Anda di halaman 1dari 27

PROFIL

PROMOSI KESEHATAN

PUSKESMAS SEKANCING

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadhirat Allah Swt., atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Profil  Promosi
Kesehatan Puskesmas Sekancing tahun 2022, sebagai salah satu koreksi untuk dasar
pelaksanaan tugas kedepan yang semakin sulit dan kompleks.
Pembuatan profil ini berpedoman pada keputusan Menteri Kesehatan RI.
Indikator yang telah ditetapkan adalah kinerja Standar Palayanan Minumal (SPM)
Bidang kesehatan yang meliputi gambaran tentang derajat kesehatan, keadaan
lingkungan, keadaan prilaku masyarakat, upaya kesehatan dan manejemen kesehatan.
Buku profil ini merupakan hasil pelaksanaan kegiatan program kesehatan di
Puskesmas Sekancing tahun 2019 yang kemudian disusun sebagai Profil Puskesmas
Sekancing tahun 2020. Kami berharap Profil ini dapat memberikan gambaran
kesehatan di Puskesmas Sekancing serta dapat dimanfaatkan untuk perencanaan
kegiatan maupun penilaian program pembangunan di bidang kesehatan di tahun
berikutnya.
Semoga dengan tersusunnya Profil Promosi Kesehatan Puskesmas Sekancing
ini, akan menjadi bahan evaluasi untuk acuan dalam melaksanakan kegiatan di
Puskesmas Sekancing kedepan sehingga hasil cakupan akan meningkat, fungsi
pelayanan dapat berjalan dengan baik sehingga dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang memuaskan bagi masyarakat.
Sekancing, Desember 2022

Koordinator PROMKES

UMMI KHUZAIFAH,SKM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Aktivitas promosi kesehatan merupakan bagian dari program


pemerintah yang ada di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan khususnya
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Terdapat
petugas promosi kesehatan yang ditempatkan di setiap puskesmas sebagai
lembaga pelayanan kesehatan yang berinteraksi langsung dengan tingkatan
masyarakat.

Petugas promosi kesehatan dapat menjadi elemen penting dari


kampanye gerakan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini
disebabkan karena petugas promosi kesehatan merupakan sosok yang
berinteraksi langsung di tingkatan masyarakat serta mengetahui kondisi di
lapangan sebagai bagian dari institusi puskesmas.

Program atau gerakan kesehatan yang dicanangkan oleh pemerintah


merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Beberapa gerakan seperti Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat dapat menjadi sebuah sebuah gerakan yang sukses
dengan dukungan promosi kesehatan. 

Tujuan promosi kesehatan yang utama adalah memberikan informasi


yang pada tingkatan lebih lanjut dapat memicu kesadaran masyarakat
mengenai program atau gerakan yang tengah dicanangkan oleh
pemerintah. Direktorat Promosi Kesehatan menjadi bagian yang secara khusus
membawahi segala aktivitas promkes atau promosi kesehatan yang ditujukan
bagi masyarakat luas.

Segala aktivitas promosi kesehatan memiliki tujuan memberikan


informasi bagi masyarakat terkait segala hal yang bertujuan pada
peningkatan kualitas kesehatan; baik itu kesehatan individu maupun
masyarakat. 

Direktorat Promosi Kesehatan memiliki tugas pokok menyiapkan


sekaligus melakukan kegiatan – kegiatan promosi kesehatan dan melakukan
penyebarluasan segala bentuk informasi kesehatan serta melakukan
pengembangan sumber daya kesehatan hingga melakukan kegiatan
pemberdayaan masyarakat pada bidang – bidang kesehatan.

Secara singkat, petugas promosi kesehatan merupakan corong


pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan untuk menyampaikan segala
macam informasi yang berkaitan dengan kesehatan dengan tujuan
pemberdayaan masyarakat dan pengembangan sumber daya yang berkaitan
dengan kesehatan.

Pada saat ini terdapat beberapa materi promosi kesehatan yang tengah


giat disosialisasikan. Salah satu contoh promosi kesehatan yang tengah
digaungkan adalah program Indonesia Eliminasi Tuberkulosis pada tahun
2030. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang sedianya
telah berhasil dihilangkan dari masyarakat. Kini aktivitas promosi
kesehatan terkait eliminasi penyakit Tuberkulosis telah melibatkan berbagai
elemen masyarakat untuk memperoleh sinergi untuk hasil terbaik.

