Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM

AL-QURAN DAN TRANFORMASI SISTIM WARIS JAHILIYYAH

Oleh: Munadi Usman

Dosen Usul Fiqh STAIN Malikussaleh Lhokseumawe

Abstraks
Pada masa Arab Tribal (Jahiliyyah) dan permulaan Islam, sistim waris
yang berlaku masih kental dengan tradisi masyarakat pada waktu itu.
Sebab-sebab memperoleh warisan selain karena ada hubungan
darah, juga disebabkan oleh hubungan tertentu seperti adopsi (anak
angkat) dan janji setia. Dua hubungan yang disebutkan terakhir juga
menjadi sebab saling mewarisi pada masyarakat waktu itu. Setelah
datangnya wahyu mengenai warisan, Rasulullah Saw merubah
beberapa bahagian dari sistim waris jahiliyyah. Jika sebelumnya
perempuan tidak mewarisi harta, beliau merubahnya dengan
memberikan porsi tertentu bagi perempuan sesuai petunjuk al-Quran.
Selanjutnya beliau juga membatalkan hubungan saling mewarisi
karena adopsi dan ikatan janji setia, dan mengkhususkan hubungan
mewarisi hanya di antara kerabat yang memiliki hubungan darah
saja. Sedangkan hubungan adopsi dan janji setia disarankan untuk
saling berwasiat satu sama lain.
Keyword: Al-Quran, Tranformasi, Sistim Waris Jahiliyyah

A. Pendahuluan merupakan pijakan ulama dalam


Hukum waris Islam adalah menyusun hukum waris yang bersifat
sistim peralihan harta yang praktis.
didasarkan kepada legislasi al-Quran Melalui dalil-dalil tersebut
dan hadits. Penetapan hukum waris kemudian dipahami berbagai hal
Islam mengadopsi ketentuan yang menyangkut warisan, seperti asas
terdapat dalam nash, baik ijbari (compulsary), bilateral,
menyangkut ahli waris maupun individual, keadilan berimbang dan
bagian (fardh) yang diperoleh ahli kewarisan semata akibat kematian,
waris dari harta peninggalan ahli waris, bahagian dan masalah-
almarhum. Nash merupakan acuan masalah lainnya. (Suhrawardi dan
utama dalam formulasi hukum waris Komis Simanjuntak2008: 40-41).
Islam. (Amir Syarifuddin, 2004:7) Masalah warisan sekalipun
Terdapat beberapa ayat al-Quran didasarkan kepada nash, namun
dan hadist yang mengatur masalah tidak mutlak terlepas dari penalaran
kewarisan, yaitu ayat-ayat dalam dan situasi sosial masyarakat.
surat al-Nisa’ dan al-Anfal. Dalil dari Menurut Hazairin,
hadits antara lain adalah hadits dari sebagaimana dikutip oleh Al Yasa’
Ibnu Abbas, hadits dari Jabir, hadits Abu Bakar, penafsiran ayat
dari Surahbil, hadits dari ‘Umran dan kewarisan dipengaruhi oleh sistem
lain-lain. Kesemua dalil di atas kekeluargaan masyarakat Arab yang

SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016 1


JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM
patrilineal, yaitu prinsip keturunan hubungan kekerabatan terdekat,
yang dihubungkan kepada ayah. seperti saudara laki-laki, paman dan
(Alyasa Abubakar, 2012: 21) lainnya. Demikian Bangsa Arab
Sehingga dalam pembahagian harta memberikan warisan kepada garis
warisan laki-laki lebih mendominasi. keturunan laki-laki, sedangkan untuk
Pendapat Hazairin tersebut salah perempuan dan anak-anak tidak
satu contoh pemikiran yang diberikan harta warisan. (Alyasa
berkembang dalam hukum kewarisan Abubakar, 2012: 2)
Islam, di samping itu masih banyak
lagi pemikiran yang disampaikan oleh 2. Adopsi (tabanni)
berbagai tokoh berkaitan dengan Warisan karena sebab
masalah warisan. Tulisan ini bukan tertentu adalah warisan yang
bermaksud membahas pemikiran diberikan kepada ahli waris melalui
yang berkembang dalam hukum adopsi. Kedudukan anak angkat
waris, namun lebih kepada bentuk sama dengan anak kandung dari segi
tranformasi yang dilakukan Al-Quran mewarisi dari ayah kandungnya.
terhadap sistim waris yang pernah Adopsi merupakan kebiasaan bangsa
berlaku di era Arab tribal (jahiliyyah). Arab dimasa jahiliyyah. Adopsi
dilakukan karena dua sebab.
B. Sistim Waris Arab Tribal Pertama untuk menjadi alasan
(Jahiliyah) menghalangi menikahi isteri dan
Dalam sejarah, Bangsa Arab anak perempuan ayah angkat setelah
pra Islam telah mengenal sistem ayah angkat mati. Kedua adopsi
kewarisan, yaitu perpindahan harta bertujuan untuk saling mewarisi.
benda dan hak-hak material dari
pihak yang mewariskan (muwarits), 3. Ikatan Perjanjian
setelah yang bersangkutan sebab mewarisi menurut adat
meninggal kepada penerima warisan Arab pra Islam adalah ikatan
(waratsah). Bangsa Arab perjanjian. Bila dua orang atau
menetapkan sebab kewarisan keluarga berjanji untuk saling
dengan dua cara yaitu garis membela bila ada serangan dari
keturunan atau nasab dan sebab pihak lain, atau ingin melakukan
atau alasan tertentu. penyerangan, perjanjian ini
berimplikasi kepada saling mewarisi
1. Garis Keturunan antara pembuat komitmen dalam
Dalam sistim warisan Bangsa suatu perjanjian. Misalnya seseorang
Arab pra Islam yaitu garis keturunan mengatakan “Darahku adalah
atau kekerabatan, adalah warisan darahmu. Penyeranganku adalah
yang diberikan kepada anak lelaki penyeranganmu. Kamu menolongku
dewasa yang ditandai dengan berarti aku menolongmu, dan kamu
kemampuan menunggang kuda, mewarisi hartaku berarti aku
bertempur dan meraih harta mewarisi hartamu”. Sebagai akibat
perampasan perang. Apabila anak dari ikatan perjanjian ini, bila salah
lelaki tidak ditemukan, mereka satu dari mereka mati, maka yang
memberikan harta warisan kepada lain dapat mewarisi hartanya.
ahli waris ‘ashabah yang memiliki Bangsa Arab jahiliyyah tidak

2 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016


JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM
memberikan harta warisan kepada arab pra Islam mengatur kewarisan
perempuan dan anak kecil (belum berdasarkan prinsip senioritas dan
baliq). Dalam anggapan mereka bukan prinsip keturunan langsung.
perempuan dan anak kecil lemah, (David S. Power , 2001: 251).
tidak mampu menunggang kuda, Ketika turun ayat waris,
berperang dan membawa harta mayoritas bangsa Arab tidak
rampasan perang. Mereka dianggap menerima dan mengacuhkan
tidak bermanfaat bagi keluarga, maka perintah pembahagian harta warisan
tidak diberikan harta warisan. yang memasukkan perempuan dan
Masyarakat jahiliyyah memberikan anak kecil di dalamnya. Mereka
harta warisan atas dasar berharap Rasulullah lupa terhadap
pertimbangan kemanfaatan bagi masalah ini atau mengubahnya
keluarga. Perempuan dan anak kecil sebagaimana adat bangsa Arab.
dianggap kurang bermanfaat bagi Bahkan sebahagian mereka
keluarga, maka mereka tidak menyampaikan keberatan kepada
diberikan harta warisan. Rasulullah saw dengan aturan waris
Beberapa riwayat menurut al-Quran. Pengaruh adat
mengisahkan perempuan datang cukup kuat tertanam dalam diri
kepada Rasulullah mengadukan mereka, sehingga menampakkan
nasib mereka yang tidak diberikan sikap antipati terhadap hukum waris
warisan. Riwayat ini kemudian legislasi al-Quran.
menjadi asbab an nuzul ayat-ayat
waris (QS. 4:8, 4:11-12 dan 4:167). C. Sistim Waris Islam
Salah kasus Umm Kuhha, isteri Setelah turunnya ayat-ayat
Tsa’labah. Ia berkata “Wahai tentang kewarisan, sistim kewarisan
Rasulullah, suami meninggal dunia, adat jahiliyyah dihapuskan. Al-Quran
meninggalkan aku dan puteriku, membatalkan sistim kewarisan adat
tetapi kami tidak diberikan bagian jahiliyyah yang didasarkan pada
warisan. Paman paternal puterinya prinsip senioritas, bukan keturunan
berkata “Wahai Rasulullah, ia tidak langsung. Pengaduan beberapa
menunggang kuda, mengepalai orang perempuan kepada Rasulullah
keluarga, atau melukai musuh. Ia karena tidak diberikan warisan, lalu
diperoleh tetapi tidak memperoleh”. Allah mewahyukan QS Al-Nisa ayat 8
Maka ketika itu QS. 4:8 diwahyukan. yang berbunyi:
(Abu Ja’far Muhammad at-Thabari, tt: ‫اء‬
ِ ‫س‬ َ ‫ان َو ْاْل َ ْق َرب ُْونَ َو ِل ِلن‬
ِ ‫َصيْبٌ ِم َّما ت ََركَ اْ َلو ِل َد‬ ِ ‫ال ن‬ ِ ‫ِل ِلر َج‬
1954). َۚ‫ان َو ْاْل َ ْق َرب ُْونَ ِم َّما قَ َّل ِم ْنهُ أ َ ْو َكث ُ َر‬
ِ ‫َصيْبٌ ِم َّما ت ََركَ ْا َلو ِل َد‬ِ ‫ن‬
Beberapa riwayat lain juga ً ‫َص ْيبًا َم ْف ُر ْو‬
.‫ضا‬ ِ ‫ن‬
ditemukan, hanya saja subjek dalam Artinya: Bagi orang laki-laki ada hak
riwayat berbeda. Namun subtansinya bagian dari harta
sama, menceritakan perempuan peninggalan ibu-bapa dan
yang mengadu kepada Rasulullah, kerabatnya, dan bagi orang
karena tidak mendapat warisan. wanita ada hak bagian (pula)
Pengaduan itu menjadi sebab Allah dari harta peninggalan ibu-
mewahyukan ayat-ayat waris, di bapa dan kerabatnya, baik
dalamnya memuat perintah memberi sedikit atau banyak menurut
warisan bagi perempuan. Bangsa bahagian yang telah

SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016 3


JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM
ditetapkan. (QS. An-Nisa: 8) Hapusnya larangan menikahi
Ayat ini menyatakan laki-laki isteri dan anak perempuan ayah
dan perempuan sama-sama angkat oleh tindakan Rasulullah
memperoleh warisan dari orang tua menikahi Zainab binti Jahsy yang
dan kerabatnya tanpa batas umur, diceraikan Zaid bin Haritsah (anak
Anak-anak mendapatkan warisan angkat Nabi), sebagaimana
dari orang tuanya. Ayat ini merubah diabadikan al-Quran dalam surat al-
tradisi kewarisan yang berlaku dalam Ahzab ayat 37 yang, artinya: Maka
adat tribal Arab mengantikan dengan tatkala Zaid telah mengakhiri
sistim baru yang mengakomodir keperluan terhadap Istrinya
semua ahli waris, tanpa (menceraikannya), Kami kawinkan
membedakan jenis kelamin. kamu dengan dia supaya tidak ada
Al-Quran memperluas hak keberatan bagi orang mukmin untuk
waris kepada anggota masyarakat (mengawini) isteri-isteri anak-anak
yang lemah, seperti wanita dan pria angkat mereka, apabila anak-anak
yang belum baliq, menghapus etos angkat itu telah menyelesaikan
kesukuan jahiliyah yang dianggap keperluannya daripada isterinya. dan
membatasi hak waris kepada orang adalah ketetapan Allah itu pasti
yang kuat anggota suku yang laki-laki terjadi.
(senior). (David S. Power , 2001: Ayat tersebut mengisahkan
236). Al-Quran juga menghapus penceraian Zaid terhadap isterinya
sistim waris tabanny (adopsi) yang Zainab, kemudian Allah
berlaku dalam adat Arab tribal. Allah menikahkannya dengan Rasulullah.
berfiman, yang artinya: ... dan Dia Turunnya ayat ini menghapus
(Allah) tidak menjadikan anak-anak larangan menikahi isteri dan anak
angkatmu sebagai anak kandungmu perempuan ayah angkat yang
(sendiri). Yang demikian itu hanyalah berlaku dalam adat Arab tribal
perkataanmu dimulutmu saja. Dan (jahiliyah). Demikian sebaliknya
Allah mengatakan yang sebenarnya menikahi isteri dan anak dari anak
dan Dia menunjukkan jalan (yang angkat.
benar). (QS. Al-Ahzab: 4-5) Pada masa awal Islam
Allah menegaskan bahwa (awal hijrah), mu’akhah atau
kedudukan anak angkat tidak sama persaudaraan yang diikatkan
dengan anak kandung. Anak angkat Rasulullah SAW antara kaum
sebatas hubungan emosional, Muhajirin dan Anshar menjadi sebab
berbeda dengan anak kandung yang saling mewarisi. Kemudian tradisi ini
merupakan anak biologis. Anak dihapus dengan turunnya QS al-
kandung lebih patut mewarisi harta Ahzab: 6, yang artinya: ....dan orang-
orang tuanya, hak waris anak angkat orang yang mempunyai hubungan
ditiadakan. Selain meniadakan hak darah satu sama lain lebih berhak
waris anak angkat, Allah juga (waris-mewarisi) di dalam kitab Allah
menghalalkan anak angkat menikah daripada orang-orang mukmin dan
dengan isteri ayah angkat bila ayah orang-orang Muhajirin, kecuali kalau
angkat meninggal atau menceraikan, kamu berbuat baik kepada saudara-
demikian juga anak perempuan ayah saudaramu (seagama). adalah yang
angkat. demikian itu telah tertulis di dalam

