Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
“Perkembangan Bahasa”
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat
berkomunikasi baik alat komunikasi lisan, tulisan, maupun menggunakan tanda-tanda dan
isyarat. Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang, baik di lingkungan keluarga,
masyarakat dan khususnya lingkungan teman sebaya sedikit banyak lebih membentuk pola
perkembangan bahasa remaja. Pola bahasa remaja lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang
berkembang di dalam kelompok sebaya.
Pada umumnya remaja akhir lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu,
menggemari literatur yang mengandung nilai-nilai filosofis, etnis dan religius. Penggunaan
bahasa oleh remaja lebih sempurna serta perbendaharaan kata lebih banyak.
Untuk bergaul dan berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa, baik dalam
bentuk tulisan, percakapan, bahasa isyarat maupun ekspresi wajah. Untuk berkomunikasi
secara efektif perlu memperhatikan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Nilai-nilai tersebut
harus diberikan sedini mungkin agar tertanam hal-hal mana yang baik dan buruk, yang boleh
atau tidak boleh dilakukan, bagaimana bersikap dan bertutur kata yang baik terhadap orang
lain. Pembelajaran nilai-nilai tersebut harus dengan contoh yang konkret agar mudah
dipahami anak.
Tiap individu dituntut untuk memiliki kemampuan menyatakan atau
mengekspresikan pikirannya dan menangkap pemikiran orang lain melalui bahasa, sehingga
komunikasi menjadi efektif. Anak-anak lebih dapat mengerti apa yang dikatakan orang lain
daripada mengutarakan pikiran dan perasaan mereka dengan kata-kata. Semakin matang
organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara seperti alat bicara dan
pertumbuhan/perkembangan otak, anak semakin jelas dalam mengutarakan kemauan, pikiran
maupun perasaannya melalui ucapan atau bahasa. Hal itu tidak lepas dari pengaruh
lingkungan, terutama orang tua atau keluarga. Anak yang selalu mendapat motivasi positif
akan terpacu untuk mengembangkan potensi bicaranya.
BAB II
PEMBAHASAN
Dari lahir sampai kurang lebih usia 2 tahun, bayi memahami dunia mereka melalui
pancaindera mereka. Pengetahuan mereka didasarkan pada tindakan-tindakan fisik, dan
pemahaman mereka terbata pada kejadian-kejadian saat ini atau tidak jauh dari waktu
lampau. Hanya apabila akan-anak mengalami transisi dari tahap sensorimotor ke tahap
praoperasional (pada usia sekitar 2 tahun) dan mulai berbicara dan menggunakan pikiran-
pikiran atau konsep-konsep untuk memahami dunia mereka. Meskipun demikian, selama
tahap praoperasional, pikiran-pikiran mereka masih pralogis, terkait dengan tindakan-
tindakan fisik dan cara bagaimana benda-benda tampak pada mereka. Kebanyakan peserta
didik tetap berada pada tahap praoperasional perkembangan kognitif sampai mereka berusia 7
atau 8 tahun.
Normalnya anak-anak mengembangkan keterampilan-keterampilan berbahasa dasar
sebelum masuk sekolah. Perkembangan bahasa meliputi dua-duanya, komunikasi lisan dan
tertulis. Kemampuan-kemampuan verbal berkembang amat dini, dan menjelang usia 3 tahun,
peserta didik-peserta didik sudah menjadi pengoceh yang terampil. Pada akhir masa anak usia
dini, mereka dapat menggunakan dan memahami sejumlah besar kalimat, dapat terlibat dalam
pembicaraan yang berkelanjutan, dan mengetahui tentang bahasa tulisan.
Meskipun terdapat perbedaan individual dalam kecepatan peserta didik memperoleh
kemampuan berbahasa, urutan perolehan itu serupa untuk seluruh peserta didik. Pada sekitar
usia 1 tahun, anak-anak mengucapkan ungkapan-ungkapan satu-kata seperti “da-da” dan
“mama”. Kata-kata ini secara khusus menyatakan objek-objek dan kejadian-kejadian yang
penting bagi peserta didik tersebut. Sepanjang perjalanan kehidupan tahun kedua,
perbendaharaan kata anak bertambah, bersamaan dengan pengetahuan mereka tentang aturan-
aturan bahasa lisan. Menjelang waktu mereka mulai sekolah, anak-anak telah menguasai
hampir seluruh aturan-aturan tatabahasa, dan perbendaharaan kata mereka terdiri dari ribuan
kata-kata.
