Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“MENGHAYATI FILSAFAT KETUHANAN”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Dr. Arief Hidayat, M.AG

Disusun oleh :

1. Fidhea Nur Ayesha 220651003


2. Lulu Nadiyah 220651011

PRODI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON


Tahun 2022/2023

Page | 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Memahami konsep Tuhan Yang Maha
Esa dan keTuhanan " dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr. Arief Hidayat, M.AG selaku dosen mata kuliah pendidikan agama islam. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Page | 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II
2. PEMBAHASAN
2.1 Filsafat Ketuhanan…………….....………………………………………........………………2
2.2 Jenis-jenis Tauhid..............................................................………………...........…………2
2.3 Tuhan dalam konsep ilmu tauhid dan ruang lingkupnya.............….......................…...……2
2.4 Pengertian, Kedudukan dan Fungsi tauhid……………………………….....………………2
2.4.1 Pengertian Tauhid................................................................................................................. 2
4.2 Kedudukan Tauhid…………………….………………………………………........…….…2
2.4.3 Fungsi Tauhid2
2.5 Upaya memelihara Tauhid dari kemusyrikan…….……………………………………………..4

2.6 Konsep Tauhid dalam surah An-naas ayat 1-66…………………………………………….4

2.6.1 Surah An Naas Ayat 1 (Tauhid Rububiyah)………..……..……………….………………6

2.6.2 Surah An Naas Ayat 2 (Tauhid Mulkiyah) ......8


2.6.3 Surah An Naas Ayat 3 (Tauhid Uluhiyah) ......8

BAB III………………….…………………………………………………………………………….11

3. PENUTUP…………………………………………………………………………………………..11

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….11

3.2 Saran……………..……………………………………………………………………….11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….……12

Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Manusia selalu mencari kebenaran yang hakiki. Konsep ketuhanan bagi manusia
adalah kebenaran yang mutlak. Di dalam pencarian akan Tuhan manusia melakukan
penyelidikan dan mencari dasar-dasar yang menjadi konsep Tuhan itu. Mungkin
konsep ketuhanan sudah ada pada agama karena agama didasari pada keyakinan.
Dalam suatu agama, konsep ketuhanan sangatlah penting untuk memberikan argumen
tentang konsep-konsep ketuhanannya agar dapat memberikan sebuah penjelasan logis
dan meyakinkan para pemeluk agama tentang kebenaran Tuhan itu sendiri.
Pembuktian wujud Tuhan Agama Islam adalah Allah SWT. Pembuktian wujud Allah
SWT sangatlah susah karena tidak ada yang pernah dan bisa melihat Allah tapi hal
yang harus kita ketahui bahwa manusia tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta, dunia
dan alam ini tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta. Tidak mungkin semua hal itu
bisa ada tanpa adanya sang pencipta dan penciptanya itu adalah Allah. Guna
memahami maksud dan tujuan serta lingkaran pembahasan filsafat, maka diperlukan
makna filsafat menurut bahasa, dan diperlukan juga pengertian menurut istilah yang
diberikan oleh para ahli yang terkandung jauh lebih luas dibandingkan dengan arti
menurut arti bahasa. Percakapan antara Herodates dan Thucydides (yunani)
membayangkan makna Filsafat menurut alam pikiran yunani yakni, “perasaan cinta
kepada ilmu kebijaksanaan dengan keinginan untuk memperoleh kepandaian atau
ilmu kebijaksanaan itu”.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apakah pengertian dari filsafat ketuhanan?
b) Apa saja jenis-jenis kepercayaan dalam filsafat?
c) Bagaimana manusia membutuhkan tuhan dan proses pencariannya?
d) Bagaimana tuhan dalam konsep ilmu tauhid dan ruang lingkupnya?
e) apa yang kita ketahui tentang tauhid ?
f) Bagaimana kedudukan dan fungsi tauhid ?
g) Bagaimana Upaya memelihara Tauhid dari kemusyrikan?
h) Sebutkan apa saja 3 ilmu tauhid yang terkandung didalam surah An-naas ayat
1-6 ?
1.3 Tujuan
a) Memahami arti filsafat
b) Memahami arti tauhid
c) Memahami makna dari kalimat “ Laa illaha ilaa allah “
d) Mengetahui sifat sifat filsafat
e) Menelaah penciptaan tuhan
f) Memberikan keyakinan maupun keimanan tentang tuhan
g) Mengetahui pembuktian wujud tuhan dalam islam

Page | 4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat ketuhanan


Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka
dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu (terutama agama
Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya. Jadi
Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang
Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau
mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada
kebenaran tentang Tuhan.