Kegiatan promosi kesehatan masyarakat dapat diwujudkan dalam


berbagai bentuk; bahkan dapat berupa anjuran dari pemerintah melalui
instansi ataupun pejabat yang berkaitan dengan bidang kesehatan.
Masyarakat Indonesia agar tidak Mager atau males gerak dengan
menjalankan salah satu aktivitas Program GERMAS yaitu Aktivitas Fisik.

Melakukan aktivitas fisik telah menjadi bagian dari banyak kampanye


kesehatan dari pemerintah; salah satunya sejak dicanangkannya Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Kedua
gerakan tersebut memasukkan poin melakukan antivitas fisik dalam bentuk
kegiatan olahraga ataupun kegiatan bekerja yang melibatkan aktivitas fisik.

Gaya hidup masyarakat modern yang minim aktivitas fisik hingga


konsumsi makanan dengan gizi kurang seimbang menjadi beberapa
penyebab meningkatnya masalah kesehatan berupa penyakit tidak menular.
Aktivitas promosi kesehatan dari Kementrian Kesehatan RI memasukkan poin
ajakan melakukan aktivitas fisik setidaknya 30 menit setiap hari untuk
mengurangi stres dan merangsang otak agar lebih bahagia dan santai.

Ada berbagai konsep promosi kesehatan yang dapat dilibatkan dalam


upaya menyebarkan informasi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat
terkait peningkatan kualitas kesehatan dan menjalani gaya hidup sehat.
Aktivitas promosi kesehatan di sekolah dapat menjadi bagian dari kegiatan
menyebarkan informasi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait
pesan – pesan tertentu. Salah satu promosi kesehatan yang dapat digulirkan
di sekolah adalah ajakan untuk meningkatkan konsumsi ikan. Terdapat
beberapa pesan penting dari gerakan tersebut yang berkaitan dengan gizi
tinggi yang bisa diperoleh dari konsumsi ikan dan tentu saja rasa yang enak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah “
Bagaimanakah gambaran umum Promosi Kesehatan dan Perilaku Masyarakat di
Puskesmas Sekancing tahun 2022”.
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
a) Segala aktivitas promosi kesehatan memiliki tujuan memberikan
informasi bagi masyarakat terkait segala hal yang bertujuan pada
peningkatan kualitas kesehatan; baik itu kesehatan individu maupun
masyarakat. 
b) Tersedianya data informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai
kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen
kesehatan secara berhasil guna dan berdayaguna
b. Tujuan Khusus
a) Untuk memberikan gambaran tentang Promosi Kesehatan dan Perilaku
Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Sekancing secara
b) Untuk dijadikan bahan masukan untuk pengevaluasian mengenai hal-hal
yang masih perlu diperbaiki.
c) Memberikan analisis-analisis yang mendukung penyediaan informasi
dalam menyusun alokasi dana/anggaran program kesehatan
D. Bahan dan Pedoman
Bahan yang dipakai pada penyusunan Profil Promosi Kesehatan
puskesmas adalah hasil pelaksanaan pelayanan kesehatan, manejemen
puskesmas dan mutu pelayanan. Sedangkan dalam pelaksanaannya mulai dari
pengumpulan data, pengolahan data, analisis hasil/masalah sampai dengan
penyusunan laporan berpedoman pada juknis dari Dinkes provinsi tahun 2019.
BAB II
PEMBAHASAN
A. GAMBARAN WILAYAH
Puskesmas Sekancing dengan luas wilayah kerja kurang lebih 275 km 2.
Merupakan Puskesmas yang berada di Kecamatan Tiang Pumpung yang terdiri
dari 6 (Enam) Desa sebagai berikut :

Tabel 2.1
Data Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas

NO NAMA DESA JUMLAH DUSUN Jumlah Penduduk

1. Sekancing 3 Dusun 6 RT 1198 Orang

2. Sekancing Ilir 4 Dusun 8 RT 1315 Orang

3. Beringin Sanggul 2 Dusun 6 RT 826 Orang

4. Baru Sakai 2 Dusun 4 RT 393 Orang

5. Bukit Punjung 2 Dusun 7 RT 540 Orang

6. Rantau Limau Kapas 3 Dusun, 6 RT 874 Orang

Sumber : Data DasarPuskesmas

B. CAPAIAN PROGRAM
a. PHBS Sekolah
Ruang lingkup dan tujuan UKS tidak lain mengarah pada praktik perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah. Karena terdiri dari sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan
sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran.Sehingga secara
mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta
berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Indikator PHBS di Sekolah

 Menyuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun.


 Mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah.
 Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
 Olahraga yang teratur dan terukur.
 Memberantas jentik nyamuk.
 Tidak merokok di sekolah
 Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
 Membuang sampah pada tempatnya.

Tabel 2.2
Data PHBS Sekolah

NO NAMA SEKOLAH % PHBS

1. Ponpes Darul Mustafa 62.5%

2. Ponpes Al-Furqon 62,5%

3. SDN 15/Vi 87,5%

4. SDN 110/Vi 75%

5. SDN 271/Vi 75%

6. Posnpes As-Syafaah 62,5%

7. SMAN 19 Merangin 75%

8. SMPN 31 Merangin 75%

9. SDN 81/Vi 87,5%


10. SDN 134/VI 62,5%

11. SMPN 52 Merangin 87,5%

12. SDN 281/Vi 87,6%

13. SDN 82/Vi 62,5%

14. SMP 1 Atap 3 62,5%

Sumber : Data DasarPuskesmas

b. PHBS Rumah Tangga


PHBS (perilaku Hidup Bersi dan Sehat) di Tatanan Rumah Tangga
adalah semua perilaku kebersihan dan kesehatan yang dilakukan atas
kesadaran masing masing sehingga setiap anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan ikut
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
PHBS di Tatanan Rumah Tangga adalah upaya untuk menyadarkan
keluarga dan masing masing anggota keuarga agar memilki kemaunan
dan kemampuan dalam mempraktikkan PHBS.Sehingga keluarga dan
seluruh anggota keluarga dapat memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi
diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat. Rumah tangga atau keluarga yang sehat dapat
diwujudkan dengan mengimplementasikan PHBS dan menciptakan
dukungan lingkungan yang sehat.

Rumah tangga atau keluarga yang sehat merupakan aset utama


pembangunan yang perlu dipelihara terus menerus, ditingkakan dan
dilindungi kesehatannya. Sehingga perlu dilakukan upaya upaya untuk
meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota
rumah tangga atau anggota keluarga untuk melaksanakan PHBS, dan
ikut berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat.
Manfaat PHBS tatanan Rumah tangga Antara Lain Sebagai Berikut:
 Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
 Anak tumbuh sehat dan cerdas.
 Anggota keluarga giat bekerja.
 Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk
memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk
peningkatan pendapatan keluarga.

Tabel 2.3
Capaian PHBS Rumah Tangga di Wilayah kerja Puskesmas Sekancing

NO NAMA DESA JUMLAH KK % di Pantau Ber-PHBS % Ber-


PHBS

1. Sekancing 338 100% 44 13%

2. Sekancing Ilir 413 100% 113 27%

3. Beringin 247 100% 19 8%


Sanggul

4. Baru Sakai 115 100% 8 7%

5. Bukit Punjung 183 100% 39 21%

6. Rantau Limau 287 100% 2 1%


Kapas

Sumber : Data DasarPuskesmas

c. Posyandu
DEFINISI
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar untuk mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.

Posyandu yang terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial dasar


keluarga dalam aspek pemantauan tumbuh kembang anak. Dalam
pelaksanaannya dilakukan secara koordinatif dan integratif serta saling
memperkuat antar program dan kegiatan untuk kelangsungan
pelayanan di Posyandu sesuai dengan situasi/kebutuhan lokal yang
dalam kegiatannya tetap memperhatikan aspek pemberdayaan
masyarakat.

Posyandu merupakan wadah pemberdayaan masyarakat yang


dibentuk melalui musyawarah mufakat di desa/kelurahan dan dikelola
oleh Pengelola Posyandu, yang dikukuhkan dengan keputusan kepala
desa/lurah.

