Siti Khodijah Fitk
Siti Khodijah Fitk
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
SITI KHODIJAH
NIM: 109011000239
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
SITI KHODIJAH
NIM: 109011000239
NIM : 10901100A239
Judul Skripsi :"Novel Ranah 3 Warna karya A-hmad Fuadi sebagai Alat
Pendidikan Dalam Penanaman Nilai Akhlak Siswa (Studi
Kasus di MAN I Grogol - Jakarta Barat)".
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya
bertanggung jawab secara akademis atas epa yang saya tulis.
Jakarta, 1 0 Oktober 20 14
MahasiswaYbs.
^AETERAI
Siti Khodrjah
NIM. 109011000239
ABSTRAK
SITI KHODIJAH, nim 109011000239, NOVEL RANAH 3 WARNA
SEBAGAI ALAT PENDIDIKAN DALAM PENANAMAN NILAI AKHLAK
SISWA (Studi Kasus di MAN 1 Grogol - Jakarta Barat).
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan
akhlak yang terkandung dalam Novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi, (2)
Menggambarkan penggunaan novel sebagai alat pendidikan nilai-nilai akhlak.
i
ABSTRACT
The method used in this study is a qualitative method, the data collection
techniques with documentation, recording, observation and interviews, and data
analysis technique using content analysis, a procedure by way of identification,
classification, descriptive and withdrawal kesimpulan.sedangkan educational
values were analyzed according by SK KD MA level curriculum in Man 1
Grogol, including moral value contained in the novel " Sphere 3 Colors " which
focused on al - trustworthy ( honest and trustworthy ), al - 'afwu ( forgiving ),
good manners, as- sabru ( patient ), ar - rahman ( affection), put their trust (
surrender ), grateful, sincere, at- ta'awun ( quilt ), spirit .
ii
KATA PENGANTAR
iii
juga adik-adikku tersayang Siti Aisyah dan Muhammad Nur Ilham yang
tak henti-hentinya mengingatkan sang kaka akan skripsi yang sudah harus
segera diselesaikan.
7. Teman-teman mahasiswa PAI yang “baik hati”, Adrikni Adhuha, Khaleda
Zia, Sayyidah Ahmad, Wiwi Sawiyah, Debby Febiani, dan Anggie
Febiana yang telah memberikan pengalaman dan pembelajaran berharga yang
penulis dapatkan selama penulisan skripsi ini. Terima kasih telah menerimaku
diantara kalian yang hebat. Mari bersama kita gapai senja yang kita
impikan bersama!!! S2 menanti kita di Amerika kawan.
8. Seluruh Ibu dan Bapak guru MI Jam’iyyatil Huda, khususnya bapak
Sutejo. S.Ag selaku Kepala Sekolah MI Jami‟iyyatil Huda yang telah
memberikan banyak izin kepada peneliti ketika menyelesaikan skripsi ini, dan
Pak Aminullah Zakir yang memberikan saran dan masukan dalam penulisan
skripsi ini.
9. Kepala Sekolah Man 1 Grogol Bapak H. Hanapi yang telah memberikan
izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian di Madrasah Aliyah tersebut.
10. Ibu Farida selaku Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak yang telah memberi
kesempatan dan kepercayaan bagi penulis untuk melakukan penelitian di
kelas.
11. Siswa-siswi kelas X dan XI Man 1 Grogol atas kesediaannya menjadi
subyek penelitian-ku yang selalu terkenang di hati.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut
membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua bantuan dan bimbingan pihak-pihak
tersebut selama penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi
ini jauh dari kesan sempurna. Akhirul kalam, penulis mengharakan agar skripsi ini
nantinya bisa bermanfaat bagi pembaca semuanya. Wassalam.
Siti Khodijah
NIM: 109011000239
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
v
B. Alat Pendidikan ........................................................................30
1. Pengertian Alat Pendidikan ..............................................30
2. Jenis Alat Pendidikan .......................................................31
3. Memilih Alat Pendidikan .................................................33
4. Alat Pendidikan dalam Penanaman Akhlak Siswa bagi ......
Kurikulum MA ................................................................34
C. Novel sebagai Alat Pendidikan Akhlak ....................................35
D. Penelitian yang Relavan ............................................................37
E. Asumsi Penelitian ......................................................................38
vi
7. Bersyukur .............................................................................47
8. Ikhlas ....................................................................................49
9. At-Ta‟awun (memberi pertolongan) ....................................49
10. Semangat ...............................................................................50
B. Relevansi nilai akhlak dalam novel Ranah 3 Warna dengan ........
Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak dengan KTSP MA ...........52
C. Pelaksanaan pembelajaran akhlak secara kontekstual dengan ....
menggunakan novel sebagai alat dalam pendidikan akhlak ..... 55
D. Interpretasi Data .........................................................................63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Uji Referensi
Lampiran 2 Biografi Pengarang Novel Ranah 3 Warna
Lampiran 3 Lembar Analisi Novel
Lampiran 4 Sinopsis Novel
Lampiran 5 Nilai Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam novel
Lampiran 6 Kurikulum SK KD Man 1 Grogol
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 8 Dokumentasi Pembelajaran Akhlak menggunakan Novel
Lampiran 9 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 10 Biodata Penulis
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedudukan akhlak di dalam Islam sangatlah penting, dan wajib bagi setiap
muslim untuk berusaha semaksimal mungkin untuk memiliki akhlak yang mulia
sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan agama Islam itu
merupakan agama akhlak, agama yang mengajarkan tentang tata krama, adab, dan
yang lainnya. Oleh karena itu, terkadang seseorang dengan akhlaknya bisa
mendapatkan penerimaan yang baik di tengah-tengah masyarakat. Dan banyak
orang yang melihat dan menilai seseorang itu dari tingkah laku dan akhlak
kepribadiannya, sebelum dari hal yang lainnya.1
Sudah menjadi hal pasti dan tidak bisa ditawar lagi, dalam diri manusia
ada yang namanya nafsu yang selalu mendorong jiwa pada hal yang negative dan
perbuatan yang jelek. Disadari atau tidak nafsu ini, adalah semacam energy
negatif yang terus memicu pada arah yang keji dan tidak diridhai oleh Allah SWT.
1
Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, Keutamaan dan Pentingnya Akhlak Mulia – Bagian
ke-1 – Kitab Fiqhul Akhlaq, http://www.radiorodja.com/ diakses pada senin, 22 September 2014,
pukul 12.30
1
2
melacurkan diri tanpa imbalan uang, serta perkelahian massal antarkelompok dan
antarsekolah. Perbuatan-perbuatan remaja tersebut bersifat melawan hokum dan
anti social karena pada dasarnya perbuatan tersebut tidak disukai oleh
masyarakat.2
Karena itu pada umumnya banyak remaja yang rendah moralnya, jiwanya
tak tertanam nilai-nilai akhlak karimah sehingga hilang kendali padahal remaja
adalah harapan bangsa. Di tangannya lah ada masa depan bangsa. Karena tegak
runtuhnya suatu bangsa tergantung pada akhlak bangsa tersebut.
2
Kartono Kartini, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), Cet
ke-10, h 103
3
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun
2003, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi), h. 8
3
dan kelak menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Untuk membentuk
kepribadian siswa yang berakhlak karimah, pembinaan akhlak dilakukan sejak
dini mulai dari lingkungan keluarga, kemudian dilanjutkan dengan lingkungan
sekolah.
Dalam hai ini sekolah memiliki peran penting dalam penanaman nilai-nilai
akhlak siswa. Di sekolah nilai-nilai akhlak dipelajari dalam mata pelajaran khusus
antara lain : mata pelajaran PAI dan PKN. Kedua mata pelajaran tersebut sarat
akan nilai-nilai akhlak. Pembinaan akhlak siswa di sekolah selain melalui
pelajaran khusus yang tercatat dalam kurikulum, juga dapat melalui penciptaan
suasana lingkungan sekolah atau “budaya sekolah yang berakhlak”.
4
Muhaimin, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah, Madrasah, Ed. 1 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) h. 48
4
Untuk mengasah kata hati atau intuisi siswa dalam pembelajaran siswa
bisa diajak membahas masalah penyimpangan moral remaja, dampak yang
membahayakan bagi masa depan mereka serta membimbing dan memberikan
arahan cara mengatasi dan menghindarinya atau dalam pembelajaran bisa
ditampilakan macam-macam akhlak karimah, beserta tokoh atau sosok yang
memerankannya Dengan demikian siswa akan tersentuh hati nuraninya, tumbuh
kesadaran untuk menghindari hal-hal yang buruk dan menerapkan hal-hal yang
baik dalam kehidupan sehari-harinya.
5
Muhayidh makmun, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, ( Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2010) cet ke-4, hlm 186.
5
moral, mengandung nilai religi yang kuat akan pendidikan akhlak Di dalamnya
diperankan tokoh alif fikri yang memiliki figur karakteristik tegas, disiplin, berani,
terkenal, cerdas-pandai, berbakat, berkharisma, berwibawa dan rendah hati.
B. Identifikasi Masalah.
E. Tujuan Penelitian
1
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 2009), Cet ke-5, h. 92
2
Sabri Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet ke-1,
h. 6
8
9
3
Hamka Abdul Aziz, Pendidikan Karakter berpusat pada hati, (Jakarta: Al-Mawardi
Prima, 2011), Cet ke-1, h. 73
4
Abdulloh Yatimin, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007),
Cet ke-1 h. 4
5
Ibid
10
merupakan “azimah”. Yakni kemauan yang kuat tentang sesuatu perbuatan, oleh
karenanya jelas perbuatan itu memang sengaja dikehendaki adanya. Hanya saja
perbuatan seperti itu dilakukan secara kontinyu, seeing sudah menjadi
adat/kebiasaan untuk melakukannya.6
Dari beberapa pengertian akhlak di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
akhlak adalah nilai-nilai baik yang tertanam dalam jiwa yang mendorong
melakukan suatu perbuatan yang sesuai dengan nilai akhlak sehingga terpancar
dalam perbuatan secara reflektif dan dapat mempertahankannya tanpa pamrih.