4 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016


JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM
kitab (Allah). atas dasar kemanusiaan, mengayomi
Ayat ini menyatakan, asal pembentukan keluarga dari jiwa
kerabat sepertalian darah lebih yang satu. Karena itu Islam tidak
berhak mewarisi dari pada menghalangi hak waris perempuan
persaudaraan mukmin dan muhajirin- dan anak kecil hanya karena alasan
anshar, sekalipun ayat ini tidak status perempuan dan anak kecil.
melarang sepenuhnya memberi harta Prinsip seperti ini banyak diabaikan
kepada saudara sesama muslim. dalam sistim kewarisan jahiliyyah.
Tetapi diterangkan bahwa saudara
sepertalian darah lebih berhak D. Ayat-Ayat Waris dan Tafsir-
terhadap harta warisan dari saudara nya
sesama muslim. Ketika Islam datang, bangsa
Sebelum Islam isteri tidak Arab telah memiliki sistem kewarisan
mendapat warisan, lalu Islam tersendiri yang menurut mereka telah
merubahnya, menjadikan perkawinan adil, walaupun pada hakikatnya jauh
sebagai sebab saling mewarisi. dari rasa keadilan itu sendiri.
Pembebasan budak juga menjadi Awalnya Rasulullah membiarkan
salah satu sebab mewarisi yang sistem waris tersebut dan lebih fokus
sebelumnya tidak dikenal. Bekas pada usaha dakwahnya dalam
budak bila mati dan tidak membina akidah umat dan
meninggalkan seorang ahli warispun, menghapuskan bentuk-bentuk
tuan yang memerdekakan dapat kemusyrikan yang terjadi waktu itu.
mewarisi hartanya. Mula pensyariatan hukum
Sistem waris Islam waris ketika peristiwa hijrah, saat itu
menggantikan sistem waris arab sistem waris diikat dengan prinsip
tribal, bukan memodifikasi atau hijrah, sesama muhajirin saling
mereformasinya. Al-Quran mengajak mewarisi sekalipun tidak senasab.
bangsa Arab meninggalkan sistem Rasulullah juga mengikat hubungan
lama, diganti dengan sistem waris kekerabatan dan kewarisan antara
baru yang lebih cocok. Sistem baru kaum muhajirin dan anshar, sehingga
ini membuat marah para pemimpin keduanya saling mewarisi satu sama
suku karena membuat peralihan lain. (Muhammad Suhaili Sufyan,
harta antar generasi berdasarkan 2012: 9)
keturunan langsung dari ayah ke Mengikat saudara hijrah
anak, tidak berdasarkan senioritas. dengan saling mewarisi bertujuan
(David S. Power , 2001: 259) untuk menggalakkan kaum muslimin
Penjelasan di atas berhijrah. Setelah kaum muslimin
menunjukkan bahwa sistem waris al- melakukan hijrah ke Madinah,
Quran menggantikan sistem waris muncul kekuatan baru kaum
jahiliyah dengan sistem waris baru muslimin yang mampu menaklukkan
yang lebih cocok dengan fitrah kota Mekkah (fathu makkah), sistim
manusia. Sistim kewarisan Islam kewarisan ini dihapus dengan
bersifat adil dan selaras dengan fitrah turunnya ayat 6 surat al-Ahzab yang
serta realitas kehidupan rumah berbunyi:
tangga dan kemanusian pada setiap ِ ‫ب‬
‫هللا‬ ِ ‫ض فِ ْي ِكت َا‬ ٍ ‫ض ُه ْم أ َ ْولَى ِببَ ْع‬ ُ ‫وأ ُ ْولُ ْو اْْل َ ْر َح ِام بَ ْع‬...
َ
kondisi. Sistim waris Islam ditetapkan ِ ‫ِمنَ ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ َو ْال ُم َح‬
‫اج ِريْنَ ِإالَّ أ َ ْن ت َ ْف َعلُ ْوا ِإلَى أ َ ْو ِليَائِ ُك ْم‬

SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016 5


JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM
ِ ‫َم ْع ُر ْوف ً َۚا َكانَ َذلِكَ فِى ْال ِكت َا‬
ُ ‫ب َم ْس‬
.‫ط ْو ًرا‬ kesempatan. Kehadiran mereka
Artinya: ...dan orang-orang yang dalam keluarga dianggap aib (hina).
mempunyai hubungan darah Sehingga anak perempuan ketika itu
satu sama lain lebih berhak ada yang dikubur hidup-hidup.
(waris-mewarisi) di dalam Perempuan dianggap sosok yang
kitab Allah daripada orang- lemah, tidak mampu berperang,
orang mukmim dan orang- menunggang kuda dan menghunus
orang Muhajirin, kecuali pedang, karena itu orang arab
kalau kamu berbuat baik mendiskriminasi perempuan
kepada saudara-saudaramu termasuk tidak memberikan harta
(seagama). adalah yang warisan kepadanya. (Muhammad Ali
demikian itu telah tertulis di al-Shabuni, 2002: 16). Allah merubah
dalam kitab (Allah). kebiasaan ini melalui firman-Nya,
Ayat ini menyatakan bahwa yang artinya: Bagi orang laki-laki ada
hubungan kerabat sepertalian darah hak bagian dari harta peninggalan
lebih berhak (waris-mewarisi) dari ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi
pada orang mukmin dan muhajirin. orang wanita ada hak bagian (pula)
Demikian itu adalah ketetapan Allah dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kepada umat Islam dalam membagi kerabatnya, baik sedikit atau banyak
warisan. Ayat ini menghapus menurut bahagian yang telah
kebiasaan bangsa Arab saling ditetapkan.
mewarisi antara kaum muhajirin dan Ibnu Katsir menjelaskan
ansar. bahwa ayat ini menerangkan tentang
Dalam adat arab sebab persamaan hak antara laki-laki dan
warisan ada dua yaitu keturunan perempuan dalam menerima
(nasab) dan sebab tertentu (adopsi, warisan, sekalipun tidak sama bagian
janji setia dan lain-lain). Garis yang diterima. Warisan bagi laki-laki
keturunan yang digunakan dalam dan perempuan tidak membedakan
waris tidak memperhatikan keadilan umur, yang kecil dan dewasa sama-
terhadap ahli waris yang laki-laki dan sama mendapat warisan sesuai
perempuan, yang kecil dan dewasa. bagian yang telah diatur al-Quran.
Hanya ahli waris yang telah dewasa Quraish Shihab dalam Tafsir al-
diberikan warisan, sementara anak Misbah mengatakan “QS 4:8
kecil tidak mendapatkan warisan menetapkan hak waris perempuan
karena dianggap lemah, karena tidak dan anak-anak, sehingga kerancuan
sanggup mengangkat senjata tentang hak keduanya hilang”. (M.
membela keluarga. Bahkan kaum Quraish Shihab, 2002: 423). Semua
perempuan lebih tragis lagi, bukan ahli waris mendapat hak mewarisi
hanya tidak mendapat warisan, dari pewaris, karena ada hubungan
bahkan mereka sendiri dijadikan dengan pewaris, baik dengan jalan
sebagai harta warisan. (Muhammad kerabat, perkawinan ataupun wila’
Suhaili Sufyan, 2012: 8). (memerdekakan budak).
Bila dilirik lebih jauh Quraish Shihab menyatakan
kebelakang, perempuan jangankan bahwa “Asbabun nuzul QS 4:8
mendapatkan warisan, untuk hidup adalah peristiwa Ummu Kujjah -isteri
saja hampir tidak mendapatkan Aus bin Tsabit- mengadu kepada

