Makalah Demokrasi Menurut Pandangan Isla
Makalah Demokrasi Menurut Pandangan Isla
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................
DAFTAR ISI ...................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ...........................................................................
b. Rumusan Masalah ...................................................................................
c. Tujuan .........................................................
d. Manfaat .........................
BAB 2 ISLAM, MUSYAWARAH DAN DEMOKRASI
1. Definisi Demokrasi
2. Perkembangan Demokrasi di Indonesia ..............................
3. Pandangan Islam Tentang Demokrasi .............................................
4. Demokrasi sebagai Implementasi Sila Keempat .............................
5. Musyawarah ..............................................................................
BAB 3 ANALISIS DAN KOMENTAR
1. Persamaan dan Perbedaan Islam Dengan Demokrasi.................
2. Pandangan Ulama Tentang Demokrasi ...........................
Yusuf al-Qardhawi
Salim Ali al-Bahnasawi
3. Demokrasi dan Kesejahteraan
4. Islam Mengsejahterakan Rakyat
BAB 4 PENUTUP
Kesimpulan ................................................................
Saran .......................................................
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Demokrasi merupakan sebuah sistem yang paling banyak dianut pada masa ini. Saat ini,
banyak sekali Negara yang menganut sistem demokrasi sebagai sistem pemerintahannya.
Demokrasi sendiri berarti sistem yang berasal dari rakyat,oleh rakyat dan untuk rakyat.
Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, partisipasi
dalam pengambilan keputusan, dan persamaan hukum. Dalam tradisi negara-negara barat,
demokrasi didasarkan pada penekanan bahwa rakyat seharusnya menjadi pemerintah bagi
dirinya sendiri dan wakil rakyat menjadi pengendali yang bertanggung jawab terhadap
tugasnya. Oleh karenanya, rakyat tidak mungkin mengambil keputusan karena jumlah yang
terlalu besar. Maka dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat. Pemerintah dipilih secara
langsung oleh rakyat dan berfungsi sebagai penyalur aspirasi dan membuat kebijakan untuk
kepentingan rakyat demi kesejahteraan rakyat.
Sistem demokrasi pun dipercaya sebagai sebuah sistem pemerintahan di Indonesia.
Indonesia memiliki badan legislatif yang anggotanya merupakan wakil rakyat. Rakyat juga
berwenang memilih presiden dan wakil presiden. Namun kenyataannya, Indonesia masih
dalam masa “belajar” berdemokrasi, masih dalam masa sosialisasi tentang demokrasi yang
sebenarnya. Masih banyak rakyat yang tidak mengerti hakikat dari berdemokrasi, dan masih
banyak pula yang salah mengaplikasikan bentuk dari demokrasi tersebut.
Dalam Islam, demokrasi telah diajarkan Rasulullah SAW. Yaitu dengan musyawarah.
Contohnya, pada saat perang badar, beliau mendengarkan saran sahabatnya mengenai lokasi
perang walaupun itu bukan pilihan yang yang diajukan olehnya. Rasulullah pun mulai sering
melakukan musyawarah bersama sahabat-sahabatnya untuk memutuskan sesuatu. Namun
yang terjadi saat ini, banyak orang yang menganggap bahwa sistem demokrasi diadaptasi dari
Negara-negara barat, sehingga sistem demokrasi dianggap tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
Islam. Musyawarah dalam Islam dianggap sebagai suatu cara untuk menemui kata mufakat
secara adil dan kekeluargaan. Sedangkan sistem demokrasi negara barat dianggap memiliki
tujuan yang bersifat duniawi dan materialistis. Maka dari itu, kita perlu memahami hakikat
demokrasi, musyawarah dan pelaksanaan demokrasi yang ideal yang sesuai dengan kaidah-
kaidah Islam serta sesuai dengan cita-cita bangsa dalam Pancasila.
b. Rumusan Masalah
1. Apa makna dari demokrasi dan bagaimana perkembangannya?
2. Bagaimana pandangan Islam terhadap demokrasi?
3. Bagaimana pandangan demokrasi menurut pancasila?
4. Apa makna dari musyawarah dalam Islam?
c. Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
2. Untuk memberikan pemahaman mengenai makna demokrasi dan musyawarah.
3. Untuk memberikan gambaran bagaimana pelaksanaan demokrasi dengan pancasila.
4. Untuk memberikan penjelasan mengenai pandangan Islam terhadap demokrasi.
d. Manfaat
Dengan memahami demokrasi dan musyawarah yang sesungguhnya, maka akan
terciptanya pengaplikasian nilai-nilai demokrasi maupun musyawarah tersebut dengan baik
dalam kehidupan sehari-hari menurut pandangan islam.