Jadi pada hakikatnya ialah jika nilai yang telah tertanam pada jiwa
seseorang maka ia secara tidak sengaja akan melakukan perbuatan akhlak baik
tersebut tanpa ada dorongan dari seseorang, tanpa ada yang memerintahkan ia
berbuat demikian. Karena ia telah melaksanakannya secara terus menerus dalam
kesehariannya.
Setelah mengetahui pengertian dari pendidikan dan akhlak maka penulis
menyimpulkan bahwa pendidikan akhlak ialah usaha sadar seorang dewasa dalam
membimbing, mengarahkan dan membiasakan peserta didik mengamalkan nilai-
nilai akhlak dalam kegiatan hidup sehari-hari agar pribadi peserta didik lama-
kelamaan menjadi manusia berakhlak karimah, yang berperilaku sesuai dengan
aturan nilai-nilai akhlak secara konsisten.
6
Mustofa. H. A , Akhlak Tasawuf, h. 15
11
sopan dalam perkataan dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, berperangai,
bersifat bijaksana, sopan, ikhlas, jujur dan suci.7
Dengan kata lain, pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia
yang memiliki fadilah (keutamaan) maka, jika semua sifat diatas telah tertama,
seperti: keras kemauan selalu berusaha dalam mengerjakan segala sesuatu tanpa
berpangku tangan kepada orang lain, berperangai baik kepada orang yang lebih
tua darinya, menyayangi kepada orang yang lebih muda darinya, dapat juga
bersifat bijaksana dalam menghadapi kesulitan yang ada dalam kehidupan
kesehariannya, dan menjaga kesuciannya dari perbuatan-perbuatan yang dapat
menzolimi dirinya juga orang lain, sungguh seseorang ini telah tercapai tujuan
pendidikan akhlak yang tertanam disekolah, melalui pengajaran dan pembiasaan.
Pendapat di atas diperkuat oleh Mahmud Yunus dalam bukunya Pokok-
pokok Pendidikan dan Pengajaran, bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah
membentuk putera, puteri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi,
berkemauan keras, beradab sopan santun, baik tingkah lakunya, manis tutur
bahasanya, jujur dalam segala perbuatannya, suci murni hatinya.8
Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak mulia adalah untuk
menanamkan rasa takwa kepada Allah SWT dan pengembangan rasa kemanusiaan
kepada sesama serta membawa anak didik kepada pembinaan mental yang sehat,
moral yang tinggi dan pengembangan bakat sehingga anak itu dapat merasa lega
dan tenang dan dalam pertumbuhan jiwanya tidak goncang. Karena kegoncangan
jiwa dapat menyebabkan mudah terpengaruh oleh tingkah laku kurang baik.
Sedangkan menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, tujuan
akhlak adalah menciptakan kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan bagi
individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan, dan keteguhan bagi
masyarakat.9
7
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Dari
Attarbiyatul Islamiyah oleh H.Bustami A.Gani dan Juhar Bahri, (Jakarta:Bulan Bintang, 1984),
Cet ke-4, h.109
8
Mahmud Yunus, Pendidikan dan Pengajaran, ( Jakarta: PT. Hidakarya Agung, ), h. 22
9
Omar M.Al-Toumy, Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: BUlan BIntang,
1979), Cet ke-2, h. 345
12
Tujuan akhlak sesuai dengan ajaran yang ada di dalam Al-Qur‟an dan
hadits yang diharapkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pendidikan akhlak bertujuan untuk membentuk pribadi
muslim yang berakhlakul karimah agar ia behagia didunia juga diakhirat karena
senantiasa mengerjakan sesuatu diniatkan hanya beribadah kepada Allah.
3. Macam-Macam Akhlak
a. Akhlaqul Karimah (akhlak terpuji) ialah akhlak yang baik dan benar
menurut syariat Islam, antara lain:
1) Al-amanah (jujur dan dapat dipercaya)
Sifat amanah seperti ini dapat berupa kejujuran, yaitu jika berkata kepada
orang lain atau melakukan segala sesuatu sesuai dengan fakta dan keadaan tidak
dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangkan. Dapat pula berupa menepati janji,
orang yang menepati janji seperti orang yang amanah atau dapat dipercaya. maka
10
M. Yatimin Abdullah, Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta:Amzah,
2007), Cet ke-1, h.12
11
Irving Ballantine Thomas, dkk, Inti Ajaran Islam: Paradigma Perilaku Duniawi dan
Ukhrawi, ( Jakarta: CV Rajawali, 1987), Cet ke-1. H, 175
13
orang seperti ini akan dimasukkan Allah ke dalam surge Firdaus dan tinggal
disana selama-lamanya. Seperti dalam firman Allah SWT:
2) Al-„Afwu (pemaaf)
Manusia tiada luput dari kesalahan. Maka berbesar hati untuk menerima
maaf atau meminta maaf kepada seseorang walaupun kita berada di kondisi tidak
bersalah merupakan kemuliaan akhlak. Berlemah lembut, tiada mendemdam serta
mohon ampun kepada Allah. Seseungguhnya Allah yang Maha Mengetahui atas
segala situasi. Dalam Al-Qur‟an dikatakan:
3) Sopan Santun
Sikap sopan santun dalam bertutur kata, dengan senyum menghiasi bibir,
memberi salam kepada orang lain dengan salam yang baik, maka orang lain akan
12
Irving Ballantine Thomas, dkk. H, 176
13
Irving Ballantine Thomas, dkk. H, 182
14
dapat menghargai dan menghormati kebaikan seseorang dan Allah SWT pun akan
memperhitungkan segala sesuatu.
Al-Qur‟an mengatakan:
4) As-Sabru (sabar)
Sabar artinya tahan menderita. Sabar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
sabar meninggalkan larangan agama, sabar menjalankan perintah agama, sabar
menerima ujian dan cobaan dari Allah. 15
14
Irving Ballantine Thomas, dkk. H, 185
15
M. Yatimin Abdullah, Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, H. 206
15
5) Kasih Sayang
Maka surga-surga bersama orang yang saleh. Q.S. Ar-Rad ayat 22-23:
16
Ibid
17
M. Yatimin Abdullah, Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, H.43
18
Irving Ballantine Thomas, dkk. H, 183
16
6) Bertawakkal (At-Tawakkal)
Dalam Q.S Al-Huud ayat 123, sebagai berikut :
7) Bersyukur (Asy-Syukru)
Syukur berasal dari kata Bahasa Arab yaitu syakara, yaskuru, syukronan
yang berarti terima kasih, memuji dan semoga memberi pahala.19 Menurut
Nurcholish Madjid yang dikutip oleh Sudirman Tebba, sikap syukur diwujudkan
dengan pujian kepada Allah dengan mengucapkan hamdalah, yang artinya segala
puji bagi Allah.20
19
Sudirman Tebba, Hidup bahagia Cara Sufi, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2007), Cet II, h.31
20
Ibid
17
Syaikh Muhammad bin „Ubad dalam kitabnya “Syarhul Hukmi” berkata syukur
itu ada tiga21:
Artinya: Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari
Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan,
Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.(Q.S. An-
Nahl: 53)
21
M. Yatimin Abdullah, Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, H. 208
18
8) Ikhlas
Ikhlas berarti tulus hati. Kata “ikhlas” berasal dari kata kerja “Khlasha”
yang berarti murni, jernih, bersih, tak tercampur, sampai, lepas/ bebas dari,
terhindar, selamat dari, memisahkan diri dari, dan habis. Dalam tasawuf ikhlas
berarti melaksanakan ibadah dan amal perbuatan semata-mata karena Allah.
Ibadah dan amal perbuatan dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah,
tanpa yang lain, tidak dibuat-buat, tidak ditujukan kepada makhluk, tidak untuk
mencari pujian manusia atau maksud lain selain Allah.22
Jika manusia telah mempunyai sifat ikhlas dalam dirinya, maka ciri-ciri
orang yang telah memiliki sifat ikhlas dalam dirinya adalah23 :
22
Sudirman Tebba, Hidup bahagia Cara Sufi, H. 59
23
Syekh Muhammad Shalih Al-Munajid, Jagalah Hati Raih Ketenangan, ( Jakarta:
Cakrawala Publishing, 2006)Cet I, h.214
19
9) Memberi Pertolongan
10) Semangat
Semangat gambaran sikap seseorang ketika ingin mengungkapkan minat
yang menggebu dan pengorbanan untuk meraih tujuan, dan kegigihan dalam
mewujudkannya. Dalam hal ini semangat untuk mencapai sesuatu disertai dengan
semangat untuk mencapai ridho Allah.
b. Akhlaqul madzmumah (akhlak tercela) ialah akhlak yang tidak baik dan
tidak benar menurut Islam, antara lain:
1. Ananiyah (egois)
Ananiyah adalah sifat egois yang ada dalam diri manusia yang dapat
merugikan dirinya sendiri, karena sikap ananiyah ini sangat mementingkan
kehidupan sendiri tanpa memandang orang lain yang ada disekitarnya. Manusia
adalah makhluk social yang memerlukan bantuan orang lain, jika bersikap seperti
24
Irving Ballantine Thomas, dkk. H, 188
20
ini maka ia tidak akan diperdulikan orang lain, otomatis akan mempersempit
jangkauan hidupnya didunia yang sangat luas ini.
Orang kikir itu ada dua macam: pertama, orang kikir yang tidak mengajak
orang lain untuk berlaku kikir. Kedua, orang kikir yang mengajak orang lain
berlaku kikir. Golongan inilah yang senantiasa menghambat kemajuan dan
menghalangi berdirinya amal-amal kebajikan untuk umum. Golongan ini
dimusuhi manusia dan tidak disukai Allah.25
3. Al-Kadzab (pembohong)
25
M.‟Ali Alhamidy, Jalan Hidup Muslim, (Bandung:PT. Al-Ma‟arif, 1977), Cet VII, h.
