PROMOSI KESEHATAN
PUSKESMAS SEKANCING
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadhirat Allah Swt., atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Profil Promosi
Kesehatan Puskesmas Sekancing tahun 2022, sebagai salah satu koreksi untuk dasar
pelaksanaan tugas kedepan yang semakin sulit dan kompleks.
Pembuatan profil ini berpedoman pada keputusan Menteri Kesehatan RI.
Indikator yang telah ditetapkan adalah kinerja Standar Palayanan Minumal (SPM)
Bidang kesehatan yang meliputi gambaran tentang derajat kesehatan, keadaan
lingkungan, keadaan prilaku masyarakat, upaya kesehatan dan manejemen kesehatan.
Buku profil ini merupakan hasil pelaksanaan kegiatan program kesehatan di
Puskesmas Sekancing tahun 2019 yang kemudian disusun sebagai Profil Puskesmas
Sekancing tahun 2020. Kami berharap Profil ini dapat memberikan gambaran
kesehatan di Puskesmas Sekancing serta dapat dimanfaatkan untuk perencanaan
kegiatan maupun penilaian program pembangunan di bidang kesehatan di tahun
berikutnya.
Semoga dengan tersusunnya Profil Promosi Kesehatan Puskesmas Sekancing
ini, akan menjadi bahan evaluasi untuk acuan dalam melaksanakan kegiatan di
Puskesmas Sekancing kedepan sehingga hasil cakupan akan meningkat, fungsi
pelayanan dapat berjalan dengan baik sehingga dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang memuaskan bagi masyarakat.
Sekancing, Desember 2022
Koordinator PROMKES
UMMI KHUZAIFAH,SKM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah “
Bagaimanakah gambaran umum Promosi Kesehatan dan Perilaku Masyarakat di
Puskesmas Sekancing tahun 2022”.
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
a) Segala aktivitas promosi kesehatan memiliki tujuan memberikan
informasi bagi masyarakat terkait segala hal yang bertujuan pada
peningkatan kualitas kesehatan; baik itu kesehatan individu maupun
masyarakat.
b) Tersedianya data informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai
kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen
kesehatan secara berhasil guna dan berdayaguna
b. Tujuan Khusus
a) Untuk memberikan gambaran tentang Promosi Kesehatan dan Perilaku
Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Sekancing secara
b) Untuk dijadikan bahan masukan untuk pengevaluasian mengenai hal-hal
yang masih perlu diperbaiki.
c) Memberikan analisis-analisis yang mendukung penyediaan informasi
dalam menyusun alokasi dana/anggaran program kesehatan
D. Bahan dan Pedoman
Bahan yang dipakai pada penyusunan Profil Promosi Kesehatan
puskesmas adalah hasil pelaksanaan pelayanan kesehatan, manejemen
puskesmas dan mutu pelayanan. Sedangkan dalam pelaksanaannya mulai dari
pengumpulan data, pengolahan data, analisis hasil/masalah sampai dengan
penyusunan laporan berpedoman pada juknis dari Dinkes provinsi tahun 2019.
BAB II
PEMBAHASAN
A. GAMBARAN WILAYAH
Puskesmas Sekancing dengan luas wilayah kerja kurang lebih 275 km 2.
Merupakan Puskesmas yang berada di Kecamatan Tiang Pumpung yang terdiri
dari 6 (Enam) Desa sebagai berikut :
Tabel 2.1
Data Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas
B. CAPAIAN PROGRAM
a. PHBS Sekolah
Ruang lingkup dan tujuan UKS tidak lain mengarah pada praktik perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah. Karena terdiri dari sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan
sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran.Sehingga secara
mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta
berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Indikator PHBS di Sekolah
Tabel 2.2
Data PHBS Sekolah
Tabel 2.3
Capaian PHBS Rumah Tangga di Wilayah kerja Puskesmas Sekancing
c. Posyandu
DEFINISI
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar untuk mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
Strata Posyandu
1. Posyandu Pratama
2. Posyandu Madya
3. Posyandu Purnama
4. Posyandu Mandiri
Manfaat Posyandu
a. Menjadi peserta KB
b. Dapat memilih alat kontrasepsi jangka pendek atau jangka panjang
yang cocok dan tepat penggunaan.
• Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) atau pil besi, minimal 3 kali
pemberian atau 90 TTD Immunisasi TT
• Pemeriksaan Kehamilan (minimal 4 kali selama hamil)
2. Gizi
3. Immunisasi
4. KB
• Immunisasi
• Lingkungan Bersih dan Sehat
• Penanggulangan HIV/AIDS, Malaria, TB dan DBD
•HIV/AIDS
•Perdagangan manusia
• Kekerasan dalam rumah tangga
G. Sasaran Posyandu
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat/keluarga, utamanya adalah
bayi baru lahir, bayi, anak balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, PUS,
remaja dan Lanjut Usia (Lansia)
H. Pelaksana Posyandu
Meja II:
Penimbangan bayi dan balita.
Pelayanan ibu menyusui, ibu hamil, PUS.
