Anda di halaman 1dari 115

NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI

SEBAGAI ALAT PENDIDIKAN DALAM PENANAMAN


NILAI AKHLAK SISWA
(Studi Kasus di MAN 1 Grogol - Jakarta Barat)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:
SITI KHODIJAH
NIM: 109011000239

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI
SEBAGAI ALAT PENDIDIKAN DALAM PENANAMAN
NILAI AKHLAK SISWA
(Studi Kasus di MAN 1 Grogol - Jakarta Barat)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:
SITI KHODIJAH
NIM: 109011000239

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
No. :
Dokumen FITK-FR-AKD-087
uiN ;AKARTA FORM (FR)
Tgl.Terbit : 1 Maret2010
luin
-,-
*\'--- i FrrK
Jt. lr. H. Juanda No g5 Ciputat 15412 lndonesia
No. Revisi:
Hal
01
1t1
SURAT PERI{YATAAN KARYA SENI}IRI

Saya yang bertandatangan di bawah tnl,

Nama . Siti Khodijah

Tempat&Tgl. Lahir : Jakarta,04 Mei 1990

NIM : 10901100A239

Jurusan I Prodi : Pendidikan Agama Islarn

Judul Skripsi :"Novel Ranah 3 Warna karya A-hmad Fuadi sebagai Alat
Pendidikan Dalam Penanaman Nilai Akhlak Siswa (Studi
Kasus di MAN I Grogol - Jakarta Barat)".

Dosen Pembimbing : Dra. Djunaidatul Munawiroh.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya
bertanggung jawab secara akademis atas epa yang saya tulis.

Jakarta, 1 0 Oktober 20 14

MahasiswaYbs.

^AETERAI

Siti Khodrjah
NIM. 109011000239
ABSTRAK
SITI KHODIJAH, nim 109011000239, NOVEL RANAH 3 WARNA
SEBAGAI ALAT PENDIDIKAN DALAM PENANAMAN NILAI AKHLAK
SISWA (Studi Kasus di MAN 1 Grogol - Jakarta Barat).
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan
akhlak yang terkandung dalam Novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi, (2)
Menggambarkan penggunaan novel sebagai alat pendidikan nilai-nilai akhlak.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,


yang teknik pengumpulan datanya dengan dokumentasi, pencatatan, observasi dan
wawancara, dan teknik analisis datanya menggunakan content analisis, yang
prosedurnya dengan cara identifikasi, klasifikasi, deskriptif dan penarikan
kesimpulan.sedangkan nilai pendidikan yang dianalisis sesuai dengan SK KD
kurikulum tingkat MA di Man 1 Grogol, meliputi Nilai akhlak yang terkandung
dalam Novel “Ranah 3 Warna” yang difokuskan pada al-amanah (jujur dan dapat
dipercaya), al-„afwu (pemaaf), sopan santun, as-sabru (sabar), ar-rahman (kasih
sayang), bertawakkal (berserah diri), bersyukur, ikhlas, at-ta‟awun (memberi
pertolongan), semangat.

Hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan peneliti terjadi perubahan


pada peserta didik terjadi di pertemuan kedua yaitu siswa bersemangat dalam
mempresentasikan hasil tela‟ah novel, ketika ditanya apakah kalian mau
mengemplementasikan nilai pendidikan akhlak ini dalam kehidupan sehari-hari ?
”dengan serentak siswa menjawab insyaAllah saya akan mempraktekkannya
dengan sebisa mungkin walalupun sulit yang dirasa”dalam hal pembelajaran
akhlak perubahan siswa ditandai dengan apresiasi siswa dengan mengatakan
”belajar menggunakan novel menyenangkan”. Siswa lain menambahkan belajar
menggunakan novel tidak membosankan”. Sehingga dalam pembelajaran ini
muncul minat siswa terhadap novel dan membaca, pola pikir siswa menjadi
berubah.

i
ABSTRACT

SITI KHODIJAH, Nim 109011000239, RANAH 3 WARNA AS A NOVEL


TOOL IN THE INVESTMENT VALUE OF EDUCATION STUDENT
MORALS ( Case Study 1 Grogol in MAN - West Jakarta ) .

The purpose of this study is : ( 1) Describe the values contained in the


moral education novel " Sphere 3 Colors " by Ahmad Fuadi, ( 2 ) describe the use
of the novel as an educational tool moral values .

The method used in this study is a qualitative method, the data collection
techniques with documentation, recording, observation and interviews, and data
analysis technique using content analysis, a procedure by way of identification,
classification, descriptive and withdrawal kesimpulan.sedangkan educational
values were analyzed according by SK KD MA level curriculum in Man 1
Grogol, including moral value contained in the novel " Sphere 3 Colors " which
focused on al - trustworthy ( honest and trustworthy ), al - 'afwu ( forgiving ),
good manners, as- sabru ( patient ), ar - rahman ( affection), put their trust (
surrender ), grateful, sincere, at- ta'awun ( quilt ), spirit .

The observation and observations conducted by researchers there is a


change in the learner occurs in the second meeting of the students presented the
results tela'ah excited in the novel, when asked whether you want
mengemplementasikan moral education value of this in everyday life ? " The
students replied in unison inshaAllah I will practice as much as possible with hard
walalupun perceived " character in terms of changes in student learning is
characterized by students' appreciation by saying " learn to use the novel fun " .
Another student adds learning to use the novel is not boring " . Thus, in this study
appear to the student's interest and reading the novel, students mindset be changed
.

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.,


Bismillahirrahmanirrahim. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah melimpahkan curahan kasih sayang
dan rahmat-Nya kepada hamba-Nya ini. Dengan bimbingan dan pertolongan-Nya
serta mengucapkan Alhamdulillahhirobbil‘alamin, penulisan skripsi dengan judul
“Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi Sebagai Alat Pendidikan Dalam
Penanaman Nilai Akhlak Siswa” telah terselesaikan dengan baik. Sholawat dan
salam senantiasa penulis haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga, sahabat, dan juga pengikutnya.
Penelitian ini penulis ajukan untuk menyelesaikan program Sarjana
Pendidikan Islam di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Alhamdulillah,
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut
ini:
1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan.
2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI atas
arahannya kepada penulis dalam penelitian ini.
3. Ibu Marhamah Lc.Ma selaku Sekertaris Jurusan atas arahan dan
bimbingannya kepada panulis dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Djunaidatul Munawaroh, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang
selalu sabar dalam mengarahkan penulis ketika banyak kesalahan penyusunan
dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. M. Dahlan, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan saran dan motivasi kepada penulis.
6. Ibunda Erniawati, Ayahanda Hasan Nasution dan Nenek Nur’ainun
tercinta tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang dan dukungan moral,
materil dan do‟a yang tiada henti sehingga memberikan motivasi yang luar
biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik. Tak lupa

iii
juga adik-adikku tersayang Siti Aisyah dan Muhammad Nur Ilham yang
tak henti-hentinya mengingatkan sang kaka akan skripsi yang sudah harus
segera diselesaikan.
7. Teman-teman mahasiswa PAI yang “baik hati”, Adrikni Adhuha, Khaleda
Zia, Sayyidah Ahmad, Wiwi Sawiyah, Debby Febiani, dan Anggie
Febiana yang telah memberikan pengalaman dan pembelajaran berharga yang
penulis dapatkan selama penulisan skripsi ini. Terima kasih telah menerimaku
diantara kalian yang hebat. Mari bersama kita gapai senja yang kita
impikan bersama!!! S2 menanti kita di Amerika kawan.
8. Seluruh Ibu dan Bapak guru MI Jam’iyyatil Huda, khususnya bapak
Sutejo. S.Ag selaku Kepala Sekolah MI Jami‟iyyatil Huda yang telah
memberikan banyak izin kepada peneliti ketika menyelesaikan skripsi ini, dan
Pak Aminullah Zakir yang memberikan saran dan masukan dalam penulisan
skripsi ini.
9. Kepala Sekolah Man 1 Grogol Bapak H. Hanapi yang telah memberikan
izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian di Madrasah Aliyah tersebut.
10. Ibu Farida selaku Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak yang telah memberi
kesempatan dan kepercayaan bagi penulis untuk melakukan penelitian di
kelas.
11. Siswa-siswi kelas X dan XI Man 1 Grogol atas kesediaannya menjadi
subyek penelitian-ku yang selalu terkenang di hati.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut
membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua bantuan dan bimbingan pihak-pihak
tersebut selama penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi
ini jauh dari kesan sempurna. Akhirul kalam, penulis mengharakan agar skripsi ini
nantinya bisa bermanfaat bagi pembaca semuanya. Wassalam.

Jakarta, 21 September 2014

Siti Khodijah
NIM: 109011000239

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH

ABSTRAK .............................................................................................................. i

ABSTRACT ........................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................1


B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah..............................6
C. Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian ...................................7
D. Kegunaan Penelitian ......................................................................8

BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................................9

A. Konsep Pendidikan Akhlak ...........................................................9


1. Pengertian Pendidikan Akhlak ..........................................9
2. Tujuan Pendidikan Akhlak ..............................................11
3. Macam-macam Akhlak ...................................................13
4. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak dalam Kurikulum MA
bagi Siswa .......................................................................26
5. Teori Pembentukan Akhlak ............................................29

v
B. Alat Pendidikan ........................................................................30
1. Pengertian Alat Pendidikan ..............................................30
2. Jenis Alat Pendidikan .......................................................31
3. Memilih Alat Pendidikan .................................................33
4. Alat Pendidikan dalam Penanaman Akhlak Siswa bagi ......
Kurikulum MA ................................................................34
C. Novel sebagai Alat Pendidikan Akhlak ....................................35
D. Penelitian yang Relavan ............................................................37
E. Asumsi Penelitian ......................................................................38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................39

A. Tujuan Penelitian ......................................................................39


B. Fokus Penelitian ........................................................................39
C. Sumber Data .............................................................................39
D. Metode Penelitian .....................................................................40
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................41
F. Teknik Analisis Data ................................................................41
G. Interpretasi Data .........................................................................42
H. Teknik Penulisan .......................................................................42

BAB IV HASIL PENELITIAN PENERAPAN STRATEGI PENDIDIKAN


DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK MENGGUNAKAN
NOVEL...............................................................................................43

A. Nilai pendidikan akhlak dalam novel Ranah 3 Warna .................


Karya Ahmad Fuadi ..................................................................43
1. Amanah (jujur dan dapat dipercaya) ....................................43
2. Pemaaf ..................................................................................44
3. Sopan Santun ........................................................................44
4. As-sabru (sabar) ...................................................................46
5. Kasih sayang ........................................................................47
6. Bertawakkal (berserah diri) ..................................................47

vi
7. Bersyukur .............................................................................47
8. Ikhlas ....................................................................................49
9. At-Ta‟awun (memberi pertolongan) ....................................49
10. Semangat ...............................................................................50
B. Relevansi nilai akhlak dalam novel Ranah 3 Warna dengan ........
Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak dengan KTSP MA ...........52
C. Pelaksanaan pembelajaran akhlak secara kontekstual dengan ....
menggunakan novel sebagai alat dalam pendidikan akhlak ..... 55
D. Interpretasi Data .........................................................................63

BAB V PENUTUP ..........................................................................................64


A. Kesimpulan ......................................................................................64
B. Saran ................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Uji Referensi
Lampiran 2 Biografi Pengarang Novel Ranah 3 Warna
Lampiran 3 Lembar Analisi Novel
Lampiran 4 Sinopsis Novel
Lampiran 5 Nilai Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam novel
Lampiran 6 Kurikulum SK KD Man 1 Grogol
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 8 Dokumentasi Pembelajaran Akhlak menggunakan Novel
Lampiran 9 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 10 Biodata Penulis

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedudukan akhlak di dalam Islam sangatlah penting, dan wajib bagi setiap
muslim untuk berusaha semaksimal mungkin untuk memiliki akhlak yang mulia
sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan agama Islam itu
merupakan agama akhlak, agama yang mengajarkan tentang tata krama, adab, dan
yang lainnya. Oleh karena itu, terkadang seseorang dengan akhlaknya bisa
mendapatkan penerimaan yang baik di tengah-tengah masyarakat. Dan banyak
orang yang melihat dan menilai seseorang itu dari tingkah laku dan akhlak
kepribadiannya, sebelum dari hal yang lainnya.1

Sudah menjadi hal pasti dan tidak bisa ditawar lagi, dalam diri manusia
ada yang namanya nafsu yang selalu mendorong jiwa pada hal yang negative dan
perbuatan yang jelek. Disadari atau tidak nafsu ini, adalah semacam energy
negatif yang terus memicu pada arah yang keji dan tidak diridhai oleh Allah SWT.

Dewasa ini kenakalan atau kejahatan yang dilakukan remaja cenderung


meresahkan masyarakat. Perbuatan mereka para remaja bukan hanya melawan
hokum semata akan tetapi sampai kepada perbuatan yang melanggar norma
masyarakat. Misalnya penjambretan dan keberandalan dijalan-jalan ramai, tindak-
tindakan kekerasan oleh kelompok remaja, penganiayaan berat, pemerkosaan
sampai pada pembunuhan secara berancana, pemerasan disekolah-sekolah
terhadap murid yang lemah yang mempunyai orang tua yang kaya raya. Terdapat
pula banyak pelanggaran terhadap norma-norma susila timbul masalah pelacuran
baik secara terang-terangan maupun terselubung lewat praktek seks bebas, cinta
bebas, “kumpul kebo”, permainan “babi mabuk” yaitu gadis-gadis remaja yang

1
Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, Keutamaan dan Pentingnya Akhlak Mulia – Bagian
ke-1 – Kitab Fiqhul Akhlaq, http://www.radiorodja.com/ diakses pada senin, 22 September 2014,
pukul 12.30

1
2

melacurkan diri tanpa imbalan uang, serta perkelahian massal antarkelompok dan
antarsekolah. Perbuatan-perbuatan remaja tersebut bersifat melawan hokum dan
anti social karena pada dasarnya perbuatan tersebut tidak disukai oleh
masyarakat.2

Jika ia bersama teman sebaya adakalanya remaja menghabiskan waktu


senggangnya dengan ngobrol, bermain gitar, nongkrong di mall, di pinggir jalan
sambil menggoda remaja yang lain jenis ( remaja wanita ) yang sedang lewat.

Karena itu pada umumnya banyak remaja yang rendah moralnya, jiwanya
tak tertanam nilai-nilai akhlak karimah sehingga hilang kendali padahal remaja
adalah harapan bangsa. Di tangannya lah ada masa depan bangsa. Karena tegak
runtuhnya suatu bangsa tergantung pada akhlak bangsa tersebut.

Untuk membentuk perilaku remaja yang berakhlak karimah tidak terjadi


dengan seketika, tetapi harus melalui proses pengarahan, pembimbingan dari
segala elemen terutama pendidikan.

Dalam system pendidikan nasional Pemerintah telah mendukung proses


terjadinya pendidikan untuk menumbuhkan akhlak karimah pada remaja, seperti
Fungsi dan tujuan utama pendidikan adalah dalam Undang-Undang No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 sebagai berikut:

Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.3
Pendidikan merupakan usaha sadar membimbing dan menumbuhkan nilai-
nilai pendidikan agar siswa berakhlak karimah, senantiasa beribadah kepada-Nya

2
Kartono Kartini, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), Cet
ke-10, h 103
3
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun
2003, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi), h. 8
3

dan kelak menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Untuk membentuk
kepribadian siswa yang berakhlak karimah, pembinaan akhlak dilakukan sejak
dini mulai dari lingkungan keluarga, kemudian dilanjutkan dengan lingkungan
sekolah.

Dalam hai ini sekolah memiliki peran penting dalam penanaman nilai-nilai
akhlak siswa. Di sekolah nilai-nilai akhlak dipelajari dalam mata pelajaran khusus
antara lain : mata pelajaran PAI dan PKN. Kedua mata pelajaran tersebut sarat
akan nilai-nilai akhlak. Pembinaan akhlak siswa di sekolah selain melalui
pelajaran khusus yang tercatat dalam kurikulum, juga dapat melalui penciptaan
suasana lingkungan sekolah atau “budaya sekolah yang berakhlak”.

Budaya sekolah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan


antara nilai-nilai yang dianut oleh kepala sekolah dan guru-guru serta karyawan
yang ada di sekolah tersebut. Dari pemikiran itulah muncul bentuk nilai yang
diyakini bersama dan kemudian nilai-nilai tersebut akan menjadi bahan utama
pembentuk budaya sekolah.4

Tetapi sekolah yang seharusnya efektif dalam membina akhlak siswa,


namun kenyataannya masih banyak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
siswa, penyalahgunaan obat terlarang, tawuran pelajar dan terjadinya dekadensi
akhlak pada siswa. Permasalahan itu dikarenakan pembelajaran akhlak di kelas
yang kurang menyentuh aspek kognitif.

Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan guru dalam


pembelajaran, diantaranya pendekatan kontekstual, pendekatan konstruktivisme,
pendekatan deduktif-induktif, pendekatan konsep, pendekatan proses, pendekatan
sains, teknologi dan masyarakat.

Dalam hal ini pembelajaran guru dapat menggunakan pendekatan


kontekstual agar pembelajaran tidak hanya difokuskan pada pemberian
pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi agar

4
Muhaimin, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah, Madrasah, Ed. 1 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) h. 48
4

nilai-nilai yang di pelajari siswa senantias terkait dengan permasalahan-


permasalahan aktual yang terjadi di lingkungannya

Dengan ini dalam pembelajaran guru dapat memberikan sentuhan perasaan


dalam kata hati siswa. Yang dikatakan kata hati, ialah perasaan halus yang sering
disebut intuisi.

Intuisi adalah perasaan spontan yang dirasakan manusia di saat


menghadapi situasi tertentu.5 Intuisi dimiliki oleh setiap manusia termasuk
kalangan remaja. Jika kata hati berfungsi dengan baik maka seseorang akan
bertindak secara spontan tanpa melakukan pertimbangan.

Untuk mengasah kata hati atau intuisi siswa dalam pembelajaran siswa
bisa diajak membahas masalah penyimpangan moral remaja, dampak yang
membahayakan bagi masa depan mereka serta membimbing dan memberikan
arahan cara mengatasi dan menghindarinya atau dalam pembelajaran bisa
ditampilakan macam-macam akhlak karimah, beserta tokoh atau sosok yang
memerankannya Dengan demikian siswa akan tersentuh hati nuraninya, tumbuh
kesadaran untuk menghindari hal-hal yang buruk dan menerapkan hal-hal yang
baik dalam kehidupan sehari-harinya.

Agar pembelajaran akhlak menarik perlu memanfaatkan media yang


mampu menumbuhkan wawasan berfikir siswa. Salah satu media yang dapat
memperkaya wawasan siswa yaitu buku, suplemen artikel, jurnal, berita Koran,
buku cerita, novel, cerpen dan lain-lain. Dengan media cetak ini diharapkan siswa
dapat mengembangkan wawasan dan menumbuhkan kesadaran berakhlak karimah
pada siswa.

Dewasa ini banyak terbit karya-karya novel yang bernuansa percintaan,


bernuansa seperti komik lengkap dengan gambar-gambar, juga tidak ketinggalan
bernuansa religi. Salah satu novel yang digemari remaja adalah Novel Ranah 3
Warna yang ditulis oleh Ahmad Fuadi. Dalam novel ini sarat akan nilai-nilai

5
Muhayidh makmun, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, ( Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2010) cet ke-4, hlm 186.
5

moral, mengandung nilai religi yang kuat akan pendidikan akhlak Di dalamnya
diperankan tokoh alif fikri yang memiliki figur karakteristik tegas, disiplin, berani,
terkenal, cerdas-pandai, berbakat, berkharisma, berwibawa dan rendah hati.

Sehubungan dengan itu penulis berminat untuk membahas masalah ini


dalam skripsi ini dengan judul: “Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi
sebagai Alat Pendidikan Dalam Penanaman Nilai Akhlak Siswa (Studi Kasus
di MAN 1 Grogol - Jakarta Barat)”.

B. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang mungkin


timbul setelah penlis mengidentifikasinya, sebagai berikut:

Penyimpangan akhlak terjadi dikalangan remaja, antara lain:

1. Pembelajaran yang membosankan.


2. Pembelajaran yang tidak efektif dalam penanaman akhlak kurang
menyentuh kata hati siswa.
3. Pembelajaran yang tidak kontekstual atau kurang mengaitkan dengan
kehidupan nyata
4. Pembelajaran di kelas kurang melibatkan siswa dalam hal
memecahkan masalah.
5. Pembelajaran kurang mengembangkan wawasan berfikir siswa karena
terbatasnya media.
6. Novel sebagai alat pembelajaran akhlak belum banyak di manfaatkan
oleh guru PAI.
C. Pembatasan Masalah.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut disimpulkan bahwa telah


ditemukan berbagai persoalan dalam pembelajaran Akhlak baik yang berkaitan
dengan siswa maupun proses pembelajaran. Penulis memfokuskan pada upaya
penanaman akhlak melalui novel, dengan membahas:
6

1. Pembelajaran akhlak menggunakan pendekatan kontekstual dalam


pembelajaran mengaitkannya dengan kehidupan nyata
2. Pendidikan akhlak yang terdapat di dalam novel Ranah 3 Warna yang
dalam penelitian ini hanya dibatasi pada nilai-nilai akhlak yang
terdapat pada kurikulum KTSP tingkat MA yang dikembangkan oleh
MAN 1 GROGOL.
3. Penanaman akhlak dalam pembelajaran menggunakan novel Ranah 3
Warna sebagai alat dalam penanaman akhlak, berikut ini akhlak yang
ingin ditanamkan kepada peserta didik, yaitu:
a. al-amanah (jujur dan dapat dipercaya)
b. al-„afwu (pemaaf)
c. sopan santun
d. as-sabru (sabar)
e. ar-rahman (kasih sayang)
f. bertawakkal (berserah diri)
g. bersyukur, ikhlas
h. at-ta‟awun (memberi pertolongan)
i. semangat.
D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan


masalah sebagai berikut :

 Bagaimana penggunaan Novel sebagai Alat dalam pembelajaran


Akhlak pada siswa MA yang relavan dengan KTSP, rincian
perumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Nilai-nilai akhlak apa saja yang terkandung dalam Novel “Ranah 3
Warna” ?
2. Adakah relevansi nilai-nilai akhlak dalam novel yang terkandung
dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MAN 1 GROGOL?
3. Bagaimana menggunakan Novel Ranah 3 Warna sebagai alat dalam
pendidikan akhlak dalam pembelajaran ?
7

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam


Novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi.
2. Mengetahui relevansi nilai-nilai akhlak dalam novel yang terkandung
dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MAN 1 GROGOL.
3. Menggambarkan penggunaan novel sebagai alat pendidikan nilai-nilai
akhlak dalam pembelajaran.

