Anda di halaman 1dari 19

BAB

Pikir dan Kualitas


Founder Start-up 3
Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan bab ini, pembaca diharapkan dapat:
1. Memahami definisi dari founder
2. Memahami kualitas yang diperlukan seorang founder dan/atau co-founder
3. Memahami bagaimana mindset seorang founder
4. Memahami pentingnya teamwork dalam startup

3.1 Pengantar
Founder dalam start up adalah jabatan bagi seseorang atau beberapa orang yang
mencetuskan suatu ide dalam sebuah perusahaan startup. Secara umum founder
menggali ide melalui pikirannya sendiri, kemudian membuat rencana, strategi, hingga
aplikasi dan kontrol dilapangan.
Seorang enterpreneur dalam start up harus memiliki pola pikir dan kualitas yang
mumpuni, apalagi seorang founder, harus memiliki jiwa enterpreneur. founder haruslah
seseorang yang tahan banting, seseorang yang memiliki jiwa jiwa kepemimpinan,
seseorang yang siap berkerja 24 jam untuk timnya, sesorang yang siap berkorban
pikiran dan tenaga.
Pola pikir dan kualitas founder start-up menjadi penentu masa depan dari bisnis
start up yang dibangun, jika founder memiliki pola pikir dan kualitas yang baik, maka
akan menjadi pertimbangan para investor dan calon pengguna dari bisnis start up yang
akan dibangun.

1
3.2 Kualitas Yang Diperlukan Seorang Founder dan/atau Co-founder
Dewasa ini semakin banyak perusahaan startup baru yang bermunculan.
Gejolak startup ini tentu membangkitkan semangat dari anak-anak muda dengan cita-
cita yang tinggi untuk merealisasikan aspirasi dan juga ide-ide mereka. Namun,
mendirikan sebuah perusahaan startup bukanlah perkara yang mudah. Karena itu, tak
heran jika banyak sekali perusahaan-perusahaan startup yang gagal untuk bertahan dan
berkembang.
Ada banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan dari sebuah
startup, salah satunya adalah kualitas seorang founder. Seorang founder yang
berkualitas akan membawa startup-nya menuju jalur kesuksesan. Namun sebaliknya,
jika seorang founder tidak memiliki kualitas yang cukup baik maka bisa jadi startup
tersebut akan mengalami kesulitan untuk berkembang atau bahkan mengalami
kegagalan. maka dari itu, berikut adalah beberapa kualitas yang harus dimiliki oleh
seorang founder:

3.2.1 Founder harus visioner


Peran seorang founder startup dalam memenuhi tuntutan berbagai
pemangku kepentingan tidak bisa dianggap remeh, karena seorang founder
juga merupakan pemimpin dari suatu perusahaan startup tersebut. Visi
perusahaan membentuk dasar untuk menetapkan dan mencapai tujuan
perusahaan. Dengan demikian, perusahaan membutuhkan pemimpin yang
dapat mengarahkan visinya ke pihak lain untuk mencapai dan
mempertahankan keunggulan kompetitif. Dhammika (2016) menegaskan
bahwa kepemimpinan visioner berfokus pada menciptakan dan
mengkomunikasikan visi yang menginspirasi di antara bawahan untuk
mencapai dan mempertahankan kinerja yang unggul. Menurut DuBrin (1998),
kepemimpinan visioner berdampak positif pada komitmen terhadap
pemimpin, kepercayaan pada pemimpin, tingkat kinerja di antara pengikut,
dan kinerja organisasi. Studi sebelumnya melihat kepemimpinan visioner
sebagai paradigma kepemimpinan yang muncul (misalnya Nanus, 1992;

