DISUSUN OLEH :
A. Pengertian
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. (Keliat B.A, 2009)
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri. (Keliat, 2012)
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat
bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri. (Stuart dan Sundeen, 2007)
Harga diri rendah adalah penilaian negative seseorang terhadap diri dan kemampuan
yang diekspresikan secara langsung dan tidak langsung (Viddebeck, 2009)
B. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif
C. Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri
Harga diri adalah sifat yang diwariskan secara genetik. Pengaruh lingkungan sangat
penting dalam pengembangan harga diri. Faktor-faktor predisposisi dari pengalaman
masa anak-anak merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri.
Anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua. Penolakan orang tua
menyebabkan anak memilki ketidakpastian tentang dirinya dan hubungan dengan
manusia lain. Anak merasa tidak dicintai dan menjadi gagal mencintai dirinya dan orang
lain.
Saat ia tumbuh lebih dewasa, anak tidak didorong untuk menjadi mandiri, berpikir untuk
dirinya sendiri, dan bertanggung jawab atas kebutuhan sendiri. Kontrol berlebihan dan
rasa memiliki yang berlebihan yang dilakukan oleh orang tua dapat menciptakan rasa
tidak penting dan kurangnya harga diri pada anak. Orangtua membuat anak-anak menjadi
tidak masuk akal, mengkritik keras, dan hukuman.
Tindakan orang tua yang berlebihan tersebut dapat menyebabkan frustasi awal, kalah,
dan rasa yang merusak dari ketidak mampuan dan rendah diri. Faktor lain dalam
menciptakan perasaan seperti itu mungkin putus asa, rendah diri, atau peniruan yang
sangat jelas terlihat dari saudara atau orangtua. Kegagalan dapat menghancurkan harga
diri, dalam hal ini dia gagal dalam dirinya sendiri, tidak menghasilkan rasa tidak berdaya,
kegagalan yang mendalam sebagai bukti pribadi yang tidak kompeten.
Ideal diri tidak realistik merupakan salah satu penyebab rendahnya harga diri.Individu
yang tidak mengerti maksud dan tujuan dalam hidup gagal untuk menerima tanggung
jawab diri sendiri dan gagal untuk mengembangkan potensi yang dimilki. Dia menolak
dirinya bebas berekspresi, termasuk kebenaran untuk kesalahan dan kegagalan, menjadi
tidak sabaran, keras, dan menuntut diri. Dia mengatur standar yang tidak dapat
ditemukan. Kesadaran dan pengamatan diri berpaling kepada penghinaan diri dan
kekalahan diri. Hasil ini lebih lanjut dalam hilangnya kepercayaan diri.
1. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
Peran yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh masyarakat,
misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang objektif, dan
kurang rasional dibandingkan pria. Pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat,
kurang ekpresif dibanding wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau
pria berperan tidak seperti lazimnya maka akan menimbulkan konflik didalam diri
mapun hubungan sosial. Misalnya wanita yang secara tradisional harus tinggal
dirumah saja, jika ia mulai keluar rumah untuk mulai sekolah atau bekerja akan
menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran yang tidak sesuai muncul dari faktor
biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria.
2. Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Intervensi orangtua terus-menerus dapat mengganggu pilihan remaja. Orang tua yang
selalu curiga pada anak menyebabkan kurang percaya diri pada anak. Anak akan ragu
apakah yang dia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka timbul
rasa bersalah. Ini juga dapat merendahkan pendapat anak dan mengarah pada
keraguan, impulsif, dan bertindak keluar dalam upaya untuk mencapai beberapa
identitas. Teman sebayanya merupkan faktor lain yang mempengaruhi identitas.
Remaja ingin diterima, dibutuhkan, diingikan, dan dimilki oleh kelompoknya
D. Faktor Presipitasi
1. Trauma
Masalah khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap situasi dimana individu
tidak mampu menyesuaikan. Situasi dapat mempengaruhi konsep diri dan
komponennya. Situasi dan stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri dan
hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan
struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, dan prosedur tindakan dan
pengobatan.
2. Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang dialami
individu dalam peran.
3. Transisi perkembangan
Transisi perkembangan adalah perubahan normatif berhubungan dengan
pertumbuhan. Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas.
Setiap tahap perkembangan harus dilakukan inidividu dengan menyelesaikan tugas
perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri.
4. Transisi situasi
Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan. Transisi situasi merupakan
bertambah atau berkurangnya orang yang penting dalam kehidupan individu melalui
kelahiran atau kematian orang yang berarti, misalnya status sendiri menjadi berdua
atau menjadi orang tua.