F. Kegunaan Penelitian Ini Diharapkan Dapat :


1. Memberikan khazanah islam terhadap pendidikan Akhlak.
2. Memberi masukan tentang sumber belajar lain yaitu novel, yang dapat
digunakan guru dalam proses pembelajaran akhlak untuk
menanamkan nilai-nilai akhlak.
3. Memberi masukan tentang cara penggunaan novel yang dapat
digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran khusus tentang nilai-
nilai akhlak.
4. Memberi kontribusi dalam pengembangan peneliti selanjutnya
khususnya dalam bidang akhlak.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Pendidikan Akhlak


1. Pengertian Pendidikan Akhlak

Sebelum penulis mengemukakan pengertian Pendidikan Akhlak, ada


baiknya dikemukakan terlebih dahulu tentang pengertian pendidikan dan akhlak
secara terpisah.
Adapun pengertian pendidikan dapat dipaparkan sebagai berikut:
Menurut Zuhairini, Pendidikan meliputi semua perbuatan atau semua
usaha dari generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya,
pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai
usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik
jasmaniah dan rohaniah.1
Menurut pendapat Zuhairini di atas bahwa pendidikan ialah segala sesuatu
yang dilakukan orang dewasa untuk menciptakan generasi penerus yang paham
dan sadar akan fungsi hidupnya di dunia dalam hal jasmani dan juga rohani.
Pendapat ini diperkuat oleh, S.A. Branata,dkk yang dikutip oleh Drs. H.M.
Alisuf Sabri dikatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan,
baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak
dalam perkembangannya mencapai kedewasaan. 2
Kedewasaan yang dimaksud di atas ialah peserta didik mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga dalam perilakunya
sehari-hari ia telah bisa mengaplikasikan kebiasaanya baiknya.
Dalam pendidikan, akhlak ditanamkan kepada jiwa anak melalui nilai-nilai
kebajikan yang bersumber dari ajaran islam, maka menurut Dr.Hamka sebagai
berikut;

1
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 2009), Cet ke-5, h. 92
2
Sabri Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet ke-1,
h. 6

8
9

Dr. Hamka Abdul Aziz dalam bukunya Pendidikan Karakter Berpusat


Pada Hati bahwa, Pendidikan adalah upaya sadar dari orang tua atau lembaga
pendidikan untuk mengenalkan anak(peserta didik) kepada Allah, Tuhan yang
telah menciptakannya, agar dia bisa menggunakan seluruh potensi yang telah
Allah anugerahkan beribadah kepada-nya dalam rangka mensyukuri nikmat-Nya,
dan untuk berbuat baik kepada sesama makhluk dengan selalu mengutamakan
kemuliaan akhlak.3
Dari beberapa pengertian yang penulis paparkan di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan adalah bimbingan, pelayanan, arahan secara sadar yang
dilakukan oleh pendidik atau orang dewasa kepada peserta didik melalui berbagai
pengetahuan, pengalaman dan kecakapan untuk dapat mengembangkan semua
potensi yang ada pada dirinya agar dapat bernilai positif dalam masyarakat secara
jasmani dan rohani.
Menurut Imam Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulum Ad-Din, hlm 56
yang dikutip oleh Yatimin Abdulloh bahwa akhlak ialah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 4
Yang dimaksud dengan sifat ialah keadaan jiwa dapat mempertahankan
nilai-nilai baik dipelopori, dipraktekkan dan dibiasakan pada seseorang sehingga
benar-benar tertanam dalam jiwa dan menjadi watak.
Hal ini senada dengan pendapat Farid Ma‟ruf yang dikutip oleh Yatimin
Abdulloh mengatakan akhlak ialah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan
pikiran terlebih dahulu.5
Maksud perbuatan yang dilahirkan dengan mudah tanpa pikir lagi di sini
bukan berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak
dikehendaki. Jadi perbuatan-perbuatan yang dilakukan itu benar-benar sudah

3
Hamka Abdul Aziz, Pendidikan Karakter berpusat pada hati, (Jakarta: Al-Mawardi
Prima, 2011), Cet ke-1, h. 73
4
Abdulloh Yatimin, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007),
Cet ke-1 h. 4
5
Ibid
10

merupakan “azimah”. Yakni kemauan yang kuat tentang sesuatu perbuatan, oleh
karenanya jelas perbuatan itu memang sengaja dikehendaki adanya. Hanya saja
perbuatan seperti itu dilakukan secara kontinyu, seeing sudah menjadi
adat/kebiasaan untuk melakukannya.6
Dari beberapa pengertian akhlak di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
akhlak adalah nilai-nilai baik yang tertanam dalam jiwa yang mendorong
melakukan suatu perbuatan yang sesuai dengan nilai akhlak sehingga terpancar
dalam perbuatan secara reflektif dan dapat mempertahankannya tanpa pamrih.
Jadi pada hakikatnya ialah jika nilai yang telah tertanam pada jiwa
seseorang maka ia secara tidak sengaja akan melakukan perbuatan akhlak baik
tersebut tanpa ada dorongan dari seseorang, tanpa ada yang memerintahkan ia
berbuat demikian. Karena ia telah melaksanakannya secara terus menerus dalam
kesehariannya.
Setelah mengetahui pengertian dari pendidikan dan akhlak maka penulis
menyimpulkan bahwa pendidikan akhlak ialah usaha sadar seorang dewasa dalam
membimbing, mengarahkan dan membiasakan peserta didik mengamalkan nilai-
nilai akhlak dalam kegiatan hidup sehari-hari agar pribadi peserta didik lama-
kelamaan menjadi manusia berakhlak karimah, yang berperilaku sesuai dengan
aturan nilai-nilai akhlak secara konsisten.

2. Tujuan Pendidikan Akhlak

Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan akhlak dan


pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pendidikan agama. Sehinggan tujuan pendidikan akhlak erat
hubungannya dengan tujuan pendidikan islam.

Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi tujuan pendidikan akhlak mulia


dalam islam adalah “Membentuk orang-orang bermoral baik, keras kemauan,

6
Mustofa. H. A , Akhlak Tasawuf, h. 15
11

sopan dalam perkataan dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, berperangai,
bersifat bijaksana, sopan, ikhlas, jujur dan suci.7
Dengan kata lain, pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia
yang memiliki fadilah (keutamaan) maka, jika semua sifat diatas telah tertama,
seperti: keras kemauan selalu berusaha dalam mengerjakan segala sesuatu tanpa
berpangku tangan kepada orang lain, berperangai baik kepada orang yang lebih
tua darinya, menyayangi kepada orang yang lebih muda darinya, dapat juga
bersifat bijaksana dalam menghadapi kesulitan yang ada dalam kehidupan
kesehariannya, dan menjaga kesuciannya dari perbuatan-perbuatan yang dapat
menzolimi dirinya juga orang lain, sungguh seseorang ini telah tercapai tujuan
pendidikan akhlak yang tertanam disekolah, melalui pengajaran dan pembiasaan.
Pendapat di atas diperkuat oleh Mahmud Yunus dalam bukunya Pokok-
pokok Pendidikan dan Pengajaran, bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah
membentuk putera, puteri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi,
berkemauan keras, beradab sopan santun, baik tingkah lakunya, manis tutur
bahasanya, jujur dalam segala perbuatannya, suci murni hatinya.8
Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak mulia adalah untuk
menanamkan rasa takwa kepada Allah SWT dan pengembangan rasa kemanusiaan
kepada sesama serta membawa anak didik kepada pembinaan mental yang sehat,
moral yang tinggi dan pengembangan bakat sehingga anak itu dapat merasa lega
dan tenang dan dalam pertumbuhan jiwanya tidak goncang. Karena kegoncangan
jiwa dapat menyebabkan mudah terpengaruh oleh tingkah laku kurang baik.
Sedangkan menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, tujuan
akhlak adalah menciptakan kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan bagi
individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan, dan keteguhan bagi
masyarakat.9

7
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Dari
Attarbiyatul Islamiyah oleh H.Bustami A.Gani dan Juhar Bahri, (Jakarta:Bulan Bintang, 1984),
Cet ke-4, h.109
8
Mahmud Yunus, Pendidikan dan Pengajaran, ( Jakarta: PT. Hidakarya Agung, ), h. 22
9
Omar M.Al-Toumy, Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: BUlan BIntang,
1979), Cet ke-2, h. 345
12

Tujuan akhlak sesuai dengan ajaran yang ada di dalam Al-Qur‟an dan
hadits yang diharapkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pendidikan akhlak bertujuan untuk membentuk pribadi
muslim yang berakhlakul karimah agar ia behagia didunia juga diakhirat karena
senantiasa mengerjakan sesuatu diniatkan hanya beribadah kepada Allah.

3. Macam-Macam Akhlak

Menurut Barmawi Umary yang dikutip oleh M. Yatimin Abdullah dalam


bukunya Studi Akhlak dalam perspektif Al-Qur‟an10, ada dua jenis akhlak dalam
Islam, yaitu akhlaqul karimah (akhlak terpuji), dan akhlaqul madzmumah (akhlak
tercela).

a. Akhlaqul Karimah (akhlak terpuji) ialah akhlak yang baik dan benar
menurut syariat Islam, antara lain:
1) Al-amanah (jujur dan dapat dipercaya)

Amanah maksudnya ialah jika dititipkan sesuatu maka ia menjalankanya


dengan sebaik-baiknya dan menyampaikan amanat itu kepada yang berhak
menerimanya. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 58:

         


Artinya: ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya. (Q.S-An-Nisa ayat 58)11

Sifat amanah seperti ini dapat berupa kejujuran, yaitu jika berkata kepada
orang lain atau melakukan segala sesuatu sesuai dengan fakta dan keadaan tidak
dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangkan. Dapat pula berupa menepati janji,
orang yang menepati janji seperti orang yang amanah atau dapat dipercaya. maka

10
M. Yatimin Abdullah, Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta:Amzah,
2007), Cet ke-1, h.12
11
Irving Ballantine Thomas, dkk, Inti Ajaran Islam: Paradigma Perilaku Duniawi dan
Ukhrawi, ( Jakarta: CV Rajawali, 1987), Cet ke-1. H, 175
13

orang seperti ini akan dimasukkan Allah ke dalam surge Firdaus dan tinggal
disana selama-lamanya. Seperti dalam firman Allah SWT:

       

        

     


Artinya: Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara
sembahyangnya. Mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni)
yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.(Q.S. Al-
Mu’minun8-11)12

2) Al-„Afwu (pemaaf)

Manusia tiada luput dari kesalahan. Maka berbesar hati untuk menerima
maaf atau meminta maaf kepada seseorang walaupun kita berada di kondisi tidak
bersalah merupakan kemuliaan akhlak. Berlemah lembut, tiada mendemdam serta
mohon ampun kepada Allah. Seseungguhnya Allah yang Maha Mengetahui atas
segala situasi. Dalam Al-Qur‟an dikatakan:

          

  

Artinya: Dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada.


Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nur: 22)13

3) Sopan Santun

Sikap sopan santun dalam bertutur kata, dengan senyum menghiasi bibir,
memberi salam kepada orang lain dengan salam yang baik, maka orang lain akan
12
Irving Ballantine Thomas, dkk. H, 176
13
Irving Ballantine Thomas, dkk. H, 182
14

dapat menghargai dan menghormati kebaikan seseorang dan Allah SWT pun akan
memperhitungkan segala sesuatu.

Al-Qur‟an mengatakan:

          

     

Artinya: Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu


penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik
dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).
Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.(Q.S. An-Nisa:
86)14

4) As-Sabru (sabar)

Sabar artinya tahan menderita. Sabar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
sabar meninggalkan larangan agama, sabar menjalankan perintah agama, sabar
menerima ujian dan cobaan dari Allah. 15

Mempunyai sifat sabar, walaupun pada hakikatnya sabar tidak mudah


dilakukan apalagi jika di waktu kesusahan atau kesulitan, ada ganjaran bagi
orang-orang yang sabar, yaitu seperti firman Allah dalam Al-Qur‟an:

         

          

   

14
Irving Ballantine Thomas, dkk. H, 185
15
M. Yatimin Abdullah, Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, H. 206
15

Artinya: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman.


bertakwalah kepada Tuhanmu". orang-orang yang berbuat baik di dunia
ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka
tanpa batas. (Q.S. A-Zumar: 10)16

5) Kasih Sayang

Pada dasarnya sifat kasih sayang (ar-rahman) adalah fitrah yang


dianugerahkan Allah kepada makhluk. Islam menghendaki agar sifat kasih sayang
dan belas kasih dikembangkan secara wajar, kasih sayang mulai dari dalam
keluarga sampai kasih sayang kepada hewan sekalipun.17

Dalam Q.S Al-Fushshilat dikatakan tidak sama antara kebaikan dan


kejahatan. Jika mendapatkan kejahatan dari orang lain maka balasan yang baik
adalah tepat kepada orang tersebut. Niscahaya jika terjadi permusuhan antara 2
orang maka akan menjadi teman dan keluarga dekat.

Maka surga-surga bersama orang yang saleh. Q.S. Ar-Rad ayat 22-23:

       

       

        


Artinya: Menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah
yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) syurga 'Adn yang
mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang
saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang
malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.18

16
Ibid
17
M. Yatimin Abdullah, Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, H.43
18
Irving Ballantine Thomas, dkk. H, 183
16

6) Bertawakkal (At-Tawakkal)
Dalam Q.S Al-Huud ayat 123, sebagai berikut :

       


 

         


Artinya: Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di
bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka
sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu
tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.

Tawakkal adalah berserah diri kepada Allah SWT, dengan menyerahkan


segala sesuatu sesuai kehendaknya, setelah ia melakukan segala sesuatu dengan
semaksimal mungkin. Jika upaya, usaha dan tenaga telah dikerahkan untuk
mencapai segala sesuatu yang diinginkan, maka tawakkal jalan satu-satunya
setelah itu. Karena tanpa tawakkal orang yang ingin sesuatu jika tidak tercapai
maka ia akan menjadi strees dan mungkin akan menjadi gila

7) Bersyukur (Asy-Syukru)

Syukur berasal dari kata Bahasa Arab yaitu syakara, yaskuru, syukronan
yang berarti terima kasih, memuji dan semoga memberi pahala.19 Menurut
Nurcholish Madjid yang dikutip oleh Sudirman Tebba, sikap syukur diwujudkan
dengan pujian kepada Allah dengan mengucapkan hamdalah, yang artinya segala
puji bagi Allah.20

      

Artinya : ”Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat


(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku”.(Q.S. Al-Baqoroh ayat 152)

19
Sudirman Tebba, Hidup bahagia Cara Sufi, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2007), Cet II, h.31
20
Ibid
17

Syaikh Muhammad bin „Ubad dalam kitabnya “Syarhul Hukmi” berkata syukur
itu ada tiga21:

1. Syukur dengan hati, menyadari bahwa semua nikmat-nikmat itu adalah


dari Allah semata.

           

 

Artinya: Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari
Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan,
Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.(Q.S. An-
Nahl: 53)

2. Syukur dengan lisan dengan banyak mengucapkan tasbih dan tahmid.

    

Artinya: Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu


siarkan.(Q.S.Ad-Dhuha: 11)

3. Syukur dengan Anggota badan, dengan beramal saleh

         

Artinya: Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada


Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima
kasih.(Q.S. Saba:34)

21
M. Yatimin Abdullah, Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, H. 208
18

8) Ikhlas

Ikhlas berarti tulus hati. Kata “ikhlas” berasal dari kata kerja “Khlasha”
yang berarti murni, jernih, bersih, tak tercampur, sampai, lepas/ bebas dari,
terhindar, selamat dari, memisahkan diri dari, dan habis. Dalam tasawuf ikhlas
berarti melaksanakan ibadah dan amal perbuatan semata-mata karena Allah.
Ibadah dan amal perbuatan dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah,
tanpa yang lain, tidak dibuat-buat, tidak ditujukan kepada makhluk, tidak untuk
mencari pujian manusia atau maksud lain selain Allah.22

Dalam surat Al-An‟am ayat 162-163 sebagai berikut :

         

         


Artinya: ”Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada
sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
(Q.S. Al-An‟am ayat 162-163)

Jika manusia telah mempunyai sifat ikhlas dalam dirinya, maka ciri-ciri
orang yang telah memiliki sifat ikhlas dalam dirinya adalah23 :

a) Bersemangat untuk beramal demi agama


b) Amalan yang dilakukan secara diam-diam lebih banyak dari yang
terang-terangan
c) Bersegera untuk beramal dan meraih pahala
d) Sabar, menahan diri dan tidak mengeluh
e) Bertekad untuk menyembunyikan amal kebaikan
f) Melakukan sesuatu dengan baik dan maksimal ketika sedang sendiri
g) Membanyak amalan di kala sendiri.

22
Sudirman Tebba, Hidup bahagia Cara Sufi, H. 59
23
Syekh Muhammad Shalih Al-Munajid, Jagalah Hati Raih Ketenangan, ( Jakarta:
Cakrawala Publishing, 2006)Cet I, h.214
19

9) Memberi Pertolongan

Sesama muslim bersaudara antara laki-laki dan perempuan, maka


seyogyanya saling tolong menolong dalam kebaikan adalah hal yang wajib
dilakukan. Sebab tidak mungkin seorang manusia itu akan dapat hidup sendiri-
sendiri tanpa menggunakan cara pertukaran kepentingan dan kemanfaatan dari
orang lain.
Dalam Q.S. Al-Maidah ayat 2:

        

         


Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Amat berat siksa-Nya. 24

10) Semangat
Semangat gambaran sikap seseorang ketika ingin mengungkapkan minat
yang menggebu dan pengorbanan untuk meraih tujuan, dan kegigihan dalam
mewujudkannya. Dalam hal ini semangat untuk mencapai sesuatu disertai dengan
semangat untuk mencapai ridho Allah.

b. Akhlaqul madzmumah (akhlak tercela) ialah akhlak yang tidak baik dan
tidak benar menurut Islam, antara lain:
1. Ananiyah (egois)

Ananiyah adalah sifat egois yang ada dalam diri manusia yang dapat
merugikan dirinya sendiri, karena sikap ananiyah ini sangat mementingkan
kehidupan sendiri tanpa memandang orang lain yang ada disekitarnya. Manusia
adalah makhluk social yang memerlukan bantuan orang lain, jika bersikap seperti

24
Irving Ballantine Thomas, dkk. H, 188
20

ini maka ia tidak akan diperdulikan orang lain, otomatis akan mempersempit
jangkauan hidupnya didunia yang sangat luas ini.

2. Al-Bukhlu (bakhil, kikir, pelit)

Orang kikir itu ada dua macam: pertama, orang kikir yang tidak mengajak
orang lain untuk berlaku kikir. Kedua, orang kikir yang mengajak orang lain
berlaku kikir. Golongan inilah yang senantiasa menghambat kemajuan dan
menghalangi berdirinya amal-amal kebajikan untuk umum. Golongan ini
dimusuhi manusia dan tidak disukai Allah.25

Dalam Al-Qur‟an, surat An-Nisa ayat 37 dijelaskan sebagai berikut:

     

          

Artinya: (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh


orang lain berbuat kikir, dan Menyembunyikan karunia Allah yang telah
diberikan-Nya kepada mereka. dan Kami telah menyediakan untuk orang-
orang kafir[296] siksa yang menghinakan.
[296] Maksudnya kafir terhadap nikmat Allah, ialah karena kikir,
menyuruh orang lain berbuat kikir. Menyembunyikan karunia Allah
berarti tidak mensyukuri nikmat Allah.

3. Al-Kadzab (pembohong)

Al-kadzab adalah sifat pembohong yang ada dalam diri seseorang, ia


selalu mengada-ada sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Orang seperti ini tidak
akan dipercaya orang lain.

25
M.‟Ali Alhamidy, Jalan Hidup Muslim, (Bandung:PT. Al-Ma‟arif, 1977), Cet VII, h.
132
21

Dalam Al-Qur‟an, surat Al-Furqaan ayat 72 dijelaskan sebagai berikut:

       

 

Artinya: dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu,


dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan
menjaga kehormatan dirinya.26

4. At-Takabbur (sombong)

Takabbur atau sombong ialah suatu keadaan yang ada dalam diri manusia
dan tercermin pengaruh-pengaruhnya, dimana seseorang melihat dirinya memiliki
keistimewaan dibandingkan dengan orang lain. Seseorang yang sombong
memandang dirinya memiliki kedudukan dan keutamaan, karena hilangnya
kenyataan dari pandangannya, dan ia berada dalam persepsi yang salah. 27

Jika seseorang telah diberikan kelebihan dari allah melebihi orang-orang


disekitarnya maka ia akan bersikap sombong, kecuali orang yang mempunyai
iman yang mengaggap sesuatu kelebihan yang dimilikinya adalah anugerah Allah
SWT, maka tidak pantas untuknya bersikap takabbur atau sombong.