132
21
4. At-Takabbur (sombong)
Takabbur atau sombong ialah suatu keadaan yang ada dalam diri manusia
dan tercermin pengaruh-pengaruhnya, dimana seseorang melihat dirinya memiliki
keistimewaan dibandingkan dengan orang lain. Seseorang yang sombong
memandang dirinya memiliki kedudukan dan keutamaan, karena hilangnya
kenyataan dari pandangannya, dan ia berada dalam persepsi yang salah. 27
26
Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 2000), Cet
ke-IV, H. 15
27
Syahid Dastaghib, Menuju Kesempurnaan Diri:Wacana Seputar akhlak, Terj. Dari al-
Akhlaq al-Islamiyah oleh Ali Yahya,( Jakarta: Lentera Basritama, 2003), Cet I, h. 209
22
Al-khiyanah ialah sifat manusia yang tidak boleh ditiru, seseorang yang
mempunyai sifat penghianat biasanya jika berbicara selalu bermanis-manis tutur
kata tetapi jika telah berlalu ia membicarakan segala kejelekan orang tersebut.
Orang seperti ini senang tidak memperoleh keuntungan dari tindakannya itu.
28
Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, H. 15
23
Al-jubnu ialah rasa takut yang kadang dialami manusia. Biasanya ia selalu
ragu-ragu dalam bertindak. Sifat ini tidak boleh dimiliki karena dapat
menyebabkan kekalahan, sudah menganggap dirinya gagal sebelum berusaha.
8. Al-Ghibah (mengumpat)
29
Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, H. 18
24
30
Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Penyakit-Penyakit Hati, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2000) Cet ke-5, H. 71
31
Ibid, H. 131
25
Kelas/
Standar kompetensi Kompetensi dasar
Semester
Memahami masalah 1.1 Menjelaskan pengertian akhlak
akhlak dan metode 1.2 Menjelaskan induk-induk akhlak terpuji
X/I peningkatan kualitas dan induk-induk akhlak tercela
1.3 Menjelaskan macam-macam metode
akhlak
peningkatan kualitas akhlak
1.4 Menerapkan metode-metode peningkatan
kualitas akhlak dalam kehidupan
Membiasakan a. Menjelaskan pengertian dan pentingnya
perilaku terpuji husnuzh-zhan dan bertaubat
b. Mengidentifikasi bentuk dan contoh-
contoh perilaku husnuzh-zhan dan
bertaubat
c. Menunjukkan nilai-nilai positif dari
husnuzh-zhan dan bertaubat dalam
fenomena kehidupan
d. Membiasakan perilaku husnuzhzhan dan
X/II
bertaubat
Menghindari 3.1 Menjelaskan pengertian riya, aniaya dan
perilaku tercela diskriminasi
3.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-
contoh perbuatan riya, aniaya dan
diskriminasi
3.3 Menunjukkan nilai-nilai negative akibat
perbuatan riya, aniaya, dan diskriminasi
3.4 Membiasakan diri menghindari hal-hal
yang mengarah pada perilaku riya,
aniaya, dan diskriminasi
Membiasakan 4.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya
perilaku terpuji akhlak berpakaian, berhias, perjalanan,
bertamu dan menerima tamu
4.2 Mengidentifikasi bentuk akhlak
berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu
dan menerima tamu
4.3 Menunjukkan nilai-nilai positif dari
XI/I akhlak berpakaian, berhias, perjalanan,
bertamu dan menerima tamu dalam
fenomena kehidupan
4.4 Membiasakan akhlak berpakaian,
berhias, perjalanan, bertamu dan
menerima tamu
Menghindari 5.1 Menjelaskan pengertian dosa besar
perilaku tercela (mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri,
mengkonsumsi narkoba)
5.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-
27
32
Zahruddin AR, Hasanuddin Sinaga, “Pengantar Studi Akhlak”, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, Cet ke-1, h. 99-100
29
menurut bahasa (etimologi ) ialah: alat adalah sarana yang digunakan untuk
34
mencapai suatu tujuan. Menurut Barnadib yang dikutip oleh H.M. Alisuf sabri
alat ialah segala sesuatu yang secara langsung membantu terlaksananya
pendidikan.35
34
Peter Salim, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Komtemporer, (Jakarta: Modern
English Press, 2002), Cet Ke-3, hlm. 39
35
Sabri Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet ke-1,
hlm. 47
36
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet ke- 2,
H. 111
37
Ibid
31
Diantara alat pendidikan diatas ada alat-alat yang sangat penting yang
dapat dilakukan dalam pembelajaran. Diantaranya, yakni:39
a. Keteladanan
Suri tauladan buat semua orang adalah kepribadian Rasul yang di
dalamnya terdapat norma-norma, nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam. Bila
islam menjadikan kepribadian Rasul-Nya, maka ia menjadikan
kepribadian beliau itu sebagai teladan bagi setiap generasi, terus menerus
40
menjadi suri tauladan pada setiap peristiwa. Keteladanan adalah alat
pendidikan yang paling baik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Agar
norma-norma yang dijalankan oleh mereka dapat dipatuhi dan diikuti
b. Perintah dan Larangan
Perintah adalah suatu keharusan untuk berbuat atau melaksanakan
sesuatu. Suatu perintah akan mudah ditaati oleh peserta didik jika pendidik
sendiri menaati peraturan-peraturan, atau apa yang diucapkan oleh
pendidik telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta
didik dengan mudah mentaati perintah yang di terapkan oleh pendidik.
Sementara larangan dikeluarkan apabila peserta didik melakukan
sesuatu yang tidak baik atau membahayakan dirinya.41 Larangan
sebenarnya sama dengan perintah. Kalau perintah merupakan suatu
38
Jalaluddin, Teologi Pendidikan,H. 111
39
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006) Cet ke-17, H. 177
40
Muhammad Quthb diterj oleh Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: PT
AlMa‟arif, 1988) Cet ke-2, H. 332
41
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis,H. 181
32
42
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis,H. 187
43
Tim Dosen FIP-IKIP MALANG, Pengantar dasar-dasar kependidikan , hal 35
33
Menurut Wens Tanlain, dkk yang dikutip oleh H.M. Alisuf Sabri dalam
Bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
memilih atau menetapkan alat pendidikan yang baik dan tepat, sebagai berikut:
a. Alat pendidikan dipilih sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai
b. Pendidikan memahami fungsi setiap alat pendidikan dan cakap
menggunakannya, sehingga pendidik dapat memilih secara tepat kapan
diperlukan dan dapat menyediakan sendiri apabila belum tersedia.
c. Anak didik mampu menerima penggunaan alat pendidikan itu sesuai
dengan keadaan dirinya ( jenis kelamin, bakat, sifat, usia, kemampuan),
sebab anak didiklah yang akan dipengaruhi oleh alat pendidikan tersebut
dalam rangka kedewasaan dirinya.
d. Alat pendidikan yang digunakan dapat membawa hasil yang diharapkan
dan tidak menimbulkan akibat sampingan yang merugikan anak didik.44
Untuk mencapai tujuan pendidikan alat pendidikan itu dapat dipilih secara
selektif. Mana diantaranya yang paling efektif untuk digunakan dalam mendidik
anak. Alat pendidikan tersebut harus diperhatikan dengan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai, pendidikan dapat mempergunakannya dengan baik, sesuai
dengan usia, dan kemampuan peserta didik, dan yang paling penting adalah dapat
membawa kepada hasil yang memuaskan setelah pembelajaran.
Setelah menela‟ah kembali apa pengertian dari alat dan pendidikan dapat
ditarik kesimpulan bahwa alat pendidikan adalah sarana dan untuk menunjang
keberhasilan tujuan pembelajaran. Dalam menanam akhlak karimah pada siswa
pembelajaran merupakan salah satunya factor keberhasilan dalam penanaman
akhlak tersebut. Maka alat pendidikan harus dirancang, direncanakan, di atur, di
buat secara sengaja agar dalam proses penanaman akhlak dalam pembelajaran
44
Sabri Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet ke-1,
hlm. 52
34
tercapai maka pada akhirnya dampak dari pembelajaran akhlak tersebut terlihat
dan setelah pembelajaran siswa mengerti secara menyeluruh sehingga bisa
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Jika melihat dari kurikulum yang diajarkan di MA banyak sekali
pembelajaran akhlak terpuji juga akhlak tercela. Salah satu alat dalam
pembelajaran akhlak yang sesuai bagi kurikulum Ma adalah dengan Novel.
Karena novel selain sebagai bahan bacaan yang menarik bagi siswa, novel juga
terdapat contoh-contoh akhlak baik yang dapat dijadikan figure suri tauladan
yang baik bagi siswa.
Salah satu novel yang memiliki pesan amanat baik bagi pembacanya
adalah Novel Ranah 3 Warna adalah novel trilogy sambungan dari novel negeri 5
menara karya Ahmad Fuadi. Novel tersebut memiliki ide gagasan tentang
bagaimana bersikap ketika dalam kesusahan yang diperankan oleh tokoh bernama
Alif Fikri yang memiliki kareakter berusaha keras walau sulit dan sebagainya.
1. Tema, yaitu gagasan utama yang menjalin struktur isi cerita. Untuk
mengetahui tema sebuah karya sastra prosa, pembaca harus melakukan
apresiasi menyeluruh terhadap semua unsure dalam karangan tersebut.
Sama seperti makna pengalaman hidup manusia, tema menyorot dan
mengacu pada aspek-aspek kehidupan sehingga nantinya aka nada nilai-
nilai tertentu yang melingkupi cerita.
2. Alur, yakni rangkaian cerita atau peristiwa yang disusun berdasarkan
sebab akibat. Alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir
45
Jacob Sumardjo, Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977. (Bandung: Alumni.
1999),h. 11-12
35
46
Ulansari, “Nilai-nilai Pendidikan Moral dalam Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad
Fuadi,” Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta 2012, h. 13
47
Nurgiantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2005), Cet I, h. 269
36
48
Ulansari, “Nilai-nilai Pendidikan Moral dalam Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad
Fuadi”, op.cit, h.14
37
E. Asumsi Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
C. Sumber Data
Sumber data utama dari penelitian ini adalah nilai pendidikan akhlak yang
terdapat dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi. Novel Ranah 3 Warna
adalah novel yang sarat akan nilai pendidikan akhlak yang dikarang oleh Ahmad
Fuadi dan diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2011, tebal
bukunya mencapai 473 halaman.