2
Kotter, 1996; Bass, 1985; Burns, 1978; Collins & Porras, 1994);
meningkatkan keberlanjutan perusahaan dan kinerja berkelanjutan (misalnya
Kantabutra, 2006; Avery, 2004; Avery & Bergsteiner, 2010, 2011; Collins &
Porras, 1994); berhubungan positif dengan motivasi pengikut, komitmen
organisasi dan kinerja (Bass, 1985); kinerja tim (Schaubroeck et al., 2007).
Waldman dkk. (2001) berpendapat bahwa komunikasi yang efektif
digunakan oleh pemimpin visioner untuk mengubah sikap dan keluaran
bawahan yang mengarah pada transformasi organisasi. Dapat dikatakan,
komunikasi yang efektif sangat penting bagi seorang pemimpin visioner untuk
mendapatkan dan mempertahankan dukungan dari para pengikutnya.
Kurangnya visi yang dikomunikasikan dengan jelas membuat orang tidak
responsif terhadap visi dan tujuan organisasi (Heath & Heath, 2010). Studi
berbeda mengkonfirmasi bahwa pemimpin yang fokus pada visi perusahaan
lebih sukses (Çınar & Kaban, 2012). Demikian pula, Breevaart et al. (2014)
menegaskan bahwa studi yang berbeda menunjukkan bahwa pemimpin
visioner memainkan peran besar dalam meningkatkan keuntungan organisasi
mereka. Huang dkk. (2010) berpendapat bahwa memberdayakan pengikut
dengan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan
menghasilkan komitmen terhadap visi dan organisasi.
Seorang founder yang memiliki kemampuan visioner selalu bisa
menemukan berbagai potensi perusahaan yang bahkan mungkin tidak disadari
oleh founder lain. Dan setelah seorang founder menemukan potensi dari
perusahaan tersebut di masa yang akan datang, maka seorang founder yang
visioner akan segera melahirkan berbagai ide yang dapat meningkatkan
kemampuan perusahaannya agar dapat bersaing dengan para pesaingnya.
Dengan kemampuan ini diyakini bahwa founder yang visioner mampu
mencapai visi dan misi dari sebuah perusahaan, atau tujuan di masa depan.
Namun tentunya membutuhkan dukungan penuh dari anggota timnya secara
keseluruhan kepada founder agar tujuan tersebut pada akhirnya dapat tercapai.
Namun, pada kenyataannya seorang founder tidak langsung memiliki

3
kemampuan visioner tersebut, melainkan harus melalui latihan terlebih dahulu
untuk mendapatkannya. Berikut merupakan cara yang dapat dilakukan
seorang founder untuk melatih kemampuan visionernya:

1. Selalu menjaga hubungan baik


Untuk menjadi visioner, seorang founder harus mampu menjaga
hubungan atau relasi yang baik dengan berbagai pihak. Karena di dalam
bisnis, salah satu cara untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak luar
adalah dengan menjaga hubungan baik dengan mereka. Setelah
kepercayaan tersebut telah didapat, founder bisa mencari tahu lebih
dalam lagi mengenai apa yang sebenarnya yang menjadi kebutuhan dan
apa yang bisa membuat orang lain dapat menjalani hidup dengan lebih
mudah. Dengan terjalinnya hubungan baik dan mendapat kepercayaan
dari pihak lain, maka perusahaan akan dapat mencapai hal-hal yang
diinginkan.

2. Membangun suatu value atau nilai


Seorang founder harus membangun suatu nilai dalam produk
atau layanan untuk dapat mencapai mimpinya. Founder yang visioner
harus bisa menumbuhkan keyakinan di hati orang-orang yang akan
berbisnis dengannya bahwa mereka pasti akan mendapatkan suatu nilai
manfaat dari produk atau layanan yang dijual oleh perusahaan. Cara
pembentukan nilai ini bisa melalui pemahaman keinginan pelanggan.
Guna mengetahui keinginan pelanggan, ini bisa dilakukan dengan
menanyakan secara langsung mengenai barang apa yang diinginkan atau
dibutuhkan oleh para pelanggan. Atau dapat juga dilakukan dengan
melakukan survei dengan memanfaatkan berbagai macam platform.
Misalnya media sosial, kemudian mengadakan diskusi dengan
narasumber terkait. Setelah informasi tentang produk apa yang

4
dibutuhkan atau diinginkan konsumen, maka seorang founder bisa
memulai untuk membangun suatu nilai.

3. Tanggap mengatasi masalah


Tujuan utama yang harus dicapai dalam menjalankan bisnis
adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
Namun, yang menjadi masalah adalah biasanya sebuah bisnis harus
membagi ide kepada orang lain terlebih dahulu agar mereka setuju dan
mau menerima penawaran yang telah dibuat. Di sisi lain, pendiri
visioner juga harus berani menanyakan alasan yang mengapa mereka
menolak penawaran yang ditawarkan tersebut. Oleh sebab itu, seorang
founder yang visioner, pendiri perlu menemukan cara menuntaskan
permasalahan ini dan mencarikan solusinya.

4. Berpikir dinamis
Seorang founder yang visioner harus selalu mendiskusikan
semua hal yang penting hingga semua yang dibahas menjadi jelas dan
dapat dipahami. Setelah tercapainya sebuah kesepakatan, maka founder
harus mengerti mengenai langkah yang seperti apa saja yang perlu
dijalankan demi kebaikan perusahaan.

Untuk disebut sebagai visioner, seorang founder harus bisa


menyampaikan seluruh informasi yang ada secara jelas serta memiliki
ketahanan yang teguh terhadap nilai yang akan ditawarkan. Oleh sebab itulah
yang mewajibkan sikap visioner harus disertai dengan kemampuan untuk
terus berpikir secara dinamis dan memikirkan langkah selanjutnya yang perlu
dilakukan. Bahkan, apabila suatu tujuan yang telah ditargetkan akhirnya
terwujud, founder masih harus terus melakukan pengembangan dan tetap
berusaha. Sehingga, di masa selanjutnya perusahaan dapat mencapai
perolehan yang lebih besar.

5
3.2.2 Founder harus out of the box
Berpikir out of the box berarti seorang founder harus berani melakukan
sesuatu yang berbeda. Dengan demikian founder akan mampu menciptakan
sesuatu yang berbeda dari yang lain serta memiliki nilai lebih. Cara berpikir
seperti ini akan membuat seorang founder lebih unggul dari yang lain. Karena
seseorang yang berpikir out of the box mampu mengimplementasikan sesuatu
yang biasa menjadi sesuatu yang luar biasa.
Kunci untuk menjadi inovatif dalam dunia bisnis untuk membawa
bisnis menuju keberhasilan suatu perusahaan ialah out of the box. Yang
dimaksud dengan out of the box sendiri adalah memasukkan unsur-unsur
berikut:
1. Berawal dari tujuan agar tidak hanya berbisnis tetapi juga untuk
memudahkan orang lain
2. Memiliki nilai untuk memfasilitasi orang lain yang mendasari kegiatan
usahanya
3. Dapat menerjemahkan nilai yang ada menjadi sebuah produk ataupun
layanan yang memberikan manfaat bagi penggunanya
4. Menghasilkan produk ataupun jasa dengan memegang sebuah prinsip
kerjasama
Terdapat beberapa tokoh atau founder yang telah
mengimplementasikan empat prinsip diatas, sebagai contoh adalah Nadiem
Makarim (Gojek), Belva Devara (Ruang Guru), Larry Page (Google), Mark
Zuckerberg (Facebook), dan Zhang Yiming (TikTok). Dari kelima founder
diatas semuanya memiliki satu kesamaan yaitu mendirikan bisnisnya dengan
berawal dari kesadaran untuk memenuhi kebutuhan sesama yang belum
terpenuhi, dengan begitu dapat mempermudah kehidupan bagi sesama.
Hal ini dapat kita lihat dari awal berdirinya perusahaan-perusahaan
tersebut. Tujuan dari didirikannya Gojek adalah diharapkan dapat mengurangi
kemacetan dengan mengakomodasi pengemudi ojek pengkolan agar dapat

6
bekerja dengan lebih efisien. Kemudian Ruangguru yang menawarkan
layanan pendidikan dan juga materi pembelajaran yang disampaikan oleh
guru-guru terbaik se-indonesia, hal ini bermaksud untuk mendorong
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia serta dapat diakses oleh siswa
maupun siswi dimanapun mereka berada..
Selanjutnya, tujuan membantu sesama juga dilakukan oleh Facebook,
TikTok, dan Google. Pada awalnya Facebook dibuat dengan memiliki maksud
untuk membantu memberikan wadah bagi mahasiswa untuk saling mengenal
satu sama lain, sedangkan Google bertujuan untuk memudahkan pengguna
mengakses segala macam informasi yang berasal dari seluruh dunia.
Sementara itu, founder TikTok berusaha untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan pengguna yang terus berinovasi seiring dengan berkembangnya
tren, dimana saat ini di industri konten sebagian besar pengguna mempunyai
preferensi untuk memproduksi konten yang berupa video.
Jika melihat kesamaan dari kelima perusahaan tersebut yakni bahwa
keberhasilan Gojek, Ruangguru, Google, Facebook, dan TikTok tidak terlepas
dari seluruh aktivitas bisnisnya yang dilandasi dengan nilai melayani sesama.
dan mereka telah berhasil mewujudkan nilai tersebut pada produk atau jasa
yang mereka tawarkan, keberhasilan mereka terlihat dari banyaknya
pengguna, besarnya pendapatan yang diperoleh, nilai valuasi perusahaan,
serta berbagai macam penghargaan yang telah mereka terima. Dan satu hal
yang tidak terpisahkan dari nilai melayani sesama adalah inovasi produk yang
berkelanjutan. Dan satu hal lagi yang harus diperhatikan adalah kolaborasi.
Kesuksesan biasanya juga datang dari kolaborasi atau kerjasama, karena pada
dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.
Begitu juga dengan apa yang dilakukan kelima founder di atas. Mereka telah
melakukan berbagai bentuk kerjasama dengan berbagai entitas bisnis,
pemerintah, sosial dan lainnya. Hal ini tentu memberikan kontribusi besar
bagi kesuksesan mereka.

