Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Khutbah - 1
Pada khutbah yang singkat ini, khatib mengingatkan kepada diri, keluarga dan
para jamaah semuanya untuk senantiasa memelihara serta meningkatkan
ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan taqwa yang sesungguh-
sungguhnya. Taqwa seperti yang diucapkan dalam khutbah Kholifah Abu Bakar
Ash-Shiddieq dimana Kholifah Abu Bakar Ash-Shiddieq mewasiatkan taqwa yang
memadukan antara rasa takut dan harap kepada Allah, sebagaimana pula Allah
memuji taqwanya Nabi Zakaria dan keluarganya dalam al Qur’an Surah Al-
Anbiyaa ayat 90,
“sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu besegera dalam
mengerjakan perbuatan baik dan mereka bedoa kepada kami dengan penuh harap
dan cemas, Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami (AL
Anbiyaa :90)”.
Taqwa menjadi wasiat wajib dan utama yang senantiasa disampaikan khotib pada
mimbar-mimbar jumat. Taqwa juga seringkali di artikan sederhana dengan
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Sejatinya makna
tersebut secara substansinya teramat luas, karena berarti taqwa itu adalah proses
ber-Islam itu sendiri. Al-Islam sebagai jalan hidup yang menuntun hamba dalam
amal menuju Mardhotillah / ridho Allah, ketaatan pada perintah Allah, dan
menjauhi larangan Allah. Dalam konteks ini maka Definisi Taqwa begitu luas dan
berproses panjang, dimana dalam implementasinya tentu menjadi jalan yang
senantiasa di lalui selama hidup di dunia dan akan selalu ditemukan rintangan
dan hambatan sebagai ujian untuk menguji kualitas proses tersebut.
Pada kesempatan ini mari kita renungkan firman Allah dalam Al-Qur’an Surah AL
Mulk ayat 1-2 :
ُ ُيز ْالغَف
ور ُ ع َم ًال َو ُه َو ْالعَ َز َ ت َو ْال َحيَاة َ َليَ ْبلُ َو ُك ْم أَيُّ ُك ْم أ َ ْح
َ س ُن َ الَّذَي َخلَقَ ْال َم ْو
Dialah Allah yang menjadikan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa yang
terbaik amalnya. Dan dia Mahaperkasa, lagi Maha Pengampun. (Q.S. al-Mulk [67]:
2).
Berkenaan dengan ayat di atas, Ibn Katsir menafsirkan kalimah “‘amalan” sebagai
amalan yang baik (ahsan) dan sebaik-baik amal serta bukan sekedar banyaknya
amal. Artinya, amal yang berkualitas lebih diutamakan ketimbang kuantitas atau
banyaknya amalan.
Disebutkan dalam kitab “al-Zuhd” (1/97) karya Imam Ahmad bin Hanbal: Khalifah
Umar bin Khattab biasa berdo`a :
Umar bin Khoththob yang adalah Seorang sahabat mulia Rosulullah dan kholifah
kedua bahkan masih berdo’a agar Allah menjadikan tiap amalannya sholih dan
ikhlas dan tentunya berkualitas.
Pada kisah yang lain, Ketika masa Rosulullah SAW, para sahabat sering membawa
buah kurma yang baru mereka petik untuk dibawah ke masjid supaya dimakan
oleh fakir miskin. Pada suatu hari, salah seorang dari mereka membawa buah
kurma dengan kualitas yang rendah ke masjid. Pemberian yang tidak berkualitas
ini ditegur oleh Allah melalui firman-Nya dalam Surah al-Baqarah ayat 267,
“Wahai mereka yang beriman, nafkahkanlah di jalan Allah sebagian hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. Janganlah kamu memilih yang buruk-buruk, lalu kamu nafkahkan
sedangkan kamu sendiri enggan mengambilnya kecuali dengan memejamkan
mata terhadapnya…” Kisah ini diriwayatkan oleh Imam al-Hakim.
Dari kisah tersebut jelaslah bahwa taqwa dalam konteks melaksanakan perintah
Allah dan menjauhi laranganNya semestinya tetap menjaga nilai kualitas amal,
ahsanu amala adalah proses lanjut dari komitmen taqwa. Semoga kita semua
termasuk golongan Hamba Allah yang ahsanu ‘amalan.
الل ُه َّم أ َ َع َّز اْ َإل ْسالَ َم َواْل ُم ْس َل َميْنَ َوأ َ َذ َّل الش َْر َك َواْل ُم ْش َر َكيْنَ َوا ْن ُ
ص ْر َع َبادَ َك اْل ُم َو َح َديَّةَ
اإن لَ ْم ت َ ْغ َف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا لَنَ ُك ْون ََّن َمنَ اْلخَا َس َريْنَ . ظلَ ْمنَا ا َ ْنفُ َ
سنَا َو ْ ارَ .ربَّنَا َ عذ َ َ
اب النَّ َ َ
Aqiimussholaah……….