Dalam Al-Qur‟an, surat Al-Baqorah ayat 34 dijelaskan sebagai berikut:

        

    

26
Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 2000), Cet
ke-IV, H. 15
27
Syahid Dastaghib, Menuju Kesempurnaan Diri:Wacana Seputar akhlak, Terj. Dari al-
Akhlaq al-Islamiyah oleh Ali Yahya,( Jakarta: Lentera Basritama, 2003), Cet I, h. 209
22

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para


Malaikat: "Sujudlah[36] kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka
kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan
orang-orang yang kafir.
[36] Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah
berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri
itu hanyalah semata-mata kepada Allah.

5. Al-Khiyanah (Sifat Penghianat)

Al-khiyanah ialah sifat manusia yang tidak boleh ditiru, seseorang yang
mempunyai sifat penghianat biasanya jika berbicara selalu bermanis-manis tutur
kata tetapi jika telah berlalu ia membicarakan segala kejelekan orang tersebut.
Orang seperti ini senang tidak memperoleh keuntungan dari tindakannya itu.

Dalam Al-Qur‟an, surat An-Nisa ayat 105 dijelaskan sebagai berikut:

        

       

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu


dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia
dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu
menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-
orang yang khianat.28

6. Al-Zhulmun (Sifat Aniaya)

Al-zulmun ialah sifat manusia yang biasa menganiaya orang lain.


Memperlakukan seseorang sesuka hatinya tanpa mengetahui penderitaan yang ia
alami akibat perbuatan kita. Sifat ini dapat memutuskan ikatan persaudaraan
diantara sesama manusia.

28
Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, H. 15
23

Dalam Al-Qur‟an, surat Al-Baqorah ayat 54 dijelaskan sebagai berikut:

       

        

          

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada


kaumnya: "Hai kaumku, Sesungguhnya kamu telah Menganiaya dirimu
sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), Maka
bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu.
Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu;
Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang."29

7. Al-Jubnu (Sifat Pengecut)

Al-jubnu ialah rasa takut yang kadang dialami manusia. Biasanya ia selalu
ragu-ragu dalam bertindak. Sifat ini tidak boleh dimiliki karena dapat
menyebabkan kekalahan, sudah menganggap dirinya gagal sebelum berusaha.

8. Al-Ghibah (mengumpat)

Dalam Q.S Al-Hujurat ayat 12, sebagai berikut:

        

          

29
Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, H. 18
24

          

    

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan


purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.
dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Ayat diatas merupakan larangan bagi mukmin untuk berprasangka dan


mencari-cari kesalahan orang lain tanpa alasan. Karena sikap seperti ini berdosa,
maka hendaknya kita menjauhinya, agar kita tidak terjerumus dalam dosa.30
Orang seperti ini diumpamakan seperti orang yang suka memakan daging
saudaranya sendiri yang sudah mati.

9. An-Namimah (adu domba)

Penyebab terjadinya namimah adalah keinginan untuk menimbulkan


kejahatan antara manusia. Ketika manusia merasa lemah untuk merealisasikan
keinginannya atau mencegah bahaya (terhadap dirinya), usahanya akan beralih
kepada penjatuhan martabat seseorang di hadapan yang lainnya. Hal itu mungkin
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, atau dia sendiri
31
terlepas dari permusuhan mereka. Dalam firman Allah surat Al-Qalam : 10-13,
sebagai berikut:

         

         

30
Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Penyakit-Penyakit Hati, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2000) Cet ke-5, H. 71
31
Ibid, H. 131
25

Artinya: Dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak


bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari
menghambur fitnah. yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang
melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku kasar, selain dari itu, yang
terkenal kejahatannya.
Dari uraian tentang akhlaqul karimah diatas dapat dilihat bahwa orang
yang memiliki akhlaqul karimah senantiasa hidupnya bahagia, hatinya akan
tenang tanpa ada rasa takut karena berakhlak sesuai dengan tuntunan Al-Qur‟an
dan hadits di akhirat pun akan mendapatkan imbalan dari Allah tetapi sebaliknya
orang yang berakhlaqul madzmumah maka hidupnya menjadi tidak bahagia,
dihatinya tertanam rasa takut karna selalu berbuat salah dan pada hari akhirat akan
mendapatkan azab dari Allah Swt sesuai dengan apa yang ia kerjakan semasa di
dunia.

4. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak dalam kurikulum MA bagi siswa

Menurut lampiran KTSP Madrasah Permenag no. 2 tahun 2008. Tentang


standar isi di MA terdapat beberapa materi pendidikan akhlak yang di ajarkan di
madrasah yang menggambarkan ruang lingkup Akhlak, antara lain:

a. Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada


tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih, ramah,
sopan-santun, syukur nikmat, hidup sederhana, rendah hati, jujur, rajin,
percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong, hormat dan
patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana,
teguh pendirian, dermawan, optimis, qana’ah, dan tawakal.
b. Mengindari akhlak tercela (madzmumah) secara berurutan disajikan pada
tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/kasar,
bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang,
munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan
murtad.
Berikut ini SK dan KD Akhlak pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak di
MA Kelas X dan XI
26

Kelas/
Standar kompetensi Kompetensi dasar
Semester
Memahami masalah 1.1 Menjelaskan pengertian akhlak
akhlak dan metode 1.2 Menjelaskan induk-induk akhlak terpuji
X/I peningkatan kualitas dan induk-induk akhlak tercela
1.3 Menjelaskan macam-macam metode
akhlak
peningkatan kualitas akhlak
1.4 Menerapkan metode-metode peningkatan
kualitas akhlak dalam kehidupan
Membiasakan a. Menjelaskan pengertian dan pentingnya
perilaku terpuji husnuzh-zhan dan bertaubat
b. Mengidentifikasi bentuk dan contoh-
contoh perilaku husnuzh-zhan dan
bertaubat
c. Menunjukkan nilai-nilai positif dari
husnuzh-zhan dan bertaubat dalam
fenomena kehidupan
d. Membiasakan perilaku husnuzhzhan dan
X/II
bertaubat
Menghindari 3.1 Menjelaskan pengertian riya, aniaya dan
perilaku tercela diskriminasi
3.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-
contoh perbuatan riya, aniaya dan
diskriminasi
3.3 Menunjukkan nilai-nilai negative akibat
perbuatan riya, aniaya, dan diskriminasi
3.4 Membiasakan diri menghindari hal-hal
yang mengarah pada perilaku riya,
aniaya, dan diskriminasi
Membiasakan 4.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya
perilaku terpuji akhlak berpakaian, berhias, perjalanan,
bertamu dan menerima tamu
4.2 Mengidentifikasi bentuk akhlak
berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu
dan menerima tamu
4.3 Menunjukkan nilai-nilai positif dari
XI/I akhlak berpakaian, berhias, perjalanan,
bertamu dan menerima tamu dalam
fenomena kehidupan
4.4 Membiasakan akhlak berpakaian,
berhias, perjalanan, bertamu dan
menerima tamu
Menghindari 5.1 Menjelaskan pengertian dosa besar
perilaku tercela (mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri,
mengkonsumsi narkoba)
5.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-
27

contoh dosa besar (mabuk-mabukan,


berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi
narkoba)
5.3 Menunjukkan nilai-nilai negative akibat
perbuatan dosa besar (mabuk-mabukan,
berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi
narkoba)
5.4 Membiasakan diri untuk menghindari
perilaku dosa besar (mabuk-mabukan,
berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi
narkoba)
Memahami tasawuf 1.1 Menjelaskan pengertian, asal usul, dan
istilah-istilah dalam tasawuf
1.2 Menjelaskan fungsi dan peranan tasawuf
dalam kehidupan modern
1.3 Menunjukkan contoh-contoh perilaku
bertasawuf
1.4 Menerapkan tasawuf dalam kehidupan
modern
Membiasakan 2.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya
perilaku terpuji adil, rida, amal salih, persatuan dan
kerukunan
2.2 Mengidentifikasi perilaku orang yang
berbuat adil, rida, amal salih, persatuan
dan kerukunan
2.3 Menunjukkan nilai-nilai positif dari adil,
rida, amal salih, persatuan dan kerukunan
dalam fenomena kehidupan
XI/ II 2.4 Membiasakan perilaku adil, rida, amal
salih, persatuan, dan kerukunan dalam
kehidupan seharihari
Membiasakan 3.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya
perilaku terpuji akhlak terpuji dalam pergaulan remaja
3.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-
contoh perilaku akhlak terpuji dalam
pergaulan remaja
3.3 Menunjukkan nilai negatif akibat
perilaku pergaulan remaja yang tidak
sesuai dengan akhlak Islam dalam
fenomena kehidupan
3.4 Menerapkan akhlak terpuji dalam
pergaulan remaja dalam kehidupan
sehari-hari.
Menghindari 4.1 Menjelaskan pengertian israaf, tabdziir,
perilaku tercela dan fitnah
4.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-
28

contoh perbuatan israaf, tabdziir, dan


fitnah
4.3 Menunjukkan nilai-nilai negative akibat
perbuatan israaf, tabdziir, dan fitnah
4.4 Membiasakan diri untuk menghindari
perilaku israaf, tabdziir

Dari yang telah dipaparkan diatas terdapat banyak materi pembelajaran


akhlak ditingkat madrasah aliyah kelas X dan XI, diantaranya: tentang akhlak
terpuji juga akhlak tercela.

10. Teori Pembentukan Akhlak

Menurut Ibn Miskawaih dan Al-Ghazali, mengatakan sebaliknya. Mereka


berpendapat bahwa akhlak dapat berubah dan dapat dibentuk dengan pendidikan,
latihan, pembinaan dan nasehat mulia. Faktor-faktor yang mempengaruhi
akhlak:32

1. Insting/Naluri, insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia


sejak lahir, para psikolog menjelaskan bahwa insting (naluri) berfungsi
sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku.
2. Adat/kebiasaan, adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang
dilakukan secara terus menerus, dan berulang-ulang dalam bentuk yang
sama seeing menjadi kebiasaan.
3. Wirotsah/Keturunan, dalam hal ini secara langsung atau tidak langsung
sangat mempengaruhi pembentukan sikap dan tingkah laku seseorag.
4. Lingkungan, salah satu aspek yang tuurut memberikan saham dalam
terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah milieu
(lingkungan dimana seseorang berada).

32
Zahruddin AR, Hasanuddin Sinaga, “Pengantar Studi Akhlak”, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, Cet ke-1, h. 99-100
29

Cara yang dilakukan dalam pembentukan akhlakul karimah, yaitu sebagai


berikut: 33

a. Melalui pembiasaan, berkenaan dengan ini Imam Al-Ghazali sebagaimana


yang dikutip Abudin Nata mengatakan bahwa; Kepribadian manusia itu
pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui
pembiasaan. Jika manusia membiasakan dirinya berbuat baik, maka terus-
menerus orang itu berbuat baik tanpa disengaja.
b. Melalui Keteladanan, dengan memberikan keteladanan maka seseorang
akan mudah untuk mengikutinya, seperti Rasulullah adalah teladan umat
Islam, dengan begitu umat Islam akan dengan mudah mengikuti apa yang
dilakukan Rasulullah SAW. Oleh karena itu sebagai guru Agama Islam
harus memberikan keteladanan seperti yang dilakukan Rasulullah seeing
anak didik dengan mudah mengikuti apa yang dicontohkan oleh gurunya.
c. Memberi nasehat, seorang guru hendaknya member nasehat yang tulus
dari hati nuraninya, klarena jika ingin merubah hati seseorang dan agar
orang itu mau berubah maka sentuhlah dengan hati. Jika seseorang telah
berbuat salah hendaknya kita cepat-cepat untuk menasehatinya agar tidak
terjerumus lebih jauh lagi.
d. Melalui Pergaulan, jika kita bergaul dengan orang sholeh maka kita akan
terbawa kesholehannya, tetapi jika kita bergaul dengan orang yang suka
mencuri, maka kita akan menjadi seorang pencuri juga.
e. Memperrhatikan factor kejiwaan, factor kejiwaan seseorang menurut
psikologi berbeda-beda sesuai dengan taraf usianya, jika kita hendak
membentuk akhlak pada seseorang maka terlebih dahulu kita kenali factor
kejiwaannya, sehingga dengan mudah kita dapat membinanya.
B. Alat Pendidikan
1. Pengetian Alat Pendidikan

Agar tujuan pembelajaran tercapai perlu alat pendidikan karena


merupakan salah satu factor pendidikan yang harus diadakan dan digunakan. Alat
33
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 162-164
30

menurut bahasa (etimologi ) ialah: alat adalah sarana yang digunakan untuk
34
mencapai suatu tujuan. Menurut Barnadib yang dikutip oleh H.M. Alisuf sabri
alat ialah segala sesuatu yang secara langsung membantu terlaksananya
pendidikan.35

Alat pendidikan secara terminology yang dikutip oleh Jalaluddin dalam


bukunya Teologi Pendidikan, sebagai berikut; menurut Zuhairini: alat pendidikan
sebagai segala sesuatu yang bisa menunjang kelancaran pendidikan. Alat
pendidikan dapat berupa tindakan, perbuatan, situasi atau benda, yang dengan
sengaja diadakan untuk mencapa tujuan pendidikan.36
Yang di maksud dengan tindakan, perbuatan dan situasi di atas ialah
keadaan kelas dalam pembelajaran ketika guru menyampaikan materi
pembelajaran, maka tindakan, perbuatan dan situasi yang dikehendaki harus
dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pendapat ini diperkuat dengan, menurut Sutari Imam Barnadib
mengemukakan bahwa Alat pendidikan ialah tindakan, perbuatan, situasi atau
benda yang sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan.37
Jadi Alat Pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat menunjang
keberhasilan tujuan pembelajaran, dapat berupa tindakan guru, rencana-rencana
pembelajaran, dan situasi dan benda yang dipergunakan guru. Maka sumber
pendidikan tersebut harus sengaja dirancang dan dikembangkan guna
mempermudah guru dalam penyampaian materi pembelajaran.

2. Jenis Alat Pendidikan

Berdasarkan pengertian alat pendidikan di atas, maka factor alat


pendidikan dari segi wujudnya dibagi menjadi dua bagian:

34
Peter Salim, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Komtemporer, (Jakarta: Modern
English Press, 2002), Cet Ke-3, hlm. 39
35
Sabri Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet ke-1,
hlm. 47
36
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet ke- 2,
H. 111
37
Ibid
31

a. Alat pendidikan yang berupa benda seperti ruangan kelas,


perlengkapan belajar dan yang sejenisnya. Alat ini biasa disebut alat
peraga.
b. Sedangkan yang bukan benda dapat berupa situasi, pergaulan,
perbuatan nasihat, teladan, bimbingan, contoh, teguran, anjuran,
ganjaran, perintah, tugas, larangan, ancaman, hukuman digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan. 38

Diantara alat pendidikan diatas ada alat-alat yang sangat penting yang
dapat dilakukan dalam pembelajaran. Diantaranya, yakni:39

a. Keteladanan
Suri tauladan buat semua orang adalah kepribadian Rasul yang di
dalamnya terdapat norma-norma, nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam. Bila
islam menjadikan kepribadian Rasul-Nya, maka ia menjadikan
kepribadian beliau itu sebagai teladan bagi setiap generasi, terus menerus
40
menjadi suri tauladan pada setiap peristiwa. Keteladanan adalah alat
pendidikan yang paling baik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Agar
norma-norma yang dijalankan oleh mereka dapat dipatuhi dan diikuti
b. Perintah dan Larangan
Perintah adalah suatu keharusan untuk berbuat atau melaksanakan
sesuatu. Suatu perintah akan mudah ditaati oleh peserta didik jika pendidik
sendiri menaati peraturan-peraturan, atau apa yang diucapkan oleh
pendidik telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta
didik dengan mudah mentaati perintah yang di terapkan oleh pendidik.
Sementara larangan dikeluarkan apabila peserta didik melakukan
sesuatu yang tidak baik atau membahayakan dirinya.41 Larangan
sebenarnya sama dengan perintah. Kalau perintah merupakan suatu
38
Jalaluddin, Teologi Pendidikan,H. 111
39
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006) Cet ke-17, H. 177
40
Muhammad Quthb diterj oleh Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: PT
AlMa‟arif, 1988) Cet ke-2, H. 332
41
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis,H. 181
32

keharusan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat, maka larngan adalah


keharusan untuk tidak melakukan sesuatu yang merugikan.

c. Ganjaran dan Hukuman


Maksud ganjaran dalam konteks ini adalah memberikan sesuatu yang
menyenangkan (penghargaan) dan dijadikan sebuah hadiah bagi peserta
didik yang berprestasi, baik dalam belajar maupun sikap prilaku.
Tujuannya adalah agar peserta didik lebih giat lagi dalam belajar dan ia
bersaing dengan temannya dalam hal mempertahankan perbuatan baik
agar mendapatkan ganjaran atau hadiah dari guru.
Selain ganjaran, hukuman juga merupakan alat pendidkan. Sebagai
alat pendidikan, hukuman hendaklah:
a) Senantiasa merupakan jawaban atas suatu pelanggaran
b) Sedikit-banyak selalu bersifat tidak menyenangkan
c) Selalu bertujuan ke arah perbaikan, hukuman itu hendaklah diberikan
untuk kepentingan anak itu sendiri.42
Para pendidik harus memaksimalkan alat-alat pendidikan karena dengan
alat pendidikan peserta didik anak terdorong tingkah lakunya untuk terus
melakukan perbuatan terpuj, siswa juga berusaha menghentikan perbuatan tidak
terpuji karena mendapat hukuman atau hadiah dari guru. Anak-anak juga
cenderung mempertahankan perilaku tersebut karena mendapat hadiah dari guru.
Selain itu pembelajaran dikelas juga jadi menyenangkan.

3. Memilih Alat Pendidikan

Ilmu pendidikan perlu mengkaji berbagai alat pendidikan yang digunakan.


Penggunaan alat pendidikan harus sesuai dengan tujuan, keadaan anak didik,
situasi pendidik dan lingkungan anak didik,.43

42
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis,H. 187
43
Tim Dosen FIP-IKIP MALANG, Pengantar dasar-dasar kependidikan , hal 35
33

Menurut Wens Tanlain, dkk yang dikutip oleh H.M. Alisuf Sabri dalam
Bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
memilih atau menetapkan alat pendidikan yang baik dan tepat, sebagai berikut:

a. Alat pendidikan dipilih sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai
b. Pendidikan memahami fungsi setiap alat pendidikan dan cakap
menggunakannya, sehingga pendidik dapat memilih secara tepat kapan
diperlukan dan dapat menyediakan sendiri apabila belum tersedia.
c. Anak didik mampu menerima penggunaan alat pendidikan itu sesuai
dengan keadaan dirinya ( jenis kelamin, bakat, sifat, usia, kemampuan),
sebab anak didiklah yang akan dipengaruhi oleh alat pendidikan tersebut
dalam rangka kedewasaan dirinya.
d. Alat pendidikan yang digunakan dapat membawa hasil yang diharapkan
dan tidak menimbulkan akibat sampingan yang merugikan anak didik.44

Untuk mencapai tujuan pendidikan alat pendidikan itu dapat dipilih secara
selektif. Mana diantaranya yang paling efektif untuk digunakan dalam mendidik
anak. Alat pendidikan tersebut harus diperhatikan dengan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai, pendidikan dapat mempergunakannya dengan baik, sesuai
dengan usia, dan kemampuan peserta didik, dan yang paling penting adalah dapat
membawa kepada hasil yang memuaskan setelah pembelajaran.

4. Alat Pendidikan Dalam Penanaman Akhlak Siswa Bagi Kurikulum


MA

Setelah menela‟ah kembali apa pengertian dari alat dan pendidikan dapat
ditarik kesimpulan bahwa alat pendidikan adalah sarana dan untuk menunjang
keberhasilan tujuan pembelajaran. Dalam menanam akhlak karimah pada siswa
pembelajaran merupakan salah satunya factor keberhasilan dalam penanaman
akhlak tersebut. Maka alat pendidikan harus dirancang, direncanakan, di atur, di
buat secara sengaja agar dalam proses penanaman akhlak dalam pembelajaran

44
Sabri Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet ke-1,
hlm. 52
34

tercapai maka pada akhirnya dampak dari pembelajaran akhlak tersebut terlihat
dan setelah pembelajaran siswa mengerti secara menyeluruh sehingga bisa
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Jika melihat dari kurikulum yang diajarkan di MA banyak sekali
pembelajaran akhlak terpuji juga akhlak tercela. Salah satu alat dalam
pembelajaran akhlak yang sesuai bagi kurikulum Ma adalah dengan Novel.
Karena novel selain sebagai bahan bacaan yang menarik bagi siswa, novel juga
terdapat contoh-contoh akhlak baik yang dapat dijadikan figure suri tauladan
yang baik bagi siswa.
Salah satu novel yang memiliki pesan amanat baik bagi pembacanya
adalah Novel Ranah 3 Warna adalah novel trilogy sambungan dari novel negeri 5
menara karya Ahmad Fuadi. Novel tersebut memiliki ide gagasan tentang
bagaimana bersikap ketika dalam kesusahan yang diperankan oleh tokoh bernama
Alif Fikri yang memiliki kareakter berusaha keras walau sulit dan sebagainya.