7
3.2.3 Founder harus membantu timnya untuk solid
Memiliki sebuah tim yang solid dalam perusahaan adalah impian bagi
semua founder perusahaan. Namun, banyak dari mereka yang merasa
kesulitan untuk mewujudkannya karena kurangnya kemampuan dalam
membangun sebuah tim. Padahal, tim yang solid memberikan dampak yang
sangat baik bagi pertumbuhan perusahaan dibandingkan dengan tim yang
bekerja secara individual. Oleh Karena itu, sudah menjadi kewajiban seorang
founder untuk bisa membantu timnya menjadi tim yang solid. Maka, hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Membangun rasa percaya diri


Langkah pertama yang perlu dilakukan founder dalam
membangun tim yang solid adalah membangun rasa percaya diri timnya.
Dengan founder yang dapat membangun rasa percaya diri anggota tim
maka seluruh tekanan yang berasal dari dunia pekerjaan akan terasa biasa
saja. Ketika seorang anggota tim bertemu dengan anggota tim kerja
lainnya, mereka berpikir bahwa mereka merupakan pekerja yang sama.
Tetapi tentu tidak lupa juga, mereka harus tetap saling menghormati satu
sama lain.

2. Menumbuhkan rasa hormat dan saling menghargai


Dalam sebuah tim tentu setiap orang memiliki jabatannya masing-
masing, oleh karena itu rasa saling menghormati itu sangat penting. Tidak
hanya ketika melihat struktur, namun juga dalam berkomunikasi. Ketika
seseorang berbicara maka kita harus menghargai percakapan tersebut.
Mulai dari fokus mendengarkan apa yang disampaikan hingga
memberikan saran atau kesimpulan dari topik pembicaraan juga
merupakan bentuk menghargai pembicara tersebut.

8
3. Membangun komunikasi yang baik
Salah satu faktor yang sangat penting dalam dunia kerja adalah
terjalinnya komunikasi yang baik antar individu. Komunikasi yang
terjalin denga baik antar rekan kerja tentunya akan memberikan
kemudahan dalam mengatasi suatu permasalahan yang terjadi pada
pekerjaan yang sedang dilakukan. Sebagai pemimpin perusahaan,
seorang founder harus membangun komunikasi yang baik antara dirinya
dengan timnya maupun antar tim itu sendiri.

4. Saling memahami peran dan tanggungjawab masing-masing


Dalam sebuah tim, sebaiknya kita tidak boleh selalu
menggantungkan pekerjaan pada orang lain untuk menyelesaikan apa
yang telah kita mulai. oleh karena itu, setiap anggota harus memahami
pekerjaannya masing-masing, dan seorang pekerja di dalam sebuah harus
mampu memutuskan suatu pekerjaan sebelum mengambilnya.

3.3 Mindset Seorang Founder


Hubungan psikologi kognitif dengan mindset kewirausahaan seorang
founder itu seperti mempelajari tentang psikologi kognitif. Ada delapan poin yang
bervariasi, yaitu:
1. Mindset merupakan keseluruhan dari proses kognitif yang digunakan untuk
menyelesaikan tugas dengan baik dan melibatkan pemilihan dari proses
kognitif
2. Menurut (Nenkov, 2012), prosedur kognitif mempengaruhi cara informasi
diinterpretasikan
3. Menurut (Gollwitzer, 2012), mindset dapat berpengaruh dalam perilaku,
persepsi, sikap, dan suasana hati
4. Mindset dapat menjadi filter yang menghalangi informasi tertentu dan bisa
saja informasi tersebut lebih disederhanakan lagi (Rhinesmith, 1992)