5. Transisi sehat sakit
Transisi sehat sakit berkembang berubah dari tahap sehat ke tahap sakit. Beberapa
stressor pada tubuh dapat menyebabakan gangguan gambaran diri dan berakibat
perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen
konsep diri yaitu gambaran diri, peran ,dan harga diri. Masalah konsep diri dapat
dicetuskan oleh faktor psikologis, sossiologis, atau fisiologis, namun yang lebih
penting adalah persepsi klien terhadap ancaman perilaku.
F. Pathway
Isolasi sosial: menarik diri
↑
Gangguan konsep diri: Harga diri
↑
Koping individu tidak efektif
G. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data yang perlu dikaji:
1) Koping tidak efektif
b. Data Subjektif:
1) Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi.
2) Klien malu bertemu dan berhadan dengan orang lain.
3) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
4) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
5) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
6) Mengungkapkan dirinya tidak berguna
7) Mengkritik diri sendiri
c. Data Objektif:
1) Ekspresi wajah sedih.
2) Tidak ada kontak mata ketika diajak berbicara.
3) Suara pelan dan tidak jelas.
4) Menangis.
5) Harga diri rendah
6) Merusak diri sendiri dan orang lain
7) Menarik diri dari hubungan social
8) Tampak mudah tersinggung
9) Tidak mau makan dan tidak mau tidur
10) Isolasi Sosial: Menarik diri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga Diri Rendah
b. Koping Tidak efektif
c. Isolasi Sosial
3. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Tindakan keperawatan pada klien:
1) Tujuan:
a) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Kien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c) Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
d) Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuaikemampuan
e) Klien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya
2) Terapi Generalis
Prinsip tindakan:
a) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikiklien.
b) Bantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
c) Bantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
d) Latih kemampuan yang dipilih klien
e) Beri pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien
f) Bantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
g) Evaluasi kemampuan pasien sesuai jadwal kegiatan harian
h) Latih kemampuan kedua
i) Motivasi klien memasukkan kemampuan kedua kedalam jadwal harian
3) Terapi Kognitif
Prinsip tindakan
a) Sesi I : Mengungkapkan pikiran otomatis
b) Sesi II : Mengungkapkan alasan
c) Sesi III : Tanggapan terhadap pikiran otomatis
d) Sesi IV : Menuliskan pikiran otomatis
e) Sesi V : Penyelesaian masalah
f) Sesi VI : Manfaat tanggapan
g) Sesi VII : Mengungkapkan hasil
h) Sesi VIII : Catatan harian
i) Sesi IX : Support system
4) Tindakan keperawatan pada keluarga
Tujuan:
a) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki
b) Keluarga memfasilitasi aktifitas pasien yang sesuai kemampuan
c) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
latihan yang dilakukan
d) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
5) Terapi Generalis
Prinsip tindakan :
a) Menjelaskan tanda-tanda dan cara merawat klien harga diri rendah
b) Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan HDR
c) Mendemonstrasikan dihadapan keluarga cara merawat klien dengan HDR
d) Memberikan kesempatan kepada keluarga mempraktekkan cara merawat
klien dengan HDR seperti yang telah di demonstrasikan perawat
sebelumnya.
6) Triangle Terapi
Prinsip tindakan :
a) Sesi I : Mengenali dan mengekspresikan perasaan
b) Sesi II : Menerima orang lain (klien)
c) Sesi III : Penyelesaian masalah
d) Sesi IV : Mengungkapkan hasil
7) Terapi Generalis (T A K S )
Prinsip tindakan :
a) Sesi 1 : Membantu klien meningkatkan kemampuan memperkenalkan
diri
b) Sesi 2 : Membantu klien berkenalan dengan anggota kelompok
c) Sesi 3 : Membantu klien untuk mampu bercakap-cakap dengan
anggota
kelompok
d) Sesi 4 : Membantu klien untuk mampu menyampaikan
topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok
e) Sesi 5 : Bantu klien untuk mampu menyampaikan dan membicarakan
masalah pribadi dengan orang lain
f) Sesi 6 : Bantu klien untuk mempu bekerja sama dalam permainan
sosialisasi kelompok
g) Sesi 7 : Bantu klien untuk mamu menyampaikan pendapat tentang
manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan
8) Logo Terapi
Prinsip tindakan
a) Sesi 1 : Mengenal masalah
b) Sesi 2 : Mengajukan pertanyaan pada diri sendiri
c) Sesi 3 : Melihat dan merenungkan pengalaman yang bermakna
d) Sesi 4 : Mengungkap makna dalam kondisi kritik.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna dll. (2012). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
Schultz dan Videback. (2009). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.
Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.
Stuart dan Sundeen. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. EGC: Jakarta.
Banjarmasin, Desember 2022
Presptor Akademik Preseptor Klinik