C. Novel Sebagai Alat Pendidikan Akhlak

Novel merupakan karangan panjang yang mengandung rangkaian


kehidupan seseorang dengan orang-orang diselilingnya. Novel adalah cerita dan
menggunakan bahasa denotative, dengan tingkat kepadatan dan makna gandanya
sedikit.45
Novel memiliki unsur-unsur instrinsik, yakni:

1. Tema, yaitu gagasan utama yang menjalin struktur isi cerita. Untuk
mengetahui tema sebuah karya sastra prosa, pembaca harus melakukan
apresiasi menyeluruh terhadap semua unsure dalam karangan tersebut.
Sama seperti makna pengalaman hidup manusia, tema menyorot dan
mengacu pada aspek-aspek kehidupan sehingga nantinya aka nada nilai-
nilai tertentu yang melingkupi cerita.
2. Alur, yakni rangkaian cerita atau peristiwa yang disusun berdasarkan
sebab akibat. Alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir

45
Jacob Sumardjo, Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977. (Bandung: Alumni.
1999),h. 11-12
35

yang nyata, meyakinkan dan logis, dapat menciptakan bermacam kejutan,


dan memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan-ketegangan. Dua
elemen dasar yang membangun alur adalah „konflik‟ dan „klimaks‟.
3. Latar, yaitu lingkungan yang meliputi sebuah peristiwa dalam cerita,
semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang
berlangsung. Latar meliputi tempat, waktu dan suasana. Setiap karya sastra
mengambil tempat dalam suatu latar tertentu yang terdiri dari daerah
pemukiman dan kepercayaan serta nilai-nilai ( social, moral, politik,
psikologis).46
4. Tokoh, dalam cerita fiksi menjadi sorotan utama perhatian karena ia yang
menggerakkan sebuah cerita. Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku
yang dikisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik
sebagai pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan.
Tokoh dibagi menjadi tiga, yaitu 1.) Protagonis, 2.) Antagonis, dan 3.)
Tritagonis. Tokoh protangonis adalah . Tokoh antagonis adalah . Tokoh
tritagonis adalah
5. Sudut pandang Pengarang, yaitu posisi pengarang dalam membewakan
cerita. Menurut Nurgiantoro, sudut pandang merupakan cara atau
pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana menampilkan tokoh,
tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam
sebuah teks fiksi kepada pembaca. Jadi, sudut pandang pada hakikatnya
adalah sebuah cara, strategi, atau siasat yang secara sengaja dipilih
pengarang untuk mengungkapkan cerita dan gagasannya.47
6. Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang

46
Ulansari, “Nilai-nilai Pendidikan Moral dalam Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad
Fuadi,” Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta 2012, h. 13
47
Nurgiantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2005), Cet I, h. 269
36

Agar novel dapat dipahami, perlu dibuat semacam daftar yang


menampung setiap peristiwa pada tiap-tiap bab. Karya dalam sebuah novel harus
berkontribusi penuh pada maksud utama atau tema.48
Novel sebagai alat pendidikan akhlak pada dsarnya bukan hanya bahan
bacaan saja, tetapi mengandung nilai bermanfaat dari isi novel tersebut. Di dalam
novel tergambar lingkungan masyarakat beserta tokoh-tokohnya yang mempunyai
akhlak baik yang dapat di tiru dalam kehidupan sehari-hari.
Di Indonesia khususnya novel yang beredar sudah berbagai jenis dan
macam sangan digemari oleh berbagai tingkatan usia, mulai dari novel anak-anak,
novel remaja, dewasa, novel yang bersifat religi, ada novel yang berciri khas
humor, sampai ada yang nasionalisme kebangsaan.
Selain menjadi bahan bacaan novel juga dapat dijadikan sebagai alat
dalam pendidikan akhlak bagi para pembacanya. Terutama untuk novel-novel
yang bersifat keagamaan. Setelah pembaca membaca novel, maka pembaca dapat
mengambil hikmah dari bacaan novel tersebut.
Salah satu novel Indonesia yang banyak dibaca masyarakat juga
berhubungan dengan pendidikan akhlak adalah novel Ranah 3 warna karangan
Ahmad Fuadi. Novel tersebut ditujukan untuk remaja dan orang dewasa serta
bersifat keagamaan.

D. Hasil Penelitian Yang Relavan

Setelah penulis melakukan tinjauan di perpustakaan Utama UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta, penulis tidak menemukan judul skripsi yang sama dengan
yang penulis kaji. Adapun hanya beberapa judul yang hampir sama. Maka untuk
menghindari dari mencontek hasil karya orang lain, penulis memaparkan
perbedaan dan persamaan diantara masing-masing judul dan masalah yang
dibahas sebagai berikut:

48
Ulansari, “Nilai-nilai Pendidikan Moral dalam Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad
Fuadi”, op.cit, h.14
37

1. Karya “Ulansari, nim 207013000026 dengan judul skripsi NILAI-NILAI


PENDIDIKAN MORAL DALAM NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA
AHMAD FUADI. Penelitian ini disusun pada tahun 2012.

Perbedaannya terletak pada analisis novel yang karya Ulansari yang


menela‟ah tentang aspek moral keagamaan, moral kebangsaan dan moral
kebudayaan, juga skripsi Ulansari tidak di terapkan dalam pembelajaran dikelas
tetapi hanya menganaisis isi novel tersebut.

Persamaannya terlatak pada penggunaan novel dengan judul dan pengarang


yang sama dipakai untuk pembelajaran akhlak.

2. Karya “Nurfitria, nim 109011000211 dengan judul skripsi IMPLEMENTASI


NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL KALAM
CINTA DARI TUHAN KARYA ALI SOBIRIN EL-MUANNATSY
MELALUI METODE CERITA DAN PENGARUHNYA TERHADAP
HASL BELAJAR (STUDI KASUS DI MA AL-FALAH JAKARTA-
BARAT)

Perbedaannya: terletak pada metode yang digunakan guru dalam mengajar


yaitu dengan metode cerita, sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan
metode small group discution dan strategi inquiri dalam menganalisis novel.
Siswa diberikan kertas berisi tentang sub tema novel dan meminta siswa untuk
menuliskan nilai akhlak yang ditemukan dalam novel dalam lembar analisis yang
dibagikan oleh guru .

Persamaannya: sama-sama menggunakan novel sebagai alat dalam


pembelajaran akhlak dan diimplementasikan dalam pembelajaran dikelas.

E. Asumsi Penelitian

Pembelajaran nilai akhlak akan efektif apabila dilakukan secara


kontekstual terutama jika dihadirkan alat pendidikan seperti novel maka peserta
didik akan mempraktekkan nilai yang ia telah temukan di dalam novel dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan nilai akhlak yang terkandung


dalam Novel “Ranah 3 Warna”, mengetahui bagaimana cara menggunakan Novel
Ranah 3 Warna sebagai alat dalam menanamkan nilai akhlak siswa dan
mengetahui bagaimana respon siswa setelah belajar menggunakan novel sebagai
alat dalam pembelajaran akhlak siswa.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah :

1. Nilai akhlak yang terkandung dalam Novel “Ranah 3 Warna” yang


difokuskan pada al-amanah (jujur dan dapat dipercaya), al-„afwu (pemaaf),
sopan santun, as-sabru (sabar), ar-rahman (kasih sayang), bertawakkal
(berserah diri), bersyukur, ikhlas, at-ta‟awun (memberi pertolongan),
semangat.
2. Kegiatan pembelelajaran pendidikan akhlak menggunakan novel sebagai
alat pembelajaran.

C. Sumber Data
Sumber data utama dari penelitian ini adalah nilai pendidikan akhlak yang
terdapat dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi. Novel Ranah 3 Warna
adalah novel yang sarat akan nilai pendidikan akhlak yang dikarang oleh Ahmad
Fuadi dan diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2011, tebal
bukunya mencapai 473 halaman.
Novel Ranah 3 Warna merupakan jenis novel popular. Novel Ranah 3 Warna
merupakan buku kedua dari trilogy Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Cerita
dalam novel ini tidak terlepas dari inspirasi perjalanan hidup sang penulis. Yang
disampaikan dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti oleh pembaca.

38
39

Berlatar budaya Minang, Ahmad Fuadi menggunakan sedikit bahasa minang ke


dalam cerita.

D. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang


menggunakan desain penelitian deskriptif yaitu digunakan untuk mendapatkan
deskriptif tentang suatu kenyataan pembelajaran akhlak menggunakan novel
sebagai alat dalam pembelajaran di MAN 1 Grogol.

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, yang terdiri dari manusia,


benda, tumbuh-tumbuhaan dan peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.

Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dalam
penelitian ini adalah pihak sekolah yang menentukan dimana peneliti bisa
melakukan observasi mengajar dikelas yang menjadi populasinya adalah siswa
kelas XI yang akan diambil untuk mewakili dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak
di sekolah. Maka peneliti menggunakan kelas XI bahasa dan XI agama utnuk
melihat bagaimana respon siswa dalam pembelajaran akhlak menggunakan novel.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data,


dokumentasi, pencatatan, observasi, wawancara.

1. Dokumentasi
Dokumentasi dalam pengumpulan data ini dengan cara mencari dan
mengumpulkan nilai akhlak yang terdapat dalam Novel Ranah 3 Warna Karya
Ahmad Fuadi.
2. Pencatatan
Setelah dokumentasi nilai akhlak dalam novel telah terkumpul, hasil yang
diperoleh dicatat dalam buku. Pencatatan dilakukan mulai dari bagian-bagian tiap
40

kalimat, paragrap hingga keseluruhan isi teks novel. Focus data yang dicatat
berupa nilai-nilai akhlak dalam novel Ranah 3 Warna.
3. Observasi
Setelah proses pencatatan, data yang diperoleh di aplikasikan dalam
pembelajaran di kelas melalui proses observasi. Observasi dilakukan dengan
pengamatan ke sekolah dan kelas yang akan diajar peneliti.
4. Wawancara
Wawancara pada penelitian ini diperoleh dari guru bidang studi yang
bersangkutan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pembentukan pola
pikir siswa setelah pembelajaran akhlak menggunakan novel sebagai alat

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan
teknik content analisis (kajian isi) yakni teknik yang digunakan untuk menarik
kesimpulan melalui usaha menemukan karakterisktik pesan, dan dilakukan secara
objektif dan sistematis dan berhubungan dengan konsep tokoh yang diteliti dan
mencoba memahaminya dari sisi kebahasaan.1 Prosedurnya sebagai berikut:
identifikasi, klasifikasi, deskriptif, penarikan kesimpulan.
1. Identifikasi
Dalam proses identifikasi ini penulis membaca secara kritis tentang nilai-
nilai akhlak yang terkandung dalam novel yang dapat dijadikan data dalam
penelitian. Dalam hal ini novel Ranah 3 warna karya Ahmad Fuadi.
2. Klasifikasi
Setelah diidentifikasi, data novel diseleksi dan diklasifikasikan, yaitu nilai-
nilai akhlak yang terdapat dalam novel Ranah 3 warna dihubungkannya dengan
nilai pembelajaran akhlak yang ada di kurikulum akidah akhlak tingkat MA.
3. Deskriptif
Kemudian dalam deskriptif yaitu gambaran tentang pembelajaran akhlak
di sekolah. Dalam prakteknya guru bersama siswa dengan menggunakan strategi

1
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya),
Cet ke 2, H. 220
41

pembelajaran. Dengan ini, selain penulis, siswa-siswi pun menemukan nilai-nilai


pendidikan akhlak setelah membaca cerita yang terdapat dalam novel dan melalui
strategi pembelajaran akhlak siswa dan siswi mendiskusikannya dengan teman-
temannya.
4. Penarikan Kesimpulan.

Langkah penelitian yang terakhhir dalam menganalisis data adalah


menarik kesimpulan. Data yang terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara, dan
pemanfaatan dokumen yang terkait dengan pelatihan dan sumber-sumber belajar
dipilih mana yang paling tepat untuk disajikan. Proses pemilihan data akan
difokuskan pada data yang mengarah untuk pemecahan masalah, penemuan,
pemaknaan, atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang terkait dengan
pembelajaran nilai akhlak menggunakan Novel.2

H. Interpretasi Data

Setelah pembelajaran nilai akhlak dikelas XI Bahasa dan XI Agama Adapun


interpretasinya dibuktikan dengan metode deskriptif analisis dalam memanfaatan
novel sebagai Alat pembelajaran akhlak dikelas XI Bahasa dan kelas XI Agama
yaitu siswa menemukan nilai pendidikan akhlak yang terdapat didalam novel
dengan cara mendiskusikannya dengan teman kelompok.

I. Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku ”Pedoman Penulisan Skripsi dari
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatulloh Jakarta tahun 2013” dengan pengecualian pada penulisan kutipan
Novel sebagai data penelitian dengan menggunakan sistem bodynote atau inote

2
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 71
BAB IV
HASIL PENELITIAN NOVEL SEBAGAI ALAT PENDIDIKAN
DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK DI MAN 1 GROGOL

A. Nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam Novel Ranah 3 Warna


karya Ahmad Fuadi.
Novel Ranah 3 Warna adalah karya Ahmad Fuadi. Novel ini merupakan
novel trilogi ke 2 dari novel Ranah 3 Warna yang terdiri dari 469 halaman. Novel
ini memiliki banyak tokoh tetapi dalam penelitian skripsi ini hanya menampilkan
tokoh utama ialah, Alif Fikri. Disamping itu adanya banyak latar dari padang
sampai ke kanada merupakan salah satu novel yang menambah keunikan dari
novel itu sendiri karena mengandung motivasi yang mengajak pembacanya untuk
terjun dalam cerita tersebut.
Nilai akhlak yang terdapat pada novel Ranah 3 warna dapat diketahui
melalui tabel-tabel dialog tokoh Alif Fikri. Ini bertujuan untuk memudahkan
kutipan-kutipan nilai akhlak yang terdapat pada novel.
1. Al-Amanah ( jujur )
Amanah., dikategorikan kepada sikap dan tingkah laku seseorang,
ditunjukkan sebagai berikut oleh tokoh utama yaitu Alif Fikri yang takut
melakukan kecurangan berupa perjokian karena dia masih mengingat ajaran ibu
dan ajaran di Pondok Madani.
“Joki? Aku menggeleng kerang untuk perjokian. Apa gunanya ajaran
Amak dan Pondok Madani tentang kejujuran dan keikhlasan?” (Fuadi,
2012:8).
Selanjutnya sikap amanah (menepati janji) Alif Fikri diwujudkan dengan
menepati janji yang telah diucapkan kepada Bang Togar untuk menyelesaikan
tulisan tepat waktu. Dia berusaha keras untuk menyelesaikan janji tersebut dalam
waktu 1 malam dan tinggal 15 menit lagi waktu tersebut habis, maka ia tanpa
mandi dan sarapan, langsung memakai sepatu hitamnya.
Tidak gampang membuat tulisan dengan logika jernih sebanyak 2
halaman pada dini hari. Aku mencoba pompa semangatku dengan

42
43

meneriakkan man jadda wajada, namun setelah beberapa jam, kepalaku


terangguk-angguk. Tidak kuat lagi, aku menggelar tikar, dan terkapar di
sebalah kasur Randai. Aku melompat dari tidur begitu TOA di mushalla
sebelah rumah kembali berdengung. Suara azan subuh. Mumpung Randai
masih terkapar, segera setelah salat subuh aku kebut lagi tulisanku
dengan penuh semangat. Tampang Bang Togar yang sok terbayang
bayang. Aku tidak akan mengizinkan dia merendahkanku karena tidak
berhasil setor tulisan tepat waktu.
Tinggal 15 menit lagi aku sudah harus ada di kos Bang Togar, tanpa
mandi dan sarapan, serabutan aku sambar si hitam. (Fuadi, 2012:71).
2. Al-‟afwu (pemaaf)
Sikap pemaaf ditunjukkan Alif Fikri ketika ia dengan harus memaafkan
sikap Bang Togar yang tegas dan keras, karena ia juga sangat ingin bisa menjadi
penulis terkenal.
Aku mengambil koran dari ransel dan menunjuk-nunjuk tulisannya yang
dimuat. ”Aku ingin bisa menulis seperti ini. Kali ini kalau aku malas,
maka taruhanku adalah putus sekolah dan mati kelaparan di sini. Apa pun
akan aku hadapi untuk bisa terus kuliah.”
”yakin tahan? Aku akan didik kau keras seperti dulu, bahkan akan lebih
keras. Siap kau/” tanyanya dengan nada mengancam.
”Siap, Bang,” kataku mantap. Alu tidak punya pilihan lain untuk
menjawab. (Fuadi, 2012:140).
3. Sopan santun
Sopan santun tokoh utama di buktikan dengan mencium lebih lama tangan
ayah dan amaknya selesai sholat berjama‟ah.
Hanya tangan mereka yang lebih lama aku cium selepas sholat
berjama’ah. Ayah dan amak jelas senang sekali melihat anak bujangnya
akan kuliah. (Fuadi, 2012:71).
Sopan santun digambarkan tokoh utama dengan menyebu kata punten
sambil melewati warga yang duduk di depan rumah mereka.
Aku baru pulang dari kampus di sore yang rintik-rintik. Awan kelabu
44

bertumpuk-tumpuk di atas sana, tapi masih segan mencurahkan hujan.


Sambil berlari-lari kecil, aku melintas gang sempit, menyebut kata punten
beberapa kali setiap melewati warga yang duduk santai di depan rumah
mereka. (Fuadi, 2012:85).
Sopan santun tokoh utama digambarkan dengan mengucapkan kata minta
maaf kepada seseorang yang ia sentuh kakinya ketika ia sedang berteduh di
sebuah toko pakaian.
Suatu hari sepulang kuliah aku lewat di trotoar Pasar simpang yang
selalu riuh. Tiba-tiba hujan mengguyur lebat dan aku harus berteduh di
emper sebuah toko pakaian. Hujan di musim ini bisa datang dan pergi
dalam sekejap. Aku merapatkan badan ke beberapa celana jins yang
digantung, supaya tidak kena tempias hujan. Aku mundur dan kakiku
menyentuh orang yang duduk di sebelahku. Aku minta maaf dan aku
tertegun. Orang itu tidak duduk menunggu hujan, tapi dia sedang bekerja.
(Fuadi, 2012:106)
Sopan santun selanjutnya tokoh utama di nyatakan dengan sopan santun
ketika pada malam hari ia mengetuk pintu kamar Asto (temannya) karena ingin
menanyakan tentang lowongan mengajar di tempat privat di daerah Ciumbuleuit.
Ooh, aku ingat. Asto, teman kosku, baru saja bercerita bahwa dia punya
murid privat di Ciumbuleuit. Aku lihat lampu kamarnya masih nyala. Aku
ketok pintu kamarnya. (Fuadi, 2012:109)
Sopan santun selanjutnya digambarkan tokoh utama dengan bertutur kata
sopan kepada orang tua ketika ia menjajaki dagangannya kepada pembeli.
”Terima kasih Bu. Bulan depan saya kunjungi lagi, ”kataku pamit.
(Fuadi, 2012:119)
Selanjutnya sikap sopan santun Alif Fikri ditunjukkan dengan tutur
katanya kepada bang togar yang mengatakan vakumnya dari menulis karena
menjengguk ayahnya yang sakit keras dan akhirnya ayahnya Alif meninggal.
”maaf, Bang, sebelumnya aku harus pulang menjenguk Ayah yang sakit
keras. Beliau akhirnya dipanggil duluan, meninggal”. (Fuadi, 2012:138)
45

4. As-sabru (sabar)
Sabar tokoh utama digambarkan dengan mencoba menahan diri dari rasa
hati yang panas karena Randai mengoloknya,bahwa ia lulusan pesantren ingin
kuliah di Universitas Negeri yang ujian masuknya banyak pelajaran umum. Tapi
ia coba menahan diri dan hanya mengulum senyum tanpa suara.
”hatiku panas, tapi aku coba menahan diri dengan hanya mengulum
senyum pahit, tanpa suara. (Fuadi, 2012:7)
Sikap sabar Alif Fikri ketika tulisannya yang dikerjakan semalam suntuk
di corat-coret oleh tinta merah.
“Ya Tuhan, tulisanku, jerih payah kerjaku semalam suntuk, kini dicukur
gundul oleh pedang samurai bertinta merah orang sombong ini. (Fuadi,
2012:75)
Selanjutnya sabar tokoh utama di gambarkan ketika ia merasa kesal dan
menggerutu karena segala ujian yang di alaminya seperti saat mencoba sabar saat
menggantarkan jasad Ayah sampai ke lahat, sabar ketika harus ikut ujian tanpa
persiapan memadai, sabar ketika kembali ke Bandung sebagai anak yatim. Setelah
itu sabar seperti hilang dalam hidupnya. Lalu Kiai Rais di Pondok Madani dulu
mengumpulkan mereka dan berbicara:
“Yang namanya dunia itu ada masa senang dan masa kurang senang.
Disaat kurang senangl;ah kalian perlu aktif. Aktif untuk bersabar.
Bersabar tidak pasif, tapi aktif bertahan, aktif menahan cobaan, aktif
mencari solusi. Aktif menjadi yang terbaik. Aktif untuk tidak menyerah
pada keadaan. Kalian punya pilihan untuk tidak menjadi pesakitan. Tuhan
sudah berjanji bahwa sesungguhNya Dia berjalan dengan orang yang
sabar. (Fuadi, 2012:131)
Selanjutnya sikap sabar ditunjukkan Alif Fikri dengan berbicara kepada
Bang Togar atas meninggalnya Ayahnya.
“Tidak apa-apa, Bang. Aku sudah berdamai dengan keadaan. Aku
mencoba terus bersabar”(Fuadi, 2012:139).
5. Kasih sayang
Kasih sayang tokoh utama digambarkan ketika ia menyuapi ayahnya yang
terbaring sakit di rumah sakit, dengan lemah lembut sesendok demi sesendok,
sesekali ia membersihkan sisi bibirnya dengan saputangan.
46