Belajar membaca pada kelas rendah SD merupakan salah satu yang paling
penting dari seluruh tugas pengembangan dan masyarakat sering memandang keberhasilan
sekolah sebagai keberhasilan membaca. Proses belajar membaca dapat mulai sejak dini
apabila peserta didik-peserta didik telah terbiasa dengan lingkungan membaca. Sebagai
misal, anak-anak kecil sering telah belajar konsep bahwa tulisan huruf cetak disusun dari
kiri ke kanan, spasi antar kata-kata mempunyai maksud, dan buku dibaca dari muka ke
belakang, banyak anak-anak masa usia dini dapat “membaca” buku dari awal sampai
akhir dengan menginterpretasikan gambar-gambar pada tiap halaman. Mereka memahami
alur cerita dan sering dapat meramal apa yang akan terjadi selanjutnya pada cerita yang
sederhana.
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komukasi yang digunakan oleh
seseorang dalam pergaulannya atau hubunganya dengan orang lain. Bahasa merupakan
alat bergaul. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu
memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi
dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlkan. Sejalan dengan perkembangan
hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang (bayi – anak) dimulai dengan
meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, dua suk
kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan
menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilakku sosial.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor
faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap pekembangan kemampuan bahasa.
Bayi yang tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana. Semakin
bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa
mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju bahasa yang komplek.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya
merupakan hasil belaja dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya beajar
yang lain, “meniru” dan “mengulang” hasil yang telah didapatkan merupakan cara belajar
bahasa awal. Bayi bersuara “mmmmmmm”, ibunya tersenyum, mengulang menirukan
dengan memperjelas dengan memberi arti suara itu menjadi “maem-maem”. Bayi belajar
menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang didengarkan. Manusia dewasa
(terutama ibunya) di sekelilingnya membetulkan dan memperjelas. Belajar bahasa yang
sederhana baru dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun, di saat anak masih sekolah. Jadi
perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat komunikasi
dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan
menguasai alat komunikasi disini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat
memahami dan dipahamiorang lain.
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Ia telah banyak belajar dari
lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk oleh kondisi lingkungan.
Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan
teman sebaya,dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang
berkembang di dalam keluarga atau bahasa ibu.
Perkembangan bahasa remaja di lengkapi dan diperkaya oleh lingkungan
masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti proses pembentukan kepribadian yang
dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam
perilaku berbahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak
(remaja) mengikuti proses di sekolah. Sebagaimana diketahui, di lembaga pendidikan
diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaedah-kaedah yang benar. Proses
pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakawala ilmu pengetahuan semata,
tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku
berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat ( teman sebaya) terkadang cukup
menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahsa pergaulan
yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa
sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah “baceman” di
kalangan pelajar yang maksudnya adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa “prokem”
tercipta secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat, dan sekolah
dalam perkembangaan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu
dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pemilihan dan penggunaan kosakata sesuai
dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan berpendidikan rendah
atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan
istilah-istilah yang “kasar”. Masyarakat terdidik yang pada umumnya memiliki status
sosial lebih baik, akan menggunakan istillah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-anak
remaja juga berbahasa secara lebih baik.
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oeh sebab itu perkembangannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu adalah:
1. Umur anak
2. Kondisi lingkungan
3. Kecerdasan anak
Untuk meniru lingkungn tentang bunyi atau suara, gerakan, dan mengenal
tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan motorik
seseorang berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual atau tingkat berfikir.
Ketepatan meniru, memproduksi pembendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan
menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu
persyaratan pihak lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang
anak.
5. Kondisi fisik
Anak dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti
dalam bidang yang lain, faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup
menonjol, mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata
dan bahasa sesuai dengan apa yang meeka dengar, lihat dan mereka hayati dalam
hidupnya sehari-hari, perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang
berbeda-beda.
Di depan telah diuraikan bahwa kemampuan berpikir anak berbeda-beda, sedang
berpikir dan bahasa mempunyai korelasi tinggi, anak dengan IQ tinggi akan
berkemampuan bahasa yang tinggi. Sekarang nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan
individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi
sesuai dengan variasi kemampuan mereka berpikir.
Baahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan
lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian
besar dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian remaja yang berasal dari
lingkungan yang berbeda juga akan berbeda-beda pula kemampuan dan perkembangan
bahasanya.
6. Perkembangan Bahasa
Kalimat satu kata: satu tahun s.d satu tahun enam bulan
Masa memberi satu nama: satu setengah tahun s.d dua tahun
Dalam masa kedua ini terjadi masa apa itu, masa dimana mulai timbul suatu
dorongan dalam diri seorang anak untuk mengetahui banyak hal. Inilah yang
menyebabkan anak akan sering bertanya apa ini? apa itu? siapa ini? dan lainnya.
Dan di masa ini kemampuan anak merangkai kata mulai meningkat. Dulu yang
hanya bisa satu kata, bertambah menjadi dua kata, tiga kata hingga lebih sempurna.