Strata Posyandu

1. Posyandu Pratama

2. Posyandu Madya

3. Posyandu Purnama

4. Posyandu Mandiri

Manfaat Posyandu

Posyandu memiliki banyak manfaat untuk masyarakat, di antaranya:


 Mendukung perbaikan perilaku, keadaan gizi dan kesehatan
keluarga sehingga:
 Keluarga menimbang balitanya setiap bulan agar terpantau
pertumbuhannya.
 Bayi 6-11 bulan memperoleh 1 kapsul Vitamin A warna biru
(100.000 SI).
 Anak balita 12-59 bulan memperoleh kapsul Vitamin A warna
merah (200.000 SI) setiap 6 bulan (Februari dan Agustus).
 Bayi umur 0-11 bulan memperoleh immunisasi Hepatitis B 4 kali,
BCG 1 kali, Polio 4 kali, DPT 3 kali dan Campak 1 kali.
 Bayi diberi Asi saja sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI
Eksklusif).
 Bayi mulai umur 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI.
 Pemberian ASI dilanjutkan sampai umur 2 tahun atau lebih.
 Bayi/anak yang diare segera diberikan:
 ASI lebih sering dari biasa
 Makanan seperti biasa
 Larutan oralit dan minum air lebih banyak
 Ibu hamil minum 1 tablet tambah darah setiap hari.
 Ibu hamil mau memeriksakan diri secara teratur dan mau
melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan.
 Ibu hamil dan Wanita Usia Subur (WUS) mendapat immunisasi
Tetanus Toxoid (TT) setelah melalui penapisan TT.
 Setelah melahirkan Ibu segera melaksanakan Inisiasi Menyusui
Dini (IMD).
 Ibu nifas minum 2 kapsul Vitamin A warna merah (200.000 SI):
 1 (satu) kapsul segera setelah persalinan.
 1 (satu) kapsul 24 jam setelah pemberian kapsul pertama.
 Ibu hamil, nifas dan menyusui makan hidangan bergizi lebih
banyak dari saat sebelum hamil.
 Keluarga menggunakan garam beryodium setiap kali memasak.
 Keluarga mengkonsumsi pangan/makanan beragam, bergizi dan
seimbang.
 Keluarga memanfaatkan pekarangan sebagai warung
hidup/meningkatkan gizi keluarga.

Dengan melaksanakan perilaku di atas, maka diharapkan:

a. Balita naik berat badannya setiap bulan


b. Balita tidak menderita kekurangan gizi
c. Bayi terlindung dari penyakit berbahaya yang dapat dicegah dengan
immunisasi
d. Ibu hamil tidak menderita kurang darah
e. Bayi lahir tidak menderita GAKY
f. Balita dan bufas tidak menderita kurang Vitamin A
g. WUS tidak menderita kurang energi kronis
h. Masyarakat semakin menyadari pentingnya gizi dan kesehatan
i. Menurunkan jumlah kematian Ibu dan Balita

Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga:

a. Keluarga buang air kecil/besar menggunakan jamban


b. Keluarga memanfaatkan air bersih untuk kehidupan sehari-hari
c. Tidak merokok di dalam rumah/keluarga tidak ada yang merokok
d. Keluarga mencuci tangan pakai sabun
e. Rumah bebas jentik nyamuk
f. Persalinan Ibu ditolong oleh tenaga kesehatan
g. Keluarga makan buah dan sayur setiap hari
h. ASI Eksklusif
i. Menimbang Balita tiap bulan
j. Keluarga Berencana

Mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit


yang dapat dicegah dengan immunisasi, sehingga keluarga:

a. Tidak menderita Diare, ISPA, DBD dan Malaria


b. Tidak menderita Hepatitis, TBC, Polio, Difteri, Batuk Rejan, Tetanus dan
Campak

Mendukung pelayanan Keluarga Berencana, sehingga Pasangan Usia


Subur (PUS):

a. Menjadi peserta KB
b. Dapat memilih alat kontrasepsi jangka pendek atau jangka panjang
yang cocok dan tepat penggunaan.

Mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam


penganekaragaman pangan melalui pemanfaatan pekarangan untuk
memotivasi kelompok dasa wisma berperan aktif, sehingga:

a. Keluarga mengusahakan budidaya tanaman, sayuran, buah, ikan dan


ternak (unggas, sapi, kambing)
b. Keluarga mampu menyusun menu makanan bergizi sesuai
ketersediaan pangan lokal dengan pemanfaatan pekarangan rumah
c. Keluarga mampu mengembangkan perekonomian dengan
memanfaatkan potensi yang tersedia di lingkungannya
d. Posyandu menjadi pusat informasi dan konseling dalam
perlindungan anak dan perempuan, terutama dalam hal pencegahan
penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obatan terlarang, kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT), perdagangan manusia (traficking),
penyebaran HIV/AIDS, dll.
D. Kegiatan Utama Posyandu