9
5. Dari tugas sederhana dapat otomatis menghasilkan perilaku yang ditentukan
(Humphrey, 1951)
6. Pikiran yang diatur untuk menghasilkan hasil tertentu dan respon spontan
seseorang berdasarkan pengalaman (Cohen-Kdoshay & Meiran, 2007)
7. Mindset diarahkan pada tujuan dan ketika tujuan tersebut tidak sesuai maka
seseorang akan mengubah strategi untuk mencapai tujuan tersebut (Chen et
al., 2020)
8. Persepsi dari suatu keadaan merupakan salah satu kepekaan mindset
terhadap factor lingkungannya (Mathisen & Arnulf, 2013)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa mindset kewirausahaan


seorang founder berfokus dari hal yang telah diamati dari seseorang tersebut.
Seorang founder harus memiliki kemampuan untuk melihat peluang yang ada.
Seorang founder memiliki mindset yang mampu menciptakan usaha dengan
berbagai situasi yang ada dan mampu untuk mengembangkan peluang. Menurut
psikologi mindset diarahkan pada tujuan yang berdasarkan dari pengalaman
sebelumnya.
Menurut (Marquis dan Tilcsik, 2013), seorang wirausaha jadi memiliki
pola pikir baru yang rentan. Tidak hanya pengembangan bisnis saja yang menjadi
fokus utama, tetapi juga memikirkan bagaimana cara menghasilkan bisnis yang
menguntungkan (Jain et al., 2008). IPO membuktikan pada setiap wirausahawan
bahwa, mindset dan nilai yang diasosiasikan oleh pendiri bisnis sudah tidak sesuai
dengan persyaratan baru. Baru-baru ini perkembangan pasar modal sudah
mengurangi kebutuhan rekor profitabilitas yang begitu lama. Meski begitu,
penelitian telah menunjukkan bahwa profitabilitas pra-IPO atau setidaknya
profitabilitas jangka pendek yang cepat setelah IPO adalah faktor keberhasilan
utama (Saboo et al., 2016), sebuah gagasan yang (pada periode ini) rentan bagi
pendiri harus terbuka.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mait Rungi dari TalTech
School of Business and Governance, Tallinn, Estonia and Estonian

10
Entrepreneurship, University of Applied Sciences, Tallinn, Estonia tahun 2018
yang berjudul “Are students’ mindsets those of typical start-up founders?”
ditemukan hasil penelitian yang menunjukkan adanya kesamaan sifat, karakter
psikologis, pola pikir, dan lainnya antara siswa dengan pendiri Start-Up (Rungi,
2019). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif pada
sampel 53 pendiri startup dan 1.509 muridnya. Penelitian tersebut menggunakan
data yang dikumpulkan di Estonia, negara anggota UE dengan konsentrasi Start-
Up yang jauh lebih tinggi daripada rata-rata Eropa. Estonia dianggap sebagai
lokasi yang baik untuk studi ini karena karakteristiknya yang ramah terhadap Start-
Up dan inovatif (World Economic Forum, 2015) dan kinerja akademiknya yang
tinggi (PISA, 2015).
Banyak perbedaan signifikan yang ditemukan antara kelompok pendiri
Start-Up dan mahasiswa (dalam 12 dari 19 variabel) (Rungi, 2019), dan ini
mendukung kesimpulan bahwa mahasiswa pada kenyataannya tidak menyerupai
tipikal pendiri start-up. Hasil penelitian tersebut pula menunjukkan bahwa untuk
nilai menunjukkan pendiri Start-Up lebih pada bagian keterbukaan dan
peningkatan diri dari kontinum daripada siswa pada umumnya (yang lebih dekat
dengan "kekuatan" dan "pencapaian"; Lindeman dan Verkasalo, 2005; Myyry dan
Helkama, 2001), sejalan dengan nilai-nilai pendiri Start-Up (“self-direction”;
Fernández et al., 2013; Gorgievski et al., 2011). Pendiri Start-Up memiliki hasil
nilai yang lebih baik, menekankan fokus pribadi mereka (yaitu bagian keterbukaan
dan pengembangan diri dari rangkaian nilai), daripada fokus sosial, menunjukkan
bahwa pendiri start-up lebih individualistis daripada siswa. Pada lingkungan bisnis
untuk Start-Up memaksa para pendirinya untuk memiliki kemampuan terkait
pembelajaran tingkat lanjut.

