Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bahan Berbahaya
1. Pengertian

Bahan berbahaya adalah bahan kimia baik dalam bentuk tunggal maupun campuran
yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak
langsung yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi
(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 472/Menkes/Per/V/1996 tentang Pengamanan Bahan
Berbahaya Bagi Kesehatan).
Sesungguhnya bahan kimia bersifat esensial dalam peningkatan kesejahteraan manusia,
dan penggunaannya sedemikian luas di berbagai sektor antara lain industri, pertanian,
pertambangan dan lain sebagainya. Namun hal yang perlu kita waspadai adalah adanya
kecenderungan penggunaan yang salah sejumlah bahan berbahaya pada pangan.

2. Contoh Bahan Berbahaya

Pada dasarnya ada banyak bahan berbahaya yang tidak boleh ditambahkan kedalam
makanan, namun dari hasil pengawasan, ada 4 bahan berbahaya yang sering ditemukan
disalahgunakan dalam makanan yaitu Boraks, Formalin, Rhodamin B, dan Kuning metanil.
1) Boraks
Boraks merupakan senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat yang berbentuk
kristal lunak. Boraks digunakan untuk campuran pembuatan gelas, pengawet kayu, salep
kulit, campuran pupuk tanaman, dll.
Contoh pangan yang banyak ditemukan mengandung borak/bleng/pijer : mie basah,
bakso, lontong, kerupuk gendar.
Ciri – cirinya: tekstur makanan lebih kenyal, untuk mie basah : lebih mengkilap, tidak
mudah putus, tidak lengket, kerupuk : lebih renyah

2) Formalin
Formalin termasuk kelompok aldehid dengan rumus kimia HCHO, biasanya berbentuk
larutan yang tidak berwarna dan berbau sangat menyengat. Di dalam larutan formalin
terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air dan. Formalin dipakai untuk
mengawetkan mayat, membunuh kuman, pengawet kosmetika dan pengeras kuku, serta
perekat kayu lapis.
Contoh pangan yang banyak ditemukan mengandung formalin: tahu, mie basah, ayam
potong, ikan segar, ikan asin.
Ciri – cirinya: Tekstur makanan lebih kenyal, tidak mudah hancur, lebih tahan lama, ada
aroma yang cukup menyengat.

3) Rhodamin B dan Kuning Metanil


Rhodamin B dan Kuning Metanil dipakai untuk pewarna tekstil, kertas serta cat.
Contoh pangan yang diduga mengandung rhodamin B : kerupuk merah, terasi, sirup dan
arumanis berwarna merah.
Ciri – cirinya: Warna merah mencolok, rasa pahit, jika dipegang warna merah akan
menempel di kulit.
Contoh pangan yang banyak ditemukan mengandung kuning metanil : kerupuk berwarna
kuning, mie basah, tahu kuning.
Ciri – cirinya: warna kuning mencolok, rasa pahit, jika dipegang warna kuning akan
menempel di kulit.

3. Dampak Dari Bahan Berbahaya

Boraks dapat menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal

Formalin dapat menyebabkan mulut, tenggrokkan dan perut terasa terbakar (jangka pendek),
kerusakan jantung, hati, otak, system saraf pusat.
Kuning metanil dan rhodamin B jika terakumulasi dapat menyebabkan kanker.
Kenapa bahan berbahaya tersebut disalahgunakan dalam pangan?
Terdapat berbagai faktor yang mendorong banyak pihak untuk melakukan praktek
penggunaan yang salah bahan kimia terlarang untuk pangan. Pertama, bahan kimia tersebut
mudah diperoleh di pasaran. Kedua, harganya relatif murah. Ketiga, pangan yang
mengandung bahan tersebut menampakkan tampilan fisik yang memikat. Keempat, tidak
menimbulkan efek negatif seketika. Kelima, informasi bahan berbahaya tersebut relatif
terbatas, dan pola penggunaannya telah dipraktekkan secara turun-temurun.