Dalam masa ketiga ini terdapat usaha anak untuk dapat berbahasa dengan
lebih baik dan sempurna. Anak mulai bisa menggunakan kalimat tunggal serta
menggunakan awalan dan akhiran pada kata. Namun tak jarang anak membuat kata-
kata baru yang lucu didengar dengan menggunakan caranya sendiri.
Di tahap ini seorang anak sudah dapat mengucapkan kalimat yang lebih
panjang dan sempurna,baik berupa kalimat majemuk dan berupa pertanyaan,
sehingga susunan bahasanya terdengar lebih sempurna.
Ucapan bayi pertama kali terjadi pada usia 10 sampai 6 bulan, ada juga bayi
yang membutuhkan waktu lebih lama dari itu. Sebelum mengucapkan kata-kata,
mereka membuat celotehan atau ocehan dengan ucapan: baa, maa, paa, dsb. Hal ini
terjadi pada usia sekitar 3 sampai 6 bulan. Celotehan ini ditentukan oleh kematangan
biologis, bukan pengukuhan atau kemampuan mendengar. Kejadian inipun terjadi
pada anak tuna rungu.
Tujuan komunikasi pada usia dini adalah untuk menarik perhatian orang tua
dan orang lain yang berada di lingkungan. Kata-kata pertama anak yang muncul
diantaranya meliputi: nama orang penting (mama), binatang, kendaraan, permainan,
makanan, bagian tubuh, benda-benda di sekitarnya atau ucapan selamat. Sulit
menerjemahkan satu kata yang diucapkan seorang karena dapat timbul kemungkinan
satu kata mengandung arti satu kalimat karena keterampilan kognitif dan linguistic
yang terbatas yang sering dikenal dengan holophrase hypothese, yang artinya teori
yang menganggap bahwa suatu kata tunggal digunakan untuk menjelaskan suatu
kalimat sempurna. Anak mulai mengucapkan pernyataan dengan 2 kata pada usia
18-24 bulan. Pembicaraan telegrapik adalah penggunaan kata-kata yang pendek dan
tepat untuk berkomunikasi, yang di karakteristikan dengan ungkapan anak-anak.
2. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini, perubahan bahasa pada anak usia dini,
antara lain:
berkenaan dengan fonologi, beberapa anak usia pra sekolah memiliki
kesulitan dalam mengucapkan kelompok konsonan (misalnya, huruf S, T, R,
seperti kata strika ).
berkenaan dengan morfologi, pada kenyataannya anak-anak itu juga dapat
mengembangkan ungkapannya lebih dari dua kata setiap kalimatnya.
berkenaan dengan sintaksi, anak belajar dan menerapkan secara aktif aturan-
aturan yang dapat ditemukan pada tingkat sintaksis.
berkenaan dengan semantic, begitu sudah mampu menggunakan kalimat lebih
dari kata, anak-anak sudah mulai mampu mengembangkan pengetahuan
tentang makna dengan cepatnya.
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa-siswa yang bervariasi bahasanya,
baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan
strategi belajar mengajar bidang bahasa dengan mengfokuskan pada potensi dan
kemampuan anak.
Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran
yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri.
Dengan cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat
kemampuan bahasa murid-muridnya.
Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa
murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara
tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah diperkaya itu
diperluas untuk langkah-lamgkah selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun
cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan
pola bahasa mereka sendiri.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara
mandiri,baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih
mengembangkan kemampuan bahasa anak dan membentuk pola bahasa msing-masing.
Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi
dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana perkembangan bahasa
seperti buku-buku, surat kabar, majalah dan lain-lainnya hendaknya disediakan di sekolah
maupun di rumah.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Bahasa merupakan alat komukasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya
atau hubunganya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat bergaul.
2. Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor-
faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap pekembangan kemampuan
bahasa.
3. Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Perkembangan bahasa remaja
di lengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal
ini berarti proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan
masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pekembangan bahasa:
1. Umur anak
2. Kondisi lingkungan
3. Kecerdasan anak
4. Status sosial ekonomi keluarga
5. Kondisi fisik
1. Ciptakan KBM yang efektif agar perkembangan bahasa anak dapat berjalan
secara optimal.
2. Gunakan bahasa yang komunikatif agar semua pihak terlibat dalam interaksi
belajar mengajar yang dapat berperan secara aktif dan produktif.
3. Ciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan bahasa sejak dini
2. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah referensi bagi pembaca. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritikan yang membangun dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Agung Hartono dan Sunarto, 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud.
MAKALAH PPD
“Perkembangan Bahasa Peserta Didik”
Disusun oleh :
Aji Mahenggar ( K4308 )
Pandu Haryo Wibowo ( K4308 )
Riyanatul A ( K4308 )
Suparmi ( K4308 )
Taufik WDS ( K4308119 )
Tutik Fitri W ( K4308120 )
Whelly Yuliana ( K4308125 )
Wahyu PM (
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012