Meja III: Pengisian KMS.
Meja IV:
Penyuluhan perorangan pada ibu hamil, menyusui, PUS.
Pelayanan oralit, vitamin A dosis tinggi.
Pemberian tablet besi.
Meja V:
Pelayanan KIA (pemeriksaan ibu hamil, pemberian imunisasi).
Pelayanan KB.
Pelayanan pengobatan.
J. Peran Fungsi Tenaga Kesehatan di POSYANDU
Tabel 2.4
Strata Posyandu
1. Sekancing Purnama
Desa yang dimaksud di sini dapat berarti kelurahan atau nagari atau
istilah-istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asalusul dan adat-istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (Depkes, 2007).
Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem di suatu desa yang
bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah
bimbingan dan interaksi dengan seorang bidan dan 2 orang kader desa. Di
samping itu, juga dilibatkan berbagai pengurus desa untuk mendorong peran
serta masyarakat dalam program kesehatan seperti imunisasi dan posyandu
(Depkes 2009).
Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut (Depkes,
2006) :
1. Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan sekurang-
kurangnya 2 orang kader desa.
2. Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta peralatan
dan perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh masyarakat yang
dikenal dengan istilah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)
yang melaksanakan kegiatan-kegiatan minimal :
Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi
kejadian luar biasa serta faktor-faktor risikonya.
Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB serta
kekurangan gizi.
Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan.
Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya.
Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS,
penyehatan lingkungan dan lain-lain.
1. Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan program
kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya masyarakat
yang terorganisir.
2. Desa siaga mengandung makna “kesiapan” dan “kesiagaan” Kesiagaan
masyarakat dapat didorong dengan memberi informasi yang akurat dan cepat
tentang situasi dan masalah-masalah yang mereka hadapi.
3. Prinsip respons segera. Begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah,
mereka melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu dan
apabila langkah tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan memberikan
bantuan (termasuk pustu, puskesmas, Dinkes, dan RSUD).
4. Desa siaga adalah “wadah” bagi masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan
untuk menyelenggarakan berbagai program kesehatan.
1. Surveilans dan pemetaan : Setiap ada masalah kesehatan di rumah tangga akan
dicatat dalam kartu sehat keluarga. Selanjutnya, semua informasi tersebut akan
direkapitulasi dalam sebuah peta desa (spasial) dan peta tersebut dipaparkan di
poskesdes.
2. Perencanaan partisipatif: Perencanaan partisipatif di laksanakan melal ui survei
mawas diri (SMD) dan musyawarah masyarakat desa (MMD). Melalui SMD,
desa siaga menentukan prioritas masalah. Selanjutnya, melalui MMD, desa
siaga menentukan target dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai
target tersebut. Selanjutnya melakukan penyusunan anggaran.
3. Mobilisasi sumber daya masyarakat : Melalui forum desa siaga, masyarakat
dihimbau memberikan kontribusi dana sesuai dengan kemampuannya. Dana
yang terkumpul bisa dipergunakan sebagai tambahan biaya operasional
poskesdes. Desa siaga juga bisa mengembangkan kegiatan peningkatan
pendapatan, misalnya dengan koperasi desa. Mobilisasi sumber daya
masyarakat sangat penting agar desa siaga berkelanjutan (sustainable).
4. Kegiatan khusus: Desa siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus yang
efektif mengatasi masalah kesehatan yang diprioritaskan. Dasar penentuan
kegiatan tersebut adalah pedoman standar yang sudah ada untuk program
tertentu, seperti malaria, TBC dan lain-lain. Dalam mengembangkan kegiatan
khusus ini, pengurus desa siaga dibantu oleh fasilitator dan pihak puskesmas.
5. Monitoring kinerja : Monitoring menggunakan peta rumah tangga sebagai bagian
dari surveilans rutin. Setiap rumah tangga akan diberi Kartu Kesehatan Keluarga
untuk diisi sesuai dengan keadaan dalam keluarga tersebut. Kemudian pengurus
desa siaga atau kader secara berkala mengumpulkan data dari Kartu Kesehatan
Keluarga untuk dimasukkan dalam peta desa.
6. Manajemen keuangan: Desa siaga akan mendapat dana hibah (block grant)
setiap tahun dari DHS-2 guna mendukung kegiatannya. Besarnya sesuai dengan
proposal yang diajukan dan proposal tersebut sebelumnya sudah direview oleh
Dewan Kesehatan Desa, kepala desa, fasilitator dan Puskesmas. Untuk menjaga
transparansi dan akuntabilitas, penggunaan dana tersebut harus dicatat dan
dilaporkan sesuai dengan pedoman yang ada.
1. Pada tahap 1 dilakukan sosialisasi dan survei mawas diri (SMD), dengan
kegiatan antara lain : Sosialisasi, Pengenalan kondisi desa, Membentuk
kelompok masyarakat yang melaksanakan SMD, pertemuan pengurus, kader
dan warga desa untuk merumuskan masalah kesehatan yang dihadapi dan
menentukan masalah prioritas yang akan diatasi.
2. Pada tahap 2 dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya, terdiri dari
penentuan prioritas masalah dan perumusan alternatif pemecahan masalah.
Aktivitas tersebut, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat 2 (MMD-2).
Selanjutnya, penyusunan rencana kegiatan, dilakukan pada saat musyawarah
masyarakat 3 (MMD-3). Sedangkan kegiatan antara lain memutuskan prioritas
masalah, menentukan tujuan, menyusun rencana kegiatan dan rencana biaya,
pemilihan pengurus desa siaga, presentasi rencana kegiatan kepada
masyarakat, serta koreksi dan persetujuan masyarakat.
3. Tahap 3, merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring, dengan kegiatan
berupa pelaksanaan dan monitoring rencana kegiatan.
4. Tahap 4, yaitu : kegiatan evaluasi atau penilaian, dengan kegiatan berupa
pertanggung jawaban.
Tabel 2.5
Strata Desa Siaga Aktif
NO NAMA DESA Strata Desa Siaga
1. Sekancing Pratama
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pada tahun 2021 Puskesmas Sekancing telah melaksanakan 6 program
pokok (Basic Six Program) ditambah 2 Muatan lokal kegiatan puskesmas.
2. Pengukuran pencapaian hasil kegiatan untuk beberapa program seperti
KIA, GIZI, Imunisasi, telah dapat dievaluasi karena adanya target yang
telah ditetapkan oleh Dinas kesehatan tetapi untuk program-program
lainnya yang belum punya target agak sulit dievaluasi sehingga
pelaksanaan evaluasi hanya dengan menggunakan perbandingan hasil
kegiatan tahun lalu untuk mengukur keberhasilan program tersebut.
3. Dalam pelaksanaan evaluasi laporan tahunan, digunakan taget dengan
mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) agar lebih mudah
dalam meningkatkan hasil kerja program tersebut, walaupun beberapa
program dapat diukur melalui stratifikasi.
4. Untuk program-program baru seperti Program Lansia dan Kesehatan
Kerja, perlu adannya penataan pelaksanaan program khususnya bagi
petugas pelakasana program yang bersangkutan perlu mendapat
perhatian khusus agar mereka dapat terampil dalam mengelolah program
tersebut.
B SARAN
1. Perlu adanya motivasi atau pembinaan bagi setiap petugas program
dalam ` bentuk pelatihan baik dipuskesmas maupun di Dinas Kesehatan
pada masing-masing penanggung jawab program.
2. Untuk pelaksanaan pencatatan dan pelaporan sekiranya dilakukan
pelatihan komputer untuk penanggungjawab tiap-tiap program dalam
rangka pencapaian faliditas data.
3. peningkatan supervisi dan bimbingan dari setiap seksi dari dinas
kesehatan dalam upaya peningkatan kualitas dan cakupan program.
4. Perlu adanya Umpan balik serta tanggapan dari tingkat dinas atas
laporan rutin yang dibuat puskesmas baik laporan bulanan dan triwulan
juga teguran tertulis bila terjadi kesalahan dan kekeliruan dalam
pencatatan serta pelaporan, sehingga petugas dapat memperbaiki dalam
rangka peningkatan program selanjutnya.
5. Penambahan petugas tehnisi yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap
program yang ada sehingga tidak terjadi banyaknya tugas rangkap.
6. Dalam pelaksanaan program-program baru perlu dibentuk Tim perumus
agar dapat memantau dan mengevaluasi kemajuan pelaksanaan
program tersebut.
7. Diharapakan kepada pemerintah setempat ( Camat dan kepala desa )
serta institusi lintas sektor untuk senantisa mendukung dan
menjalinkerjasama yang baik dalam melaksanakan program kesehatan
di masyarakat.
BAB IV
P E N U T U P
Evaluasi bidang kesehatan dengan menilai derajat kesehatan dari beberapa
aspek diantaranya angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Aspek ini
dipengaruhi oleh upaya kesehatan yang dilakukan melalui upaya peningkatan,
pemerataan pelayanan kesehatan
Sedangkan upaya kesehatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sumber
daya manusia, sumber daya sarana dan prasarana dan sumber dana.
Di era Desentralisasi, data dan Informasi kesehatan sangat penting artinya baik
dalam menunjang perencanaan kesehatan maupun sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan. Untuk menjawab kepentingan diatas, maka profil ini
disusun setiap tahunnya yang memberikan gambaran tentang kondisi kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Sekancing dalam bentuk persentase pencapaian Upaya
Program Puskesmas. Profil ini disajikan dalam bentuk teks, table, gambar ( grafik )
untuk mempermudah menganalisis masalah kesehatan.
Progam kesehatan diera Desentralisasi terjadi beberapa perubahan terutama
dalam hal perencanaan kesehatan yang semakin dibutuhkan. Sementara dalam hal
pendanaan kondisinya masih jauh dari anggaran yang layak untuk bidang kesehatan.
Demikian hasil sajian kami, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.