B. Zat Warna Berbahaya


1. Pengertian
Zat warna merupakan benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap
makanan yang di warnainya. Tujuan pemberian warna dimaksudkan agar makanan terlihat
lebih berwarna sehingga, menarik perhatian konsumen. Bahan pewarna umumnya berwujud
cair dan bubuk yang larut di air.
2. Contoh Zat Warna Berbahaya

1. Pewarna karamel
Sekilas, karamel terdengar lezat dan menggoda. Namun, pewarna makanan yang sering
ditemukan di dalam produk permen dan cola justru berbahaya. Pasalnya, pewarna ini
ketika diproduksi bersama dengan amonia akan mengandung kontaminan penyebab
kanker, yaitu 2-methylimidazole (2-MI) dan 4-methylimdiazole (4-MI).
Efek samping tersebut sebenarnya bergantung pada jenis pewarna karamel yang Anda
konsumsi. Namun, batas maksimal yang diperbolehkan Foods and Drugs Administration
atau FDA di Amerika Serikat (setara dengan Badan POM di Indonesia) adalah 200
miligram per kilogram berat badan Anda.
2. Allura red
Pewarna allura red alias Red 40 mengandung benzidene, yang disinyalir bersifat
karsinogen atau pemicu kanker. Di restoran cepat saji (setidaknya di Amerika), allura red
digunakan sebagai campuran bahan pembuatan es krim stroberi. Tidak hanya itu, nyata
pewarna ini juga dapat bersembunyi di mana saja termasuk minuman ringan dan
permen.
Menurut FDA, takaran aman untuk allura red adalah 7 miligram (mg) per kilogram berat
badan.

3. Sunset yellow
Sunset yellow alias Yellow 6 dicurigai bisa menyebabkan tumor testis dan adrenal. Selain
itu, pewarna ini juga berpotensi menyebabkan reaksi alergi dan asma bertambah parah,
hiperaktif, dan kegelisahan. Di Amerika Serikat, telah dilaporkan sejumlah kasus di mana
konsumsi pewarna ini secara berlebihan bisa memicu ADHD.
Menurut FDA, takaran yang aman untuk pewarna ini adalah 3,75 miligram (mg) per
kilogram berat badan.

4. Biru berlian
Biru berlian, juga dikenal dengan sebutan Blue 1, adalah salah satu perwarna makanan
yang paling banyak digunakan. Umumnya pewarna ini terkandung dalam permen,
camilan, hingga produk pembersih gigi dan mulut. Bahkan, pewarna ini juga dapat
ditemukan pada makanan atau bahan apa pun yang warnanya tidak biru sekalipun.
Pewarna biru berlian dapat menembus sawar darah otak. Sawar darah otak sendiri
adalah perisai pelindung yang bertugas untuk menghalangi masuknya zat-zat berbahaya
ke dalam otak. Pewarna biru berlian juga dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan sel-
sel saraf dan kanker, kerusakan kromosom, reaksi alergi, dan perubahan perilaku.

Menurut FDA, takaran yang aman untuk pewarna ini adalah 12 miligram (mg) per
kilogram berat badan.

5. Yellow 5
Yellow 5 yang juga dikenal sebagai tartazine berbahaya bagi kesehatan karena dapat
menyebabkan reaksi alergi parah dan merusak sistem informasi sel. Bahkan menurut
Feingold Association, pewarna Yellow 5 mungkin dapat menurunkan jumlah sperma
Anda. Pada anak-anak, zat pewarna ini diketahui dapat menghambat penyerapan zinc
sehingga menyebabkan penurunan pertumbuhan, peningkatan risiko infeksi dan flu,
melemahnya memori atau daya ingat, serta menurunnya kemampuan untuk
berkonsentrasi. Pewarna ini sering dikombinasikan dengan pewarna biru berlian (Blue 1)
untuk menghasilkan warna hijau.
Menurut FDA, takaran yang aman untuk pewarna ini adalah 5 miligram (mg) per
kilogram berat badan.
C. Dampak Dari Zat Warna Berbahaya

Dampak zat pewarna terhadap kesehatan sangat besar, terutama zat pewarna untuk
makanan yang berasal dari sintetis yang dapat mengganggu kesehatan. Pemakaian zat pewarna
pangan sintetis dalam makanan walaupun mempunyai dampak positif bagi produsen dan
konsumen, diantaranya dapat membuat suatu makanan lebih menarik, meratakan warna
makanan, dan mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama
pengolahan, ternyata dapat pula menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan bahkan
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia.