2.2 Jenis-jenis Kepercayaan

a) Animisme
Animisme merupakan Kepercayaan (dari bahasa Latin anima atau “roh”) yakni kepercayaan
kepada makhluk halus dan roh adalah asas kepercayaan agama yang awalnya muncul di
sekitar manusia primitif. Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di Bumi
ini, (seperti kawasan tertentu, gua, pohon atau batu besar), memiliki jiwa yang mesti
dihormati agar semangat tersebut tidak mengganggu manusia, malah membantu mereka dari
semangat dan roh jahat dan juga dalam kehidupan seharian mereka.
b) Dinamisme
Dinamisme merupakan kepercayaan bahwa semua sesuatu memiliki tenaga atau kekuatan
yang dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan
kehidupan. Mereka percaya terhadap kekuatan gaib dan kekuatan itu bisa menolong mereka.
Kekuatan gaib itu terdapat di dalam benda-benda seperti keris, patung, gunung, pohon besar,
dan lain-lain. Untuk memperoleh pertolongan kekuatan gaib tersebut, mereka melakukan
upacara pemberian sesaji, atau ritual lainnya.
c) Politeisme
Secara harfiah politeisme berasal dari bahasa Yunani poly + theoi, yang artinya banyak
Tuhan. Politeisme merupakan kepercayaan pada dewa-dewa. Tujuan beragama dalam
politeisme bukan hanya memberi sesajen atau persembahan kepada dewa-dewa itu, tetapi
juga menyembah dan berdoa kepada mereka untuk menjauhkan amarahnya dari masyarakat
yang bersangkutan.
d) Henoteisme
Henoteisme merupakan sebuah pemahaman bahwa hanya ada satu dewa yang berkuasa di
dalam dunia tanpa memungkiri akan keberadaan dewa-dewa lainnya. Henoteisme bisa
dikatakan sebagai salah satu jenis sistem kepercayaan bahwa ada satu Tuhan tanpa
menyangkal keberadaan dewa atau tuhan lain.

2.3 Tuhan dalam konsep ilmu tauhid dan ruang lingkupnya


a) Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (Bahasa arab) dan diyakini sebagai Maha Tinggi
Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu
Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai
Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Agama Islam yang diturunkan Allah ta’ala kepada
manusia melalui rasul-rasul-Nya, berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah ta’ala, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta. Agama

Page | 5
islam adalah agama yang sangat menekankan tentang keesaan Tuhan. Tuhan yang maha esa
yang di maksudkan dalam agama islam ialah Allah Swt. Hal ini sudah terbukti dengan tertulis
di dalam ayat alquran dan hadits. Ada beberapa surah dan hadist diantaranya sebagai berikut :
 QS Al-Ikhlas : 1 – 4

Artinya :

1. Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.


2. Allah tempat meminta segala sesuatu.
3. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” 

 QS Al – An’am : 1

Artinya : 1. Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan
gelap dan terang, namun demikian orang-orang kafir masih mempersekutukan Tuhan mereka
dengan sesuatu.

 QS Ash-Shad : 65

Artinya: Katakanlah, wahai Nabi Muhammad kepada kaum musyrik, “Sesungguhnya aku
hanya seorang pemberi peringatan. Adalah tugasku untuk menyampaikan kepadamu
ancaman-Nya yang pedih bagi orang-orang yang mengingkari-Nya. Karena itu, yakinilah
bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah.

b) Ruang lingkup pembahasan dalam ilmu tauhid yang pokok adalah :

1. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT atau mabda. Dalam bagian ini termasuk pula
masalah takdir.

2. Hal-hal yang berhubungan dengan utusan Allah sebagai perantara antara manusia dan
Allah, atau disebut pula wasithah. Meliputi : Malaikat, Nabi/Rasul, dan kitab-kitab suci.

3. Hal-hal yang berhubungan dengan hari yang akan ating, atau disebut juga ma’ad, meliputi
surga, neraka, dan sebagainya.

2.4 Pengertian, Kedudukan dan Fungsi tauhid

2.4.1 Pengertian Tauhid

Menurut bahasa, Tauhid adalah Bahasa Arab yang berarti mengesakan atau menganggap
sesuatu itu esa atau tunggal. Dalam ajaran Islam, yang dimaksud dengan tauhid adalah
keyakinan akan keesaan Allah swt. Sebagai Tuhan yang telah menciptakan, memelihara, dan
menentukan segala sesuatu yang ada di alam ini. Seperti dalam Firman Allah SWT :

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya:”Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu
sekalian akan Aku”. (QS. Al-Anbiya` :25)

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah Subhanahu wa Ta’ala (saja), dan jauhilah Thaghut itu”,  (QS. An-Nahl :36)

Page | 6
2.4.2 Kedudukan Tauhid

Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama ini. Pada kesempatan kali ini
kami akan membawakan tentang kedudukan Tauhid Uluhiyah (ibadah), karena hal inilah yang
banyak sekali dilanggar oleh mereka-mereka yang mengaku diri mereka sebagai seorang
muslim namun pada kenyataannya mereka menujukan bentuk ibadah mereka kepada selain
Alloh, baik itu kepada wali, orang shaleh, nabi, malaikat, jin dan sebagainya.

 Tauhid Adalah Tujuan Penciptaan Manusia

Allah berfirman, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56) maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah
mentauhidkan Allah dalam segala macam bentuk ibadah sebagaimana telah dijelaskan oleh
Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas
menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah
kepada Alloh saja. Tidaklah mereka diciptakan untuk menghabiskan waktu kalian untuk
bermain-main dan bersenang-senang belaka. Sebagaimana firman Alloh “Dan tidaklah Kami
ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.
Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi
Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian.” (Al Anbiya: 16-17). “Maka apakah kamu
mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main, dan bahwa kamu
tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al-Mu’minun: 115)

 Tauhid Adalah Tujuan Diutusnya Para Rosul

Alloh berfirman, “Dan sungguh Kami telah mengutus rosul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): ‘Sembahlah Alloh, dan jauhilah Thaghut itu’.” (An-Nahl: 36). Makna dari ayat
ini adalah bahwa para Rosul mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi terakhir Nabi kita
Muhammad shollallohu alaihi wa sallam diutus oleh Alloh untuk mengajak kaumnya untuk
beribadah hanya kepada Alloh semata dan tidak memepersekutukanNya dengan sesuatu
apapun.

 Tauhid Merupakan Perintah Alloh yang Paling Utama dan Pertama

Alloh berfirman, “Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu
sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa: 36). Dalam ayat ini Alloh menyebutkan hal-hal
yang Dia perintahkan. Dan hal pertama yang Dia perintahkan adalah untuk menyembahNya
dan tidak menyekutukanNya. Perintah ini didahulukan daripada berbuat baik kepada orang
tua serta manusia-manusia pada umumnya. Maka sangatlah aneh jika seseorang bersikap
sangat baik terhadap esame manusia, namun dia banyak menyepelekan hak-hak Tuhannya
terutama hak beribadah hanya kepada Alloh semata.

Page | 7
2.4.3 Fungsi Tauhid

 Memperoleh kepuasan batin, keselamatan, dan kebahagiaan hidup di dunia dan


akhirat
 Terhindar dari pengaruh akidah-akidah yang menyesatkan
 Terhindar dari pengaruh faham-faham yang dasarnya hanya teori kebendaan (materi)
semata

2.5 Upaya memelihara Tauhid dari kemusyrikan

Perbuatan syirik merupakan bentuk kedzaliman terhadap Allah SWT yang sangat
besar, sayangnya saat ini perbuatan syirik banyak dijumpai di tengah masyarakat kita.
Orang yang melakukan perbuatan syirik disebut musyrik. Orang musyrik pada dasarnya
percaya dan menyembah kepada Allah SWT tetapi ia menyekutukan-Nya dengan
menyembah tuhan selain Allah, sehingga sikap, perkataan dan hati orang musyrik telah
menyimpang dari keimanan dan ketauhidan. Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 62-66 berisi
penjelasan tentang kebesaran Allah SWT, dimana Allah SWT yang menciptakan dan
memelihara segala sesuatu beserta perbendaharaan yang ada di langit dan di bumi. Dan
Allah SWT mengancam bagi orang-orang yang melakukan perbuatan syirik, maka setiap
pahala amal kebaikannya akan terhapus dan amal baiknya serta tergolong kepada orang-
orang yang merugi nasibnya di dunia dan akhirat. Kemusyrikan terjadi karena manusia
tidak menggunakan akal yang diberikan Allah SWT dengan sebaik-baiknya, sehingga
orang yang berbuat syirik (musyrik) tidak memahami dengan sebenar-benarnya ilmu
Allah, sehingga mereka berada dalam kebodohan dan kekafiran serta menganggap apa
yang disembahnya memiliki kekuasaan yang sama seperti Allah SWT. Untuk
memelihara ketauhidan kepada Allah SWT diperlukan upaya-upaya yang diajarkan oleh
Rasulullah yaitu dengan mengarahkan pandangan, akal pikiran manusia untuk merenungi
ayat-ayat Allah, membangun kembali fitrahnya dengan menanamkan aqidah tauhid yang
dipenuhi keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT sehingga embali menjadi hamba-
hamba Allah yang bersyukur.

Esensi dalam Qs Az-Zumar ayat 62-66 adalah sebagai berikut : (1) Allah SWT
memerintahkan kepada manusia untuk menyembah dan mengesakan-Nya (2) Manusia
hendaknya mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT berupa taufik dan hidayah.

2.6 Konsep Tauhid dalam surah An-naas ayat 1-3

2.6.1 Surah An Naas Ayat 1 (Tauhid Rububiyah)

Dalam surah An Naas yang pertama ini secara jelas tersurat tentang tauhid Rububiyah. hal
ini terlihat jelas baik secara lafdzi maupun secara maknawi yakni dimana dalam ayat
pertama ini secara jelas menyebut denagan lafadz Rab, ( Qul’a’uudzu bi rabbin naas) yang
jelas-jelas tersurat dalam ayat tersebut yang menunjukan tauhid Rububiyah. Secara
etimologis kata Rububiyah berasal dari akar kata rabb. Kata rabb ini sebenarnya
mempunyai banyak arti antara lain menumbuhkan, mengembangkan, mencipta,
memelihara, memperbaiki, mengelola, memiliki dan lain-lain. Maka secara terminologis
Tauhid Rububiyah ialah keyakinan bahwa Allah Swt. adalah Tuhan Pencipta semua
makhluk dan alam semesta. Dialah yang memelihara mahluk-Nya dan memberikan hidup
serta mengendalikan segala urusan. Dia yng memberikan manfaat dan mafsadat,

Page | 8
Penganugerah kemulyaan dan kehinaan. Dilihat dari segi arti Tauhid Tauhid Rububiyah
initergambar dalam ayat-ayat al-Qur’an antara lain: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu
Yng telah menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. Dialah
yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-
buahan sebagai rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu- sekutu
bagi Allah padahal kamu mengetahui” (Q.S. al- Baqarah:21-22). “Katakanlah: “Aku
berlindung pada Rabb manusia” (Q.S. an- Nas:1). Masih banyak ayat-ayat yang berkaitan
dengan Tauhid Rububiyah, antara lain lihat Q.S. Luqman:25, Fathir:3 dll.

2.6.2 Surah An Naas Ayat 2 (Tauhid Mulkiyah)

Dalam surah An Naas ayat ayat kedua ini secara langsung menegaskan pula dengan
kata malik/ lafadz maliki pada ayat “Malikin naas” . Lafadz maliki disini menunjukkan
Alloh Sebagai Raja dimana kekuasaan Alloh sebagai raja untuk semua manusia, bukan
hanya sebagai raja didunia namun sebagai Diraja sampai diahirat. Dalam ayat tersebut
terkandung pembelajaran tauhid Mulkiyah. Kata Mulkiyah berasal dari akar kata malaka.
Isim fa’ilnya dabat dibaca dengan dua cara: 1) Malik dengan huruf mim dibaca panjang;
berarti yang memiliki, dan 2) Malik dengan mim dibaca pendek; yang menguasai. Syekh
Ahmad Musthofa al-Maraghi dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa kata Malik dengan
huruf mim panjang, berarti yang memiliki adalah lebih sempit maknanya daripada kata
Malik dengan huruf mim pendek, berarti yang menguasai. Karena memiliki belum tentu
menguasai, sedangkan menguasai barang tentu juga memiliki. Maka secara terminologis
Tauhid Mulkiyah adalah suatu keyakinan bahwa Allah Swt adalah satu-satunya Tuhan
yang memiliki dan menguasai seluruh makhluk dan alam semesta. oleh karena itu Allah
disebut sebagai Raja alam semesta. Ia berhak dan bebas melakukan apa saja yang
dikehendaki-Nya terhadap alam semesta tersebut. Keyakina Tuhid Mulkiyah ini tersurah
dalam ayat- ayat al-Qur’an seperti berikut ini:
 “Yang menguasai hari pembalasan” (Q.S. al-Fatihah: 4).
 “Tidakkah kamu mengetahui bahw kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan
Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang
penolong” (Q.S. al- Baqaran: 107).
 “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya,
dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Q.S. al-Ma’idah: 120).
Dan apabila manusia meyakini bahwa Allah sebagai Pemilik dan Penguasa alam semesta
ini maka konsekuensinya ia harus menjadi- kan Allah sebagai Pemimpin yang memiliki
wewenang untuk menentukan sesuatu.
Firman Allah: “Allah Pemimpin orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka
dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya Dan orang-orang yang kafir pemimpin-
pemimpinnya adalah taghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan.
Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya” (Q.S. al-Baqarah: 257).
At-Taghut dalam ayat di atas adalah segala sesuatu yang dipertuhan selain dari Allah Swt.
dan dia suka diperlakukan sebagai Tuhan tersebut. Sayyid Kuthub dalam tafsir Fi Zhilal al-
Qur’an menerankan bahwayang dimaksud dengan at-taghut adalah segala sesuatu yang
menentang kebenaran dan melanggar batas yang telah digariskan oleh Allah Swt. untuk
hamba-Nya. At-Taghut itu bisa berbentuk pandangan hidup, peradapan dan lain-lain yang
tidak berlandaskan ajaran Allah.

Page | 9
2.6.3 Surah An Naas Ayat 3 (Tauhid Uluhiyah)

Pembelajaran tauhid selanjutnya adalah Tahit Uluhiyah, dimana dalam surah An Naas Ayat
tiga (“Ilaahin Naas”) tersurat dengan jelas yakni dalam lafadz “Ilaahi”.Lafadz Ilahi disini
menunjukkan tauhid Uluhiyah dimana manusia haruslah mematuhi segagala yang menjadi
perintahNya dan menjahui segala laranganNya. Kata uluhiyah adalah mashdar dari kata allaha
yang mempunyai arti tentram, tenang, lindungan, cinta, dan sembah. Namun makna yang
paling mendasar adalah ‘abada, yang berarti hamba sahaya (‘abdun), patuh dan tunduk
(‘ibadah), yang mulia dan agung (al- ma’bad), selalu mengikutinya (‘abadah bih). Jadi
seseorang yang menghambakan diri kepada Allah maka ia harus mengikuti, mengagungkan
memuliaakan, mematuhi dan tunduk kepada-Nya serta bersedia untuk mengorbankan
kemerdekaannya. Dengan demikian Tauhid Uluhiyah merupakan keyakinan bahwa Allah
Swt. adalah satu-satunya Tuhan yang patut dijadikan Ilah yang harus dipatuhi, ditaati,
diagungkan dan dimuliakan. Hal ini tersurat dalam ayat-ayat berikut ini:
a. “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku
dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu” (Q.S. Thaha: 14).
b. “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan
Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu”
(Q.S. Muhammad:19).

Page | 10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan saran

3.1.1 Kesimpulan

Sebagai seorang muslim kita diwajibkan untuk selalu meyakini dan menuju-
kan bentuk ibadah hanya kepada Allah. Agar kita terhindar dari perbuatan syirik salah
satunya adalah selalu memelihara ketauhidan kepada Allah SWT, dan diperlukan upaya-
upaya yang diajarkan oleh Rasulullah yaitu dengan mengarahkan pandangan, akal
pikiran manusia untuk merenungi ayat-ayat Allah, membangun kembali fitrahnya dengan
menanamkan aqidah tauhid yang dipenuhi keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT
sehingga kembali menjadi hamba-hamba Allah yang bersyukur.

3.1.2 Saran

Selalu menjaga diri dari lingkungan yang dapat membawa pengaruh buruk dan tradisi
yang membuat kita tersesat bahkan hingga dapat membuat kita terseret pada kebiasaan yang
sebenenarnya tidak Allah perintahkan ataupun Rasulullah ajarkan sehingga terjebak dalam
dosa syirik.

Page | 11
DAFTAR PUSTAKA

https://majalahpendidikan.com/pengertian-animisme-dinamisme-politeisme-
monoteisme-dan-henoteisme/ (diakses pada tanggal 7 November 2022 pukul 17.00)

http://nettafy.blogspot.com/2011/10/iv-filsafat-ketuhanan.html

https://mahasiswa.ung.ac.id/452422042/home/2022/10/9/konsep-ketuhanan-dalam-
islam.html

https://www.uin-antasari.ac.id/realisasi-tauhid-dalam-kehidupan/#:~:text=Menurut
%20bahasa%2C%20tauhid%20adalah%20Bahasa,yang%20ada%20di%20alam
%20ini.

https://prezi.com/fumi9efuml_5/fungsi-tauhid-dalam-kehidupan-muslim-di-era-
globalisasi/?frame=a2d7a70590e19b8b7fb20d569a4b0ff88e650d59

file:///C:/Users/User/Downloads/6.%20Tauhid%20anambesari.pdf

Page | 12

Anda mungkin juga menyukai