BAB 2
ISLAM, MUSYAWARAH DAN DEMOKRASI
1. Definisi Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri atas dua kata, yaitu demos,
yang berarti rakyat, dan cratein, yang berarti pemerintah. Maka dilihat dari arti katanya,
istilah demokrasi mengandung arti pemerintahan rakyat, yang kemudian lebih dikenal dengan
pengertian pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (government from the
people, by the people, and for people).
Batasan demokrasi menurut pengertian secara harafiah diatas menimbulkan kontradiksi
dalam pemahamannya, karena dalam pengertian demikian berarti yang berjumlah lebih
banyak memerintah yang jumlahnya lebih sedikit, sedangkan dalam kenyataannya adalah
sebaliknya, yaitu yang berjumlah lebih sedikit memerintah, yang berjumlah lebih banyak
diperintah. Mengenai pengertian demokrasi ini Jean Jacques Rousseau mengemukakan.
“Kalau dipegang arti kata seperti diartikan umum, maka demokrasi yang sungguh-
sungguh tidak pernah ada dan tidak ada. Adalah berlawanan dengan kodrat alam, bahwa yang
berjumlah terbesar memerintah, sedangkan yang paling sedikit harus diperintah”
Berhubungan dengan hal itu, maka demokrasi dapat diberikan pengertian sebagi suatu
sistem pemerintahan yang mengikutsertakan rakyat. Dari hal tersebut sesungguhnya
pengertian demokrasi itu mengalami perkembangan sejalan dengan paham dan asas yang
dianut oleh suatu Negara dalam kehidupan bernegara.
Negara-negara yang ada didunia kini mendasarkan diri atas paham dan asas demokrasi,
meskipun paham dan asas yang dianutnya tersebut didalam pelaksanaannya tidak sama atau
berbeda, sehingga kita mengenal adanya berbagai sebutan yang dikaitkan dengan paham
demokrasi, seperti : social democracy, liberal democracy, people democracy, guided
democracy, dan sebagainya.
Pelaksanaan demokrasi yang tidak sama antara Negara yang satu dengan lainnya dapat
dilihat dalam berbagai konstitusi Negara, dimana dikenal adanya macam-macam bentuk dan
sistem ketatanegaraan seperti: Negara kesatuan dan Negara federal, Negara republik dan
Negara kerajaan, dengan sistem yang dianutnya sepert: sistem satu kamar dan dua kamar,
sistem pemerintahan parlementer dan pemerintahan presidensil, sistem diktatorial dan sistem
campuran, dan sebagainya.
Dengan demikian secara umum dapat dijelaskan bahwa watak demokrasi Pancasila tidak
berbeda dengan demokrasi pada umumnya. Karena demokrasi Pancasila memandang
kedaulatan rakyat sebagai inti dari sistem demokrasi. Namun demikian “demokrasi
Pancasila” dalam rezim Orde Baru hanya sebagai retorika dan gagasan belum sampai pada
tataran praktis atau penerapan. Karena dalam praktiknya rezim ini sangat tidak memberikan
ruang bagi kehidupan berdemokrasi.
Pertama, Islam dan demokrasi adalah dua sistem politik yang berbeda. Islam dipandang
sebagai sistem politik alternatif terhadap demokrasi. Demokrasi sebagai sistem barat tidak
tepat untuk dijadikan acuan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sementara Islam
sebagai agama kaffah yang tidak hanya mengatur aspek teologi (aqidah) dan ibadah,
melainkan mengatur segala aspek kehidupan umat manusia. Ini diungkapkan oleh elit
kerajaan Arab Saudi dan elit politik Iran pada masa awal revolusi Iran, Syekh FadhAllah
Nuri, Sayyid Qutb, Thabathabi, Al-Sya’rawi dan Ali Benhadj.