“Biar ambo yang menyuapi, Mak.” Aku mengambil piring bubur dari
tangan Amak. Sesendok demi sesendok aku suapi Ayah. Sesekali aku
bersihkan sisi bibirnya dengan saputangan. (Fuadi, 2012:91)
6. Bertawakkal (at-tawakkal)
Sikap bertawakkal digambarkan Alif Fikri dengan menyerahkan keputusan
pada Allah SWT setelah ia menjawab semua soal ujian dengan sungguh-sungguh.
“Aku coba menghibur diriku. Toh aku telah melakukan segenap usaha
diatas rata-rata. Telah pula aku sempurnakan kerja keras dengan do’a.
sekarang tinggal aku serahkan kepada putusan Allah. Aku coba ikhlaskan
semuanya”. (Fuadi, 2012:28)
Sikap bertawakkal Alif fikri digambarkan ketika ia menyerahkan segala
kehendak kepada Allah ketika ia meminjam motor milik Randai yang STNKnya
sudah habis untuk datang ke tempat kerjanya di perbukitan Ciumbuleuit.
Randai hanya berpesan,”Hati-hati ya. STNK-nya sudah habis. Pokonya,
jangan sampai berurusan dengan polisi.”Dan aku juga tidak punya SIM!
Dengan modal bismillah, aku naiki motor Honda tua kurus ini. (Fuadi,
2012:112)
7. Bersyukur (asy-syukru)
Sikap bersyukur Alif fikri digambarkan bersujud Syukur atas kelulusannya
dalam menjawab soal ujian UMPTN.
Namaku tercetak jelas disana. Telunjukku yang gemetar aku gesar ke
kanan lagi. Dan tercetaklah di sana nomor kode untuk Hubungan
International Padjajaran. Alhamdulillah ya Tuhan. Beralaskan koran
pengumuman, aku sujud syukur untuk keajaiban ini. Keajaiban tekad dan
usaha, keajaiban restu orangtua, keajaiban do’a. Disebelahku, ayah juga
sujud lama sekali. (Fuadi, 2012:30)
Sikap bersyukur digambarkan dengan mengucap Alhamdulillah ketika
tulisan yang kini dibuatnya tidak kena coret lagi hanya halaman 5 yang perlu
diperbaiki dan tulisannya pertamanya terpampang di majalah kampus.
”logika bahasa penutup kau tidak jalan, terlalu lemah. Tapi yang lain
sudah baik,”kata Bang Togar.”Alhamdulillah. Terima kasih, Bang,”
47

kataku girang campur tak percaya. (Fuadi, 2012:77)


Bang Togar sedang menyerumput kopi hitamnya di ujung ruangan.
Lesehan. Wajah kotaknya kali ini berisi senyum. Hebat juga kau, Lif. Baru
semester pertama, mash ingusan, tapi tulisanmu sudah dimuat di majalah
kampus,”kataya dengan senyum tersungging. Tumben dia ramah.
Terima kasih untuk bimbingsn Abang,”balasku. (Fuadi, 2012:79)
Sikap bersyukur Alif Fikri digambarkan dengan dalam keadanan
kekurangan uang ia menikmati hidup di kota Bandung itu.
“Hampir setahun aku di Bandung. Ditengah kekurangan uang, aku
menikmati hidup di kota sejuk ini. (Fuadi, 2012:79)
Sikap bersyukur yang digambarkan tokoh utama ketika ia membuat
perjanjian kepada dirinya untuk bersemangat dalam kesusahan, ia berusaha untuk
mencari pekerjaan dan beasiswa karena ia tidak punya uang juga tidak mungkin
untuk meminta uang kepada amak karena ayahnya telah meninggal, lalu malam
ini sebelum ia tidur ia langsung mendapat pencerahan harapan daari masalahnya.
“Terima kasih Tuhan untuk peluang yang Engkau datangkan dengan
bergegas” (Fuadi, 2012:110).
Sikap bersyukur Alif firkin digambarkan dengan begitu ketakutannya ia
akan ditilang oleh polisi. Tetapi akhirnya polisi membebaskannya, ia
mengucapkan Alhamdulillah… Alhamdulillah .
“Siap. Siap komandan. Terima kasih, Pak,” kataku terbungkuk-bungkuk,
sambil menaruh tangan kanan di kening member salam hormat. Tanpa
menunda lagi, aku menggas bebek kurus ini secepatnya mendaki jalan
Ciumbuleuit sambil berkali-kali berbisik,”Alhamdulillah…Alhamdulilah…
(Fuadi, 2012:113).
Bersyukur Alif fikri digambarkan dengan mengucap Alhamdulillah ketika
ia bisa terus menulis di majalah Pikiran Rakyat.
Setelah beberapa kali dimuat dikoran local dengan honor kecil itu,
tulisaku akhirnya terpampang di Pikiran Rakyat, Koran local paling
bergengsi di Jawa Barat. Alhamdulillah, kini aku punya uang yang cukup
untuk biaya hidup sebulan ke depan. Kalau aku bisa terus menulis dengan
48

konsisten, InsyaAllah aku akan bisa benar-benar mandiri. (Fuadi,


2012:156).
8. Ikhlas
Sikap ikhlas digambarkan tokoh utama dalam mengikhlaskan perlakuan
Randai (temannya) karena Alif Fikri ingin belajar dengan bantuan Randai, tetapi
setelah belajar Randai merendahkannya, mengagapnya tidak bisa. Dalam dialog
seperti:
Antara prihatin dan kesal dia berkata, “Setahun pun Aden ajari
tampaknya Waang tidak akan menguasai pelajaran ini.” Aku tatap
matanya. Dia sungguh-sungguh tidak sedang bercanda. Aku menjawab
keras, “Jangankan setahun, tiga tahun pun akan Aden lakukan demi
menggapai cita-cita. Kalau tidak mau menolong, Aden akan menolong diri
sendiri. (Fuadi, 2012:20).

Sikap ikhlas digambarkan tokoh utama dengan mengikhlaskan perlakuan


Bang Togar kepadanya. Tapi ia tetap hormat kepada Bang Togar untuk menuntut
ilmu dan menghormatinya. Sehingga ia berkata dalam hati:
“ Apa sih niatmu? Kalau ikhlas untuk belajar, ya ikhlaskan niatmu diajar
dia. Akhirnya aku memilih untuk ikhlas saja, walau diperlakukan dengan
keras. Hari ini aku sibuk sekali karena harus mengetik ulang,
memperbaiki naskah, mengantar dan dicoret bang Togar lagi. Sampai
berulang-ulang. Aku mulai merasa seperti bola yang diempaskan ke
dinding tembok, memantul, diempaskan lagi, dan memantul lagi.(Fuadi,
2012:76).
9. Memberi pertolongan
Sikap tolong menolong Alif fikri ditunjukkan dengan meluangkan 2 jam
waktunya untuk mengajar di Masjid Salman dengan gratis.
Aku juga meluangkan waktu 2 jam seminggu untuk mengajar bahasa Arab
di Masjid ITB. Tentu saja gratis. Ini caraku mengabdikan ilmu yang aku
dapat di Pondok Madani kepada masyarakat. (Fuadi, 2012:64).
Sikap memberi pertolongan digambarkan tokoh utama dengan menolong
49

teman yang kontrakannya bersebelahan dengan Alif Fikri. Penghuni rumah yang
semuanya perempuan berebut keluar rumah. Dengan senang hati alif Fikri
membantu memindahkan barang-barang di kamar kos mereka.
”Dengan senang hati, kami bantu 5 mahasiswi ini memindahkan barang-
barang di kamar kos mereka. Bahkan selama beberapa hari mereka
sempat menitipkan buku, koper, baju, komputer, dan peralatan lain di
rumah kami” (Fuadi, 2012:81).
Sikap tolong menolong Alif fikri digambarkan ketika ia mengunjungi panti
assuhan untuk menyumbang uang 7 ribu rupiah dari lembar terakhir isi
dompetnya diserahkan semua.
Sore itu, aku datangi sebuah panti asuhan di jalan Nilem. Aku kais-kais
lembar terakhir isi dom[etku dan aku serahkan ke bapak pengurus panti
itu. Dia tersenyum sejuk, lalu menyalamiku lama sekali. Matanya terpejam
sambil khusyul mendo’akanku. Aku merinding didoakan seperti itu hanya
karena menyumbang 7 ribu rupiah. (Fuadi, 2012:137).
10. Semangat
Sikap semangat Alif fikri digambarkan dengan semangatnya dalam usaha
dalam ujian persamaan SMA dan UMPTN. Dituliskan dalam novel seperti berikut
ini:
Pagi itu dengan mengepalkan tijnjuku, aku bulatkan tekad, aku bulatkan
doa: aku akan lulus ujian persamaan SMA dan berperang menaklukkan
UMPTN. Aku akan membuktikan kalau niat kuat telah dihunus, halangan
apapun akan aku tebas. (Fuadi, 2012:10).
Selanjutnya sikap semangat Alif fikri digambarkan dengan semangatnya
untuk belajar dalam waktu hanya 2 bulan untuk pelajaran selama 3 tahun dan ia
sama sekali tidak mempunyai buku pelajaran SMA dan belum sama sekali di
pelajarinya di Pondok Madani.
Dinding kamar aku tempeli kertas-kertas yang berisi ringkasan berbagai
mata pelajaran dan rumus penting. Semua aku tulis besar-besar dengan
spidol agar gampang diingat. Aku lebihkan usaha. Going the extra miles.
I’malu fauqo ma’amilu. Berusaha di atas rata-rata orang lain (Fuadi,
2012:12).
50

Sikap semangat Alif Fikri ditunjukkan dengan mengatakan kepada


temannya Randai untuk tidur lebih cepat karena ia ingin meminjam computernya
untuk mengumpulkan tulisannya kepada bang Togar Esok pagi.
“Wah, boleh juga kau bisa menulis cepat,”katanya sambil duduk. Dia
tidak tahu aku harus menulis sampai larut malam, membujuk Randai tidur
lebih cepat, dan mengetik seperti orang kesurupan sampai subuh. (Fuadi,
2012:73).
Sikap semangat Alif Fikri ditunjukkan dengan membuat perjanjian dengan
dirinya sendiri setelah melihat sosok mang Udin yang nasibnya kurang baik
darinya tapi ia tetap semangat.
Sosok mang Udin, tukang sepatu bertangan satu ini tidak bisa hilang dari
kepalaku semalam. Kenapa aku terbenam dengan kemalanganku? Terlalu
focus dengan kekuranganku? Terlalu mengasihi diri sendiri> padahal
kalau disbanding tukang sepatu itu, nasibku jauh lebih baik. Aku malu
dengan tukang sepatu itu. Dunia akan tetap burputar. Kenapa aku
mengharapkan dunia yang berubah? Seharusnya akulah yang
menyesuaikan dan dengan begitu bisa mengubah duniaku.
Maka di sebuah malam yang disiram hujan lebat, aku membuat perjanjian
dengan diriku. Supaya terlihat serius oleh diriku, aku tulislah janji ini di
sehelai kertas HVS putih. Aku tuliskan setiap huruf besar-besar dengan
tinta hitam dan merah. Lalu aku tanda tangani sendiri. (Fuadi, 2012:107)
Sikap semangat Alif Fikri digambarkan ketika ia sedang merasa bosan
dengan hanya terbaring di kasur selama 4 hari karena sakit, ini menyebabkan
semangat dan rasa sabar yang ada dihatinya hilang lalu ia mendengarkan radio
KLCBS FM. Disana mengatakan Barang siapa bersabar maka akan beruntung,
lalu ia juga mengingat nasihat Kiai Rais di Pondok Madaninya dulu. Lalu ia
tertarik untuk bangkit kembali dari kesulitannya.
Aku genggam secarik kertas menguning tadi aku geretakkan gigi. Aku
lawan semua rasa sakit. Aku paksa diriku. Aku tidak ingin manja karena
terlalu mengasihi diri seperti ini. Kalau aku sudah menyerah pada nasib,
siapa yang akan membela diriku selain aku sendiri?
Dengan segenap jiwa, aku tegaskan bahwa aku tidak maujadi pecundang,
orang yang kalah sebelum berjuang. Setiap pikiran sumbang yang
51

mencoba tumbuh di kepalaku, aku serang balik.


Aku kobarkan perang bubat di kepalaku. Aku babat habis segala bisikan
negative di kepalaku. Aku sudah bosan dijajah ketidak bersayaan. Aku
ingin bebas. Aku ingin menang, aku ingin menguasai kepala dan hatiku.
Hati yang dikuasai pemiliknya adalah hati orang sukses.
Hari ini mataku terbuka dan hidup terasa lebih terang di mata hatiku.
Perjuangan tidak hanya butuh kerja keras, tapi jua kesabaran dan
keikhlasan untuk mendapat tujuan yang diimpikan. Kini terang di mataku,
inilah masa paling tepat buatku untuk mencoba bersabar. Agar aku
beruntung. Agar Tuhan bersamaku. (Fuadi, 2012:135).

Sikap semangat Alif fikri digambarkan dengan menahan rasa gengsinya


untuk mencari uang agar kebutuhan hidupnya terpenuhi selama kulaih di
Bandung.
Dengan menekan gengsi dan egoku sedalam-dalamnya, aku menenteng
sebuah tas berat yang disesaki daganganku berkeliling Kota Bandung
setiap sore dan malam, sepulang kuliah. Dari satu gang ke gang yang
lain. Dari satu pintu ke pintu yang lain. (Fuadi, 2012:115)
Sikap Alif Fikri yang menunjukkan semangat digambarkan dengan
menancapkan tekad dalam usahanya ketika diperintahkan oleh Bang Togar
menulis dalam waktu cepat.
“Tapi aku telah memancang tekad, semakin keras dia menempaku,
semakin keras pula aku belajar. Dalam hati bahkan aku menantang
dia,”Mana lagi, apa lagi, berapa kali lagi?” Akan aku layani semua tugas
darinya. Targetku jelas, aku ingin mampu membuat tulisan dengan
kualitas layak muat media massa, local dan nasional. (Fuadi, 2012:139).

B. Relevansi Nilai Akhlak dalam Ranah 3 Warna dengan Ruang Lingkup


Pendidikan Akhlak dengan KTSP MA
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
52

didik agar menjadi manusia yang berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab.1
Untuk mencapai tujuan tersebut pembelajaran akhlak di sekolah
menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi
akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Ruang lingkup pembelajaran akhlak
di Madrasah Aliyah meliputi: pengertian akhlak, induk-induk akhlak terpuji dan
tercela, metode peningkatan kualitas akhlak, induk-induk akhlak terpuji dan
tercela, metode peningkatan kualitas akhlak; macam-macam akhlak terpuji seperti
husnuzh-zhan, taubat, akhlak dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan
menerima tamu, adil, rida, amal salih, persatuan dan kerukunan, akhlak terpuji
dalam pergaulan remaja; serta pengenalan tasawuf.2
Dalam hal ini penelitian mengunakan kelas XI pada semester I yang SK
dan KD nya sebagai berikut:
SK dan KD dikelas XI semester I
SK KD
Membiasakan perilaku terpuji 1. Menjelaskan pengertian dan
pentingnya akhlak berpakaian,
berhias, perjalanan, bertamu dan
menerima tamu
2. Mengidetifikasi bentuk akhlak
berpakaian, berhias, perjalanan,
bertamu, dan menerima tamu
3. Menunujukkan nilai-nilai positif dari
akhlak berpakaian, berhias,
perjalanan, bertamu dan menerima
tamu
4. Membiasakan akhlak berpakaian,
berhias, perjalanan, bertamu dan
menerima tamu.

1
Permenag no.2 tahun 2008 tentang standar isi.pdf, dalam
http://nhidayat62.wordpress.com/2009/08/13/permenag-no-2-tahun-2008/ diakses pada senin, 10
maret 2014 pukul 15.30 WIB
2
Ibid
53

Setelah menela‟ah Kurikulum Aqidah Akhlak kelas XI peneliti menela‟ah


buku ajar. Pada buku ajar ditemukan pada BAB III tentang Akhlak pada diri
sendiri dan orang lain dengan deskriptif pengertian akhlak dan pembagian akhlak
kepada 3 bentuk3, yaitu:
1. akhlak kepada Allah swt:
a. bersyukur
b. bersabar
c. bertobat
d. bertawakkal
e. ikhlas
f. mengharap (raja‟)
g. bersikap takut (al-khauf)
2. akhlak kepada orang lain:
a. belas kasih atau kasih sayang
b. rasa persaudaraan
c. memberi nasihat
d. memberi pertolongan
e. menahan amarah
f. sopan santun
g. suka memaafkan
3. akhlak kepada diri sendiri:
a. menjaga kebersihan dari dan kesujian jiwa dalam berpakaian,
berhias, berjalan, bertamu, dan menerima tamu
b. bersikap pemaaf dan pemohon maaf dalam pergaulan di dalam
masyarakat
c. bersikap penyantun dan menyayangi diri sendiri
d. bersikap sederhana, jujur, dan rendah hati
e. menepati janji dan menjaga kepercayaan orang lain
f. menghindarkan diri dari perbuatan dosa-dosa besar dan tindakan

3
Edidarmo toto dan Mulyadi, Pendidikan Agama Islam Akidah Akhlak, (Semarang, PT.
Karya Toha Putra, 2009), Cet ke-1, h. 56-59
54

tercela, seperti mabuk-mabukan, judi, zina, dan pergaulan nista


g. menghindarkan diri dari pergaulan negatif yang merusak diri
sendiri, seperti malas bekerja, menyianyiakan waktu dan
sebagainya.
Dengan data materi pembelajaran akhlak diatas terdapat kesesuaian nilai-
nilai akhlak dengan niali-nilai akhlak yang terdapat dalam novel, yaitu al-amanah
(jujur dan dapat dipercaya), al-„afwu (pemaaf), sopan santun, as-sabru (sabar), ar-
rahman (kasih sayang), bertawakkal (berserah diri), bersyukur, ikhlas, at-ta‟awun
(memberi pertolongan), semangat. Nilai –nilai akhlak inilah yang peneliti gunakan
dengan pembelajaran akhlak melalui media Novel di kelas XI Agama dan XI
Bahasa di Man 1 Grogol.
Pada proses pembelajaran siswa diharap mampu menemukan sosok suri
tauladan berakhlak karimah (terpuji) yang ada didalam cerita novel Ranah 3
Warna karya Ahmad Fuadi., mereka berkompetensi dalam menganalisis teks
novel secara tulisan, serta mewujudkan nilai akhlak terpuji tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.

C. Pelaksanaan Pembelajaran Akhlak secara Kontekstual dengan


menggunakan Novel sebagai Alat dalam Pendidikan Akhlak
Pembelajaran akhlak dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2014. Peneliti
menyusun rencana kegiatan yang akan dikembangkan dalam kegiatan belajar
mengajar. Metode yang digunakan dalam pembelajaran akhlak ini adalah metode
ceramah, tanya jawab, penugasan, small group discution dengan pendekatan
inquiri.
Berdasarkan skenario pembelajaran yang telah dibuat, perencanaan pembelajaran
pada pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga adalah sebagai berikut:
1. Mengkondisikan kelas dalam persiapan kegiatan belajar mengajar
(mengucapkan salam, menyapa siswa, dan mengecek kehadiran siswa)
2. Melakukan ice breaking sedikit olah raga otak agar siswa terkondisi untuk
siap menerima materi
3. Bersama siswa dengan tanya jawab dan penjelasan guru siswa mengetahui
tentang materi akhlak yang akan dikuaisai siswa
55

4. Siswa mengetahui indikator pencapaian hasil belajar dan materi yang akan
dikuasai siswa
5. Siswa mengungkapkan pengetahuan dan pemahaman-pemahaman siswa
mengenai materi akhlak
6. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok berdasarkan hitungan 1
sampai 5, kemudian meminta siswa untuk duduk dalam satu kelompok
berdasarkan angka yang di sebutkan lalu menugaskan siswa untuk
membaca penggalan cerita novel yang dibagiakan guru.
7. Setelah siswa membaca novel guru memberikan intruksi untuk
menganalisis nilai pendidikan akhlak yang ditemukan pada dialog atau
narasi novel dan meminta menuliskannya pada kertas analisis yang
dibagikan guru.
8. Siswa mengingat pembelajaran yang telah dilakusanakan pada pertemuan
sebelumnya
9. Guru membagikan kertas analisis siswa pada pertemuan sebelumnya
10. Lalu siswa meneruskan menganalisi nilai pendidikan akhlak
11. Guru meminta perwakilan kelompoknya untuk mempresentasikan hasil
penemuan nilai akhlak yang terdapat pada novel dan menceritakan
kembali alur cerita novel, kesimpulan dan amanat yang terdapat pada
novel
12. Siswa menyimak dengan baik hasil pencapaian teman sejawatnya
13. Siswa dibimbing oleh guru mengambil kesimpulan, alur cerita novel,
sinopsis, nilai akhlak yang ditemukan siswa dan amanat pesan yang
ditemukan siswa
14. Hasil dari diskusi tersebut siswa diminta untuk membuat komitmen
mengikrarkan untuk melakukan nilai-nilai akhlak yang dipelajari.
15. Guru memberikan penilaian secara umum dari materi akhlak yang telah
berlangsung.
16. Guru menampilkan karya film yang berisi tentang motivasi dalam
mencapai cita-cita.
17. Siswa bersama guru mengikrarkan tentang harus berakhlak terpuji
dimanapun berada.
56

18. Siswa dan guru mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar
19. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya atau mengungkapkan kesan-
kesannya
20. Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Strategi pembelajaran yang digunakan guru adalah strategi kontekstual
yaitu guru mencoba mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dengan
diberikan kisah-kisah dari novel yang terinspirasi penulis dari kisah nyata. Hal ini
sangat tergantung pada tujuan yang hendak dicapai, penggunaan strategi (guru),
ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana dan kondisi peserta didik. Dalam hal
ini peneliti mengadakan pengamatan proses pembelajaran selama observasi
berlangsung.
Pengamatan I, dilaksanakan pada selasa, 19 Agustus 2014 pukul 07.10-
09.00 dikelas XII Agama, pada pertemuan pertama ini alokasi waktu
pembelajaran aqidah akhlak belum kepada tahap pembelajaran secara langsung
tetapi masih pertemuan perkenalan guru bidang studi aqidah akhlak kepada siswa,
bahwa peneliti meminta bantuan mereka untuk membantu dalam pengumpulan
data sebagai bahan skripsi.
Pengamatan II,dilaksanakan pada selasa, 26 Agustus 2014 pukul 07.10-
09.00 dikelas XI Agama. Kegiatan pendahuluan yaitu guru memulai pelajaran
dengan berdo‟a dan melakukan ice breaking untuk memacu semangatnya dipagi
hari. Berikutnya guru memulai pelajaran dengan menyampaikan indikator
pencapaian keberhasilan siswa tentang akhlak terpuji yang ditunjukkan lewat
slide. Pencapaian tersebut agar siswa mampu menyebutkan macam-macam akhlak
terpuji kepada Allah, kepada manusia dan kepada diri sendiri.
Kegiatan Inti ( eksplorasi ) pembelajaran aqidah akhlak guru
menyampaikan materi menggunakan metode ceramah, guru menyampaikan
tentang klasifikasi akhlak yang dibagi kepada 3, yaitu akhlak kepada Allah,
akhlak kepada orang lain, dan akhlak diri sendiri, juga menyampaikan macam-
macam akhlak kepada Allah, kepada orang lain dan akhlak kepada diri sendiri.
Setelah guru menjelaskan gruu bertanya kepada siswa, ”yaitu apakah kalian
paham?” lalu siswa menjawab dengan tegas dan lantang, paham.
57

Kegiatan inti (elaborasi) pembelajaran aqidah akhlak guru membagi siswa


menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang dalam 1 kelompok,
lalu guru membagikan sub tema novel Ranah 3 Warna, lalu guru memberikan
contoh gambaran akhlak yang terdapat didalam narasi atau dialog novel,
”.... waktu ujian persamaan SMA tinggal 2 bulan lagi. ”sekarang tugas
waang untuk belajar keras,”kata ayah.
” tapi yah, tinggal 2 bulan untuk belajar 3 tahun?” aku menghela napas
panjang, antara binggung dan gentar. Bisakah aku?
Dengan meyakinkan diri aku jawab tantangan ayah.”InsyaAllah yah ambo
akan berjuang habis-habisan untuk persamaan ini dan untuk UMPTN.

