Dosen pengmpu :
Disusun Oleh
1. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih
rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam sel
darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya
keseluruh jaringan tubuh. Anemia yang disebabkan oleh kurangnya sel darah merah atau
sel darah merah yang tidak berfungsi di dalam tubuh. Ini menyebabkan aliran oksigen
berkurang ke organ tubuh.Gejala dapat berupa kelelahan, kulit pucat, sesak napas, pusing,
limbung, atau detak jantung cepat.Pengobatan tergantung pada diagnosis utama.
Suplemen zat besi dapat digunakan untuk kekurangan zat besi. Suplemen vitamin B dapat
digunakan untuk kadar vitamin rendah. Transfusi darah dapat digunakan untuk
kehilangan darah. Obat untuk mendorong pembentukan darah dapat digunakan jika
produksi darah tubuh berkurang.
3. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi saat kerusakan sel darah merah terjadi lebih cepat daripada
kemampuan tubuh untuk menggantinya dengan sel darah sehat yang baru.
Penyebab anemia hemolitik cukup beragam, mulai dari penyakit keturunan,
seperti thalasemia dan G6PD, penyakit autoimun, infeksi, efek samping obat, hingga
gangguan pada katup jantung.
Pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan dan penyebab terjadinya anemia
hemolitik. Penanganan yang diberikan bisa berupa transfusi darah, pemberian obat-
obatan kortikosteroid, atau operasi.
4. Anemia aplastik
Anemia aplastik merupakan anemia yang perlu diwaspadai karena berisiko tinggi
mengancam nyawa. Kondisi ini terjadi saat tubuh tidak dapat menghasilkan sel darah
merah dalam jumlah cukup akibat gangguan di sumsum tulang, yaitu produsen sel darah
di dalam tubuh.
Anemia aplastik dapat diturunkan dari orang tua, namun bisa juga terjadi akibat infeksi,
efek samping obat-obatan, penyakit autoimun, terapi radiasi pada kanker, serta paparan
zat beracun.
Kondisi ini umumnya diatasi dengan pemberian antibiotik dan antivirus jika terdapat
infeksi, transfusi darah, transplantasi sumsum tulang, atau pemberian obat penekan daya
tahan tubuh.
5. Anemia sel sabit
Anemia sel sabit terjadi akibat kelainan genetik yang membuat sel darah merah berbentuk
seperti sabit. Sel- sel ini mati terlalu cepat sehingga tubuh tidak pernah memiliki sel
darah merah yang cukup.
Selain itu, bentuk sel darah abnormal ini juga membuatnya lebih kaku dan lengket
sehingga bisa menghalangi aliran darah. Pemberian obat dapat dilakukan untuk
mencegah kondisi bertambah parah. Namun, satu-satunya cara mengatasi anemia jenis ini
adalah dengan transplantasi sumsum tulang.
Beberapa jenis anemia ini ada yang dapat dicegah, namun ada pula yang tidak dapat
dicegah (anemia yang diturunkan dari orang tua ke anak).
https://www.alodokter.com/macam-macam-anemia-yang-umum-terjadi
4. Penyebab Anemia
Faktor risiko penyebab anemia yang paling umum adalah kekurangan gizi. Beberapa
vitamin atau mineral tertentu punya peran penting untuk membantu tubuh
membuat sel darah merah, seperti zat besi, asam folat (vitamin B9), dan vitamin B12.
Mencukupi asupan makanan kaya zat besi penting agar tubuh mampu memproduksi
hemoglobin. Tanpa zat besi yang cukup, Anda dapat mengalami gejala anemia
defisiensi besi. Sementara itu, kurang asupan vitamin B dapat memicu gejala anemia
defisiensi folat dan B12.
Baik asam folat (B9) dan vitamin B12 sama penting untuk membantu proses
pembentukan keping sel darah merah yang mengandung oksigen. Keduanya juga
penting untuk memastikan kelancaran transportasi sel darah merah untuk
mengalirkan oksigen dalam jumlah cukup ke seluruh tubuh.
Apabila jumlah sel darah merah kurang, jaringan dan organ tubuh tidak dapat
bekerja dengan baik. Akibatnya, oksigen yang dibawa sel darah ke seluruh tubuh
menjadi terlalu sedikit. Anda pun merasa pusing, lemas, dan pucat.
2. Gangguan pencernaan
Memiliki gangguan atau penyakit yang memengaruhi proses cerna dan penyerapan nutrisi
dapat menjadi salah satu penyebab anemia, seperti penyakit Celiac. Penyakit ini
menyebabkan kerusakan pada usus kecil yang berfungsi menyerap gizi dari makanan untuk
disalurkan ke seluruh tubuh.
Kerusakan usus kecil ini tentu akan memengaruhi penyerapan zat besi, folat, dan vitamin
B12 yang membantu proses pembentukan sel darah merah.
3. Jenis kelamin
Wanita memiliki kadar hemoglobin dan hematokrit lebih rendah ketimbang pria. Pada pria
sehat, kadar hemoglobin normal adalah sekitar 14-18 g/dL dan hematokritnya 38,5-50
persen.
Sementara itu, pada perempuan sehat, kadar normal hemoglobinnya bisa sekitar 12-16 g/dL
dan hematokrit sebesar 34,9-44,5 persen. Perbedaan inilah yang membuat wanita lebih
rentan mengalami anemia daripada laki-laki.
Selain itu, kebutuhan zat besi wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Perempuan
membutuhkan asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Tabel
Angka Kecukupan Gizi (AKG) mengatakan bahwa kebutuhan zat besi remaja perempuan
usia 13-29 tahun adalah 26 mg, angka ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan laki-laki
seusianya.