3.4 Teamwork Dalam Startup


Teamwork berarti suatu kombinasi dari fisik dan kekuatan mental anggota
kelompok yang secara bersama-sama, mereka rela mengorbankan kepentingan
pribadi untuk mencapai tujuan bersama (Podsakoff, MacKenzie, Lee, &

11
Podsakoff, 2003). Oleh karena itu, Teamwork Performance tercermin dalam
kesediaan anggota untuk berbagi kesulitan dan saling membantu satu dengan yang
lainnya saat bekerja; semua itu adalah tujuan dari teamwork untuk memenuhi
keseluruhan kebutuhan dan tujuan kerja organisasi (Podsakoff et al., 2003).
Pembentukan tim di perusahaan manufaktur dapat dibenarkan dengan fakta
bahwa pengembangan produk baru, implementasi inovasi, akuisisi teknologi baru,
solusi berkualitas, pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan pasar,
implementasi kerja dan peningkatan produktivitas di perusahaan manufaktur
berjalan lebih baik saat bekerja dalam tim (Haringtone-Mackin, 1994; Maginn,
1994; Hellers, 2000; Ķēniņš Kings, 2002; Forands, 2003; Hamilton, Nickerson, &
Owan, 2003; West, 2004; Boning, Ichniowski, & Shaw, 2007; Vīksna, 2009;
Bikfalvi, 2011; Grant & Hallam, 2016; etc.) Bekerja dalam tim memberikan lebih
banyak kreativitas, pertukaran ide, reaksi yang lebih cepat terhadap perubahan, dan
pembagian tugas bersama, yang memungkinkan untuk melakukan beberapa tugas
pada saat yang bersamaan (Vīksna, 2009, p. 121).
Meskipun dalam beberapa studi, penulis mengungkapkan bahwa tim
berisiko tinggi tidak dibentuk dalam jumlah besar dan membutuhkan kompetensi
khusus untuk pesertanya (Hellerstedt, 2009). Pendiri perusahaan start-up
kebanyakan mencari semangat dan keyakinan wirausahawan dalam ide bisnis di
tim mereka, anggota atau peserta yang mampu beradaptasi dan berkembang
bersama perusahaan, menyukai ide start-up dan siap mengambil risiko,
berkomitmen dan antusias melihat perusahaannya luar biasa (Al-Masri, 2017).
Menurut Gulati dan DeSantola (2016), telah dibuktikan secara teoritis bahwa para
pendiri perusahaan start-up mulai berpikir tentang pembentukan tim hanya selama
fase pertumbuhan, kecuali jika ide tersebut sudah muncul di peer group.
Selanjutnya, jika sebuah perusahaan start-up telah dimulai bersama dengan
beberapa rekan, keberhasilannya bisa lebih jelas dan lebih mudah untuk pulih
setelah menghadapi beragam masalah (Lejiņa, 2018).
Adapun hubungan antara Empowering Leadership (EL) dan Teamwork
Performance (TP), yaitu EL diajukan sebagai soal tingkatan pembagian

12
kewenangan ketimbang situasi kerja. Inilah yang perlu dilakukan para manajer
untuk membuat penilaian mereka tentang siapa dan untuk apa pemberdayaan harus
dibagi (Ford & Fottler,1995). Pemberdayaan dapat dianggap efektif jika ada hasil
yang baik antara pemimpin dan anggotanya (Tung & Chang, 2011). Ketika
karyawan memiliki lebih otonomi dalam pekerjaan mereka, itu membantu untuk
meningkatkan TP mereka (Yukl & Fu, 1999). Selain itu, TP juga mensyaratkan
interaksi dan kerjasama antara anggota dan tujuan akhir tim tidak dapat dicapai
kecuali semua anggota tidak kooperatif dan berinteraksi dalam tugas (Wageman,
1995). Akibatnya, EL mungkin bermanfaat bagi kerja sama tim hasil dengan
mendorong anggota tim untuk proaktif memecahkan masalah mereka,
mempercepat tanggapan tim anggota, dan meningkatkan kualitas kerja dengan tim
anggota (Cohen & Bailey, 1997).

3.5 Studi Kasus


Founder & CEO Karya Karsa Ario Tamat dalam membangun startupnya
dan berbagi pengalamannya. Ario sudah berkecimbung di dunia startup sejak
2011, ketika dia bisa menciptakan Ohdio lalu mendirikan Wooz.in. Minat di
bidang musik, pengalaman kerja di dunia teknologi dan keyakinan tak ada layanan
serupa di saat itu membuat Ario cukup yakin bahwa produknya akan sangat
diterima pasar. Namun kenyataan membuktikan semua itu tidak cukup,
pengalamannya saja masih belum cukup untuk bisa membangun startup,
dibutuhkan beberapa faktor yang lain,diantaranya adalah team work yang baik dan
tentunya kepemimpinanya sebagai founder itu sendiri yang dirasa kurang untuk
bisa membawa timnya menyukseskan bisnis startup.
“Karena waktu itu kami berasumsi dan kami tahu industri musik, orang
pasti mau pakai musik, dan belum ada di pasar. Tapi itu semua asumsi dan
nyatanya tidak ada yang pakai,” cetus Ario. Pengalaman pahit itu membawa bekal
berharga yang sangat penting bahwa tak semua gagasan bisnis, sebrilian apa pun
menurut kita, belum tentu bisa melahirkan produk yang dibutuhkan konsumen.