Kelarutan pewarna sintetik ada dua macam yaitu dyes dan lakes. Dyes adalah zat warna
yang larut air dan diperjual belikan dalam bentuk granula, cairan, campuran warna dan pasta.
Digunakan untuk mewarnai minuman berkarbonat, minuman ringan, roti, kue-kue produk susu,
pembungkus sosis, dan lain-lain. Lakes adalah pigmen yang dibuat melalui pengendapan dari
penyerapan dye pada bahan dasar, biasa digunakan pada pelapisan tablet, campuran adonan
kue, cake dan donat.
Menurut Cahyadi (2009), beberapa hal yang mungkin memberikan dampak negatif terhadap
kesehatan terjadi apabila:
1). Bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil, namun berulang.
2). Bahan pewarna sintetis dimakan dalam jangka waktu yang lama.
3). Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda yaitu tergantung pada
umur, jenis kelamin, berat badan, mutu makanan sehari-hari dan keadaan fisik.
4). Berbagai lapisan masyarakat yang mungkin menggunakan bahan pewarna sintetis secara
berlebihan.
5). Penyimpanan bahan pewarna sintetis oleh pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi
persyaratan.

Cara terbaik lainnya adalah dengan membatasi konsumsi berbagai makanan dan minuman
kemasan yang berwarna-warni. Konsumsilah makanan sehat kaya akan nutrisi yang alami. Ini
tidak hanya mencegah Anda terkena efek berbahaya dari pewarna makanan berbahaya saja,
tapi juga dapat menjaga kesehatan Anda secara keseluruhan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Zat warna makanan adalah zat yang sering digunakan untuk memberikan efek warna
pada makanan sehingga makanan terlihat lebih menarik sehingga menimbulkan selera orang
untuk mencicipinya. Menurut Winarno (1995), yang dimaksud dengan zat warna adalah
bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki warna makanan yang berubah atau
menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan yang
tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik. Menurut PERMENKES RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988, zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat
memperbaiki atau member warna pada makanan. Warna pada makanan merupakan
indikator kesegaran atau kematangan. Zat warna makanan dapat diperoleh dari bahan alam
atau dari bahan buatan.

B. Saran
Kami meberikan saran yaitu tips memilih dan membeli produk pangan
1. Kode registrasi produk yang telah teregistrasi biasanya telah dikaji keamanannya
2. Ingredient atau bahan-bahan yang terkandung dalam produk pangan, Sebaiknya
hindari membeli produk yang tidak mencantumkan informasi bahan kandungannya.
3. Petunjuk aturan pakai, Informasi ini untuk memudahkan Anda dalam mengonsumsi
produk pangan.
4. Informasi efek samping, Ini salah satu faktor penting yang perlu diketahui sebelum
membeli dan mengonsumsi produk pangan khususnya yanq berisiko pada orang-orang
tertentu.
5. Expired date atau kedaluwarsa produk, Pastikan produk pangan yang dibeli masih
belum kedaluwarsa agar tetap terjamin keamanannya.

Alternatif lain untuk menggantikan penggunaan zat pewarna sintetis adalah dengan
menggunakan pewarna alami seperti ekstrak daun suji, kunyit dan ekstrak buah-buahan
yang pada umumnya lebih aman. Di samping itu masih ada pewarna alami yang diijinkan
digunakan dalam makanan antara lain caramel, beta-karoten, klorofil dan kurkumin.
Daftar Pustaka

http://irmachemistry.blogspot.co.id/2012/12/kimia-bahan-makanan.html
http://diendakarunia.blogspot.co.id/2013/05/pewarna-makanan.html
http://informasitips.com/bahaya-pewarna-makanan-buatan-sintetis
Pubra Elisabet. R, 2009, “Ananlisis Pewarna Pada Minuman Sirup yang dijual di Sekolah Dasar
Kelurahan Lubuk Pakam III” Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.
Sfarifah nasution anis, 2014. “kandungan zat pewarna sintesis pada makanan dan minuman
jajanan di SDN IX kelurahan ciputat kecamatan ciputat kota tangerang selatan” Skripsi,
Kodokteran dan Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai