Halaman
1. Pendahuluan .............................................................................................................. 1
i
1. Pendahuluan
Cekungan sedimentasi atau '' sedimentary basin'', dalam pengertian luas, adalah
daerah-daerah di mana sedimen terakumulasi hingga ketebalan yang signifikan dan
mengalami preservasi hingga periode waktu geologi yang panjang. Di samping itu, ada
juga daerah-daerah yang mengalami denudasi dalam waktu yang bertahan sangat lama,
serta ada daerah-daerah di mana proses erosi dan proses pengendapan kurang lebih
sifatnya saling menetralisir satu dengan yang lain, mengakibatkan suatu fenomena yang
dikenal sebagai keadaan non-sedimentasi (omission).
Selain itu, cekungan juga dapat dibedakan atas: (1) cekungan aktif, di mana proses
akumulasi sedimen masih dan tengah berjalan; (2) cekungan non-aktif yang sedikit
mengalami deformasi, yang memperlihatkan bentuk awalnya, dan isian sedimennya;
serta (3) cekungan sedimen yang tidak lagi memiliki gambaran utauh, dan sudah
mengalami deformasi yang kuat, di mana sedimen pengisi cekungannya sebagain telah
hilang tererosi, contohnya adalah jalur pegunungan (mountain belt).
1
di daerah sumber sedimennya); dipengaruhi pula oleh lingkungan pengendapan, dan
evolusi organisma yang memproduksi sedimen (misalnya sedimen karbonat). Oleh
karena itu, banyak ahli sedimentologi yang berkecenderungan memakai klasifikasi yang
didasarkan kepada kriteria yang dapat dikenali di lapangan, misalnya seperti konsep dan
definisi dari facies dan lingkungan pengendapan (misalnya nama seperti ''sedimen
fluvial'', atau nama ''endapan paparan'').
Pendakatan lain yang lebih jauh lagi, misalnya di dalam membagi-bagi sedimen
menjadi kelompok lithologi yang penting, seperti sedimen silisiklastik, batuan karbonat,
evaporit dan lain-lain. Setelah facies, urutan facies, dan geometri kelompok batuannya
telah ditetapkan, maka kemudian barulah kita dapat mendefinisikan sifat tektonik dari
cekungan.
Dalam beberapa dekade terakhir, beberapa peneliti dan penulis telah meringkas
pengetahuan-pengetahuan terbaru kita mengenai interaksi lempeng tektonik dan
sedimentasi, dan juga mengusulkan sistem-sistem klasifikasi cekungan (misalnya
Dickinson, 1976; Kingstone at al., 1983; Miall, 1984; Mitchell and Reading, 1986;
Foster and Beaumont, 1987; Klein, 1987; Perrodon, 1988; Ingersoll and Busby, 1995).
Meskipun klasifikasi-klasifikasi itu pada dasarnya identik, akan tetapi sistemnya agak
berbeda; sebagai contoh pada Tabel 1.1 adalah klasifikasi cekungan menurut Mitchell
dan Reading (1986), dan pada modul kuliah berikutnya kita akan melihat klasifikasi
cekungan lain yang mirip, namun lebih diperbaharui (Ingersoll and Busby, 1995)
2
3