13
3.6 Kesimpulan
Founder dalam start up adalah jabatan bagi seseorang atau beberapa orang
yang mencetuskan suatu ide dalam sebuah perusahaan startup. Secara umum
founder menggali ide melalui pikirannya sendiri, kemudian membuat rencana,
strategi, hingga aplikasi dan kontrol dilapangan.
Seorang founder yang berkualitas akan membawa startup-nya menuju jalur
kesuksesan. Namun sebaliknya, jika seorang founder tidak memiliki kualitas yang
cukup baik maka bisa jadi startup tersebut akan mengalami kesulitan untuk
berkembang atau bahkan mengalami kegagalan. maka dari itu, berikut adalah
beberapa kualitas yang harus dimiliki oleh seorang founder:
1. Founder harus visioner
2. Founder harus out of the box
3. Founder harus membantu timnya untuk solid
Seorang founder harus memiliki kemampuan untuk melihat peluang yang
ada. Seorang founder memiliki mindset yang mampu menciptakan usaha dengan
berbagai situasi yang ada dan mampu untuk mengembangkan peluang. Menurut
psikologi mindset diarahkan pada tujuan yang berdasarkan dari pengalaman
sebelumnya.
Menurut (Marquis dan Tilcsik, 2013), seorang wirausaha jadi memiliki
pola pikir baru yang rentan. Tidak hanya pengembangan bisnis saja yang menjadi
fokus utama, tetapi juga memikirkan bagaimana cara menghasilkan bisnis yang
menguntungkan (Jain et al., 2008).
Teamwork berarti suatu kombinasi dari fisik dan kekuatan mental anggota
kelompok yang secara bersama-sama, mereka rela mengorbankan kepentingan
pribadi untuk mencapai tujuan bersama (Podsakoff, MacKenzie, Lee, &
Podsakoff, 2003). Oleh karena itu, Teamwork Performance tercermin dalam
kesediaan anggota untuk berbagi kesulitan dan saling membantu satu dengan yang
lainnya saat bekerja; semua itu adalah tujuan dari teamwork untuk memenuhi
keseluruhan kebutuhan dan tujuan kerja organisasi (Podsakoff et al., 2003).

14
3.7 Pertanyaan Kajian dan Diskusi
1. Jelaskan bagaimana yang dimaksud kualitas seorang founder dalam startup?
2. Mengapa kualitas founder sangat penting dalam startup dan kualitas yang
seperti apa yang harus dimiliki seorang founder?
3. Jelaskan bagaimana yang dimaksud mindset seorang founder dalam startup?
4. Bagaimakah seseorang agar dapat memiliki mindset seorang founder?
5. Jelaskan bagaimana yang dimaksud teamwork dalam startup?
6. Bagaimana cara seorang founder agar dapat membangun sebuah teamwork
dalam startup?

GLOSARIUM

Founder : Orang yang mendirikan (perkumpulan, negara, organisasi dan


sebagainya)

Startup : Perusahaan rintisan yang didirikan oleh satu atau banyak orang
untuk mengembangkan sebuah produk atau layanan unik yang
sesuai dengan target pasar.

Visioner : Orang yang memiliki pandangan atau wawasan ke masa depan.


Seseorang yang visioner memiliki strategi yang tepat untuk langkah
kedepannya.

Value : Sebuah nilai atau kepercayaan yang dianut dalam hidup sehari-hari.

Dinamis : Istilah umum yang merujuk kepada segala sesuatu atau kondisi yang
terus-menerus berubah, bergerak secara aktif dan mengalami
perkembangan berarti. Secara etimologi, kata ini diserap dari
bahasa Perancis dynamque, yang berasal dari bahasa Yunani yang
berarti kekuatan atau tenaga.

15
Out of the box : Bagaimana seseorang dapat berpikir dari sudut pandang yang lain
sehingga berbeda dengan kebanyakan orang.

Mindset : Pola pikir yang dapat menentukan keberhasilan atau kesuksesan


seseorang.