Kegiatan utama di Posyandu meliputi:

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA):

• Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) atau pil besi, minimal 3 kali
pemberian atau 90 TTD Immunisasi TT
• Pemeriksaan Kehamilan (minimal 4 kali selama hamil)

2. Gizi

• Pemantauan Pertumbuhan melalui Penimbangan Bulanan


• Pemberian Vitamin A dosis tinggi (pada bulan Vitamin A, yaitu
Februari dan Agustus)
• Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

3. Immunisasi

4. KB

5. Penanggulangan Diare: Pemberian Oralit dan Pengobatan

E. Kegiatan Integrasi Pelayanan Sosial Dasar di Posyandu

Kegiatan yang dapat ditambahkan atau dikembangkan di Posyandu yang


cakupan kegiatan utamanya sudah baik merupakan perluasan kegiatan
Posyandu yang kegiatannya bisa dipilih dan disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat setempat.

F. Kegiatan Integrasi Pelayanan Sosial Dasar di Posyandu, meliputi:

1. PAUD, BKB, BKR, BKL yang merupakan kegiatan untuk meningkatkan


Pendidikan, pemantauan perkembangan dan pembentukan sikap yang
positif dan produktif pada setiap tahap siklus kehidupan manusia.
2. Peningkatan Ekonomi Keluarga, Pemberdayaan Fakir Miskin,
Komunitas Adat Terpencil dan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial.

3. Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan.

4. Pembinaan Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak meliputi:

• Suplementasi gizi mikro (Vitamin A, Tablet Tambah Darah)


• Penyuluhan Gizi Seimbang, Konseling Makanan Bayi dan anak Balita
• Pemantauan Pertumbuhan: Penimbangan berat badan, pengukuran
Tinggi Badan
• Sosialisasi program perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi
• Konseling dan penyuluhan mengenai perawatan bayi baru lahir,
tanda-tanda bahaya pada bayi dan anak Balita

5. Layanan KB: berupa suntik, pil dan lain-lain

6. Pengendalian Penyakit dan penyehatan lingkungan meliputi:

• Immunisasi
• Lingkungan Bersih dan Sehat
• Penanggulangan HIV/AIDS, Malaria, TB dan DBD

7. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

• Penyuluhan dan Kunjungan Rumah

8. Penyuluhan dan Konseling yang berkenaan dengan:

•HIV/AIDS
•Perdagangan manusia
• Kekerasan dalam rumah tangga

G. Sasaran Posyandu
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat/keluarga, utamanya adalah
bayi baru lahir, bayi, anak balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, PUS,
remaja dan Lanjut Usia (Lansia)

H. Pelaksana Posyandu

Pelaksana Posyandu adalah kader yang difasilitasi petugas. Kader


Posyandu diharapkan:

1. Berasal dari anggota masyarakat setempat


2. Dapat membaca dan menulis huruf latin
3. Berminat dan bersedia menjadi kader
4. Bersedia bekerja secara sukarela
5. Memiliki kemampuan dan waktu luang

 I. Pengaturan 5 Meja di Posyandu

Meja I: Pendaftaran dan penyuluhan

Meja II:
Penimbangan bayi dan balita.
Pelayanan ibu menyusui, ibu hamil, PUS.
Meja III: Pengisian KMS.

Meja IV:
Penyuluhan perorangan pada ibu hamil, menyusui, PUS.
Pelayanan oralit, vitamin A dosis tinggi.
Pemberian tablet besi.
Meja V:
Pelayanan KIA (pemeriksaan ibu hamil, pemberian imunisasi).
Pelayanan KB.
Pelayanan pengobatan.
J. Peran Fungsi Tenaga Kesehatan di POSYANDU

a. Memberi bimbingan teknis pada saat pendaftaran, penimbangan,


pengobatan, hasil penimbangan bayi/balita.
b. Membantu menyuluh, menyediakan media penyuluhan.
c. Memberikan pelayanan imunisasi dan pengobatan sederhana.
d. Memberikan penyuluhan dan merujuk pasien ke Puskesmas.
e. Pelayanan kontrasepsi.