Kedua, kelompok yang menyatakan bahwa Islam dan Demokrasi merupakan konsep yang
sejalan setelah diadakan penyesuaian penafsiran terhadap konsep demokrasi itu sendiri.
Diantara tokoh dari kelompok ini adalah al-Maududi, Abdul Fattah Morou, dan Taufiq Asy-
Syawi.
Ketiga, Islam adalah sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem demokrasi .
Pandangan ini yang paling dominan yang ada di Indonesia, karena demokrasi sudah menjadi
bagian integral sistem pemerintahan Indonesia dan Negara-negara Islam lainnya. Diantara
tokoh-tokohnya yaitu, Fahmi Huwaidi, al-Aqqad, M Husain Haekal, Robert N. Bellah. Di
Indonesia diwakili oleh Nurcholis Majid (Cak Nur), Amien Rais, Munawir Syadzali, A.
Syafi’i Ma’arif dan Abdurrahman Zahid.
Penerimaan Negara-negara Islam terahadap demokrasi bukan bararti demokrasi dapat
berkembang dengan cepat secara otomatis. Ada beberapa alas an teoritis yang dapat
menjelaskan tentang lambatnya pertumbuhan dan perkembangan demokrasi di dunia Islam :
Pemahaman doktrinal menghambat praktek demokrasi. Hal ini disebabkan oleh
kebanyakan kaum muslim yang cenderung memahami demokrasi sebagai sesuatu
yang bertentangan dengan Islam.
Persoalan kultur. Sebenarnya demokrasi telah dicoba di Negara-negara Islan sejak
paruh pertama abad dua puluh tetapi gagal. Tampaknya ia akan sukses pada masa-
masa mendatang, karena warisan kultural masyarakat muslim sudah terbiasa dengan
otokrasi dan ketaatan pasif. Persoalan kultur ditengarai sebagai yang paling
bertanggung jawab mengapa sulit membangun demokrasi di Negara Islam. Sebab,
secara doktrinal, pada dasarnya hamper tidak dijumpai hambatan teologis dikalangan
tokoh-tokoh partai, ormas, atau gerakan Islam. Bahkan ada kecenderungan untuk
merambah tugas baru yaitu merekonsiliasi perbedaan antara teori politik modern
dengan doktrin Islam.
Lambannya pertumbuuhan demokrasi di dunia Islam tak ada hubungannya dengan
teologi maupun kultur, melainkan lebih terkait dengan sifat alamiah demokrasi itu
sendiri. Untuk membangun demokrasi dibutuhkan kesungguhan, kesabaran, dan
diatas segalanya adalah waktu. Jhon Esposito dan O. Voll adalah tokoh yang tetap
optimis terhadap masa depan demokrasi di dunia Islam. Terlepas dari itu semua, tak
dapat diragukan lagi, pengalaman empirik demokrasi dalam sejarah Islam memang
terbatas.
4. Demokrasi sebagai Implementasi Sila Keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan
Sila keempat ini mempunyai makna bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat, dan dalam
melaksanakan kekuasaannya, rakyat menjalankan sistem perwakilan (rakyat memilih wakil-
wakilnya mealui pemilihan umum) dan keputusan-keputusan yang diambil dilakukan dengan
jalan musyawarah yang dikendalikan dengan pikiran yang sehat, jernih, logis, serta penuh
tanggung jawab baik kepada Tuhan maupun rakyat yang diwakilinya. Butir-butir
implementasi sila keempat adalah sebagai berikut :
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. Butir ini menghendaki
masyarakat harus mengawal wakil rakyat yang dipilih lewat pemilu, agar setiap
keputusan wakil rakyat mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Butir ini menghendaki setiap warga
negara untuk tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, menghormati setiap
perbedaan, dan dengan akal sehat melakukan kompromi demi kebaikan masyarakat
dan negara.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama. Butir ini menghendaki adanya musyawarah yaitu pembahasan secara
bersama-sama atas suatu penyelesaian masalah.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. Butir ini
menghendaki agar pengambilan keputusan secara bersama-sama didasarkan semangat
kekeluargaan yaitu hubungan kekerabatan yang sangat erat dan mendasar di
masyarakat.