Novel Ranah 3 Warna merupakan jenis novel popular. Novel Ranah 3 Warna
merupakan buku kedua dari trilogy Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Cerita
dalam novel ini tidak terlepas dari inspirasi perjalanan hidup sang penulis. Yang
disampaikan dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti oleh pembaca.
38
39
D. Metode Penelitian
Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dalam
penelitian ini adalah pihak sekolah yang menentukan dimana peneliti bisa
melakukan observasi mengajar dikelas yang menjadi populasinya adalah siswa
kelas XI yang akan diambil untuk mewakili dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak
di sekolah. Maka peneliti menggunakan kelas XI bahasa dan XI agama utnuk
melihat bagaimana respon siswa dalam pembelajaran akhlak menggunakan novel.
1. Dokumentasi
Dokumentasi dalam pengumpulan data ini dengan cara mencari dan
mengumpulkan nilai akhlak yang terdapat dalam Novel Ranah 3 Warna Karya
Ahmad Fuadi.
2. Pencatatan
Setelah dokumentasi nilai akhlak dalam novel telah terkumpul, hasil yang
diperoleh dicatat dalam buku. Pencatatan dilakukan mulai dari bagian-bagian tiap
40
kalimat, paragrap hingga keseluruhan isi teks novel. Focus data yang dicatat
berupa nilai-nilai akhlak dalam novel Ranah 3 Warna.
3. Observasi
Setelah proses pencatatan, data yang diperoleh di aplikasikan dalam
pembelajaran di kelas melalui proses observasi. Observasi dilakukan dengan
pengamatan ke sekolah dan kelas yang akan diajar peneliti.
4. Wawancara
Wawancara pada penelitian ini diperoleh dari guru bidang studi yang
bersangkutan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pembentukan pola
pikir siswa setelah pembelajaran akhlak menggunakan novel sebagai alat
1
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya),
Cet ke 2, H. 220
41
H. Interpretasi Data
I. Teknik Penulisan
Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku ”Pedoman Penulisan Skripsi dari
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatulloh Jakarta tahun 2013” dengan pengecualian pada penulisan kutipan
Novel sebagai data penelitian dengan menggunakan sistem bodynote atau inote
2
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 71
BAB IV
HASIL PENELITIAN NOVEL SEBAGAI ALAT PENDIDIKAN
DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK DI MAN 1 GROGOL
42
43
4. As-sabru (sabar)
Sabar tokoh utama digambarkan dengan mencoba menahan diri dari rasa
hati yang panas karena Randai mengoloknya,bahwa ia lulusan pesantren ingin
kuliah di Universitas Negeri yang ujian masuknya banyak pelajaran umum. Tapi
ia coba menahan diri dan hanya mengulum senyum tanpa suara.
”hatiku panas, tapi aku coba menahan diri dengan hanya mengulum
senyum pahit, tanpa suara. (Fuadi, 2012:7)
Sikap sabar Alif Fikri ketika tulisannya yang dikerjakan semalam suntuk
di corat-coret oleh tinta merah.
“Ya Tuhan, tulisanku, jerih payah kerjaku semalam suntuk, kini dicukur
gundul oleh pedang samurai bertinta merah orang sombong ini. (Fuadi,
2012:75)
Selanjutnya sabar tokoh utama di gambarkan ketika ia merasa kesal dan
menggerutu karena segala ujian yang di alaminya seperti saat mencoba sabar saat
menggantarkan jasad Ayah sampai ke lahat, sabar ketika harus ikut ujian tanpa
persiapan memadai, sabar ketika kembali ke Bandung sebagai anak yatim. Setelah
itu sabar seperti hilang dalam hidupnya. Lalu Kiai Rais di Pondok Madani dulu
mengumpulkan mereka dan berbicara:
“Yang namanya dunia itu ada masa senang dan masa kurang senang.
Disaat kurang senangl;ah kalian perlu aktif. Aktif untuk bersabar.
Bersabar tidak pasif, tapi aktif bertahan, aktif menahan cobaan, aktif
mencari solusi. Aktif menjadi yang terbaik. Aktif untuk tidak menyerah
pada keadaan. Kalian punya pilihan untuk tidak menjadi pesakitan. Tuhan
sudah berjanji bahwa sesungguhNya Dia berjalan dengan orang yang
sabar. (Fuadi, 2012:131)
Selanjutnya sikap sabar ditunjukkan Alif Fikri dengan berbicara kepada
Bang Togar atas meninggalnya Ayahnya.
“Tidak apa-apa, Bang. Aku sudah berdamai dengan keadaan. Aku
mencoba terus bersabar”(Fuadi, 2012:139).
5. Kasih sayang
Kasih sayang tokoh utama digambarkan ketika ia menyuapi ayahnya yang
terbaring sakit di rumah sakit, dengan lemah lembut sesendok demi sesendok,
sesekali ia membersihkan sisi bibirnya dengan saputangan.
46
“Biar ambo yang menyuapi, Mak.” Aku mengambil piring bubur dari
tangan Amak. Sesendok demi sesendok aku suapi Ayah. Sesekali aku
bersihkan sisi bibirnya dengan saputangan. (Fuadi, 2012:91)
6. Bertawakkal (at-tawakkal)
Sikap bertawakkal digambarkan Alif Fikri dengan menyerahkan keputusan
pada Allah SWT setelah ia menjawab semua soal ujian dengan sungguh-sungguh.
“Aku coba menghibur diriku. Toh aku telah melakukan segenap usaha
diatas rata-rata. Telah pula aku sempurnakan kerja keras dengan do’a.
sekarang tinggal aku serahkan kepada putusan Allah. Aku coba ikhlaskan
semuanya”. (Fuadi, 2012:28)
Sikap bertawakkal Alif fikri digambarkan ketika ia menyerahkan segala
kehendak kepada Allah ketika ia meminjam motor milik Randai yang STNKnya
sudah habis untuk datang ke tempat kerjanya di perbukitan Ciumbuleuit.
Randai hanya berpesan,”Hati-hati ya. STNK-nya sudah habis. Pokonya,
jangan sampai berurusan dengan polisi.”Dan aku juga tidak punya SIM!
Dengan modal bismillah, aku naiki motor Honda tua kurus ini. (Fuadi,
2012:112)
7. Bersyukur (asy-syukru)
Sikap bersyukur Alif fikri digambarkan bersujud Syukur atas kelulusannya
dalam menjawab soal ujian UMPTN.
Namaku tercetak jelas disana. Telunjukku yang gemetar aku gesar ke
kanan lagi. Dan tercetaklah di sana nomor kode untuk Hubungan
International Padjajaran. Alhamdulillah ya Tuhan. Beralaskan koran
pengumuman, aku sujud syukur untuk keajaiban ini. Keajaiban tekad dan
usaha, keajaiban restu orangtua, keajaiban do’a. Disebelahku, ayah juga
sujud lama sekali. (Fuadi, 2012:30)
Sikap bersyukur digambarkan dengan mengucap Alhamdulillah ketika
tulisan yang kini dibuatnya tidak kena coret lagi hanya halaman 5 yang perlu
diperbaiki dan tulisannya pertamanya terpampang di majalah kampus.
”logika bahasa penutup kau tidak jalan, terlalu lemah. Tapi yang lain
sudah baik,”kata Bang Togar.”Alhamdulillah. Terima kasih, Bang,”
47
teman yang kontrakannya bersebelahan dengan Alif Fikri. Penghuni rumah yang
semuanya perempuan berebut keluar rumah. Dengan senang hati alif Fikri
membantu memindahkan barang-barang di kamar kos mereka.
”Dengan senang hati, kami bantu 5 mahasiswi ini memindahkan barang-
barang di kamar kos mereka. Bahkan selama beberapa hari mereka
sempat menitipkan buku, koper, baju, komputer, dan peralatan lain di
rumah kami” (Fuadi, 2012:81).
Sikap tolong menolong Alif fikri digambarkan ketika ia mengunjungi panti
assuhan untuk menyumbang uang 7 ribu rupiah dari lembar terakhir isi
dompetnya diserahkan semua.
Sore itu, aku datangi sebuah panti asuhan di jalan Nilem. Aku kais-kais
lembar terakhir isi dom[etku dan aku serahkan ke bapak pengurus panti
itu. Dia tersenyum sejuk, lalu menyalamiku lama sekali. Matanya terpejam
sambil khusyul mendo’akanku. Aku merinding didoakan seperti itu hanya
karena menyumbang 7 ribu rupiah. (Fuadi, 2012:137).
10. Semangat
Sikap semangat Alif fikri digambarkan dengan semangatnya dalam usaha
dalam ujian persamaan SMA dan UMPTN. Dituliskan dalam novel seperti berikut
ini:
Pagi itu dengan mengepalkan tijnjuku, aku bulatkan tekad, aku bulatkan
doa: aku akan lulus ujian persamaan SMA dan berperang menaklukkan
UMPTN. Aku akan membuktikan kalau niat kuat telah dihunus, halangan
apapun akan aku tebas. (Fuadi, 2012:10).
Selanjutnya sikap semangat Alif fikri digambarkan dengan semangatnya
untuk belajar dalam waktu hanya 2 bulan untuk pelajaran selama 3 tahun dan ia
sama sekali tidak mempunyai buku pelajaran SMA dan belum sama sekali di
pelajarinya di Pondok Madani.
Dinding kamar aku tempeli kertas-kertas yang berisi ringkasan berbagai
mata pelajaran dan rumus penting. Semua aku tulis besar-besar dengan
spidol agar gampang diingat. Aku lebihkan usaha. Going the extra miles.
I’malu fauqo ma’amilu. Berusaha di atas rata-rata orang lain (Fuadi,
2012:12).
