pertanyaan di samping pernyataan
3. Jawaban anda adalah rahasia dan tidak ada yang mengetahui
4. Isilah identitas anda dengan benar
5. Serahkan jawaban anda jika anda telah mengisi angket ini
6. Selamat mengerjakan

Keterangan

- Sangat Bermanfaat(SB)/Sangat Setuju (SS)


- Bermanfaat (B)/ Setuju (S)
- Cukup Bermanfaat (CB)/ Cukup Setuju (CS)
- Kurang Bermanfaat (KB)/Kurang Setuju (KS)
- Tidak Bermanfaat (TB) Sangat Tidak Setuju (STS)

Contoh pengisian Angket

No Pernyataan BS/ B/S CB KB TB/


SS /CS /KS STS

1 Bila saya tidak mengumpulkan tugas tepat √


pada waktu yang di tentukan maka saya
bersedia menerima hukuman dari guru

Berarti anda mengatakan sangat setuju atas pernyataan di atas


No Pernyataan Pernyataan Responden
SB/ B/ CB/ KB TB/STS
SS S CS /KS

1 Guru mengarahkan tentang pilihan


jurusan yang ada di sekolah
2 Ada saat pelajaran pertama di sekolah
guru terlebih dahulu menjelaskan tentang
peraturan belajar kepada siswa
3 Sekolah tidak mengadakan penyuluhan
terhdap narkona dn seks bebas
4 Pihak sekolah memberikan SKL(Standar
Kelulusan) UN tahun kemarin
5 Guru tidak pernah memberikan informasi
tetang pendidikan di masa depan
6 Saya tidak dapat memahami materi
pelajaran yang di berikan oleh guru
7 Guru mengajarkan memahami etika dalam
bergaul antara pria dan wanita
8 Guru selalu membantu siswa dalam
mengatasi masalah
9 Guru tidak pernah memberikan
bimbingan kepada siswa yang mengalami
kesulitan belajar
10 Guru selalu memberikan arahan dalam
penyelesaian tugas
11 Guru selalu mengajarkan kepada siswa
untuk bertoleransi antar sesama
12 Gurubelum pernah mengarahkan siswa
tentang perguruan tinggi sesuai dengan
jurusan
13 Guru menjelaskan tentang pendidikan
kelanjutan dn lapangan kerja
14 Saya mendapat pelajaran tentang
mengambil keputusan dengan alasan yang
rasional
15 Guru mengajarkan sikap saaling tolong
menolong antar teman baik di sekolah
maupun di lingkungan luar sekolah
16 Saat belajar di kelas saya tidak
pernahmenghargai pendapat teman
17 Jika saya di minta teman untuk
membantunya,maka saya tidak akan
membantu
18 Saya tidak pernah menjalin kerja sama
dengan teman dalam menyelesaikan tugs
19 Guru pembimbing selalu memberikan
saran dengan baik
20 Mendiskusikan tentang masalah belajar
dengan guru pembimbing
21 Saya tidaksenang jika orng lain berhasil
dlam study nya
22 Guru mengajarkan kejujuran kepada siswa
dalam setiap perbuatan
23 Guru memberikan motivasi kepada siswa
24 Guru tidak pernahmenghargai pendapat
yang di sampaikan siswa
25 Guru mengajarkan siswa untuk menjadi
orang yang mandiri
26 Guru bimbingan konselingtidakada ketika
siswa membutuhkan waktu untuk
bimbingan
27 Sekolah mengajarkan siswa untuk
menggali potensi yang di miliki siswa
28 Siswa dapat sewaktu waktu dtang kepada
guru bimbingan konseling ketika
menghadapi ermasalahan
29 Setelah menjelaskan materi pelajaran
gurutidak pernah memberikan waktu
kepada siswa yang ingin bertanya
30 Sekolah memberikan izin kepada siswa
untuk tidak mengikuti pelajran ketika
siswa membutuhkan konseling mengenai
permasalahan yang di hadapi
Jumlah
RIWAYAT HIDUP

SRI HANDAYANI, dilahirkan di Bekek tanggal 13

Desember 1993. Anak pertama dari tiga bersaudara dari

Ayah Muh Zainal, dan ibu Hadriyanti Ia Mulai mengecap

pendidikan formal di SDK Bekek tamat tahun 2006.

Ia melanjutkan pendidikan di Mts Nuurussadah Marapokot Mbay tamat

pada tahun 2009. Ia melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1 pasimasunggu ,

tamat pada tahun 2012. Selanjutnya pada tahun 2013 ia mendaftar di Universitas

Muhammadiyah Makassar sebagai mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan.

Keinginan untuk melanjutkan pendidikan memacu semangatnya lebih giat.

Dengan bermodalkan kemauan dan tekad yang kuat, ia mendaftar di perguruan

Tinggi Swasta Universitas Muhammadiyah Makassar. Pada studinya di

UNISMUH ia menyusun skripsi yang berjudul “perasepsi siswa terhadap

pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMK Negeri 1 Pasimasunggu Kab Kep

Selayar”

Anda mungkin juga menyukai