Guru menjelaskan dialog atau narasi ini terdapat nilai pendidikan akhlak
kepada diri sendiri, yaitu semangat. Penjelasannya karena sang tokoh berkata
dengan meyakinkan diri dan akan berjuang habis-habisan
Sampai mereka paham barulah guru meminta mereka untuk menganalisis
nilai pendidikan akhlak kepada Allah, kepada orang lain dan kepada diri sendiri
yang ada pada narasi atau dialog tokoh yang terdapat didalam novel. Guru
memberikan kesempatan berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah dan guru
mengawasi jalannya kerja kelompok.
Dalam RPP dan skenario pembelajaran, alokasi waktu yang dibutuhkan
adalah 2x40 menit, namun di lapangan, alokasi waktu tersebut tidak memenuhi.
Kendalanya ialah menghabiskan waktu yang banyak dalam menganalisis nilai
pendidikan akhlak yang terdapat di dalam novel. Kendala ini teratasi dengan
pertemuan selanjutnya di minggu depan.
Pengamatan III,pada kegiatan pendahuluan guru mengucapkan salam,
berdo‟a sebelum belajar dan mengabsen siswa.
Pada pengamatan ke tiga ini ( elaborasi ) guru melakukan tanya jawab
tentang materi yang sebelumnya dan membagikan kembali lembar analisis novel
yang kemarin belum selesai. Lalu meminta siswa untuk melanjutkan analisisnya,
guru memberi waktu sekitar 10-15 menit untuk berdiskusi bersama kelompoknya.
Setelah itu guru meminta ketua kelompoknya untuk melaporkan keberhasilan
dengan cara presentasi hasil kerja kelompoknya didepan kelas dan membacakan
sinopsis novel dengan bahasa dan pemahaman mereka masing-masing.
58

Pada kegiatan inti (konfirmasi) guru mengklarifikasi jawaban hasil tela‟ah


mereka terhadap nilai akhlak. Sebelum penutup guru menampilkan slide yang
berisi tentang motivasi kepada peserta didik agar selain mereka mempunyai sosok
figur contoh tauladan yang ditemnukan dalam novel, siswa juga termotivasi untuk
membiasakannya berakhlak terpuji dimanapun dan kapan pun mereka berada.
Lalu mereka berikrar dipandu bersama guru
”saya berjanji akan melakukan perbuatan terpuji dimanapun saya berada,
contoh: saya akan patuh dan hormat kepada guru, kasih sayang terhadap
orang tua, membantu teman dalam kesulitan, bersikap sabar dalam
menghadapi musibah, bersemangat dalam menjalani hidup, bersikap arif
dan bijaksana terhadap masalah yang saya hadapi, saya akan menepati
janji, mengerjakan PR pada waktunya, dan bersyukur dengan cara
mengerjakan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

Kegiatan penutup, guru memberi salam.


Dalam pembelajaran guru menganalisi respon siswa MAN 1 Grogol
terhadap pembelajaran menggunakan Novel sebagai alat dalam pembelajaran
Akhlak. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran akhlak
menggunakan novel sebagai alat dalam pembelajaran, siswa diberi sejumlah
pertanyaan terkait dengan akhlak dan penggunaan novel sebagai alat dalam
pembelajaran.
Berikut keadaan siswa terhadap pembelajaran akhlak dengan
menggunakan novel sebagai alat dalam pembelajaran. Pada proses pengamatan
guru pada pembelajaran akhlak yang dilaksanakan dikelas XI agama dengan
alokasi waktu 2x60 menit atau 2x pertemuan. Bahwa siswa dikelas XI agama
belum cakap dalam mengidentifikasi nilai akhlak yang terdapat didalam novel.
Sehingga guru menjelaskan sebanyak 3 kali juga memberi contoh tentang
bagaimana menganalisis nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada dialog-dialog
tersebut. Maka pada analisis ini waktu yang dibutuhkan cukup banyak.
Pada pertemuan ke 2 pada hari ini 2 september 2014 siswa sudah bisa
memaparkan nilai akhlak apa saja yang terkandung di dalam novel. Untuk
mengetahui nilai akhlak apa saja yang terkandung didalam novel guru
memerintahkan siswa untuk mempresentasikan nilai akhlak apa saja yang
terkandung dalam novel tersebut pada kelompok satu kemudian bergilir sama
kelompok 5 dengan metode snow bowling.
59

Pada saat pemaparan dari kelompok 1, 2, 3, 4,5. Mereka menemukan nilai


jujur, kasih sayang, sabar, bersyukur, bertawakkal, ikhlas, memberi pertolongan,
sopan santun, suka memaafkan, semangat.
Guru bertanya kepada siswa bernama Novira, Nurlaela, Kevin, M. Nasir,
Nanang, Indizat , Nadya (kelompok 1):
”apakah nilai akhlak yang kalian temukan dalam novel ini masih relavan
dengan keadaan masa kini? Yang kalian lihat banyak para pejabat yang
menjadi sosok yang tidak cocok untuk ditiru?
Jawaban siswa:
Masih relavan. Karena bagaimanapun juga kita harus berakhlak mulia,
biarpun disana banyak yang mencontohkan tidak baik, tapi kita tidak
boleh jadi seperti mereka yang mencontohkan tidak baik
Guru bertanya kepada Karina, Mahfudah, Hilda, Siti mu‟awanah (kelompok 2):
”bagaimana Alif Fikri pada kisah yang kalian baca? Apakah kalian setuju
dengan sikap Alif Fikri dan Bagaimana dengan Bang Togar?
Jawaban siswa:
Saya kesal dengan Bang Togar karena ia bersikap semena-mena dengan
Alif Fikri padahal ia telah mengerjakan tulisannya dengan segenap
tenaga dan pikiran, mencorat-coret tulisannya dengan tinta merah tapi
bersyukur setelah itu tulisannya dipajang di majalah kampus.maka saya
juga akan jadi seperti itu kan berusaha sekuat tenaga dengan apa yang
ingin saya capai.
Guru bertanya kepada aprilia, nurrahmah, purri amanda, minati lestari, ahmad
rifa‟i dan amelia (kelompok 3):
”Dari kesekian akhlak yang kalian temukan seperti ikhlas, semangat,
sabar, jika kalian ada diposisi Alif Fikri, kalian merasakan keadaannya
bagaimana sikap kalian? Seperti diceritakan Alif Fikri mengalami
kesusahan yang bertubi-tubi ayahnya meninggal, ia tidak punya uang
untuk mencukupi kehidupannya, ia menjadi sales menjual baju keliling
kampung, lalu ia tertimpa sakit”.
60

Jawaban siswa:
Saya akan berputus asa, saya akan bersedih, karena menurut saya
kejadian seperti itu apalagi datang pada saat bersamaan membuat saya
tidak bisa melakukan apa-apa, tapi tidak berlarut-larut saya akan
mencoba untuk bangkit walau susah dan penuh dengan keringat dan
cucuran air mata.
Guru bertanya kepada seluruh siswa:
”bagaimana menurut kalian semua apakah kalian akan
mengemplementasikan nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam
novel”?biarpun susah? Penuh kendala?
Jawaban siswa:
”Saya akan mengemplementasikan pada kehidupan sehari-hari, biarpun
susah saya akan mencoba, biarpun banyak kendala saya akan mencari
jalan keluar seperti yang ada didalam novel”.
Guru bertanya kepada seluruh siswa:
”Apakah kalian senang belajar menggunakan novel?
Jawaban siswa:
Saya senang bu belajar menggunakan novel tapi awalnya saya mengalami
kesulitan pada saat menganalisis atau menggeluarkan nilai akhlak yang
terdapat dalam novel
Pada dasarnya siswa terjun ke dalam suasana hati seperti yang terjadi pada
Alif fikri sehingga ia merasa kesal jika Alif Fikri di perlakukan semena-mena oleh
orang lain, siswa juga merasa senang ketika Alif fikri berhasil terhadap sesuatu.
Siswa dinyatakan telah tersentuh hati nurani dan intuisinya, peneliti membuktikan
bahwa pembelajaran menggunakan novel berhasil mempengaruhi siswa dengan
menampilkan sosok akhlak mulia.
Selanjutnya keadaan siswa Man 1 Grogol terhadap pembelajaran akhlak
menggunakan novel yang ada dikelas XI Bahasa. Pada umumnya mereka sudah
mengerti pada waktu menganalisis novel pada pertemuan pertama karena mereka
sudah biasa menganalisis novel pada waktu pembelajaran bahasa indonesia, maka
waktu yang dibutuhkan memadai untuk memaparkan nilai akhlak yang terdapat
pada novel di pertemuan ke dua.
61

Maka pada di pertemuan ke dua ini pada tanggal 2 September jam ke 7-8
atau jam 01.40-02.40 mereka sudah bisa memaparkan dengan baik alur cerita dan
nilai akhlak yang ada didalamnya.
Respon siswa pada waktu penyampaian nilai akhlak yang terdapat dalam
novel, guru bertanya kepada siswa bernama Teguh Abdi Pratama, M.Abdi majid,
Jum-jum Haerani, Amara, Raka Naufal, Rezki Irwan , Anisa, Ismi, Ana Alfiyah
(kelompok 1):
”apakah nilai akhlak yang kalian temukan dalam novel ini masih relavan
dengan keadaan masa kini? Yang kalian lihat banyak para pejabat yang
menjadi sosok yang tidak cocok untuk ditiru?
Jawaban siswa:
Nilai akhlak yang kami temukan dalam novel seperti sabar, semangat dan
pemaaf masih relavan dengan keehidupan masa kini, karena masih
banyak orang yang mempertahankan nilai-nilai ini dalam keehidupan
sehari-hari.
Guru bertanya kepada Lusi Hasanah, Jodi Ferniawan, M. Drismandany, Bayu
Anugrah, Annisa, Ayu (kelompok 2):
”bagaimana Alif Fikri pada kisah yang kalian baca? Apakah kalian setuju
dengan sikap Alif Fikri dan Bagaimana dengan Bang Togar?
Jawaban siswa:
Alif fikri pada cerita ini sedang dalam pembelajaran dengan Bang Togar
dalam hal menulis, tetapi Alif Fikri sangat sabar disini saya setuju karena
tekadnya yang bulat ingin bisa menulis dan tulisannya terpampang di
majalah atau koran, tapi saya kurang setuju dengan Bang Togar yang
memperlakukan Alif Fikri dengan kasar dengan mencorat coret semua
hasil karyanya yang telah dibuat Alif Fikri dengan susah payah.
Guru bertanya kepada Sri Widia, Jhane Febiola, Anggun, Shintia Putri, Rima
alfani, Ahmad Al-Faruq dan Yola (kelompok 3):
”Dari kesekian akhlak yang kalian temukan seperti ikhlas, semangat,
sabar, jika kalian ada diposisi Alif Fikri, kalian merasakan keadaannya
bagaimana sikap kalian? Seperti diceritakan Alif Fikri mengalami
62

kesusahan yang bertubi-tubi ayahnya meninggal, ia tidak punya uang


untuk mencukupi kehidupannya, ia menjadi sales menjual baju keliling
kampung, lalu ia tertimpa sakit”.
Jawaban siswa:
saya akan mencoba untuk melakukan seperti yang dilakukan Alif Fikri,
saya akan merubahnya dari yang paling bisa saya lakukan.
Guru bertanya kepada seluruh siswa:
”bagaimana menurut kalian semua apakah kalian akan
mengemplementasikan nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam
novel”?biarpun susah? Penuh kendala?
Jawaban siswa:
”Saya akan mencobanya untuk mempraktekkannya pada kehidupan
sehari-hari, jika saya menemukan kendala saya akan berusaha
Guru bertanya kepada seluruh siswa:
”Apakah kalian senang belajar menggunakan novel?
Jawaban siswa:
Saya senang bu belajar menggunakan novel karena kami sudah terbiasa
menganalisis novel pada pembelajaran bahasa indonesia.
Peneliti mengambil kesimpulan dari kedua kelas dalam penelitian ini yaitu
kelas XI Agama yang dilaksanakan pada jam pertama yaitu hari selasa, pukul
07.10-09.20 dan kelas XI bahasa pukul 12.40-02.20.
Siswa pada dasarnya setuju dengan nilai-nilai akhlak yang terdapat
didalam novel dan sama–sama ingin mengemplementasikannya pada kehidupan
sehari hari. Siswa termotifasi untuk berperilaku sesuai cerita novel, siswa
mempunyai figur sosok akhlak terpuji, dan mereka akan berusaha untuk
menggapai cita-cita.

D. Interpretasi Data.
Asumsi penelitian adalah pembelajaran nilai akhlak akan efektif apabila
dilakukan secara kontekstual terutama jika dihadirkan alat pendidikan seperti
novel, maka peserta didik akan mempraktekkan nilai yang ia telah temukan di
63

dalam novel dalam kehidupan sehari-hari.


Untuk melihat apakah pembelajaran efektif dan dapat merubah pola pikir
siswa maka peneliti mengajar apa 2 kelas yang berbeda yaitu XI Bahasa yang latar
belakang peserta didiknya telah bisa menganalisis novel dengan baik dan XI
Agama yang latar belakang peserta didiknya belum bisa betul dalam menganalisis
novel.
Pada hasil penelitian pertama
Perbedaan yang signifikan terjadi dikelas XI bahasa dan XI agama dalam
menganalisi novel kelas XI bahasa intusias dan bersemangat walaupun mata
pelajaran sebelum terakhir. Dan ketika di kelas XI agama mereka pada umumnya
belum bisa betul dalam menganalisis novel tetapi mereka bersemangat dan
antusias ditunjukkan dengan bertanya tentang dialog atau narasi novel yang
mereka belum mengerti untuk diklasifikasikan kepada nilai pendidikan akhlak
yang mana.
Pada hasil penelitian ke dua dikedua kelas
Perubahan peserta didik terjadi di pertemuan kedua yaitu siswa bersemangat
dalam mempresentasikan hasil tela‟ah novel, ketika ditanya apakah kalian mau
mengemplementasikan nilai pendidikan akhlak ini dalam kehidupan sehari-hari ?
”dengan serentak siswa menjawab insyaAllah saya akan mempraktekkannya
dengan sebisa mungkin walalupun sulit yang dirasa”dalam hal pembelajaran
akhlak ditandai dengan apresiasi siswa dengan mengatakan ”belajar menggunakan
novel menyenangkan”. Siswa lain menambahkan belajar menggunakan novel
tidak membosankan”. Dalam pelajaran ini muncul minat siswa terhadap novel dan
membaca, pola pikir siswa menjadi berubah.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka penulis mengambil


kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat banyak nilai akhlak yang terdapat pada Novel Ranah 3 Warna
karya Ahmad Fuadi, diantaranya adalah nilai akhlak, pantang menyerah,
selalu berusaha, bersyukur, hemat, sopan santun, lemah lembut dalam
bertutur kata, pemaaf, qona’ah (mencukupkan apa yang ada), kasih
sayang, jujur, bertawakkal, ikhlas suka menolong.
2. Terdapat relevansi antara nilai pendidikanakhlak yang terdapat didalam
novel dengan kurikulum MAN 1 Grogol, tetapi terdapat pembahasan
tentang nilai akhlak dibahas sebelum menerangkan tentang akhlak
berpakaian, bertamu dan menerima tamu
3. Dalam pembelajaran guru menggunakan Novel sebagai alat dalam
pembelajaran. Dengan metode kontekstual yaitu mengaitkan dengan
kehidupan nyata. Peserta didik diberikan contoh-contoh riil sosok yang
berakhlak atau peserta didik diberikan bagaimana menjalani kehidupan ini
dengan arif dan bijaksana. Sehingga peserta didik tersentuh hati nuraninya
ketika mengikuti alur cerita tersebut dan mendapatkan sosok figure yang
ingin diikutinya dalam kehidupan sehari-hari.

64
65

A. Saran
1. Penulis-penulis karya ilmiyah seperti sastra novel, dapat mengangkat tema
pendidikan akhlak yang memberika banyak pembelajaran tentang kehidupan
dan pengalaman sebagai motivasi hidup bagi pembaca
2. Guru dalam pembelajaran dapat menggunakan novel sebagai alat dalam
pembelajaran, sehingga guru jadi lebih mudah untuk menampilkan sosok
akhlak mulia dalam pembelajaran akhlak.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi para guru
dan siswa untuk dapat mengetahui mengenai nilai pendidikan akhlak yang
terdapat dalam novel dan mengemplementasikannya dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Aziz Hamka, Pendidikan Karakter berpusat pada hati, (Jakarta: Al-
Mawardi Prima, 2011), Cet ke-1.

Alhamidy, M.’Ali, Jalan Hidup Muslim, (Bandung:PT. Al-Ma’arif, 1977), Cet-7

Al-Jamal, Muhammad Ibrahim, Penyakit-Penyakit Hati, (Bandung: Pustaka


Hidayah, 2000) Cet ke-5

Al-Munajid, Muhammad Shalih Syekh, Jagalah Hati Raih Ketenangan, ( Jakarta:


Cakrawala Publishing, 2006), Cet ke-1

Al-Toumy, M Omar., Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan


Bintang, 1979), Cet ke-2.

Amin, Ahmad, Etika Ilmu Akhlak, ( Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995), Cet ke-8.

AR, Zahruddin, Hasanuddin Sinaga, “Pengantar Studi Akhlak”, PT. Raja


Grafindo Persada, Jakarta, Cet ke-1.

Asyarie, Sukmadjaja dan Yusuf Rosy, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka,


2000), Cet ke-4

Athiyah, Al-Abrasyi Muhammad, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj.


Dari Attarbiyatul Islamiyah oleh H.Bustami A.Gani dan Juhar Bahri,
(Jakarta:Bulan Bintang, 1984), Cet ke-4.

Ballantine, Thomas Irving, dkk, Inti Ajaran Islam: Paradigma Perilaku Duniawi
dan Ukhrawi, ( Jakarta: CV Rajawali, 1987), Cet ke-1.

Dastaghib, Syahid, Menuju Kesempurnaan Diri:Wacana Seputar akhlak, Terj.


Dari al-Akhlaq al-Islamiyah oleh Ali Yahya,( Jakarta: Lentera Basritama,
2003), Cet ke-1.

Edidarmo, toto dan Mulyadi, Pendidikan Agama Islam Akidah Akhlak,


(Semarang, PT. Karya Toha Putra, 2009), Cet ke-1.

H, Mustofa. A , Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet ke-1.

Ibrahim, Muhammad Al-Jamal, Penyakit-Penyakit Hati, (Bandung: Pustaka


Hidayah, 2000) Cet ke-5.

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet


ke- 2.
Kartini, Kartono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010),
Cet ke-10.

Komalasari, Kokom, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung:


PT Refika Aditama, 2013), Cet-ke3.

Makmun, Muhayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, ( Jakarta:


Pustaka Al-Kautsar, 2010) Cet ke-4.

Moleong, J. Lexy Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja


Rosdakarya), Cet ke-2.

Muhaimin, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Penyusunan Rencana


Pengembangan Sekolah, Madrasah, Ed. 1 (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010).

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996).

Nurgiantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press, 2005), Cet ke-1

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas


Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Permenag no.2 tahun 2008 tentang standar isi.pdf, dalam


http://nhidayat62.wordpress.com/2009/08/13/permenag-no-2-tahun-
2008/ diakses pada senin, 10 maret 2014 pukul 15.30 WIB

Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2006) Cet ke-17.

Quthb, Muhammad diterj oleh Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam,


(Bandung: PT AlMa’arif, 1988) Cet ke-2.

Sabri, Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet
ke-1.

Salim, Peter, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Komtemporer, (Jakarta:


Modern English Press, 2002), Cet Ke-3.

Setyosari, Punaji, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta; Kencana Prenada


Media Group, 2010), Cet ke- 1.

Sumardjo, Jacob, Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977. (Bandung: Alumni.


1999).

Tebba, Sudirman, Hidup bahagia Cara Sufi, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2007), Cet
ke-2
Tim Dosen FIP-IKIP MALANG, Pengantar dasar-dasar kependidikan.