50
didik agar menjadi manusia yang berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab.1
Untuk mencapai tujuan tersebut pembelajaran akhlak di sekolah
menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi
akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Ruang lingkup pembelajaran akhlak
di Madrasah Aliyah meliputi: pengertian akhlak, induk-induk akhlak terpuji dan
tercela, metode peningkatan kualitas akhlak, induk-induk akhlak terpuji dan
tercela, metode peningkatan kualitas akhlak; macam-macam akhlak terpuji seperti
husnuzh-zhan, taubat, akhlak dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan
menerima tamu, adil, rida, amal salih, persatuan dan kerukunan, akhlak terpuji
dalam pergaulan remaja; serta pengenalan tasawuf.2
Dalam hal ini penelitian mengunakan kelas XI pada semester I yang SK
dan KD nya sebagai berikut:
SK dan KD dikelas XI semester I
SK KD
Membiasakan perilaku terpuji 1. Menjelaskan pengertian dan
pentingnya akhlak berpakaian,
berhias, perjalanan, bertamu dan
menerima tamu
2. Mengidetifikasi bentuk akhlak
berpakaian, berhias, perjalanan,
bertamu, dan menerima tamu
3. Menunujukkan nilai-nilai positif dari
akhlak berpakaian, berhias,
perjalanan, bertamu dan menerima
tamu
4. Membiasakan akhlak berpakaian,
berhias, perjalanan, bertamu dan
menerima tamu.
1
Permenag no.2 tahun 2008 tentang standar isi.pdf, dalam
http://nhidayat62.wordpress.com/2009/08/13/permenag-no-2-tahun-2008/ diakses pada senin, 10
maret 2014 pukul 15.30 WIB
2
Ibid
53
3
Edidarmo toto dan Mulyadi, Pendidikan Agama Islam Akidah Akhlak, (Semarang, PT.
Karya Toha Putra, 2009), Cet ke-1, h. 56-59
54
4. Siswa mengetahui indikator pencapaian hasil belajar dan materi yang akan
dikuasai siswa
5. Siswa mengungkapkan pengetahuan dan pemahaman-pemahaman siswa
mengenai materi akhlak
6. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok berdasarkan hitungan 1
sampai 5, kemudian meminta siswa untuk duduk dalam satu kelompok
berdasarkan angka yang di sebutkan lalu menugaskan siswa untuk
membaca penggalan cerita novel yang dibagiakan guru.
7. Setelah siswa membaca novel guru memberikan intruksi untuk
menganalisis nilai pendidikan akhlak yang ditemukan pada dialog atau
narasi novel dan meminta menuliskannya pada kertas analisis yang
dibagikan guru.
8. Siswa mengingat pembelajaran yang telah dilakusanakan pada pertemuan
sebelumnya
9. Guru membagikan kertas analisis siswa pada pertemuan sebelumnya
10. Lalu siswa meneruskan menganalisi nilai pendidikan akhlak
11. Guru meminta perwakilan kelompoknya untuk mempresentasikan hasil
penemuan nilai akhlak yang terdapat pada novel dan menceritakan
kembali alur cerita novel, kesimpulan dan amanat yang terdapat pada
novel
12. Siswa menyimak dengan baik hasil pencapaian teman sejawatnya
13. Siswa dibimbing oleh guru mengambil kesimpulan, alur cerita novel,
sinopsis, nilai akhlak yang ditemukan siswa dan amanat pesan yang
ditemukan siswa
14. Hasil dari diskusi tersebut siswa diminta untuk membuat komitmen
mengikrarkan untuk melakukan nilai-nilai akhlak yang dipelajari.
15. Guru memberikan penilaian secara umum dari materi akhlak yang telah
berlangsung.
16. Guru menampilkan karya film yang berisi tentang motivasi dalam
mencapai cita-cita.
17. Siswa bersama guru mengikrarkan tentang harus berakhlak terpuji
dimanapun berada.
56
18. Siswa dan guru mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar
19. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya atau mengungkapkan kesan-
kesannya
20. Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Strategi pembelajaran yang digunakan guru adalah strategi kontekstual
yaitu guru mencoba mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dengan
diberikan kisah-kisah dari novel yang terinspirasi penulis dari kisah nyata. Hal ini
sangat tergantung pada tujuan yang hendak dicapai, penggunaan strategi (guru),
ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana dan kondisi peserta didik. Dalam hal
ini peneliti mengadakan pengamatan proses pembelajaran selama observasi
berlangsung.
Pengamatan I, dilaksanakan pada selasa, 19 Agustus 2014 pukul 07.10-
09.00 dikelas XII Agama, pada pertemuan pertama ini alokasi waktu
pembelajaran aqidah akhlak belum kepada tahap pembelajaran secara langsung
tetapi masih pertemuan perkenalan guru bidang studi aqidah akhlak kepada siswa,
bahwa peneliti meminta bantuan mereka untuk membantu dalam pengumpulan
data sebagai bahan skripsi.
Pengamatan II,dilaksanakan pada selasa, 26 Agustus 2014 pukul 07.10-
09.00 dikelas XI Agama. Kegiatan pendahuluan yaitu guru memulai pelajaran
dengan berdo‟a dan melakukan ice breaking untuk memacu semangatnya dipagi
hari. Berikutnya guru memulai pelajaran dengan menyampaikan indikator
pencapaian keberhasilan siswa tentang akhlak terpuji yang ditunjukkan lewat
slide. Pencapaian tersebut agar siswa mampu menyebutkan macam-macam akhlak
terpuji kepada Allah, kepada manusia dan kepada diri sendiri.
Kegiatan Inti ( eksplorasi ) pembelajaran aqidah akhlak guru
menyampaikan materi menggunakan metode ceramah, guru menyampaikan
tentang klasifikasi akhlak yang dibagi kepada 3, yaitu akhlak kepada Allah,
akhlak kepada orang lain, dan akhlak diri sendiri, juga menyampaikan macam-
macam akhlak kepada Allah, kepada orang lain dan akhlak kepada diri sendiri.
Setelah guru menjelaskan gruu bertanya kepada siswa, ”yaitu apakah kalian
paham?” lalu siswa menjawab dengan tegas dan lantang, paham.
57
Guru menjelaskan dialog atau narasi ini terdapat nilai pendidikan akhlak
kepada diri sendiri, yaitu semangat. Penjelasannya karena sang tokoh berkata
dengan meyakinkan diri dan akan berjuang habis-habisan
Sampai mereka paham barulah guru meminta mereka untuk menganalisis
nilai pendidikan akhlak kepada Allah, kepada orang lain dan kepada diri sendiri
yang ada pada narasi atau dialog tokoh yang terdapat didalam novel. Guru
memberikan kesempatan berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah dan guru
mengawasi jalannya kerja kelompok.
Dalam RPP dan skenario pembelajaran, alokasi waktu yang dibutuhkan
adalah 2x40 menit, namun di lapangan, alokasi waktu tersebut tidak memenuhi.
Kendalanya ialah menghabiskan waktu yang banyak dalam menganalisis nilai
pendidikan akhlak yang terdapat di dalam novel. Kendala ini teratasi dengan
pertemuan selanjutnya di minggu depan.
Pengamatan III,pada kegiatan pendahuluan guru mengucapkan salam,
berdo‟a sebelum belajar dan mengabsen siswa.
Pada pengamatan ke tiga ini ( elaborasi ) guru melakukan tanya jawab
tentang materi yang sebelumnya dan membagikan kembali lembar analisis novel
yang kemarin belum selesai. Lalu meminta siswa untuk melanjutkan analisisnya,
guru memberi waktu sekitar 10-15 menit untuk berdiskusi bersama kelompoknya.
Setelah itu guru meminta ketua kelompoknya untuk melaporkan keberhasilan
dengan cara presentasi hasil kerja kelompoknya didepan kelas dan membacakan
sinopsis novel dengan bahasa dan pemahaman mereka masing-masing.
58
Jawaban siswa:
Saya akan berputus asa, saya akan bersedih, karena menurut saya
kejadian seperti itu apalagi datang pada saat bersamaan membuat saya
tidak bisa melakukan apa-apa, tapi tidak berlarut-larut saya akan
mencoba untuk bangkit walau susah dan penuh dengan keringat dan
cucuran air mata.
Guru bertanya kepada seluruh siswa:
”bagaimana menurut kalian semua apakah kalian akan
mengemplementasikan nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam
novel”?biarpun susah? Penuh kendala?
Jawaban siswa:
”Saya akan mengemplementasikan pada kehidupan sehari-hari, biarpun
susah saya akan mencoba, biarpun banyak kendala saya akan mencari
jalan keluar seperti yang ada didalam novel”.
Guru bertanya kepada seluruh siswa:
”Apakah kalian senang belajar menggunakan novel?
Jawaban siswa:
Saya senang bu belajar menggunakan novel tapi awalnya saya mengalami
kesulitan pada saat menganalisis atau menggeluarkan nilai akhlak yang
terdapat dalam novel
Pada dasarnya siswa terjun ke dalam suasana hati seperti yang terjadi pada
Alif fikri sehingga ia merasa kesal jika Alif Fikri di perlakukan semena-mena oleh
orang lain, siswa juga merasa senang ketika Alif fikri berhasil terhadap sesuatu.
Siswa dinyatakan telah tersentuh hati nurani dan intuisinya, peneliti membuktikan
bahwa pembelajaran menggunakan novel berhasil mempengaruhi siswa dengan
menampilkan sosok akhlak mulia.
Selanjutnya keadaan siswa Man 1 Grogol terhadap pembelajaran akhlak
menggunakan novel yang ada dikelas XI Bahasa. Pada umumnya mereka sudah
mengerti pada waktu menganalisis novel pada pertemuan pertama karena mereka
sudah biasa menganalisis novel pada waktu pembelajaran bahasa indonesia, maka
waktu yang dibutuhkan memadai untuk memaparkan nilai akhlak yang terdapat
pada novel di pertemuan ke dua.
61
Maka pada di pertemuan ke dua ini pada tanggal 2 September jam ke 7-8
atau jam 01.40-02.40 mereka sudah bisa memaparkan dengan baik alur cerita dan
nilai akhlak yang ada didalamnya.