Remaja perempuan yang sedang dalam masa puber pun butuh lebih banyak asupan zat
besi daripada anak laki-laki puber. Jika tidak tercukupi, kondisi-kondisi ini membuat wanita
berisiko mengalami kekurangan zat besi, yang dapat berkembang menjadi anemia.
Wanita memiliki kadar hemoglobin dan hematokrit lebih rendah ketimbang pria. Pada pria
sehat, kadar hemoglobin normal adalah sekitar 14-18 g/dL dan hematokritnya 38,5-50
persen.
Sementara itu, pada perempuan sehat, kadar normal hemoglobinnya bisa sekitar 12-16 g/dL
dan hematokrit sebesar 34,9-44,5 persen. Perbedaan inilah yang membuat wanita lebih
rentan mengalami anemia daripada laki-laki.
Selain itu, kebutuhan zat besi wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Perempuan
membutuhkan asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Tabel
Angka Kecukupan Gizi (AKG) mengatakan bahwa kebutuhan zat besi remaja perempuan
usia 13-29 tahun adalah 26 mg, angka ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan laki-laki
seusianya.
Remaja perempuan yang sedang dalam masa puber pun butuh lebih banyak asupan zat
besi daripada anak laki-laki puber. Jika tidak tercukupi, kondisi-kondisi ini membuat wanita
berisiko mengalami kekurangan zat besi, yang dapat berkembang menjadi anemia.
4. Menstruasi berat
Hamil juga bisa menjadi salah satu faktor risiko Anda didiagnosis anemia. Pada saat hamil,
otomatis tubuh ibu akan menghasilkan sel darah lebih banyak untuk mendukung
pertumbuhan bayi.
Jika ibu hamil tidak bisa mencukupi asupan makanan kaya zat besi, asam folat, atau nutrisi
lainnya, sel darah merah yang dihasilkan tubuh akan lebih sedikit dari seharusnya. Ini adalah
penyebab utama munculnya anemia pada ibu hamil.
Proses persalinan dan masa nifas juga membuat wanita kehilangan banyak darah, sehingga
membuatnya lebih rentan kena anemia dibandingkan pria. Semakin sering hamil dan
bersalin, semakin besar kemungkinan wanita untuk mengalami anemia kronis.
6. Penyakit kronis
Penyakit kronis dapat menjadi salah satu faktor risiko penyebab anemia. Penyakit kronis
dapat menyebabkan perubahan pada sistem tubuh untuk memproduksi sel darah merah
yang sehat.
Kondisi ini menyebabkan produksi sel darah merah terhambat, sel darah merah yang lebih
cepat mati, atau justru gagal sama sekali.
Beberapa penyakit kronis yang berpotensi menyebabkan anemia, antara lain:
Penyakit ginjal
Infeksi dan inflamasi kronis
Kanker
7. Trauma (luka) atau habis operasi
Kecelakaan, trauma, atau operasi dapat menjadi penyebab anemia pada beberapa orang.
Trauma atau operasi dapat menyebabkan tubuh kehilangan darah banyak.
Alhasil, simpanan darah dan zat besi dalam tubuh akan terbuang. Anda pun dapat
mengalami anemia defisiensi besi (karena kekurangan zat besi).
8. Riwayat keluarga
Punya anggota keluarga yang mengalami anemia akan meningkatkan risiko Anda
mengalaminya juga. Salah satu jenis anemia yang rentan diturunkan dalam silsilah keluarga
adalah anemia sel sabit.
Penyebab anemia sel sabit yaitu struktur hemoglobin dalam darah yang berubah. Ini
membuat sel darah merah menjadi lebih cepat mati. Ini hanya bisa terjadi karena diturunkan
secara genetik.
https://hellosehat.com/kelainan-darah/anemia/penyebab-anemia/.
Gejala Umum Anemia Gejala yang ditimbulkan dari kondisi anemia adalah tubuh
letih dan lemah. Meski begitu, ada juga beberapa gejala yang bisa muncul. Berikut di
antaranya:
1.Mudah marah.
2. Pusing dan sakit kepala.
3.Kurang dan sulit konsentrasi.
4.Sembelit. Kulit menjadi pucat.
5.Napas menjadi sesak.
6.Lidah terasa sakit.
7.Nyeri dada.
8.Mudah mengantuk.
9.Detak jantung tak teratur.
10. Kaki dan tangan menjadi dingin.
https://katadata.co.id/safrezi/berita/617a4ca031e6c/kenali-penyebab-dan-gejala-
anemia-serta-makanan-penambah-darah.
Penelitian kadar hemoglobin terhadap 30 sampel penelitan darah EDTA yang segera diperiksa
dengan ditunda 2 jam, menggunakan POCT dan Hematology analyzer disimpulkan :
1. Kadar hemoglobin menggunakan POCT segera diperiksa minimal 12,30 g/dL, maksimal 15,30
g/dL, rerata 13,82 g/dL. Kadar hemoglobin POCT ditunda 2 jam minimal 11,40 g/dL, maksimal
14,40 g/dL, rerata 12,78 g/dL.
2. Kadar hemoglobin menggunakan Hematology analyzer segera diperiksa minimal 12,10 g/dL,
maksimal 14,70 g/dL, rerata 13,14 g/dL. Kadar hemoglobin Hematology analyzer ditunda 2 jam
minimal 11,10 g/dL, maksimal 13,80 g/dL, rerata 12,10 g/dL. 3. Ada perbedaan yang bermakna
pada kadar hemoglobin menggunakan POCT dengan Hematology analyzer, dengan nilai p < 0,05.
3. Ada perbedaan yang bermakna pada kadar hemoglobin menggunakan POCT dengan
Hematology analyzer, dengan nilai p < 0,05.
6. Saran