6 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016


JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM
Rasulullah bahwa suaminya (Aus bin siapa di antara mereka yang lebih
Tsabit) telah meninggal dalam dekat (banyak) manfaatnya bagimu.
perang Uhud dan meninggalkan ia ini adalah ketetapan dari Allah.
dan tiga orang puteri. Namun ketiga Sesungguhnya Allah Maha
puteri Aus tidak mendapat apa-apa mengetahui lagi Maha Bijaksana.
dari harta ayahnya, semua harta Ayat ini mengatur secara
diambil oleh paman paternal mereka rinci fardh (bagian) masing-masing
tanpa menyisakan sedikitpun. Ketika ahli waris. Fardh tersebut menjadi
itu Rasulullah tidak bisa menjawab ketetapan bagi umat Islam dalam
pengaduan Ummu Kujjah dan membagi harta warisan antara ahli
menyuruhnya menunggu. Maka waris yang ditinggalkan almarhum.
turunlah QS 4:8 sebagai ketetapan Allah menetapkan bagian-bagian
anak perempuan mendapat harta warisan secara rinci, sebagaimana
warisan. (M. Quraish Shihab, 2002: terlihat pada ayat diatas, karena
424). manusia tidak mengetahui persis
Lebih lanjut al-Quran siapa yang paling bermanfaat
mengatur fardh (bagian) masing- baginya didunia dan akhirat. Apakah
masing ahli waris, laki-laki dan ibu-bapaknya, anak-anaknya atau
perempuan melalui QS. Al-Nisa ayat saudara-saudaranya. Manusia
11-12, yang artinya: Allah terkadang menyangka bahwa orang
mensyari'atkan bagimu tentang tua lebih bermanfaat, dan
(pembagian pusaka untuk) anak- memberikan harta lebih banyak
anakmu. Yaitu : bahagian seorang kepada mereka. Tetapi dalam realitas
anak lelaki sama dengan bagahian kehidupan ternyata berbeda, rupanya
dua orang anak perempuan dan jika anak lebih bermanfaat atau
anak itu semuanya perempuan lebih saudaranya. Allah lebih mengerti
dari dua, Maka bagi mereka dua masalah ini, sebagaimana dinyatakan
pertiga dari harta yang ditinggalkan; pada akhir ayat. Allah menetapkan
jika anak perempuan itu seorang bagian warisan secara rinci demi
saja, Maka ia memperoleh separo memudahkan manusia dalam
harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, membagi harta warisan,
bagi masing-masingnya seperenam menghindarkan pertikaian antara ahli
dari harta yang ditinggalkan, jika waris yang sangat mungkin terjadi.
yang meninggal itu mempunyai anak; Allah Maha Bijaksana dan Maha
jika orang yang meninggal tidak Mengetahui segalanya. (Jalaluddin
mempunyai anak dan ia diwarisi oleh al-Mahalli dan Jalaluddin as-Sayuthi,
ibu-bapanya (saja), Maka ibunya tt: 272).
mendapat sepertiga; jika yang Hubungan dan manfaat
meninggal itu mempunyai beberapa keluarga sangat relatif dan berbeda
saudara, Maka ibunya mendapat antara satu orang dengan orang yang
seperenam. (Pembagian-pembagian lain. Ahli waris yang lebih berbakti
tersebut di atas) sesudah dipenuhi didunia dan setelah ia mati sangat
wasiat yang ia buat atau (dan) misterius, tak seorangpun bisa
sesudah dibayar hutangnya. memastikan. Untuk itu pembagian
(Tentang) orang tuamu dan anak- warisan sangat sukar dilakukan bila
anakmu, kamu tidak mengetahui ingin memberikan harta kepada ahli

SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016 7


JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM
waris yang berbakti. Bila penentuan 12 yang artinya: Dan bagimu (suami-
bagian harta warisan diserahkan suami) seperdua dari harta yang
kepada manusia dengan ijtihad, akan ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika
muncul berbagai kesukaran dan tidak mereka tidak mempunyai anak. jika
tepat sasaran. Akhirnya muncullah isteri-isterimu itu mempunyai anak,
pertikaian antara lain waris. Maka kamu mendapat seperempat
Masalah harta sangat sensitif dari harta yang ditinggalkannya
dan rentan terhadap pertumpahan sesudah dipenuhi wasiat yang
darah, karena itu Allah menetapkan mereka buat atau (dan) seduah
bagian masing-masing ahli waris dibayar hutangnya. Para isteri
dengan pasti dan jelas. Pengaturan memperoleh seperempat harta yang
warisan menurut al-Quran kamu tinggalkan jika kamu tidak
mengisyaratkan bijaksananya Allah mempunyai anak. jika kamu
terhadap manusia, memberikan mempunyai anak, Maka Para isteri
kemudahan dalam melaksanakan memperoleh seperdelapan dari harta
pembagian harta warisan. yang kamu tinggalkan sesudah
Bagian laki-laki sama dipenuhi wasiat yang kamu buat atau
dengan dua bahagian perempuan (dan) sesudah dibayar hutang-
karena kewajiban laki-laki lebih berat hutangmu. jika seseorang mati, baik
dari perempuan, seperti kewajiban laki-laki maupun perempuan yang
membayar maskawin dan memberi tidak meninggalkan ayah dan tidak
nafkah, sebagaimana termuat dalam meninggalkan anak, tetapi
surat an-Nisa’ ayat 34 yang artinya: mempunyai seorang saudara laki-laki
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin (seibu saja) atau seorang saudara
bagi kaum wanita, oleh karena Allah perempuan (seibu saja), Maka bagi
telah melebihkan sebahagian mereka masing-masing dari kedua jenis
(laki-laki) atas sebahagian yang lain saudara itu seperenam harta. tetapi
(wanita), dan karena mereka (laki- jika saudara-saudara seibu itu lebih
laki) telah menafkahkan sebagian dari seorang, Maka mereka
dari harta mereka. sebab itu Maka bersekutu dalam yang sepertiga itu,
wanita yang saleh, ialah yang taat sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat
kepada Allah lagi memelihara dir olehnya atau sesudah dibayar
ketika suaminya tidak ada, oleh hutangnya dengan tidak memberi
karena Allah telah memelihara mudharat (kepada ahli waris). (Allah
(mereka). wanita-wanita yang kamu menetapkan yang demikian itu
khawatirkan nusyuznya, Maka sebagai) syari'at yang benar-benar
nasehatilah mereka dan pisahkanlah dari Allah, dan Allah Maha
mereka di tempat tidur mereka, dan mengetahui lagi Maha Penyantun.
pukullah mereka. kemudian jika
mereka mentaatimu, Maka janganlah Ayat ini juga menyatakan
kamu mencari-cari jalan untuk bahagian ahli waris seperti suami,
menyusahkannya. Sesungguhnya isteri dan lain-lain, bahagian tersebut
Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. jelas disebutkan serta persyaratan
Ayat lain yang berkenaan mendapatkan bahagian tersebut.
tentang bahagian ahli waris yaitu Kemudian Allah menutup ayat
firman Allah swt, surat an-Nisa ayat kewarisan dengan firman-Nya yang

8 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016


JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM
berbunyi: kehidupan rumah tangga dan
‫ت‬ ٍ َّ‫ يُد ِْخ ْلهُ َجن‬,ُ‫س ْولَه‬ ُ ‫هللا َو َر‬ َ ‫هللا َو َم ْن ي ُِط ِع‬ ِ َۚ ‫تِ ْلكَ ُحد ُْو ُد‬ kemanusiaan pada setiap kondisi.
‫تَجْ ِرى ِم ْن تَحْ تِ َها اْْل َ ْن َه ُر َخ ِل ِديْنَ ِف ْي َه َۚا َوذَلِكَ ْالف َْو ُز اْلعَ ِظ ْي ُم‬ (Komite Fakultas Syariah Universitas
ً ‫ يُد ِْخ ْلهُ ن‬,ُ‫س ْولَهُ َويَتَعَ َّد ُحد ُْو َده‬
‫َارا‬ ُ ‫هللا َو َر‬
َ ‫ص‬ ِ ‫ َو َم ْن يَ ْع‬. al-Azhar Kairo, tt: 1). Keadilan dalam
.‫عذبٌ ُم ِهي ٌْن‬ َ َ ُ‫َخ ِلدًا فِ ْي َها َولَه‬ hukum kewarisan Islam adalah
Artinya: (Hukum-hukum tersebut) itu keadilan berimbang. Bahagian
adalah ketentuan- masing-masing ahli waris diberikan
ketentuan dari Allah. berdasarkan jarak dan dekatnya
Barangsiapa taat kepada hubungan kekerabatan dengan
Allah dan Rasul-Nya, sipewaris dan kebutuhan finansial
niscaya Allah ahli waris. Laki-laki memiliki tanggung
memasukkannya kedalam jawab yang lebih besar dalam hidup
syurga yang mengalir seperti nafkah keluarga dan
didalamnya sungai-sungai, membayar maskawin, ia berhak
sedang mereka kekal di mendapatkan bahagian yang lebih
dalamnya; dan Itulah besar. (Syekh Ali Ahmad Al-Jarjawi,
kemenangan yang besar. 1997: 717).
Dan Barangsiapa yang Keistimewaan hukum Islam
mendurhakai Allah dan dalam masalah waris, seperti
Rasul-Nya dan melanggar keistimewaannya dalam bidang-
ketentuan-ketentuan-Nya, bidang lain dalam pengaturan hidup.
niscaya Allah Nampak jelas dihadapan mata. Islam
memasukkannya ke dalam menyampaikan hak-hak waris
api neraka sedang ia kekal kepada orang-orang yang memang
di dalamnya; dan baginya berhak menerimanya (mustahiqqin).
siksa yang menghinakan. Pada masa jahiliyyah, hak waris
(QS. An-Nisa` : 13) hanya diberikan kepada golongan
Ayat ini menegaskan yang kuat, tidak untuk kaum yang
bahagian yang telah ditetapkan Allah lemah. Namun Islam sebaliknya,
sudah final. Bahagian masing-masing mengayomi golongan yang lemah
ahli waris yang ditetapkan dalam al- (mustadh’afin) karena lebih berhak
Quran didasari kepada kedekatan mendapatkan perhatian dan kasih
masing-masing ahli waris dengan sayang.
sipewaris, dan menurut kebutuhan Islam bukan hanya
masing-masing ahli waris. Ketetapan memberikan warisan kepada orang
ini telah adil dan sesuai dengan fitrah yang lemah, tetapi juga
manusia. Barang siapa melanggar memberikannya kepada setiap orang
ketentuan tersebut, maka akan yang telah memenuhi salah satu
mendapat azab yang hina. sebab untuk menerima warisan.
(Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin Selama tidak ada sebab yang
as-Sayuthi, tt: 275). menghalangi, dia mendapatkan
al-Quran membatalkan warisannya dari pewaris, baik orang
sistem kewarisan masyarakat dewasa maupun anak-anak, baik ia
jahiliyyah dan menggantikannya kuat maupun lemah.
dengan sistem baru yang adil dan
selaras dengan fitrah serta realitas

SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016 9


JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM
E. Kesimpulan Hukum Waris Islam, Edisi Ke-
Hukum kewarisan Islam 2, (Jakarta: Sinar Grafika,
merupakan sistim waris yang 2008).
didasarkan kepada al-Quran dan
hadits, yang selaras dengan prinsip Komite Fakultas Syariah Universitas
fitrah serta realitas kehidupan rumah al-Azhar Kairo, Hukum Waris,
tangga masyarakat. Hukum waris Terj. Addys Aldizar dan
Islam mengedepankan prinsip Fathurrahman, Judul Asli,
persamaan hak dalam menerima Ahkam al-Mawarits fi al-Fiqh
warisan, tanpa membedakan jenis al-Islamy, (Jakarta: Senayan
kelamin laki-laki dan perempuan, Abadi Publising, 2004).
anak-anak dan dewasa, golongan
kuat dan lemah. Semuanya Muhammad Suhaili Sufyan, Fiqh
mendapatkan warisan dari sipewaris Mawaris Praktis, (Medan: Cita
secara adil. Pustaka Media Perintis,
Kedatangan hukum waris 2012), Cet, 1.
Islam melalui ayat al-Quran dan
hadis telah menggantikan sistim Muhammad Ali al-Shabuni, al-
kewarisan sebelumnya yang dianut Mawarits fi al-Syariah al-
oleh masyarakat jahiliyyah. Islamiyah di Dhaui al Kitab wa
Masyarakat jahiliyyah telah mengenal al-Sunnah, (Kairo: Dar al-
masalah kewarisan, dan asas Shabuni, 2002).
kewarisan jahiliyyah berdasarkan
pertimbangan kemanfaatan bagi M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah,
keluarga. Perempuan dan anak kecil Vol. 2, (Jakarta: Lentera Hati,
tidak diberikan warisan karena 2002).
dianggap tidak bermanfaat bagi
keluarga, disebabkan lemah, tidak Syekh Ali Ahmad Al-Jarjawi, Hikmah
sanggup berperang dan merampas al-Tasyri’ wa Falsafatuhu,
harta peperangan. Islam menghapus (Beirut: Darul al-Fikri, 1997),
sistim ini dan menggantikannya Cet. Ke 5.
dengan sistim waris baru yang lebih
berkeadilan.

DAFTAR BACAAN

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan


Islam, (Jakarta: Prenada
Media, 2004), Cet. 1.

Ali Muhammad Khazen, Tafsir al-


Khazin, Juz, 1, (t.tp: Darul al-
Fikr, 1979).

Suhrawardi dan Komis Simanjuntak,

10 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016

Anda mungkin juga menyukai