K. Keberhasilan pengelolaan Posyandu

Keberhasilan pengelolaan posyandu memerlukan dukungan yang kuat


dari berbagai pihak, baik dukungan moril, materil, maupun fnansial. Selain
itu diperlukan adanya kerjasama, tekanan dan pengabdian para
pengelolanya termasuk kader. 

Apabila kegiatan Posyandu terselenggara dengan baik akan


memberikan kontribusi yang besar, dalam menurunkan angka
kematian ibu, bayi, dan anak balita.

Tabel 2.4
Strata Posyandu

NO NAMA DESA Strata Posyandu

1. Sekancing Purnama

2. Sekancing Ilir Purnama

3. Beringin Sanggul Mandiri

4. Baru Sakai Purnama

5. Bukit Punjung Mandiri


6. Rantau Limau Kapas Purnama

d. Desa Siaga Aktif


Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa
siaga lahir sebagai respon pemerintah terhadap masalah kesehatan di Indonesia
yang tak kunjung selesai. Tingginya angka kematian ibu dan bayi, munculnya
kembali berbagai penyakit lama seperti tuberkulosis paru, merebaknya berbagai
penyakit baru yang bersifat pandemik seperti SARS, HIV/AIDS dan flu burung
serta belum hilangnya penyakit endemis seperti diare dan demam berdarah
merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia. Bencana alam yang sering
menimpa bangsa Indonesia seperti gunung meletus, tsunami, gempa bumi,
banjir, tanah longsor dan kecelakaan massal menambah kompleksitas masalah
kesehatan di Indonesia.

Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan


kesehatan dari sebelumnya bersifat sentralistik dan top down menjadi lebih
partisipatif dan bottom up. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Desa siaga, desa siaga merupakan desa yang penduduknya
memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk
mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa siaga adalah suatu konsep
peran serta dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa, disertai dengan
pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara
kesehatannya secara mandiri.

Desa yang dimaksud di sini dapat berarti kelurahan atau nagari atau
istilah-istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asalusul dan adat-istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (Depkes, 2007).

Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem di suatu desa yang
bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah
bimbingan dan interaksi dengan seorang bidan dan 2 orang kader desa. Di
samping itu, juga dilibatkan berbagai pengurus desa untuk mendorong peran
serta masyarakat dalam program kesehatan seperti imunisasi dan posyandu
(Depkes 2009).

Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga adalah terwujudnya


masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan di wilayahnya. Selanjutnya, secara khusus, tujuan pengembangan
desa siaga (Depkes, 2006), adalah :

1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya


kesehatan.
2. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa.
3. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih
dan sehat.
4. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut (Depkes,
2006) :

1. Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan sekurang-
kurangnya 2 orang kader desa.
2. Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta peralatan
dan perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh masyarakat yang
dikenal dengan istilah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)
yang melaksanakan kegiatan-kegiatan minimal :
 Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi
kejadian luar biasa serta faktor-faktor risikonya.
 Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB serta
kekurangan gizi.
 Kesiapsiagaan    penanggulangan    bencana    dan kegawatdaruratan
kesehatan.
 Pelayanan    kesehatan    dasar,    sesuai    dengan kompetensinya.
 Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS,
penyehatan lingkungan dan lain-lain.

Prinsip pengembangan desa siaga (Depkes, 2008), yaitu :

1. Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan program
kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya masyarakat
yang terorganisir.
2. Desa siaga mengandung makna “kesiapan” dan “kesiagaan” Kesiagaan
masyarakat dapat didorong dengan memberi informasi yang akurat dan cepat
tentang situasi dan masalah-masalah yang mereka hadapi.
3. Prinsip respons segera. Begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah,
mereka melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu dan
apabila langkah tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan memberikan
bantuan (termasuk pustu, puskesmas, Dinkes, dan RSUD).
4. Desa siaga adalah “wadah” bagi masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan
untuk menyelenggarakan berbagai program kesehatan.