Teamwork : Upaya kolaboratif kelompok untuk mencapai tujuan bersama atau


untuk menyelesaikan tugas dengan cara yang paling efektif dan
efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Bhargava, R., & Herman, W. (2020). The Startup Playbook: Founder-to-founder


Advice from Two Startup Veterans. John Wiley & Sons.

Blank, S., & Dorf, B. (2020). The startup owner's manual: The step-by-step guide for
building a great company. John Wiley & Sons.

Choi-Fitzpatrick, A., & Hoople, G. (2019). Cultivating an entrepreneurial mindset: An


interdisciplinary approach using drones. Advances in Engineering Education,
7(3), 1–6.

Grimes, M. G. (2018). The pivot: How founders respond to feedback through idea and
identity work. Academy of Management Journal, 61(5), 1692-1717.

Gunawan, A. (27 Juli 2020). Kunci Inovatif: Out of The Box. Binus Business School.
https://bbs.binus.ac.id/gbm/2020/07/27/kunci-inovatif-out-of-the-box/

Ha, V. D. (2020). The impacts of empowerment on the teamwork performance:


Evidence from commercial banks in Vietnam. Journal of Asian Finance,
Economics and Business, 7(4), 267–273.

16
Jáki, E., Molnár, E. M., & Kádár, B. (2019). Characteristics and challenges of the
Hungarian startup ecosystem. Vezetéstudomány-Budapest Management
Review, 50(5), 2-12.

Kurniullah, A. Z., Simarmata, H. M. P., Sari, A. P., Sisca, S., Mardia, M., Lie, D., ...
& Fajrillah, F. (2021). Kewirausahaan dan Bisnis. Yayasan Kita Menulis.

Kartini, K., & Callista, G. C. (2021). The Influence of Startup Business Characteristics
on Investment Decisions of Business Angels: A Case Study in Indonesia. The
Journal of Asian Finance, Economics and Business, 8(6), 931–938.

Lūsēna-Ezera, I., Līduma, D., & Egliņš-Eglītis, A. E.-E. (2019, May 13). Teamwork
impact on start-up manufacturing enterprise work provision.

Lynch, M. P., & Corbett, A. C. (2021). Entrepreneurial mindset shift and the role of
cycles of learning. Journal of Small Business Management, 1-22.

Macaulay, S. (2018). Non-contractual relations in business: A preliminary study.


In The Sociology of Economic Life (pp. 198-212). Routledge.

Madsen, T. K., & Servais, P. (2017). The internationalization of born globals: an


evolutionary process?. In International Business (pp. 421-443). Routledge.

Nwachukwu, C., Chladkova, H., Zufan, P., & Olatunji, F. (2017). Visionary leadership
and its relationship to corporate social performance. Imperial Journal of
Interdisciplinary Research, 3(4), 1302-1311.

Osborne, S., & Hammoud, M. S. (2017). Effective employee engagement in the


workplace. International Journal of Applied Management and
Technology, 16(1), 4.

Quirke, B. (2017). Making the connections: Using internal communication to turn


strategy into action. Routledge.

17
Raharja, S. U. J. (2020). Entrepreneurial Spirit in Economic Development: A Study of
Two Digital Start-up Companies in Jakarta, Indonesia. Review of Integrative
Business and Economics Research, 9, 220-231.

Reina, D., Reina, M., & Hudnut, D. (2017). Why trust is critical to team success. Center
for Creative Leadership.

Robert C. F., Ronald F. P., & Loren R. F. (2017) Strategies for building effective virtual
teams: Trust is key. Business Horizons, 60 (1) 25-34.

Rungi, M. (2019). Are students’ mindsets those of typical start-up founders? Higher
Education, Skills and Work-Based Learning, 9(4), 596–598.

Terbeck, H., Rieger, V., Van Quaquebeke, N., & Engelen, A. (2022). Once a founder,
always a founder? The role of external former founders in corporate
boards. Journal of Management Studies, 59(5), 1284-1314.

Van Tulder, R., & Keen, N. (2018). Capturing collaborative challenges: Designing
complexity-sensitive theories of change for cross-sector partnerships. Journal of
Business Ethics, 150(2), 315-332.

Zaheer, H., Breyer, Y., Dumay, J., & Enjeti, M. (2019). Straight from the horse's
mouth: Founders' perspectives on achieving ‘traction’in digital start-
ups. Computers in Human Behavior, 95, 262-274.

Link Project Video Profil Digitalisasi UMKM Kelompok 3:


https://drive.google.com/file/d/1hUfDgT1e7OWNcyrp6r6h1kZySjfAAVVq/vie
w?usp=share_link

18
19

Anda mungkin juga menyukai