Anda di halaman 1dari 6

TUGAS AKHIR SEMESTER INSTRUMENTASI INDUSTRI

“SISTEM KONTROL PADA VESSEL”

Disusun Oleh :

1. Bagus Alfayadh (2003431008)


2. Gita Angraini (2003431022)
3. Yosefa Novianti P.A. (2003431006)

INSTRUMENTASI DAN KONTROL INDUSTRI TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Jl. Prof. Dr. G.A. Siwabessy Kampus Baru UI Depok 16425,

Gedung Dlt. 1, Politeknik Negeri Jakarta. Telephone : 0896066328072

E-mail : elektro.pnj@gmail.com
I. PENDAHULUAN

Untuk mendukung perusahan pengilangan yang mengolah BBM


(Bahan Bakar Minyak) dan NBM (Non Bahan Bakar Minyak). Untuk
mendukung proses pengolahan tersebut, maka diperlukan peralatan
produksi yang menggunakan teknologi tinggi agar target produksi
terpenuhi. Vessel merupakan tempat pemisahan fluida berdasarkan specific
gravity (SG). Fluida yang mempunyai SG yang lebih besar akan berada
dibawah sedangkan oil yang memiliki SG lebih kecil akan berada di atas,
sehingga keduanya dapat dipisahkan.

II. Spesifikasi system

➢ Metode yang digunakan pada system ini adalah continuous process.


Pada proses continuous naphta terus menerus dialirkan ke kondensor
kemudian dialirkan lagi ke vessel. Variable level pada vessel harus
dikontrol secara simultan dengan menjaga kondisi proses melalui SP
untuk memastikan kualitas produk. Hasil produk dari vessel akan
dialirkan kembali ke process berikutnya.

➢ Pengontrolan pada sistem ini menggunakan Control Closed Loop.

Gambar 1

Pada Vessel terjadi proses pemisahan fluida, tinggi fluida akan diteksi
menggunakan primary element (element). Output sensor disebut
measured variable yang dikondisikan oleh transduser/transmitter
menjdi sinyal standar sebelum dikirim ke Controller. Controller
membandingkan sinyal feedback dengan SP (set point), dan jika ada
perbedaan dihasilkan sinyal error. Controller menggunakan sinyal
error untuk melakukan komputasi guna menentukan jenis control
signal untuk memproduksi output. Sinyal control ditteruskan ke
2
condenser yang dalam hal ini berupa blade fin fan. Berdasar sinyal
tersebut blade finfan akan memvariasikan bukaan blade sehingga
aliran gas yang melewati kondensor lebih sedikit yang terkondensasi.

➢ Parameter yang diukur adalah level pada vessel. Vessel yang


digunakan memiliki ketinggian 63 inch. Sedangkan range yang diukur
oleh LT sebesar 24 inch. Pada LT menggunakan displacer yang
pemasangannya tidak dimulai dari dasar sampai ke bagian maksimum
dari vessel. LIC akan bekerja dari titik paling bawah sampai titik paling
atas. LIC diberikan setpoint (SP) sebesar 50% dari range displacer.
Perbedaan Variable Process (VP), output LT dengan SP akan dibaca
oleh controller sebagai error yang harus dikoreksi.

III. Cara kerja pada diagram blok

Gambar 2

Cara kerja berdasarkan sub-sistem

➢ LT (Level Transmitter)

Level transmitter sebagai elemen sensing level Naphta


Hydrotreater. Level transmitter menggunakan displacer yang
memiliki range sebesar 24 inch. Prinsip kerja displacer berdasarkan
hukum Archimides yaitu, output transmitter berbanding lurus dengan
ketinggian level.
3
➢ LIC (Level Indicator Control)

Level Indicator Controller (LIC) merupakan suatu instrumen


yang berfungsi sebagai indikator dan pengontrol pada level. Level
controller hanya bekerja dari titik paling bawah sampai titik paling
atas. LIC akan diberikan setpoint oleh user yang akan dibandingkan
dengan inputan dari level transmitter. Kemudian LIC akan
mengirimkan sinyal output yang telah diproses untuk menggerakkan
aktuator.

➢ LY (Level Calculation)

LY sebagai pengubah atau konversi (I/P) sinyal kontrol yaitu


sinyal analog (4-20mA) menjadi sinyal pneumatic (3-15 psi).
Tujuannya adalah untuk menerjemahkan output analog dari sistem
kontrol menjadi nilai tekanan berulang yang tepat untuk
mengendalikan aktuator / operator pneumatik. I / P converter
menggunakan prinsip keseimbangan kekuatan elektromagnetik untuk
mengubah sinyal listrik menjadi sinyal pneumatik.

➢ Kondensor

Kondensor digunakan untuk proses kondensasi produk


sebelum dialirkan ke vessel. Pada kondensor terdapat Blade Fin Fan
yang digunakan menyalurkan udara. Bukaan pada blade fin fan akan
bekerja sesuai dengan sinyal yang diterima dari controller yang telah
diubah menjadi sinyal pneumatic.

4
IV. Rancangan P&ID sistem

Gambar 2

Column sebagai stabilizer yang berfungsi sebagai destilasi yang


memisahkan fraksi naphta. Kemudian top produk dari column dialirkan ke
dalam kondensor. Pada kondensor tersebut terdapat blade Fin fan yang
digunakan pada kondensasi. Kemudian produk tersebut masuk ke dalam
vessel. Pada vessel produk akan diukur level ketinggiannya menggunakan
level transmitter displacer.
Output dari level transmitter berupa sinyal analog sebesar 4 sampai
20mA yang masuk kedalam LIC. Kemudian input dari level transmitter
akan dibandingkan dengan setpoint pada LIC yang digunakan untuk
mengatur bukaan Blade fin fan. Sinyal yang telah diproses pada LIC akan
dikonvert oleh LY menjadi sinyal pneumatic sebesar 3-15 Psi yang akan
menjadi inputan untuk bukaan pada Blade fin fan. Output pada vessel
berupa air yang akan dialirkan ke SWS dan gas yang akan dialirkan ke
proses selanjutnya.

5
V. Simpulan
Sistem ini dibuat untuk membantu proses pengolahan BBM
dan NBM menggunakan sistem control closed loop. Sistem
pengendalian yang otomatis dapat mencapai target produksi serta
kualitas produk tetap terjaga. Pada sistem ini, kerja kontroler
memiliki tingkat ketelitian yang tinggi dan sistem pengendalian
yang sensitif sehingga perubahan level yang sedikit akan membuat
perubahan sinyal sistem pengukuran yang besar.

VI. Daftar Pustaka


Gunterus, Frans, Falsafah Dasar Sistem Pengendalian Proses, PT Elex
Media Komputindo, Jakarta, 1994.
Ogata, Katsuhiko, Teknik Kontrol Automatik Jilid 1, Erlangga,
Bandung, 1994
https://www.academia.edu/33474815/BUKU_PINTAR_MIGAS_IN
DONESIA
https://www.sciencedirect.com/topics/engineering/air-cooled-
condenser

Anda mungkin juga menyukai