Ulansari, “Nilai-nilai Pendidikan Moral dalam Novel Ranah 3 Warna karya


Ahmad Fuadi,” Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta 2012.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional


Tahun 2003, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi).

Yahya Badrusalam Abu, Keutamaan dan Pentingnya Akhlak Mulia – Bagian ke-1
– Kitab Fiqhul Akhlaq, http://www.radiorodja.com/ diakses pada senin, 22
September 2014, pukul 12.30

Yatimin, Abdulloh, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah,


2007), Cet ke-1.

Yunus, Mahmud, Pendidikan dan Pengajaran, ( Jakarta: PT. Hidakarya Agung, ).

Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 2009), Cet ke-5.
Lampiran 2

A. Biografi Pengarang Novel Ranah 3 Warna

Ahmad Fuadi (lahir di Bayur Maninjau, Sumatera


Barat, 30 Desember 1972; umur 39 tahun) adalah novelis,
pekerja sosial dan mantan wartawan dari Indonesia. Novel
pertamanya adalah novel Negeri 5 Menara yang
merupakan buku pertama dari trilogi novelnya. Karya
fiksinya dinilai dapat menumbuhkan semangat untuk
berprestasi. Walaupun tergolong masih baru terbit,
novelnya sudah masuk dalam jajaran best seller tahun
2009. [1]
Memulai pendidikan menengahnya di KMI Pondok
Modern Darussalam Gontor Ponorogo dan lulus pada tahun 1992. Kemudian melanjutkan kuliah
Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran, setelah lulus menjadi wartawan Tempo.
Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah bimbingan para
wartawan senior Tempo. Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di
School of Media and Public Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington
DC bersama Yayi, istrinya---yang juga wartawan Tempo-adalah mimpi masa kecilnya yang
menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan wartawan VOA.
Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September 2001 dilaporkan mereka berdua langsung dari
Pentagon, White House dan Capitol Hill.
Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening
untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Penyuka
[3]
fotografi ini pernah menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi: The Nature
Conservancy.[4]
Riwayat Pendidikan Ahmad Fuadi
 KMI Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo (1988-1992)
 Program Pendidikan Internasional, Canada World Youth, Montreal, Kanada (1995-1996)
 National University of Singapore, Singapura studi satu semester (1997)
 Universitas Padjadjaran, Indonesia, BA dalam Hubungan Internasional, (September
1997)
 The George Washington University, Washington DC, MA dalam Media and Public
Affairs (Mei 2001)
 Royal Holloway, Universitas London, Inggris, MA dalam Media Arts, (September 2005)
Karir.
Penulis dan Kolumnis bebas, 1992-1998: Menulis ratusan artikel mengenai peristiwa
terkini untuk media massa di Indonesia. Wartawan dari CJSR 3 TV Communautaire, St-
Raymond, Quebec, Kanada, 1995. Asisten Penelitian, School of Media and Public Affairs,
George Washington University, Washington DC, 2000-2001. Asisten Penelitian, Center for
Media and Public Affairs, Washington DC, 2000-2001. Bekerja di Pemanasan Global dan
Budaya Pop Project. Wartawan, Majalah TEMPO, Jakarta, Indonesia, Augustus 1998-2002.
Mengulas dan menulis berita aktual mulai dari politik, ekonomi sampai berita seni. Internasional
koresponden, Majalah TEMPO, Washington DC, Agustus 1999-September 2002. Mengulas
peristiwa dan menulis cerita dari titik-titik utama di AS seperti Pentagon, Gedung Putih, dan
Capitol Hill.
Di antara highlight dari laporannya adalah: penulisan cerita dan tindak lanjutnya
peristiwa 11 September dari Washington DC dan mewawancarai tokoh-tokoh seperti Colin
Powell dan Paul Wolfowitz. Produser TV dan Editor, Voice of America, Washington DC, Mei
2001-Oktober 2002. Wartawan, Voice of America, Jakarta, November 2002 - November 2005
Spesialis Publikasi dan Informasi, USAID-LGSP (Local Governance Support
Program)Desember 2005-Agustus 2007. Direktur Komunikasi, The Nature Conservancy (TNC)
Agustus 2007-2009
The Nature Conservancy (TNC) sebagai salah satu organisasi konservasi terbesar di
dunia, Bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menerapkan strategi komunikasi untuk
meningkatkan dan mempertahankan kesadaran masyarakat dan dukungan TNC. Publikasi dan
mengkoordinasikan semua usaha pemasaran TNC di Indonesia. Managed hubungan media,
media monitoring, identitas visual dan branding, internal / eksternal publikasi, dan manajemen
risiko. Mewakili TNC di arena nasional dan internasional. Bekerja sama dengan berbagai staf
TNC di lebih dari 30 negara di dunia. 1

1
http://id. Wikipedia.org/wiki/Ahmad Fuadi, akses, 18 juni 2014
Lampiran 3

Lembar Analisis Novel

Judul Buku :

Pengarang :

Nama Siswa :
Lembar Analisis Novel
Novel Study Analysis Sheet

Ringkasan Cerita / Sinopsis


-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Analisis nilai akhlak terpuji yang didapat didalam novel

no Akhlak yang ditemukan didalam novel Dialog


Pesan / Message/AMANAT
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Catatan /Note/KESIMPULAN
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 4

Sinopsis Novel Ranah 3 Warna

Kategori : A. FuadiNegeri 5 MenaraTriologi Negeri 5 Menara

Penulis: Ahmad Fuadi


Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Pertama Terbit: 2011
Jumlah Halaman: 473

Novel satu ini merupakan rangkaian kedua seri Triologi Negeri 5 Menara.
Jadi praktis tokoh utama pada kisah ini masih sama dengan di buku pertamanya
yakni, Negeri 5 Menara. Hanya saja, kisah yang ada di dalam bagian kedua ini
lebih fokus pada kehidupan dan konflik yang dialami si Alif. Dikisahkan, ia baru
saja tamat bersekolah dari Pondok Madani. Selepas dari pesantren, Alif dilingkupi
banyak cita-cita, salah satunya adalah melanjutkan pendidikan di bidang
teknologi, suskses seperti Pak Habibie dan kemudian hijrah ke Amerika Serikat.
Namun keinginan Alif tersebut tiba-tiba dijegal fakta bahwa ia tak memiliki
ijazah. Memang pada saat itu, pondok pesantren belum berwewenang untuk
menerbitkan ijazah layaknya sekolah yang disubsidi pemerintah. Tapi hal tersebut
tidak menggoyahkan cita-cita Alif. Ia kemudian berhasil memperoleh ijazah
dengan mengikuti ujian penyetaraan.
Selanjutnya, Alif kemudian ikut ujian UMPTN dan berhasil kuliah di
Bandung. Tepatnya di jurusan Hubungan Internasional. Meski tidak berhasil
masuk ke ITB, tapi bagi Alif tak mengapa. Ia tetap menjalani kuliahnya dengan
sungguh-sungguh. Meski ia sering mengalami masalah seperti keuangan dan
semacamnya. Awalnya Alif hampir menyerah, hanya saja ia kembali teringat
mantra “man shabara zhafira” yang artinya, siapa yang bersabar akan beruntung.
Ia memilih unutk berjuang dan bersabar.
Pada akhirnya, Alif berhasil memperbaiki kondisi keuangannya dengan
cara menulis. Bahkan dengan hasil menulis itu, ia bisa mengirimkan sedikit uang
bagi keluarganya di kampung. Seiring berjalannya waktu, Alif tiba pada
keberuntungannya yang pertama dimana ia terpilih sebagai mahasiswa utusan
dalam program pertukaran belajar ke Benua Amerika. Alif memilih Negara
Kanada. Di sana ia tinggal bersama keluarga angkat. Mereka sangat dekat. Saat
tiba waktu Alif untuk kembali ke Indonesia, keluarga angkatnya di Kanada sangat
sedih. Namun Alif meninggalkan janji untuk mereka, kelak ia akan kembali ke
Kanada. Janji tersebut ditepatinya 11 tahun kemudian. Ia kembali berkunjung ke
Kanada bersama isterinya.
Novel Ranah 3 Warna ini sangat cocok dibaca mereka yang takut bercita-
cita. Dan kalaupun ada cita-cita, kita selalu mencemaskannya. Kisah Alif yang
dikemas apik dalam novel ini memberikan kita paradigm kuat bahwa cita-cita
harus selalu dikejar bagaimanapun caranya. Dan yang paling penting adalah
mengawinkan usaha dengan kesabaran. Sebab, boleh jadi hasil kerja keras kita
tidak nampak di awal tetapi di akhir. Jika di tengah jalan kita memtuskan
menyerah, maka rugi besarlah kita.
Dari segi bahasa, penulisan novel ini cukup baik. Penulisnya cerkas dan
tidak suka menghambur-hamburkan kata. Meski demikian, alur cerita tetap
berjalan apa adanya tanpa terkesan buru-buru atau sebaliknya, terlalu lambat.
Novel motovasi ini sangat cocok Anda hadiahkan bagi anak-anak agar
semangatnya mengejar cita-cita bisa lebih kuat lagi.
Lampiran 5

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI
Nilai-Nilai Pendidikan akhlak
Ada 10 nilai pendidikan Akhlak yang digambarkan oleh tokoh utama yaitu Alif Fikri, sebagaimana dalam tabel berikut:
NILAI DESKRIPSI
1. Al-amanah (jujur dan dapat dipercaya)
Al-amanah atau jujur merupakan dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan diri seseorang. Yang dikatakan amanah ialah
ia yang dapat berlaku jujur dalam perkataan dan perbuatan.
2. Al-„Afwu (pemaaf)
Al-„afwu atau pemaaf merupakan dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan manusia dan sesamanya. Ia dapat
memaafkan seseorang yang telah berbuat sedemikian rupa terhadapnya dan ia dapat memaafkannya dengan sengaja tanpa ajakan dan
perintah siapapun.
3. Sopan santun
Sopan santun merupakan dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Dalam hal berinteraksi
dan bertingkah laku dengan yang lainnya.
4. As-sabru (sabar)
As-sabru atau sabar merupakan dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan perilaku seseorang. Sabar disini ialah ia yang
dapat menyikapi segala masalah dengan tabah dan menerimanya dengan lapang dada.
5. Kasih sayang
Kasih sayang merupakan dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Menyayangi orang yang
lebih tua, menyayangi sesama juga menyayangi hewan dan tumbuhan.
6. Bertawakkal (At-Tawakkal)
Bertawakkal ialah dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan antara manusia dengan Allah. Perwujudan dalam akhlak ini ialah
manusia selalu berusaha dapat melakukan segala sesuatu dan berharap dengan hasil terbaik dalam setiap yang diusahakan, dalam proses
pengharapannya ia bersikap optimis menyerahkan segala ketentuan kepada Allah.
7. Bersyukur (Asy-Syukru)
Bersyukur ialah dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan perilaku manusia. Perwujudan dalam akhlak ini ialah manusia
merasa senang dan berterima kasih atas nikmat yang diberikan Allah dengan cara meningkatkan ibadah kita kepada Allah secara total.
8. Ikhlas
Ikhlas ialah dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan manusia. Ikhlas merupakan salah satu dari amal hati. Sebab
diterimanya berbagai amal tidak bisa sempurna kecuali dengan ikhlas. Ikhlas disini ialah menghendaki keridhoan Allah dan
membersihkannya dari segala noda individual maupun duniawi. Tidak ada yang melatar belakangi suatu amal kecuali karena Allah Swt,
dan demi hari akhirat.
9. Memberi pertolongan
Memberi pertolongan adalah dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan orang lain. Tidak mungkin sesame manusia tidak
memerlukan bantuan orang lain karena manusia adalah makhluk social yang bergantung dengan orang lain dan saling tolong menolong.
10. Semangat
Semangat adalah dimensi pendidikan akhlak yang berhubungan dengan diri sendiri. Semangat dalam menggapai sesuatu, semangat
dalam belajar, semangat dalam mencukupi kebutuhan hidup. Tanpa semangat dan berputus asa maka sesuatu yang diinginkan tidak akan
dapat dicapai.
DAFTAR OPERASIONAL

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK RANAH 3 WARNA

Nilai Pendidikan
No Judul / Tema Narasi
Akhlak
“…. Waktu ujian persamaan SMA tinggal 2 bulan lagi. “Sekarang tugas Waang untuk belajar
keeras,” kata Ayah sambil menyerahkan setumpuk kertas.
“Tapi Yah, tinggal 2 bulan? Untuk belajar tiga tahun?” Aku menghela nafas panjang, antara
Semangat
bingung dan gentar. Bisakah aku?
Dengan meyakinkan diri aku jawab tantangan Ayah. “Insya Allah Yah Ambo akan berjuang
Mendaki Tiga habis-habisan untuk persamaan ini dan untuk UMPTN.”
Puncak Bukti “…. Armen belum juga puas rupanya. Dia mendekat dan berbisik ke telinga ku sambil
/ menyeringai. “Kecuali Waang pakai joki, Lif.”
Jujur
Persiapan “Joki? Aku menggeleng kerang untuk perjokian. Apa gunanya ajaran Amak dan Pondok Madani
masuk tentang kejujuran dan keikhlasan?”
1 Universitas Pagi itu dengan mengepalkan tinjuku, aku bulatkan tekad, aku bulatkan doa: aku akan lulus ujian
Negeri dan persamaan SMA dan berperang menaklukan UMPTN. Aku akan membuktikan kalau niat kuat Semangat
ujian telah dihunus, halangan apapun akan aku tebas.
persiapan Antara prihatin dan kesal dia berkata, “Setahun pun Aden ajari tampaknya Waang tidak akan
persamaan menguasai pelajaran ini.” Aku tatap matanya. Dia sungguh-sungguh tidak sedang bercanda. Aku
Ikhlas
SMA menjawab keras, “Jangankan setahun, tiga tahun pun akan Aden lakukan demi menggapai cita-
cita. Kalau tidak mau menolong, Aden akan menolong diri sendiri.”
Kalau aku masih ingin kuliah di universitas negeri, aku harus mengambil keputusan besar. Aku
akhirnya harus memilih dengan realistis. Kemampuan dan waktu yang aku punya saat ini tidak
Bertawakkal
cocok dengan impianku. Dengan berat hati aku kuburkan impian tinggiku dan aku hadapi
kenyataan bahwa aku harus mengambil jurusan IPS. Selamat jalan ITB
Batangga Dinding kamar aku tempeli kertas-kertas yang berisi ringkasan berbagai mata pelajaran dan Semangat
Nilai Pendidikan
No Judul / Tema Narasi
Akhlak
2. / rumus penting. ……. Aku tempelkan sebuah kertas karton merah, bertuliskan tulisan Arab tebal-
Ujian tebal: Man jadda wajada!...... aku paksa diriku lebih kuat lagi. Aku lebihkan usaha.
persamaan Kalau aku lihat cermin, badanku kini mengurus, agak pucat, dan mataku merah. Tapi aku tidak
SMA dan peduli. Ini perjuangan penting dalam hidupku. Mungkin penentu nasib masa depanku. Amak dan
Kasih Sayang Amak
persiapan Ayah tampak cemas melihat aku belajar seperti orang kesurupan. “Nak, jangan terlalu diforsir
ujian SMPTN tenaga itu, jaga kesehatan, jangan sampai tumbang di masa ujian, “kata Amak ………
Akhirnya ujian persamaan sebagai syarat ikut UMPTN datang juga. Dilepas dengan do‟an dari
amak dan Ayah aku merasa siap maju ke medan perang. Aku tidak boleh kalah dengan keadaan
Bertawakkal
dan keraguan orang lain. Satu per satu aku jawab soal ujian dengan perasaan panas dingin. Walau
hamper selalu bergadang, belajar kerasku beberapa minggu terakhir ini
Jangan ganggu”. Begitu tuulisan besar yang aku temple di pintu kamar. Pintu kamar pun aku
kunci dan sudah berhari-hari aku mengurung diri, hanya ditemani bukit-bukit buku. Bahkan Semangat
kalau adikku diam-diam mengintip dari balik pintu, aku halau mereka …. Sampai lulus ujian
Panen Raya
/
Beralaskan Koran pengumuman, aku sujud syukur untuk keajaiban ini. Keajaiban tekad dan
3 pengumuman Bersyukur
usaha, keajaiban restu orang tua, keajaiban do‟a.
kelulusan
ujian SMPTN
Musa dan Aku juga meluangkan waktu 2 jam seminggu untuk mengajar bahasa Arab di masjid Salman
Khidir ITB. Tentu saja gratis. Ini caraku mengabdikan ilmu yang aku dapat di Pondok Madani kepada
/ masyarakat. Nasihat Kiai Rais bergengung- dengng di kepalaku, “Jadilah seperti anjuran Nabi, Tolong menolong
4 Belajar khairunnas anfauhum linnas, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang member manfaat bagi
menulis orang lain.
dengan bang “bang, aku ingin sekali bisa menulis. ……….. ingin dimuat media nasional.”…….
Semangat
togar Sudah tujuanku, bang. Aku ingin belajar sama Abang.”
Nilai Pendidikan
No Judul / Tema Narasi
Akhlak
Tidak gampang membuat tulisan dengan logika jernih sebanyak 5 halaman pada dini hari. Aku
coba pompa semangatku dengan meneriakkan man jadda wajada, namun setelah beberapa jam,
kepalaku terangguk-angguk. Tidak kuat lagi, aku menggelar tikar, dan terkapar di sebelah kasur
Jujur dalam
Randai. Aku terlompat dari tidur begitu TOA di mushollah sebelah rumah kembali berdengung.
menepati janji
Suara azan Subuh. Mumpung Randai masih terkapar, segera setelah sholat Subuh aku kebut lagi
tulisanku dengan penuh semangat.

Melihat tulisanku sekarang terpampang di majalah kampus, semua rasa capek dan kesal rasanya
Bersyukur
terbayar lunas. ………………….. “terima kasih untuk bimbingan Abang,”
Tulisan Air terus merambat naik ke pintu kontrakan mereka lalu menyelusup ke dalam rumah. Penghuni
pertama rumah yang semuanya perempuan berebut keluar rumah. Dengan senang hati, kami bentu 5 Peduli kepada
9 dimuat di mahasiswi ini memindahkan barang-barang di kamar kos mereka. Bahkan selama beberapa hari sesama.
mading mereka sempat menitip buku, koper buku, computer, dan peralatan lain di rumah kami.
kampus Walau berkantong tipis, keinginanku menonton film sangat tinggi. Sehingga setiap malam Prihatin dan tidak
minggu, aku bersama teman satu kos menonton film gratis di liga Film Mahasiswa ITB…… berlebihan dengan
Bioskop yang aku maksud adalah sebuah ruang kuliah besar dengan kursi kayu keras. keadaan .
“biar ambo yang menyuapi, Mak.” Aku mengambil piring bubur dari tangan amak. Sesendok Sayang kepada
Mengantarkan demi sesendok aku suapi Ayah. Sesekali aku bersihkan sisi bibirnya dengan sapu tangan. orang tua.
10 ayah ke Aku akan mendoakan ayah dari sini. Aku akan mencoba menjadi anak yang saleh yang terus
Kasih sayang kepada
pemakaman mendo‟akanmu, supaya menjadi amalmu yang tidak akan putus. Aku akan mengingat selalu
orang tua.
nasihat terakhir ayah.
Mungkin sudah waktunya aku disapih, berhenti meminta uang ke Amak. Aku genggam foto
Peduli kepada
Setelah keluarga erat-erat, sampai hamper remuk. Aku berjanji pada diri sendiri akan membiayai diri
keluarga
11 kepergian sendiri selama di bandung. …..mengirimi amak uang setiap bulan.
ayah Aku memesan hanya setengah porsi bubur ayam dengan banyak bawang goring. Supaya bubur
Prihatin
kelihatan banyak, aku tuangkan air putih dan aku aduk. Tidak apa encer, tapi kelihatan sudah
Nilai Pendidikan
No Judul / Tema Narasi
Akhlak
semangkuk penuh. Lumayan untuk menghangatkan perutku pagi hari.
Aku membuat perjanjian dengan diriku. ….. aku tulislah janji ini di sehelai kertas HVS putih. Tangguh dengan
…… yang berjanji : Alif Fikri dan yang pasti menyaksikan di atas sana: Allah. membuat perjanjian
“aden butuh uang tunai secepatnya. Kalau ada paluang kerja, tolong kasih tahu,” kataku datar.
Janji aku dan
“Kenapa tidak pinjam kea den saja?” “ pinjam ke wa‟ang sudah banyak. Dan pinjaman tidak Mandiri.
Tuhan
menyelesaikan masalah. Aden ingin mandiri. Ingin menghasilkan sendiri.
/
12 Setidaknya mala mini aku punya dua harapan, mencari beasiswa dari kampus seperti yang
Berjanji
diusulkan Randai dan menunggu kabar dari Asto. Aku berusaha tidur lebih nyenyak. Terima Bersyukur.
dengan diri
kasih Tuhan untuk peluang yang Engkau datangkan dengan bergegas.
sendiri
Dengan menahan gengsi dan egoku sedalam-dalamnya, aku menenteng sebuah tas berat yang
disesaki daganganku berkeliling kota Bandung setiap sore dan malam, sepulang kuliah. Dari satu Semangat
gang ke gang yang lain. Dari satu rumah ke rumah yang lain. Dari satu pintu kepintu yang lain.
Aku genggam secarik kertas menguning tadi dan aku geretakkan gigi. Aku lawan semua rasa
Mencoba sakit. Aku harus paksa diriku. Aku tidak ingin mana karena terlalu mengasihi diri seperti ini.
15 bangkit dari Kalau aku sudah menyerah pada nasib, siapa yang akan membela diriku selain aku sendiri ?...... Semangat, mandiri
keterpurukan Dengan segenap jiwa, aku tegaskan bahwa aku tidak mau menjadi pecundang, orang yang kalah
sebelum berjuang. Setiap pikiran sumbang yang mencoba tumbuh di kepalaku, aku serang balik.
……….. beberapa jam kemudian dia pulang dan tidak sabar memeriksa hasil tulisanku. Aku
Datang dibuat berkeringat dingin dan terseok-seok. Atapi aku telah memancang tekad, semakin keras dia
16 kembali ke menepaku, semakin keras pula aku belajar. Dalam hati bahkan aku menantang dia, “mana lagi, Semangat
bang togar apa lagi, berapa kali lagi?” akan aku layani semua tugas darinya. Targetku jelas, aku ingin
mampu membuat tulisan dengan kualitas layak muat media massa, local dan nasional
Sore itu, aku datangi sebuah panti asuhan di Jalan Nilem. Aku kais-kais lembar terakhir isi
Menerima
18 dompetku dan aku serahkan ke bapak pengurus panti itu. Dia tersenyum sejuk, lalu menyalamiku Tolong menolong
honor pertama
lama sekali. Matanya terpejam sambil khusyuk mendo‟akan aku. Aku merinding didoakan
Nilai Pendidikan
No Judul / Tema Narasi
Akhlak
seperti itu hanya karena menyumbang 7 ribu ribu rupiah.
Dengan optimism tinggi, aku menyurati amak……………… “mulai bulan ini, ambo insyaAllah
sudah bisa mandiri secara keuangan ….. tapi target besarku masih belum sampai, yaitu mengirim Kasih saying
uang setiap bulan ke Amak untuk biaya sekolah adik-adikku
Semua bentuk kemalangan ada di sini. Fakir miskin, yatim piatu, korban cerai, kelaparan, sakit
akut, putus sekolah, pegangguran …………….
Tolong menolong.
Tugas kita berbuat terbaik untuk mendapat rezeki terbaik, dan semoga kita punya kekuatan
membantu mereka nanti. …….
….semua pengeluaran dan pemasukan aku catat dalam sebuah buku kas pribadi berwarna biru
langit…. Tidak ada uang jajan yang tidak perlu, memaksa diri untuk menabung walau sesedikit Jujur
apa pun, dan tidak lupa menyisihkan untuk mengantarkan ke panti asuhan di Jalan Nilem
…….sejak itu, untuk pertama kalinya dalam hidupku, penghasilan bulananku melebihi semua
kebutuhan hidupku di Bandung. Min haitsu la yahtasib.dari tempat yang tidak disangka-sangka. Bersyukur
Rezeki dari Tuhan memang bisa datang dari mana saja dan kapan saja. Alhmadulillah.
Dengan semangat melonjak-lonjak, aku selipkan 3 lembar uang Rp. 10.000 bergambar Sultan
20 Pindah kosan Hamengku Buwono IX dan Borobudur di tengah lipatan surat untuk Amak. Walau tidak banyak,
Kasih sayang
ini sebuah prestasi besar dalam hidupku. Ini kali pertama dalam hidupku aku bisa member uang
hasil keringat sendiri kepada Amak.
Sejak itu, seperti seseorang yang terobsesi, aku sibuk keluar-masuk perpustakaan, menulis surat
kemana-mana, bertanya kepada para senior di kampus, bagaimana bisa belajar ke luar negeri
Semangat belajar
tanpa harus membayar. Ketika teman kulaihku masih sibuk berkutat dengan mata kuliah semester
keluar negeri.
ini, aku malah berpikir bagaimana caranya semester depan aku bisa sudah kuliah di luar negeri
dengan gratis.
Percaya diri
22 Tes Kanada Dengan rasa percaya diri, aku gasak setiap soal tulis ….. untuk menempa diri, aku bahkan ….
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
4. Memahami ayat-ayat al-Qur'an tentang 4.1 Menerjemahkan QS al-‘Alaq: 1-5, QS
ilmu pengetahuan dan teknologi Yuunus: 101; QS al-Baqarah: 164.
4.2 Menjelaskan kandungan QS al-
‘Alaq: 1-5; QS Yuunus: 101; QS al-
Baqarah: 164.
4.3 Menunjukkan perilaku orang yang
mengamalkan QS al-‘Alaq: 1-5, QS
Yuunus: 101; QS al-Baqarah: 164.
4.4 Melakukan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti
terkandung dalam QS al-‘Alaq: 1-5,
QS Yuunus: 101; QS al-Baqarah:
164.

2. AKIDAH-AKHLAK

a. Kelas X, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Memahami prinsip-prinsip dan metode 1.1 Menjelaskan prinsip-prinsip akidah
peningkatan kualitas akidah
1.2 Menjelaskan metode-metode
peningkatan kualitas akidah

1.3 Menerapkan prinsip-prinsip akidah


dalam kehidupan

1.4 Menerapkan metode-metode


peningkatan kualitas akidah dalam
kehidupan
2. Memahami Tauhiid 2.1 Menjelaskan pengertian tauhiid dan
istilah-istilah lainnya

2.2 Menjelaskan macam-macam


tauhiid (uluuhiyah, rubuubiyah,
mulkiyah, rahmaniyah dan lain-
lain)

2.3 Menunjukkan perilaku orang yang


ber-tauhiid

2.4 Menerapkan perilaku ber-tauhiid


dalam kehidupan sehari-hari

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR


3. Memahami syirik dalam Islam 3.1 Menjelaskan pengertian syirik

3.2 Mengidentifikasi macam-macam


syirik

3.3 Menunjukkan perilaku orang yang


berbuat syirik

3.4 Menjelaskan akibat perbuatan syirik

3.5 Membiasakan diri menghindari hal-


hal yang mengarah kepada
perbuatan syirik dalam kehidupan
sehari-hari

4. Memahami masalah akhlak dan metode 4.1 Menjelaskan pengertian akhlak


peningkatan kualitas akhlak
4.2 Menjelaskan induk-induk akhlak
terpuji dan induk-induk akhlak
tercela

4.3 Menjelaskan macam-macam


metode peningkatan kualitas akhlak

4.4 Menerapkan metode-metode


peningkatan kualitas akhlak dalam
kehidupan

b. Kelas X, Semester 2
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Meningkatkan keimanan kepada Allah 1.1 Menguraikan 10 al-asma' al husna
melalui sifat-sifatnya dalam al-asma' al (al-Muqsith, al-Waarits, an-Naafi’,
husna al-Baasith, al-Hafiidz, al-Walii, al-
Waduud, ar-Raafi’, al-Mu’iz dan al-
Afuww)
1.2 Menunjukkan bukti kebenaran
tanda-tanda kebesaran melalui sifat
Allah dalam 10 Asmaul Husna (al-
Muqsith, al-Waarits, an-Naafi’, al-
Baasith, al-Hafiidz, al-Walii, al-
Waduud, ar-Raafi’, al-Mu’iz dan al-
Afuww)

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR


1.3 Menunjukkan perilaku orang yang
mengamalkan 10 al-asma' al husna
(al-‘Aziiz, al-Ghafuur, al-Baasith,
an-Naafi’, ar-Ra’uf, al-Barr, al-
Ghaffaar, al-Fattaah, al-‘Adl, al-
Qayyuum) dalam kehidupan sehari-
hari
1.4 Meneladani sifat-sifat Allah yang
terkandung dalam 10 al-asma' al
husna (al-Muqsith, al-Waarits, an-
Naafi’, al-Baasith, al-Hafiidz, al-
Walii, al-Waduud, ar-Raafi’, al-
Mu’iz dan al-Afuww) dalam
kehidupan sehari-hari

2 Membiasakan perilaku terpuji 2.1 Menjelaskan pengertian dan


pentingnya husnuzh-zhan dan
bertaubat
2.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-
contoh perilaku husnuzh-zhan dan
bertaubat
2.3 Menunjukkan nilai-nilai positif dari
husnuzh-zhan dan bertaubat dalam
fenomena kehidupan
2.4 Membiasakan perilaku husnuzh-
zhan dan bertaubat

3 Menghindari perilaku tercela 3.1 Menjelaskan pengertian riya, aniaya


dan diskriminasi
3.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-
contoh perbuatan riya, aniaya dan
diskriminasi
3.3 Menunjukkan nilai-nilai negatif
akibat perbuatan riya, aniaya, dan
diskriminasi
3.4 Membiasakan diri menghindari hal-
hal yang mengarah pada perilaku
riya, aniaya, dan diskriminasi

c. Kelas XI, Semester 1


STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Memahami ilmu kalam 1.1 Menjelaskan pengertian dan fungsi
ilmu kalam
1.2 Menjelaskan hubungan ilmu
kalam dengan ilmu lainnya.
1.3 Menerapkan ilmu kalam dalam
mempertahankan akidah

2. Memahami aliran-aliran ilmu kalam 2.1 Menjelaskan aliran-aliran ilmu


dan tokoh-tokohnya. kalam, tokoh-tokoh dan
pandangan-pandangannya
(Khawarij, Murji`ah, Syi`ah,
Jabariyah, Qadariyah, Asy’ariyah,
Al-Maturidiyah, Mu`tazilah, dan
lain-lain seperti teologi
transformatif dan teologi
pembebasan)
2.2 Menganalisis perbedaan antara
aliran ilmu kalam yang satu
dengan lainnya.
2.3 Menunjukkan contoh-contoh
perilaku orang yang beraliran
tertentu dalam ilmu kalam.
2.4 Menghargai terhadap aliran-aliran
yang berbeda dalam kehidupan
bermasyarakat
3. Membiasakan perilaku terpuji 3.1 Menjelaskan pengertian dan
pentingnya akhlak berpakaian,
berhias, perjalanan, bertamu dan
menerima tamu
3.2 Mengidentifikasi bentuk akhlak
berpakaian, berhias, perjalanan,
bertamu dan menerima tamu
3.3 Menunjukkan nilai-nilai positif
dari akhlak berpakaian, berhias,
perjalanan, bertamu dan menerima
tamu dalam fenomena kehidupan
3.4 Membiasakan akhlak berpakaian,
berhias, perjalanan, bertamu dan
menerima tamu
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
4. Menghindari perilaku tercela 4.1 Menjelaskan pengertian dosa besar
(mabuk-mabukan, berjudi, zina,
mencuri, mengkonsumsi narkoba)
4.2 Mengidentifikasi bentuk dan
contoh-contoh dosa besar (mabuk-
mabukan, berjudi, zina, mencuri,
mengkonsumsi narkoba)
4.3 Menunjukkan nilai-nilai negatif
akibat perbuatan dosa besar
(mabuk-mabukan, berjudi, zina,
mencuri, mengkonsumsi narkoba)
4.4 Membiasakan diri untuk
menghindari perilaku dosa besar
(mabuk-mabukan, berjudi, zina,
mencuri, mengkonsumsi narkoba)

d. Kelas XI, Semester 2


STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Memahami tasawuf 1.1 Menjelaskan pengertian, asal usul,
dan istilah-istilah dalam tasawuf
1.2 Menjelaskan fungsi dan peranan
tasawuf dalam kehidupan modern
1.3 Menunjukkan contoh-contoh
perilaku bertasawuf
1.4 Menerapkan tasawuf dalam
kehidupan modern

4 Membiasakan perilaku terpuji 2.1 Menjelaskan pengertian dan


pentingnya adil, rida, amal salih,
persatuan dan kerukunan
2.1 Mengidentifikasi perilaku orang
yang berbuat adil, rida, amal salih,
persatuan dan kerukunan
2.3 Menunjukkan nilai-nilai positif dari
adil, rida, amal salih, persatuan dan
kerukunan dalam fenomena
kehidupan
2.4 Membiasakan perilaku adil, rida,
amal salih, persatuan, dan
kerukunan dalam kehidupan sehari-
hari

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR


3 Membiasakan perilaku terpuji 3.1 Menjelaskan pengertian dan
pentingnya akhlak terpuji dalam
pergaulan remaja
3.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-
contoh perilaku akhlak terpuji dalam
pergaulan remaja
3.3 Menunjukkan nilai negatif akibat
perilaku pergaulan remaja yang
tidak sesuai dengan akhlak Islam
dalam fenomena kehidupan
3.3 Menerapkan akhlak terpuji dalam
pergaulan remaja dalam kehidupan
sehari-hari.

4 Menghindari perilaku tercela 4.1 Menjelaskan pengertian israaf,


tabdziir, dan fitnah
4.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-
contoh perbuatan israaf, tabdziir,
dan fitnah
4.3 Menunjukkan nilai-nilai negatif
akibat perbuatan israaf, tabdziir, dan
fitnah
4.4 Membiasakan diri untuk
menghindari perilaku israaf,
tabdziir, dan fitnah

3. FIKIH

a. Kelas X, Semester 1

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR


1. Memahami prinsip-prinsip ibadah dan 1.1 Mengidentifikasi prinsip-prinsip
syari’at dalam Islam ibadah dalam Islam
1.2 Menjelaskan tujuan (maqashid)
syari’at Islam
1.3 Menunjukkan perilaku orang yang
berpegang pada prinsip-prinsip dan
tujuan ibadah dan syariah
1.4 Menerapkan cara berpegang pada
prinsip-prinsip dan tujuan ibadah
dan syariah.

2. Memahami hukum Islam tentang zakat 2.1 Menjelaskan ketentuan Islam


dan hikmahnya tentang zakat dan hikmahnya
2.2 Menjelaskan ketentuan perundang-
undangan tentang zakat
2.3 Menunjukkan contoh penerapan
ketentuan zakat
2.4 Menerapkan cara pelaksanaan zakat
sesuai ketentuan perundang-
undangan
Lampiran 7

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : MAN 1 Grogol


Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak
Kelas / Semester : XI/ I ( ganjil )
Tahun Ajaran : 2014/2015
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
Pertemuan : 1 (pertama)
Standar Kompetensi : 1. Membiasakan perilaku terpuji
Kompetensi Dasar : 2.1. Menjelaskan pengertian amanah, al-afwu, sopan santun, sabar,
ar-rahman, bertawakkal, bersyukur, ikhlas, at-ta’awun,
semangat
2.2. Mengidentifikasi perilaku orang yang berbuat amanah, al-afwu,
sopan santun, sabar, ar-rahman, bertawakkal, bersyukur,
ikhlas, at-ta’awun, semangat
A. Indikator Pembelajaran

1. Menjelaskan pengertian amanah


2. Menjelaskan pengertian al-afwu
3. Menjelaskan pengertian sopan santun
4. Menjelaskan pengertian sabar
5. Menjelaskan pengertian ar-rahman
6. Menjelaskan pengertian bertawakkal
7. Menjelaskan pengertian bersyukur
8. Menjelaskan pengertian ikhlas
9. Menjelaskan pengertian at-ta’awun
10. Menjelaskan pengertian semangat
11. Mengidentifikasi bentuk akhlak amanah, al-afwu, sopan santun, sabar, ar-rahman,
bertawakkal, bersyukur, ikhlas, at-ta’awun, semangat
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Kognitif
Setelah proses pembelajaran selesai, diharapkan siswa dapat:

1. Menjelaskan pengertian amanah, al-afwu, sopan santun, sabar, ar-rahman,


bertawakkal, bersyukur, ikhlas, at-ta’awun, semangat
2. Mengidentifikasi perilaku orang yang berbuat amanah, al-afwu, sopan santun, sabar,
ar-rahman, bertawakkal, bersyukur, ikhlas, at-ta’awun, semangat

Tujuan Afektif
1. Mengamalkan dan membiasakan perilaku amanah, al-afwu, sopan santun, sabar, ar-
rahman, bertawakkal, bersyukur, ikhlas, at-ta’awun, semangat
2. Dalam proses pembelajaran siswa dilatih untuk memiliki karakter religius
3. Dalam proses pembelajaran siswa dapat dilatihkan karakter rasa ingin tahu tentang
apa yang belum diketahui.
4. Dalam proses pembelajaran siswa dapat dilatihkan karakter disiplin dalam mengikuti
pembelajaran
5. Dalam proses pembelajaran siswa dapat dilatihkan karakter menghargai terhadap ide
atau pendapat orang lain
6. Dalam proses pembelajaran siswa dapat dilatikan karakter tanggungjawab terhadap
tugas-tugas yang diberikan
C. Materi Ajar
Pengertian amanah, al-afwu, sopan santun, sabar, ar-rahman, bertawakkal, bersyukur,
ikhlas, at-ta’awun, semangat
Contoh perilaku amanah, al-afwu, sopan santun, sabar, ar-rahman, bertawakkal,
bersyukur, ikhlas, at-ta’awun, semangat
D. Metode Pembelajaran
1. Interactive Lecturing ( Ceramah Interaktif )
2. Ice Breaking
3. Information Search ( pelacak Informasi )
4. Small group discution
5. Inquiri
6. Reconecting ( mengulas kembali )
7. Resitasi ( Penugasan )

II. Langkah-Langkah Pembelajaran


A. Pendahuluan
Kegiatan Guru Metode Nilai Karakter
 Guru memberikan salam, memeriksa kehadiran siswa, Interactive 1. Religius
kebersihan dan kerapihan kelas. Lecturing 2. Perhatian
 Guru melakukan ice breaking 3. Ingin tahu
Yang ditunjukkan lewat slide 4. Disiplin

 Guru menjelaskan tujuan/indikator yang harus dicapai


siswa.
 Guru mengkondisikan siswa menjadi satu kelompok
terdiri dari 5 orang dan meminta siswa untuk mengatur
kelompok dan mejabelajarnya.
B. Kegiatan Inti
B.1. Eksplorasi
Kegiatan Guru Metode Nilai Karakter
 Melibatkan peserta didik untuk mengetahui tentang Interactive 1. Mandiri
pengertian amanah, al-afwu, sopan santun, sabar, ar- Lecturing 2. berfikir logis
rahman, bertawakkal, bersyukur, ikhlas, at-ta’awun, 3. kreatif
semangat 4. Kerjasama
 guru menjelaskan pengertian amanah, al-afwu, sopan 5. berfikir logis
santun, sabar, ar-rahman, bertawakkal, bersyukur, ikhlas,
at-ta’awun, semangat
 Guru memberikan contoh bersikap amanah, al-afwu,
sopan santun, sabar, ar-rahman, bertawakkal, bersyukur,
ikhlas, at-ta’awun, semangat
B.2. Elaborasi
Kegiatan Guru Metode Nilai Karakter
 Guru membagikan kertas yang berisi novel tentang Small 1. Kerja sama
akhlak terpuji kepada setiap kelompok meminta mereka group 2. Mandiri
untuk menganalisis isi novel tersebut lalu menuliskannya discussion 3. Kritis
pada lembar analisis novel yang telah guru bagikan dan call on
 Guru memberikan kesempatan berpikir, menganalisis, the next
menyelesaikan masalah speakerda
 Guru mengawasi jalannya kerja kelompok n inquiri

 Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan


kelompoknya
 Guru meminta kepada setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan
kelas dengan menguunakan kalimat dan pemahaman
mereka sendiri
B.3. Konfirmasi
Kegiatan Guru Metode Nilai Karakter
 Mengklarifikasi dan memberikan penekanan kembali Information Kritis
tentang jawaban anak murid search
 Bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui
siswa
 Memandu anak didik untuk mengikrar tentang harus
bersikap amanah, al-afwu, sopan santun, sabar, ar-
rahman, bertawakkal, bersyukur, ikhlas, at-ta’awun,
semangat
C. Penutup
Kegiatan Guru Metode Nilai Karakter
 Guru memberikan kesimpulan akhir dari kegiatan 1. Resitasi 1. berfikir logis
pembelajaran 2. Reconne 2. Kritis
 Guru memberi salam cting 3. Tanggung
jawab

III. Sumber Belajar


1. Buku Paket aqidah Akhlak kelas XI
2. Novel ranah 3 Warna
3. Lcd / Proyektor
IV. Penilaian
Lembar analisis Novel terdapat dilampiran

Mengetahui, Jakarta, Agustus 2014


Guru Mata Pelajaran

Siti Khodijah
Lampiran 8

Dokumentasi Pembelajaran Akhlak Menggunakan Novel

Suasana ketika melakukan ice breaking


Biodata Penulis.
SITI KHODIJAH, yang biasa dipanggil Dijeh adalah anak
pertama dari tiga bersaudara. Dilahirkan di Jakarta, 4 Mei
1990 dari pasangan Hasan Nasution dan Erniawati Lubis.
Menuntaskan pendidikan dasar di SDN Kemanggisan
Pagi Jakarta-Barat. Kemudian melanjutkan sekolah di
Pondok Pesantren Gontor Putri III Widodaren Ngawi.
Kemudian melanjutkan sekolah di Pondok Pesantren La-
Tansa Islamic Boarding School. Setelah lulus SMA lalu
melanjutkan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan dengan memilih Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Perempuan yang mengajar di MI sebagai guru kelas dan hobi makan ini
memiliki motto Live is struggle so do it by positive thinking Baginya,
kehidupan ini penuh rintangan tetapi orang yang memiliki tekad, usaha dan
selalu berpikir positif yang kuat maka akan berhasil. Perempuan yang juga
penggemar film India ini, mempunyai sosok figure yang digemarinya yaitu
Shaheer Sheikh dari India. Ia belajar banyak dari sosok figure ini dari
pemikirannya, tingkah lakunya yang sangat ramah tamah, tutur katanya yang
sangat lembut didengar. Bahasa Inggrisnya yang sangat lancar ketika
berbicara. Juga yang tidak kalah penting yaitu agamanya Islam. Tak pernah
meninggalkan sholat dimanapun dan kapanpun. Sosok seperti ini yang
menyemangati penulis dalam penyusunan skripsi.

Guru merupakan salah satu cita-cita utama penulis. Namun, banyak


kendala dalam menggeluti bidang pendidikan ini, salah satunya ialah penulis
kurang menguasai strategi dalam mendidik anak-anak yang sangat kecil umur
5 sampai 6 tahun. Tapi tidak mengurangi semangat dan tekad penulis dalam
mendidik penerus genarasi bangsa. Semoga keberhasilan dan selalu bersama
kita semua. Aminnnn Allahumma Amin

Anda mungkin juga menyukai