Respon siswa pada waktu penyampaian nilai akhlak yang terdapat dalam
novel, guru bertanya kepada siswa bernama Teguh Abdi Pratama, M.Abdi majid,
Jum-jum Haerani, Amara, Raka Naufal, Rezki Irwan , Anisa, Ismi, Ana Alfiyah
(kelompok 1):
”apakah nilai akhlak yang kalian temukan dalam novel ini masih relavan
dengan keadaan masa kini? Yang kalian lihat banyak para pejabat yang
menjadi sosok yang tidak cocok untuk ditiru?
Jawaban siswa:
Nilai akhlak yang kami temukan dalam novel seperti sabar, semangat dan
pemaaf masih relavan dengan keehidupan masa kini, karena masih
banyak orang yang mempertahankan nilai-nilai ini dalam keehidupan
sehari-hari.
Guru bertanya kepada Lusi Hasanah, Jodi Ferniawan, M. Drismandany, Bayu
Anugrah, Annisa, Ayu (kelompok 2):
”bagaimana Alif Fikri pada kisah yang kalian baca? Apakah kalian setuju
dengan sikap Alif Fikri dan Bagaimana dengan Bang Togar?
Jawaban siswa:
Alif fikri pada cerita ini sedang dalam pembelajaran dengan Bang Togar
dalam hal menulis, tetapi Alif Fikri sangat sabar disini saya setuju karena
tekadnya yang bulat ingin bisa menulis dan tulisannya terpampang di
majalah atau koran, tapi saya kurang setuju dengan Bang Togar yang
memperlakukan Alif Fikri dengan kasar dengan mencorat coret semua
hasil karyanya yang telah dibuat Alif Fikri dengan susah payah.
Guru bertanya kepada Sri Widia, Jhane Febiola, Anggun, Shintia Putri, Rima
alfani, Ahmad Al-Faruq dan Yola (kelompok 3):
”Dari kesekian akhlak yang kalian temukan seperti ikhlas, semangat,
sabar, jika kalian ada diposisi Alif Fikri, kalian merasakan keadaannya
bagaimana sikap kalian? Seperti diceritakan Alif Fikri mengalami
62
D. Interpretasi Data.
Asumsi penelitian adalah pembelajaran nilai akhlak akan efektif apabila
dilakukan secara kontekstual terutama jika dihadirkan alat pendidikan seperti
novel, maka peserta didik akan mempraktekkan nilai yang ia telah temukan di
63
A. Kesimpulan
1. Terdapat banyak nilai akhlak yang terdapat pada Novel Ranah 3 Warna
karya Ahmad Fuadi, diantaranya adalah nilai akhlak, pantang menyerah,
selalu berusaha, bersyukur, hemat, sopan santun, lemah lembut dalam
bertutur kata, pemaaf, qona’ah (mencukupkan apa yang ada), kasih
sayang, jujur, bertawakkal, ikhlas suka menolong.
2. Terdapat relevansi antara nilai pendidikanakhlak yang terdapat didalam
novel dengan kurikulum MAN 1 Grogol, tetapi terdapat pembahasan
tentang nilai akhlak dibahas sebelum menerangkan tentang akhlak
berpakaian, bertamu dan menerima tamu
3. Dalam pembelajaran guru menggunakan Novel sebagai alat dalam
pembelajaran. Dengan metode kontekstual yaitu mengaitkan dengan
kehidupan nyata. Peserta didik diberikan contoh-contoh riil sosok yang
berakhlak atau peserta didik diberikan bagaimana menjalani kehidupan ini
dengan arif dan bijaksana. Sehingga peserta didik tersentuh hati nuraninya
ketika mengikuti alur cerita tersebut dan mendapatkan sosok figure yang
ingin diikutinya dalam kehidupan sehari-hari.
64
65
A. Saran
1. Penulis-penulis karya ilmiyah seperti sastra novel, dapat mengangkat tema
pendidikan akhlak yang memberika banyak pembelajaran tentang kehidupan
dan pengalaman sebagai motivasi hidup bagi pembaca
2. Guru dalam pembelajaran dapat menggunakan novel sebagai alat dalam
pembelajaran, sehingga guru jadi lebih mudah untuk menampilkan sosok
akhlak mulia dalam pembelajaran akhlak.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi para guru
dan siswa untuk dapat mengetahui mengenai nilai pendidikan akhlak yang
terdapat dalam novel dan mengemplementasikannya dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Aziz Hamka, Pendidikan Karakter berpusat pada hati, (Jakarta: Al-
Mawardi Prima, 2011), Cet ke-1.
Amin, Ahmad, Etika Ilmu Akhlak, ( Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995), Cet ke-8.
Ballantine, Thomas Irving, dkk, Inti Ajaran Islam: Paradigma Perilaku Duniawi
dan Ukhrawi, ( Jakarta: CV Rajawali, 1987), Cet ke-1.
Sabri, Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet
ke-1.
Tebba, Sudirman, Hidup bahagia Cara Sufi, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2007), Cet
ke-2
Tim Dosen FIP-IKIP MALANG, Pengantar dasar-dasar kependidikan.
Yahya Badrusalam Abu, Keutamaan dan Pentingnya Akhlak Mulia – Bagian ke-1
– Kitab Fiqhul Akhlaq, http://www.radiorodja.com/ diakses pada senin, 22
September 2014, pukul 12.30
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 2009), Cet ke-5.
Lampiran 2
1
http://id. Wikipedia.org/wiki/Ahmad Fuadi, akses, 18 juni 2014
Lampiran 3
Judul Buku :
Pengarang :
Nama Siswa :
Lembar Analisis Novel
Novel Study Analysis Sheet
Catatan /Note/KESIMPULAN
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 4
Novel satu ini merupakan rangkaian kedua seri Triologi Negeri 5 Menara.
Jadi praktis tokoh utama pada kisah ini masih sama dengan di buku pertamanya
yakni, Negeri 5 Menara. Hanya saja, kisah yang ada di dalam bagian kedua ini
lebih fokus pada kehidupan dan konflik yang dialami si Alif. Dikisahkan, ia baru
saja tamat bersekolah dari Pondok Madani. Selepas dari pesantren, Alif dilingkupi
banyak cita-cita, salah satunya adalah melanjutkan pendidikan di bidang
teknologi, suskses seperti Pak Habibie dan kemudian hijrah ke Amerika Serikat.
Namun keinginan Alif tersebut tiba-tiba dijegal fakta bahwa ia tak memiliki
ijazah. Memang pada saat itu, pondok pesantren belum berwewenang untuk
menerbitkan ijazah layaknya sekolah yang disubsidi pemerintah. Tapi hal tersebut
tidak menggoyahkan cita-cita Alif. Ia kemudian berhasil memperoleh ijazah
dengan mengikuti ujian penyetaraan.
Selanjutnya, Alif kemudian ikut ujian UMPTN dan berhasil kuliah di
Bandung. Tepatnya di jurusan Hubungan Internasional. Meski tidak berhasil
masuk ke ITB, tapi bagi Alif tak mengapa. Ia tetap menjalani kuliahnya dengan
sungguh-sungguh. Meski ia sering mengalami masalah seperti keuangan dan
semacamnya. Awalnya Alif hampir menyerah, hanya saja ia kembali teringat
mantra “man shabara zhafira” yang artinya, siapa yang bersabar akan beruntung.
Ia memilih unutk berjuang dan bersabar.
Pada akhirnya, Alif berhasil memperbaiki kondisi keuangannya dengan
cara menulis. Bahkan dengan hasil menulis itu, ia bisa mengirimkan sedikit uang
bagi keluarganya di kampung. Seiring berjalannya waktu, Alif tiba pada
keberuntungannya yang pertama dimana ia terpilih sebagai mahasiswa utusan
dalam program pertukaran belajar ke Benua Amerika. Alif memilih Negara
Kanada. Di sana ia tinggal bersama keluarga angkat. Mereka sangat dekat. Saat
tiba waktu Alif untuk kembali ke Indonesia, keluarga angkatnya di Kanada sangat
sedih. Namun Alif meninggalkan janji untuk mereka, kelak ia akan kembali ke
Kanada. Janji tersebut ditepatinya 11 tahun kemudian. Ia kembali berkunjung ke
Kanada bersama isterinya.
Novel Ranah 3 Warna ini sangat cocok dibaca mereka yang takut bercita-
cita. Dan kalaupun ada cita-cita, kita selalu mencemaskannya. Kisah Alif yang
dikemas apik dalam novel ini memberikan kita paradigm kuat bahwa cita-cita
harus selalu dikejar bagaimanapun caranya. Dan yang paling penting adalah
mengawinkan usaha dengan kesabaran. Sebab, boleh jadi hasil kerja keras kita
tidak nampak di awal tetapi di akhir. Jika di tengah jalan kita memtuskan
menyerah, maka rugi besarlah kita.
Dari segi bahasa, penulisan novel ini cukup baik. Penulisnya cerkas dan
tidak suka menghambur-hamburkan kata. Meski demikian, alur cerita tetap
berjalan apa adanya tanpa terkesan buru-buru atau sebaliknya, terlalu lambat.
Novel motovasi ini sangat cocok Anda hadiahkan bagi anak-anak agar
semangatnya mengejar cita-cita bisa lebih kuat lagi.
Lampiran 5
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI
Nilai-Nilai Pendidikan akhlak
Ada 10 nilai pendidikan Akhlak yang digambarkan oleh tokoh utama yaitu Alif Fikri, sebagaimana dalam tabel berikut:
NILAI DESKRIPSI
1. Al-amanah (jujur dan dapat dipercaya)
Al-amanah atau jujur merupakan dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan diri seseorang. Yang dikatakan amanah ialah
ia yang dapat berlaku jujur dalam perkataan dan perbuatan.
2. Al-„Afwu (pemaaf)
Al-„afwu atau pemaaf merupakan dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan manusia dan sesamanya. Ia dapat
memaafkan seseorang yang telah berbuat sedemikian rupa terhadapnya dan ia dapat memaafkannya dengan sengaja tanpa ajakan dan
perintah siapapun.