Secara organisasi, koordinasi dan kontrol proses pengembangan desa siaga


dilakukan oleh sebuah organisasi desa siaga. Organisasi desa siaga ini berada di
tingkat desa/kelurahan dengan penanggung jawab umum kepala desa atau lurah.
Sedangkan pengelola kegiatan harian desa siaga, bertugas melaksanakan kegiatan
lapangan seperti pemetaan balita untuk penimbangan dan imunisasi, pemetaan ibu
hamil, membantu tugas administrasi di poskesdes dan lain-lain.
Kegiatan pokok desa siaga

1. Surveilans dan pemetaan : Setiap ada masalah kesehatan di rumah tangga akan
dicatat dalam kartu sehat keluarga. Selanjutnya, semua informasi tersebut akan
direkapitulasi dalam sebuah peta desa (spasial) dan peta tersebut dipaparkan di
poskesdes.
2. Perencanaan partisipatif: Perencanaan partisipatif di laksanakan melal ui survei
mawas diri (SMD) dan musyawarah masyarakat desa (MMD). Melalui SMD,
desa siaga menentukan prioritas masalah. Selanjutnya, melalui MMD, desa
siaga menentukan target dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai
target tersebut. Selanjutnya melakukan penyusunan anggaran.
3. Mobilisasi sumber daya masyarakat : Melalui forum desa siaga, masyarakat
dihimbau memberikan kontribusi dana sesuai dengan kemampuannya. Dana
yang terkumpul bisa dipergunakan sebagai tambahan biaya operasional
poskesdes. Desa siaga juga bisa mengembangkan kegiatan peningkatan
pendapatan, misalnya dengan koperasi desa. Mobilisasi sumber daya
masyarakat sangat penting agar desa siaga berkelanjutan (sustainable).
4. Kegiatan khusus: Desa siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus yang
efektif mengatasi masalah kesehatan yang diprioritaskan. Dasar penentuan
kegiatan tersebut adalah pedoman standar yang sudah ada untuk program
tertentu, seperti malaria, TBC dan lain-lain. Dalam mengembangkan kegiatan
khusus ini, pengurus desa siaga dibantu oleh fasilitator dan pihak puskesmas.
5. Monitoring kinerja : Monitoring menggunakan peta rumah tangga sebagai bagian
dari surveilans rutin. Setiap rumah tangga akan diberi Kartu Kesehatan Keluarga
untuk diisi sesuai dengan keadaan dalam keluarga tersebut. Kemudian pengurus
desa siaga atau kader secara berkala mengumpulkan data dari Kartu Kesehatan
Keluarga untuk dimasukkan dalam peta desa.
6. Manajemen keuangan: Desa siaga akan mendapat dana hibah (block grant)
setiap tahun dari DHS-2 guna mendukung kegiatannya. Besarnya sesuai dengan
proposal yang diajukan dan proposal tersebut sebelumnya sudah direview oleh
Dewan Kesehatan Desa, kepala desa, fasilitator dan Puskesmas. Untuk menjaga
transparansi dan akuntabilitas, penggunaan dana tersebut harus dicatat dan
dilaporkan sesuai dengan pedoman yang ada.

Tahapan pengembangan desa siaga


Pengembangan desa siaga merupakan aktivitas yang berkelanjutan dan bersifat
siklus. Setiap tahapan meliputi banyak aktivitas.

1. Pada tahap 1 dilakukan sosialisasi dan survei mawas diri (SMD), dengan
kegiatan antara lain : Sosialisasi, Pengenalan kondisi desa, Membentuk
kelompok masyarakat yang melaksanakan SMD, pertemuan pengurus, kader
dan warga desa untuk merumuskan masalah kesehatan yang dihadapi dan
menentukan masalah prioritas yang akan diatasi.
2. Pada tahap 2 dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya, terdiri dari
penentuan prioritas masalah dan perumusan alternatif pemecahan masalah.
Aktivitas tersebut, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat 2 (MMD-2).
Selanjutnya, penyusunan rencana kegiatan, dilakukan pada saat musyawarah
masyarakat 3 (MMD-3). Sedangkan kegiatan antara lain memutuskan prioritas
masalah, menentukan tujuan, menyusun rencana kegiatan dan rencana biaya,
pemilihan pengurus desa siaga, presentasi rencana kegiatan kepada
masyarakat, serta koreksi dan persetujuan masyarakat.
3. Tahap 3, merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring, dengan kegiatan
berupa pelaksanaan dan monitoring rencana kegiatan.
4. Tahap 4, yaitu : kegiatan evaluasi atau penilaian, dengan kegiatan berupa
pertanggung jawaban.

Pada pelaksanaannya, tahapan diatas tidak harus berurutan, namun


disesuaikan dengan kondisi masing-masing desa/kelurahan.