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah. Butir ini menghendaki, setiap keputusan yang diambil dalam
musyawarah untuk diterima dan dilaksanakan dengan baik
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Butir ini menghendaki prinsip musyawarah dalam memecahkan masalah bukan
menang dan kalah, serta kepentingan golongan, tetapi dengan menggunakan akal
sehat, tidak mabuk dan anarki, sesuai dengan hati nurani.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat martabat manusia serta nilai-nilai
kebenaran dan keadilan.
5. Musyawarah
Kata musyawarah terambil dari kata (ورKKK) ش syawara yang pada mulanya bermakna
“mengeluarkan madu dari sarang lebah”. Makna ini kemudian berkembang, sehingga
mencakup segala sesuatu yang dapat diambil / di keluarkan dari yang lain ( termasuk
pendapat). Orang yang bermusyawarah bagaikan orang yang minum madu(Quraish Shihab :
2001)
Dari makna dasarnya ini diketahui bahwa lingkaran musyawarah yang terdiri dari peserta
dan pendapat yang akan disampaikan adalah lingkaran yang bernuansa kebaikan. Peserta
musyawarah adalah bagaikan lebah yang bekerja sangat disiplin, solid dalam bekerja sama
dan hanya makan dari hal- hal yang baik saja ( disimbolkan dengan kembang), serta tidak
melakukan gangguan apalagi merusak dimanapun ia hinggap dengan catatan ia tidak
diganggu. Bahkan sengatannya pun bisa menjadi obat. Sedangkan isi atau pendapat
musyawarah itu bagaikan madu yang dihasilkan oleh lebah. Madu bukan hanya manis tapi
juga menjadi obat dan karenanya menjadi sumber kesehatan dan kekuatan. Itulah hakekat
dan semangat sebenarnya dari musyawarah. Karenanya kata tersebut tidak digunakan kecuali
untuk hal- hal yang baik- baik saja.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekeliling. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan maksudnya : urusan peperangan dan hal-
hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-
lainnya.kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal-lah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya (Q.S. Ali
Imran : 159)
Perintah bermusyawarah pada ayat diatas turun setelah peristiwa menyedihkan pada
perang uhud. Ketika itu menjelang pertempuran, Nabi mengumpulkan sahabat-sahabatnya
untuk memusyawarahkan bagaimana sikap menghadapi musuh yang sedang dalam perjalanan
dari Mekah ke Madinah. Nabi cenderung bertahan di kota Madinah, dan tidak keluar
menghadapi musuh yang datang dari mekah. Sahabat-sahabat beliau, terutama kamu muda
yang penuh semangat mendesak agar kaum muslim, dibawah pimpinan Nabi Muhammad
SAW keluar menghadapi musuh.
Pendapat mereka itu mendapat dukungan mayoritas, sehingga Nabi menyetujuinya.
Tetapi, peperangan berakhir dengan gugurnya para sahabat yang jumlahnya tidak kurang dari
tujuh puluh orang. Konteks turunnya ayat ini, serta kondisi psikologis yang dialami Nabi dan
sahabat beliau amat perlu digaris bawahi untuk melihat bagaimana pandangan Al-Quran
tentang musyawarah.
Ayat ini seakan-akan berpesan kepada Nabi, bahwa musyawarah harus tetap
dipertahankan dan dilanjutkan. Walaupun terbukti pendapat yang mereka putuskan keliru.
Kesalahan mayoritas lebih dapat ditoleransi dan dapat menjadi tanggung jawab
bersama,dibandingkan dengan kesalahan seseorang meskipun diakui kejituan pendapatnya
sekalipun.
Dari ayat tersebut dapat diambil empat sikap ideal ketika dan setelah melakukan
musyawarah :
Kita sering mendengar mengenai Syura jika berbicara tentang musyawarah. Syura,
sebenarnya adalah suatu forum, dimana setiap orang mempunyai kemungkinan untuk terlibat
dalam urun rembuk, tukar pikiran, membentuk pendapat, dan memcahkan suatu persoalan
bersama.
Musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan bersama
dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah. Bermusyawarah artinya
berunding atau berembug. Sedangkan permusyawaratan berarti berunding. Sehingga jelaslah
bahwa permusyawaratan dalam sila keempat Pancasila merupakan perundingan dalam rangka
pembahasan bersama dengan maksud untuk mencapai keputusan terhadap suatu masalah
yang menyangkut orang banyak.
BAB 3
ANALISIS DAN KOMENTAR
Amerika pun tidak luput dari kemiskinan, jumlah orang yang tinggal di kawasan-
kawasan sangat miskin telah bertambah sepertiga selama dasawarsa terakhir. (The Brookings
Institution). Bahkan menurutVoice of America, jumlah total angka kemiskinan di negara
demokrasi terbesar itu meningkat pada posisi tertinggi sebanyak 46,2 juta jiwa. Angka ini
merupakan rekor tertinggi sejak Badan Statistik AS mulai melakukan pendataan keluarga
miskin pada tahun 1959. Di sisi lain perekonomian Amerika mengalami kebangkrutan.
Perang Irak dan Afghanistan telah menguras keuangan negara Paman Sam ini, ditambah lagi
krisis keuangan tahun 2008 telah menghancurkan industri jasa keuangan Amerika. Pada
bulan September 2010 lalu, telah kolaps bank Amerika yang ke-300. Dari tahun 2007-2010,
perekonomian Amerika telah mengalarni defisit hingga lebih dari 16 trilyun dollar AS.
Amerika juga menjadi salah satu negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di dunia,
yaitu 17 persen, sebuah angka pengangguran tertinggi selama 45 tahun temkhir. Saat ini
utang negara adidaya Amerika Serikat mencapai batas atas yaitu $ 14.300.000.000.000 ($14.3
trilliun), sehingga utang per kapita penduduk AS termasuk tertinggi di dunia. Setiap warga
AS mempunyai utang 13 kali lebih besar dari pendapatan mereka.
Pada dekade 1970-an dan 1990-an, sebagian besar negara-negara industri baru (newly
industrialised countries) yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi tergolong
otoriter. sebagian besar negara-negara di Timur Tengah yang makmur juga tidak demokratis.
Adapun India, yang ketika itu sudah demokratis, memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan
kemakmuran di bawahnya. Vietnam yang secara de facto menganut sistem pemerintahan
otoriter juga mendemonstrasikan kinerja ekonomi yang menawan sejak pertengahan 1990-an.
Pada 2011 pertumbuhan ekonominya mencapai 7%, bahkan diduga akan menjadi raksasa
baru ekonomi Asia (Antara, 7/5/2011). Singapura yang juga semiotoriter menjadi salah satu
negara paling makmur di dunia tanpa perlu mengalami demokratisasi. Hal yang sama terjadi
pada Tiongkok yang bisa tumbuh pesat seperti sekarang, meski pemerintahannya tetap
otoriter. Sebaliknya, Indonesia yang dibangga-banggakan sebagai negara demokratis justru
rakyatnya tetap miskin, sementar korupsinya makin merajalela.
Sejarah telah membuktikannya, syariah Islam telah menciptakan kesejahteraan rakyat bagi
jutaan manusia selama berabad-abad, tanpa mengenal kata krisis.
Pada masa khalifah umar bin Abdul Aziz, beliau pernah menugaskan salah seorang
pegawainya yang bernama Yahya bin Sa’ad untuk membagikan zakat kepada penduduk fakir
miskin dikawasan Afrika Utara. Tidak lama kemudian ia kembali menghadap khalifah, dan
melaporkan bahwa tidak ada seorang pun yang fakir dan miskin, yang berhak menerima
zakat. Ini menggambarkan bahwa untuk pertama kalinya di dalam sejarah, tidak ada
penduduk Afrika yang fakir dan miskin, semuanya mendapatkan kemakmuran dan
kesejahteraan hidup. Dan hal itu hanya terjadi tatkala Afrika berada dibawah sistem Islam.
Hal ini sesuai dengan Firman Allah Al-‘araf: 96
ْ ُُوا فََأخ َْذنَاهُم بِ َما َكان
َوا يَ ْك ِسبُون ْ ض َولَـ ِكن َك َّذب
ِ ْت ِّمنَ ال َّس َما ِء َواَألر ْ َوا َواتَّق
ٍ وا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِهم بَ َر َكا ْ َُولَوْ َأ َّن َأ ْه َل ْالقُ َرى آ َمن
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf:
96)
Sebab dalam sistem politik Islam, kedaulatan hanyalah milik syariah bukan milik
rakyat. Imam asy-Syaukani, dalam bukunya menyatakan bahwa sejak dulu tidak ada
perbedaan di tengah kaum muslim bahwa kedaulatan hanya milik syariah. Artinya syariahlah
yang mengelola dan mengendalikan kehendak individu maupun umat. Kemudian timbul
pertanyaan, apa keuntungan dan manfaat kedaulatan ditangan syariah?
Pertama, Kita telah berada dijalan yang benar bukan dijalan yang salah yaitu
menjalankan perintah Allah dengan menerapkan syariat Islam. Kedua, sebagai mana kita
ketahui, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi, tidak ada lagi kekuasaan yang lebih tinggi,
bahkan yang sepadan sekalipun. Ketiga, kekuasaan itu bersifat mutlak. Artinya, mencakup
semua perkara, semua orang dan semua kondisi. Keempat, kekuasaan itu memiliki kontrol
penuh atas segala urusan.
Dengan demikian, karena kedaulatan itu ialah kekuasaan yang mengelola dan
mengendalikan kehendak suatu umat. Maka dalam Islam, Kekuasaan tertinggi yang bersifat
absolut, mutlak dan yang berhak mengeluarkan hukum ialah yang Maha segala-segalanya
yaitu Allah swt, yang bersumber dari al-Quran dan Al-Hadits. Sebagaimana firmannya QS,
an-Nisa’: 59:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep demokrasi tidak sepenuhnya
bertentangan dan tidak sepenuhnya sejalan dengan Islam. Prinsip dan konsep demokrasi yang
sejalan dengan islam adalah keikutsertaan rakyat dalam mengontrol, mengangkat, dan
menurunkan pemerintah, serta dalam menentukan sejumlah kebijakan lewat wakilnya.
Adapun yang tidak sejalan adalah ketika suara rakyat diberikan kebebasan secara mutlak
sehingga bisa mengarah kepada sikap, tindakan, dan kebijakan yang keluar dari ketetapan
Hukum Allah.
Akhirnya, agar sistem demokrasi ini dapat terwujud diatas nilai – nilai islam yang mulia,
maka langkah yang harus dilakukan adalah :
- Seluruh warga atau sebagian besarnya harus diberi pemahaman yang benar tentang Islam
sehingga aspirasi yang mereka sampaikan tidak keluar dari ajarannya.
- Parlemen atau lembaga perwakilan rakyat harus diisi oleh orang-orang yang beriman dan
beriman dan berilmu.
Saran
Demi mewujudnya demokrasi yang sesuai dengan cita-cita bangsa dalam Pancasila, maka
kita harus menjalani norma-norma yang menjadi pandangan hidup demokrasi:
1. Pentingnya kesadaran akan pluralisme.
2. Musyawarah.
3. Pertimbangan moral.
4. Pemufakatan yang jujur dan sehat.
5. Pemenuhan segi-segi ekonomi.
6. Kerjasama antar warga masyarakat dan sikap mempercayai itikad baik masing-
masing.
7. Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan system
pendidikan.
Pada akhirnya demokrasi yang sesungguhnya, dalam pelaksanaannya haruslah merujuk
pada permusyawratan (musyawarah). Dimana esensi musyawarah adalah pemberian
kesempatan kepada anggota masyarakat yang memiliki kemmapuan dan hak untuk
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan yang mengikat, baik dalam bentuk aturan-aturan
hukum atau kebijaksanaan politik.
Dengan hal tersebut, maka perwujudan dan pelaksanaan demokrasi di Indonesia dapat
menuju cita-cita bangsa yang sesungguhnya. Dan idealisme terhadap demokrasi diharapkan
dapat dijiwai oleh setiap warga Negara sehingga tidak lagi memunculkan praktik-praktik
demokrasi jual beli yang masih terus berlanjut hingga saat ini.
DAFTAR FUSTAKA
http://www.zulkieflimansyah.com/in/kompatibilitas-islam-dan-demokrasi.html
http://www.eramuslim.com/islam-dan-demokrasi.html
http://www.docstoc.com/docs/22801041/Lagi-Soal-Islam-dan-Demokrasi/