3. Sopan santun
Sopan santun merupakan dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Dalam hal berinteraksi
dan bertingkah laku dengan yang lainnya.
4. As-sabru (sabar)
As-sabru atau sabar merupakan dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan perilaku seseorang. Sabar disini ialah ia yang
dapat menyikapi segala masalah dengan tabah dan menerimanya dengan lapang dada.
5. Kasih sayang
Kasih sayang merupakan dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Menyayangi orang yang
lebih tua, menyayangi sesama juga menyayangi hewan dan tumbuhan.
6. Bertawakkal (At-Tawakkal)
Bertawakkal ialah dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan antara manusia dengan Allah. Perwujudan dalam akhlak ini ialah
manusia selalu berusaha dapat melakukan segala sesuatu dan berharap dengan hasil terbaik dalam setiap yang diusahakan, dalam proses
pengharapannya ia bersikap optimis menyerahkan segala ketentuan kepada Allah.
7. Bersyukur (Asy-Syukru)
Bersyukur ialah dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan perilaku manusia. Perwujudan dalam akhlak ini ialah manusia
merasa senang dan berterima kasih atas nikmat yang diberikan Allah dengan cara meningkatkan ibadah kita kepada Allah secara total.
8. Ikhlas
Ikhlas ialah dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan manusia. Ikhlas merupakan salah satu dari amal hati. Sebab
diterimanya berbagai amal tidak bisa sempurna kecuali dengan ikhlas. Ikhlas disini ialah menghendaki keridhoan Allah dan
membersihkannya dari segala noda individual maupun duniawi. Tidak ada yang melatar belakangi suatu amal kecuali karena Allah Swt,
dan demi hari akhirat.
9. Memberi pertolongan
Memberi pertolongan adalah dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan orang lain. Tidak mungkin sesame manusia tidak
memerlukan bantuan orang lain karena manusia adalah makhluk social yang bergantung dengan orang lain dan saling tolong menolong.
10. Semangat
Semangat adalah dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan diri sendiri. Semangat dalam menggapai sesuatu, semangat
dalam belajar, semangat dalam mencukupi kebutuhan hidup. Tanpa semangat dan berputus asa maka sesuatu yang diinginkan tidak akan
dapat dicapai.
DAFTAR OPERASIONAL
Nilai Pendidikan
No Judul / Tema Narasi
Akhlak
“…. Waktu ujian persamaan SMA tinggal 2 bulan lagi. “Sekarang tugas Waang untuk belajar
keeras,” kata Ayah sambil menyerahkan setumpuk kertas.
“Tapi Yah, tinggal 2 bulan? Untuk belajar tiga tahun?” Aku menghela nafas panjang, antara
Semangat
bingung dan gentar. Bisakah aku?
Dengan meyakinkan diri aku jawab tantangan Ayah. “Insya Allah Yah Ambo akan berjuang
Mendaki Tiga habis-habisan untuk persamaan ini dan untuk UMPTN.”
Puncak Bukti “…. Armen belum juga puas rupanya. Dia mendekat dan berbisik ke telinga ku sambil
/ menyeringai. “Kecuali Waang pakai joki, Lif.”
Jujur
Persiapan “Joki? Aku menggeleng kerang untuk perjokian. Apa gunanya ajaran Amak dan Pondok Madani
masuk tentang kejujuran dan keikhlasan?”
1 Universitas Pagi itu dengan mengepalkan tinjuku, aku bulatkan tekad, aku bulatkan doa: aku akan lulus ujian
Negeri dan persamaan SMA dan berperang menaklukan UMPTN. Aku akan membuktikan kalau niat kuat Semangat
ujian telah dihunus, halangan apapun akan aku tebas.
persiapan Antara prihatin dan kesal dia berkata, “Setahun pun Aden ajari tampaknya Waang tidak akan
persamaan menguasai pelajaran ini.” Aku tatap matanya. Dia sungguh-sungguh tidak sedang bercanda. Aku
Ikhlas
SMA menjawab keras, “Jangankan setahun, tiga tahun pun akan Aden lakukan demi menggapai cita-
cita. Kalau tidak mau menolong, Aden akan menolong diri sendiri.”
Kalau aku masih ingin kuliah di universitas negeri, aku harus mengambil keputusan besar. Aku
akhirnya harus memilih dengan realistis. Kemampuan dan waktu yang aku punya saat ini tidak
Bertawakkal
cocok dengan impianku. Dengan berat hati aku kuburkan impian tinggiku dan aku hadapi
kenyataan bahwa aku harus mengambil jurusan IPS. Selamat jalan ITB
Batangga Dinding kamar aku tempeli kertas-kertas yang berisi ringkasan berbagai mata pelajaran dan Semangat
Nilai Pendidikan
No Judul / Tema Narasi
Akhlak
2. / rumus penting. ……. Aku tempelkan sebuah kertas karton merah, bertuliskan tulisan Arab tebal-
Ujian tebal: Man jadda wajada!...... aku paksa diriku lebih kuat lagi. Aku lebihkan usaha.
persamaan Kalau aku lihat cermin, badanku kini mengurus, agak pucat, dan mataku merah. Tapi aku tidak
SMA dan peduli. Ini perjuangan penting dalam hidupku. Mungkin penentu nasib masa depanku. Amak dan
Kasih Sayang Amak
persiapan Ayah tampak cemas melihat aku belajar seperti orang kesurupan. “Nak, jangan terlalu diforsir
ujian SMPTN tenaga itu, jaga kesehatan, jangan sampai tumbang di masa ujian, “kata Amak ………
Akhirnya ujian persamaan sebagai syarat ikut UMPTN datang juga. Dilepas dengan do‟an dari
amak dan Ayah aku merasa siap maju ke medan perang. Aku tidak boleh kalah dengan keadaan
Bertawakkal
dan keraguan orang lain. Satu per satu aku jawab soal ujian dengan perasaan panas dingin. Walau
hamper selalu bergadang, belajar kerasku beberapa minggu terakhir ini
Jangan ganggu”. Begitu tuulisan besar yang aku temple di pintu kamar. Pintu kamar pun aku
kunci dan sudah berhari-hari aku mengurung diri, hanya ditemani bukit-bukit buku. Bahkan Semangat
kalau adikku diam-diam mengintip dari balik pintu, aku halau mereka …. Sampai lulus ujian
Panen Raya
/
Beralaskan Koran pengumuman, aku sujud syukur untuk keajaiban ini. Keajaiban tekad dan
3 pengumuman Bersyukur
usaha, keajaiban restu orang tua, keajaiban do‟a.
kelulusan
ujian SMPTN
Musa dan Aku juga meluangkan waktu 2 jam seminggu untuk mengajar bahasa Arab di masjid Salman
Khidir ITB. Tentu saja gratis. Ini caraku mengabdikan ilmu yang aku dapat di Pondok Madani kepada
/ masyarakat. Nasihat Kiai Rais bergengung- dengng di kepalaku, “Jadilah seperti anjuran Nabi, Tolong menolong
4 Belajar khairunnas anfauhum linnas, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang member manfaat bagi
menulis orang lain.
dengan bang “bang, aku ingin sekali bisa menulis. ……….. ingin dimuat media nasional.”…….
Semangat
togar Sudah tujuanku, bang. Aku ingin belajar sama Abang.”
Nilai Pendidikan
No Judul / Tema Narasi
Akhlak
Tidak gampang membuat tulisan dengan logika jernih sebanyak 5 halaman pada dini hari. Aku
coba pompa semangatku dengan meneriakkan man jadda wajada, namun setelah beberapa jam,
kepalaku terangguk-angguk. Tidak kuat lagi, aku menggelar tikar, dan terkapar di sebelah kasur
Jujur dalam
Randai. Aku terlompat dari tidur begitu TOA di mushollah sebelah rumah kembali berdengung.
menepati janji
Suara azan Subuh. Mumpung Randai masih terkapar, segera setelah sholat Subuh aku kebut lagi
tulisanku dengan penuh semangat.
Melihat tulisanku sekarang terpampang di majalah kampus, semua rasa capek dan kesal rasanya
Bersyukur
terbayar lunas. ………………….. “terima kasih untuk bimbingan Abang,”
Tulisan Air terus merambat naik ke pintu kontrakan mereka lalu menyelusup ke dalam rumah. Penghuni
pertama rumah yang semuanya perempuan berebut keluar rumah. Dengan senang hati, kami bentu 5 Peduli kepada
9 dimuat di mahasiswi ini memindahkan barang-barang di kamar kos mereka. Bahkan selama beberapa hari sesama.
mading mereka sempat menitip buku, koper buku, computer, dan peralatan lain di rumah kami.
kampus Walau berkantong tipis, keinginanku menonton film sangat tinggi. Sehingga setiap malam Prihatin dan tidak
minggu, aku bersama teman satu kos menonton film gratis di liga Film Mahasiswa ITB…… berlebihan dengan
Bioskop yang aku maksud adalah sebuah ruang kuliah besar dengan kursi kayu keras. keadaan .
“biar ambo yang menyuapi, Mak.” Aku mengambil piring bubur dari tangan amak. Sesendok Sayang kepada
Mengantarkan demi sesendok aku suapi Ayah. Sesekali aku bersihkan sisi bibirnya dengan sapu tangan. orang tua.
10 ayah ke Aku akan mendoakan ayah dari sini. Aku akan mencoba menjadi anak yang saleh yang terus
Kasih sayang kepada
pemakaman mendo‟akanmu, supaya menjadi amalmu yang tidak akan putus. Aku akan mengingat selalu
orang tua.
nasihat terakhir ayah.
Mungkin sudah waktunya aku disapih, berhenti meminta uang ke Amak. Aku genggam foto
Peduli kepada
Setelah keluarga erat-erat, sampai hamper remuk. Aku berjanji pada diri sendiri akan membiayai diri
keluarga
11 kepergian sendiri selama di bandung. …..mengirimi amak uang setiap bulan.
ayah Aku memesan hanya setengah porsi bubur ayam dengan banyak bawang goring. Supaya bubur
Prihatin
kelihatan banyak, aku tuangkan air putih dan aku aduk. Tidak apa encer, tapi kelihatan sudah
Nilai Pendidikan
No Judul / Tema Narasi
Akhlak
semangkuk penuh. Lumayan untuk menghangatkan perutku pagi hari.
Aku membuat perjanjian dengan diriku. ….. aku tulislah janji ini di sehelai kertas HVS putih. Tangguh dengan
…… yang berjanji : Alif Fikri dan yang pasti menyaksikan di atas sana: Allah. membuat perjanjian
“aden butuh uang tunai secepatnya. Kalau ada paluang kerja, tolong kasih tahu,” kataku datar.
Janji aku dan
“Kenapa tidak pinjam kea den saja?” “ pinjam ke wa‟ang sudah banyak. Dan pinjaman tidak Mandiri.
Tuhan
menyelesaikan masalah. Aden ingin mandiri. Ingin menghasilkan sendiri.
/
12 Setidaknya mala mini aku punya dua harapan, mencari beasiswa dari kampus seperti yang
Berjanji
diusulkan Randai dan menunggu kabar dari Asto. Aku berusaha tidur lebih nyenyak. Terima Bersyukur.
dengan diri
kasih Tuhan untuk peluang yang Engkau datangkan dengan bergegas.
sendiri
Dengan menahan gengsi dan egoku sedalam-dalamnya, aku menenteng sebuah tas berat yang
disesaki daganganku berkeliling kota Bandung setiap sore dan malam, sepulang kuliah. Dari satu Semangat
gang ke gang yang lain. Dari satu rumah ke rumah yang lain. Dari satu pintu kepintu yang lain.
Aku genggam secarik kertas menguning tadi dan aku geretakkan gigi. Aku lawan semua rasa
Mencoba sakit. Aku harus paksa diriku. Aku tidak ingin mana karena terlalu mengasihi diri seperti ini.
15 bangkit dari Kalau aku sudah menyerah pada nasib, siapa yang akan membela diriku selain aku sendiri ?...... Semangat, mandiri
keterpurukan Dengan segenap jiwa, aku tegaskan bahwa aku tidak mau menjadi pecundang, orang yang kalah
sebelum berjuang. Setiap pikiran sumbang yang mencoba tumbuh di kepalaku, aku serang balik.
……….. beberapa jam kemudian dia pulang dan tidak sabar memeriksa hasil tulisanku. Aku
Datang dibuat berkeringat dingin dan terseok-seok. Atapi aku telah memancang tekad, semakin keras dia
16 kembali ke menepaku, semakin keras pula aku belajar. Dalam hati bahkan aku menantang dia, “mana lagi, Semangat
bang togar apa lagi, berapa kali lagi?” akan aku layani semua tugas darinya. Targetku jelas, aku ingin
mampu membuat tulisan dengan kualitas layak muat media massa, local dan nasional
Sore itu, aku datangi sebuah panti asuhan di Jalan Nilem. Aku kais-kais lembar terakhir isi
Menerima
18 dompetku dan aku serahkan ke bapak pengurus panti itu. Dia tersenyum sejuk, lalu menyalamiku Tolong menolong
honor pertama
lama sekali. Matanya terpejam sambil khusyuk mendo‟akan aku. Aku merinding didoakan
Nilai Pendidikan
No Judul / Tema Narasi
Akhlak
seperti itu hanya karena menyumbang 7 ribu ribu rupiah.
Dengan optimism tinggi, aku menyurati amak……………… “mulai bulan ini, ambo insyaAllah
sudah bisa mandiri secara keuangan ….. tapi target besarku masih belum sampai, yaitu mengirim Kasih saying
uang setiap bulan ke Amak untuk biaya sekolah adik-adikku
Semua bentuk kemalangan ada di sini. Fakir miskin, yatim piatu, korban cerai, kelaparan, sakit
akut, putus sekolah, pegangguran …………….
Tolong menolong.
Tugas kita berbuat terbaik untuk mendapat rezeki terbaik, dan semoga kita punya kekuatan
membantu mereka nanti. …….
….semua pengeluaran dan pemasukan aku catat dalam sebuah buku kas pribadi berwarna biru
langit…. Tidak ada uang jajan yang tidak perlu, memaksa diri untuk menabung walau sesedikit Jujur
apa pun, dan tidak lupa menyisihkan untuk mengantarkan ke panti asuhan di Jalan Nilem
…….sejak itu, untuk pertama kalinya dalam hidupku, penghasilan bulananku melebihi semua
kebutuhan hidupku di Bandung. Min haitsu la yahtasib.dari tempat yang tidak disangka-sangka. Bersyukur
Rezeki dari Tuhan memang bisa datang dari mana saja dan kapan saja. Alhmadulillah.
Dengan semangat melonjak-lonjak, aku selipkan 3 lembar uang Rp. 10.000 bergambar Sultan
20 Pindah kosan Hamengku Buwono IX dan Borobudur di tengah lipatan surat untuk Amak. Walau tidak banyak,
Kasih sayang
ini sebuah prestasi besar dalam hidupku. Ini kali pertama dalam hidupku aku bisa member uang
hasil keringat sendiri kepada Amak.
Sejak itu, seperti seseorang yang terobsesi, aku sibuk keluar-masuk perpustakaan, menulis surat
kemana-mana, bertanya kepada para senior di kampus, bagaimana bisa belajar ke luar negeri
Semangat belajar
tanpa harus membayar. Ketika teman kulaihku masih sibuk berkutat dengan mata kuliah semester
keluar negeri.
ini, aku malah berpikir bagaimana caranya semester depan aku bisa sudah kuliah di luar negeri
dengan gratis.
Percaya diri
22 Tes Kanada Dengan rasa percaya diri, aku gasak setiap soal tulis ….. untuk menempa diri, aku bahkan ….
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
4. Memahami ayat-ayat al-Qur'an tentang 4.1 Menerjemahkan QS al-‘Alaq: 1-5, QS
ilmu pengetahuan dan teknologi Yuunus: 101; QS al-Baqarah: 164.
4.2 Menjelaskan kandungan QS al-
‘Alaq: 1-5; QS Yuunus: 101; QS al-
Baqarah: 164.
4.3 Menunjukkan perilaku orang yang
mengamalkan QS al-‘Alaq: 1-5, QS
Yuunus: 101; QS al-Baqarah: 164.
4.4 Melakukan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti
terkandung dalam QS al-‘Alaq: 1-5,
QS Yuunus: 101; QS al-Baqarah:
164.
2. AKIDAH-AKHLAK
a. Kelas X, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Memahami prinsip-prinsip dan metode 1.1 Menjelaskan prinsip-prinsip akidah
peningkatan kualitas akidah
1.2 Menjelaskan metode-metode
peningkatan kualitas akidah
b. Kelas X, Semester 2
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Meningkatkan keimanan kepada Allah 1.1 Menguraikan 10 al-asma' al husna
melalui sifat-sifatnya dalam al-asma' al (al-Muqsith, al-Waarits, an-Naafi’,
husna al-Baasith, al-Hafiidz, al-Walii, al-
Waduud, ar-Raafi’, al-Mu’iz dan al-
Afuww)
1.2 Menunjukkan bukti kebenaran
tanda-tanda kebesaran melalui sifat
Allah dalam 10 Asmaul Husna (al-
Muqsith, al-Waarits, an-Naafi’, al-
Baasith, al-Hafiidz, al-Walii, al-
Waduud, ar-Raafi’, al-Mu’iz dan al-
Afuww)
3. FIKIH
a. Kelas X, Semester 1
Tujuan Afektif
1. Mengamalkan dan membiasakan perilaku amanah, al-afwu, sopan santun, sabar, ar-
rahman, bertawakkal, bersyukur, ikhlas, at-ta’awun, semangat
2. Dalam proses pembelajaran siswa dilatih untuk memiliki karakter religius
3. Dalam proses pembelajaran siswa dapat dilatihkan karakter rasa ingin tahu tentang
apa yang belum diketahui.
4. Dalam proses pembelajaran siswa dapat dilatihkan karakter disiplin dalam mengikuti
pembelajaran
5. Dalam proses pembelajaran siswa dapat dilatihkan karakter menghargai terhadap ide
atau pendapat orang lain
6. Dalam proses pembelajaran siswa dapat dilatikan karakter tanggungjawab terhadap
tugas-tugas yang diberikan
C. Materi Ajar
Pengertian amanah, al-afwu, sopan santun, sabar, ar-rahman, bertawakkal, bersyukur,
ikhlas, at-ta’awun, semangat
Contoh perilaku amanah, al-afwu, sopan santun, sabar, ar-rahman, bertawakkal,
bersyukur, ikhlas, at-ta’awun, semangat
D. Metode Pembelajaran
1. Interactive Lecturing ( Ceramah Interaktif )
2. Ice Breaking
3. Information Search ( pelacak Informasi )
4. Small group discution
5. Inquiri
6. Reconecting ( mengulas kembali )
7. Resitasi ( Penugasan )
Siti Khodijah
Lampiran 8
Perempuan yang mengajar di MI sebagai guru kelas dan hobi makan ini
memiliki motto Live is struggle so do it by positive thinking Baginya,
kehidupan ini penuh rintangan tetapi orang yang memiliki tekad, usaha dan
selalu berpikir positif yang kuat maka akan berhasil. Perempuan yang juga
penggemar film India ini, mempunyai sosok figure yang digemarinya yaitu
Shaheer Sheikh dari India. Ia belajar banyak dari sosok figure ini dari
pemikirannya, tingkah lakunya yang sangat ramah tamah, tutur katanya yang
sangat lembut didengar. Bahasa Inggrisnya yang sangat lancar ketika
berbicara. Juga yang tidak kalah penting yaitu agamanya Islam. Tak pernah
meninggalkan sholat dimanapun dan kapanpun. Sosok seperti ini yang
menyemangati penulis dalam penyusunan skripsi.