Tabel 2.5
Strata Desa Siaga Aktif
NO NAMA DESA Strata Desa Siaga

1. Sekancing Pratama

2. Sekancing Ilir Pratama

3. Beringin Sanggul Pratama

4. Baru Sakai Pratama

5. Bukit Punjung Pratama

6. Rantau Limau Kapas Pratama

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN                 
1. Pada tahun 2021 Puskesmas Sekancing telah melaksanakan 6 program
pokok (Basic Six Program) ditambah 2 Muatan lokal kegiatan puskesmas.
2.         Pengukuran pencapaian hasil kegiatan untuk beberapa program seperti
KIA, GIZI, Imunisasi, telah dapat dievaluasi karena adanya target yang
telah ditetapkan oleh Dinas kesehatan tetapi untuk program-program
lainnya yang belum punya target agak sulit dievaluasi sehingga
pelaksanaan evaluasi hanya dengan menggunakan perbandingan hasil
kegiatan tahun lalu untuk mengukur keberhasilan program tersebut.
3.         Dalam pelaksanaan evaluasi laporan tahunan, digunakan taget dengan
mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) agar lebih mudah
dalam meningkatkan hasil kerja program  tersebut, walaupun beberapa
program dapat diukur melalui stratifikasi.
4.         Untuk program-program baru seperti Program Lansia dan Kesehatan
Kerja, perlu adannya penataan pelaksanaan program khususnya bagi
petugas pelakasana program yang bersangkutan perlu mendapat
perhatian khusus agar mereka dapat terampil dalam mengelolah program
tersebut.
B SARAN 
1. Perlu adanya motivasi atau pembinaan  bagi setiap petugas program
dalam ` bentuk pelatihan baik dipuskesmas maupun di Dinas Kesehatan
pada masing-masing penanggung jawab program.
2. Untuk pelaksanaan pencatatan dan pelaporan sekiranya dilakukan
pelatihan komputer untuk penanggungjawab tiap-tiap program dalam
rangka pencapaian faliditas data.
3. peningkatan supervisi dan bimbingan dari setiap seksi dari dinas
kesehatan  dalam upaya peningkatan kualitas dan cakupan program.
4. Perlu adanya Umpan balik serta tanggapan dari tingkat dinas atas
laporan rutin yang dibuat puskesmas baik laporan  bulanan dan triwulan
juga teguran tertulis bila terjadi kesalahan dan kekeliruan dalam
pencatatan serta pelaporan, sehingga petugas dapat memperbaiki dalam
rangka peningkatan program selanjutnya.
5. Penambahan petugas tehnisi yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap
program yang ada sehingga tidak terjadi banyaknya tugas rangkap.
6. Dalam pelaksanaan program-program baru perlu dibentuk Tim  perumus
agar dapat memantau dan mengevaluasi kemajuan pelaksanaan
program tersebut.
7. Diharapakan kepada pemerintah setempat ( Camat dan kepala desa )
serta institusi lintas sektor  untuk senantisa mendukung dan
menjalinkerjasama yang baik dalam melaksanakan program kesehatan
di masyarakat.

BAB  IV
P E N U T U  P
Evaluasi bidang kesehatan dengan menilai derajat kesehatan dari beberapa
aspek  diantaranya angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Aspek ini
dipengaruhi oleh upaya kesehatan yang dilakukan  melalui upaya peningkatan,
pemerataan pelayanan kesehatan
Sedangkan upaya kesehatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sumber
daya manusia, sumber daya sarana dan prasarana dan sumber dana.
Di era Desentralisasi, data dan Informasi kesehatan sangat penting artinya baik
dalam menunjang perencanaan kesehatan maupun sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan. Untuk menjawab kepentingan diatas,  maka profil ini
disusun setiap tahunnya yang memberikan gambaran tentang kondisi kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Sekancing dalam bentuk persentase pencapaian Upaya
Program Puskesmas. Profil ini disajikan dalam bentuk teks, table, gambar ( grafik )
untuk mempermudah menganalisis masalah kesehatan.
Progam kesehatan diera Desentralisasi terjadi beberapa perubahan terutama
dalam hal perencanaan kesehatan yang semakin dibutuhkan. Sementara dalam hal
pendanaan kondisinya masih jauh dari anggaran yang layak untuk bidang kesehatan.
Demikian hasil sajian kami, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai