Dosen Pengampu
Astrisa Faadhilah, SST, M. Epid
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak disekitar kita.
Bakteri pun berada di mana-mana. Di tempat yang paling dekat dengan kita pun juga
terdapat bakteri contohnya saja tas, buku, pakaian, dan banyak hal lainnya. Maka dari
itu bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup sering terjadi. Karena
banyaknya manusia yang mengabaikan penyakit tersebut karena terkadang gejala
awal yang diberikan ada gelaja awal yang biasa saja. Maka dari itu alangkah baiknya
jika kita masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara bakteri itu menginfeksi dan
gejala-gejala apa yang akan diberikannya.
Banyaknya manusia yang mulai tidak begitu peduli dengan gejala awal terjangkitnya
bakteri salah satunya adalah pada saluran pencernaan. Saluran pencernaan adalah
saluran yang sangat berperan dalam tubuh. Jika saluran pencernaan terganggu akan
cukup mengganggu aktivitas tubuh saat itu. Tapi banyak masyarakat yang tidak peduli
dengan penyakit yang ditimbulkan. Misalnya saja penyakit yang dapat ditimbulkan
oleh bakteri ada diare, gejala awalnya ada kondisi perut yang tidak enak gejala
awalnya cukup biasa tetapi jika terlalu didiamkan akan membuat kondisi itu menjadi
akut dan fatal. Maka dari itu, bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup
banyak pada saat ini.
Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian kecil
saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organism atau mikroorganisme yang
menyebabkan penyakit pada organism lain. Kemampuan pathogen untuk
menyebabkan penyakit disebut dengan patogenisitas. Dan patogenesis disini adalah
mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi
inang oleh mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang.
Infeksi berbeda dengan penyakit. Sebagaimana kita ketahui sebelumnya
mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis sehingga tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan disemua
tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup
manusia. Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer ( udara )
serta makanan, dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara
alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya
bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya
tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit.
Sedangkan Mikologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang jamur serta peranannya
bagi kehidupan manusia. Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai
sebagai cendawan, yaitu organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons, tubuhnya
berwarna-warni, dan tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun cendawan
adalah organisme yang umum kita sebut sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan
sebagian besar jamur tersebut terlihat hidup di atas tanah, tetapi kata fungi memiliki
makna yang lebih luas.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, peran mikologi terhadap ilmu
kesehatan sangat penting. Karna mikologi dapat memberitahu mengenai segala hal
tentang jamur. Penyakit-penyakit juga timbul salah satunya disebabkan oleh jamur.
Jadi dengan mempelajari mikologi di dunia kedokteran sangat lah berguna untuk
membantu diagnosis terhadap suatu penyakit. Sebelum mengetahui mengenai
penyakit yang disebabkan oleh jamur, perlu juga diketahui mengenai jamur itu
sendiri. Pada makalah ini akan dibahas mengenai mikologi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Patogen adalah materi atau organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada
inang misalnya bakteri. Bakteri dapat merusak sistem pertahanan inang dimulai
dari permukaan kulit, saluran pencernaan, saluran respirasi, saluran urogenitalia.
Sedangkan Patogenesis sendiri adalah mekanisme infeksi dan mekanisme
perkembangan penyakit. Infeksi merupakan invasi inang oleh mikroba yang
memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan
penyakit.
2. Olonisasi
Tahap pertama dari infeksi mikroba adalah kolonisasi: pembentukan patogen
di portal masuk yang tepat. Patogen biasanya menjajah jaringan inang yang
berhubungan dengan lingkungan eksternal.
Resistensi inang dapat terkompromi oleh trauma dan penyakit lain yang diderita.
Individu menjadi rentan terhadap infeksi oleh berbagai bakteri jika kulit atau
mukosa melonggar atau rusak (terluka). Abnormalitas fungsi silia sel pernafasan
mempermudah infeksi Pseudomonas aeruginosa galur mukoid. Prosedur medis
seperti kateterisasi dan intubasi trakeal menyebabkan bakteri normal flora dapat
masuk ke dalam tubuh melalui plastik. Oleh karena itu, prosedur pengantian
plastik kateter rutin dilakukan setiap beberapa jam (72 jam untuk kateter
intravena).
Banyak obat diproduksi dan dikembangkan untuk mengatasi infeksi bakteri. Agen
antimikroba efektif melawan infeksi bakteri jika sistem imun dan fagosit inang
turut bekerja. Namun terdapat efek samping penggunaan antibiotik, yaitu
kemampuan difusi antibiotik ke organ nonsasaran (dapat mengganggu fungsi
organ tersebut), kemampuan bertahan bakteri terhadap dosis rendah
(meningkatkan resistensi), dan kapasitas beberapa organisme resisten terhadap
multi-antibiotik.
d. Patogenesis
Untuk Escherichia coli, penyakit yang sering ditimbulkan adalah diare. E.
coli sendiri diklasifikasikan berdasarkan sifat virulensinya dan setiap grup
klasifikasinya memiliki mekanisme penularan yang berbeda-beda.
Coli Enteropatogenik (EPEC)
coli ini menyerang manusia khususnya pada bayi. EPEC
melekatkan diri pada sel mukosa kecil. Faktor yang diperantarai
oleh kromosom akan menimbulkan pelekatan yang kuat. Pada usus
halus, bakteri ini akan membentuk koloni dan menyerang pili
sehingga penyerapannya terganggu. Akibatnya adalah adanya diare
cair yang biasanya sembuh diri tetapi dapat juga menjadi kronik.
EPEC sedikit fimbria, ST dan LT toksin, tetapi EPEC
2. Salmonella sp.
a. Ciri-ciri:
Batang gram negative
Terdapat tunggal
Tidak berkapsul
Tidak membentuk spora
Peritrikus
Aerobik, anaerobik fakultatif
Patogenik, menyebabkan gastroenteritis
3. Clostridium perfringens
a. Ciri-ciri:
Batang gram positif
Terdapat tunggal, barpasangan, dan dalam rantai
Berkapsul
Sporanya ovoid (melonjong), sentral sampai eksentrik
Anaerobik
d. Patogenesis
Menghasilkan toksin LT
Toksin merangsang enzim adenilat siklase pada dinding usus yang
mengakibatkan bertambahnya konsentrasi cAMP sehingga
hipersekresi air dan klorida dalam usus.
Hal ini mengakibatkan reabsorpsi Na terhambat dan menyebabkan
diare.
Peracunan disebabkan oleh sel-sel vegetatif pada waktu
membentuk spora di rongga usus. Pengobatannya hanya
menghilangkan gejala karena tidak ada pengobatan lain yang
khusus.
Gambar 10. Patogenesis Clostridium perfringens
e. Penularan
Menelan makanan yang terkontaminasi oleh tanah dan tinja dimana
makanan tersebut sebelumnya disimpan dengan cara yang memungkinkan
kuman berkembangbiak.
Patogenitas
Sifilis disebabkan oleh bakteri yang disebut spiroketa.
Penyebarannya tidak seluas gonorea, tetapi lebih menakutkan
karena kerusakan yang mungkin ditimbulkannya lebih besar.
Seperti gonorea, penyakit ini disebarkan melalui kontak langsung
dengan luka-luka pada orang yang ada pada stadium menular.
Spiroketa, seperti gonokokus, adalah mikrobe yang tidak tahan
berada di luar tubuh manusia, sehingga kemungkinan tertulari dari
benda mati sangat kecil.
Treponema pallidum masuk ke dalam tubuh sewaktu terjadi
hubungan kelamin melalui luka-luka goresan yang amat kecil pada
epitel, dengan cara menembus selaput lendir yang utuh ataupun
mungkin melalui kulit yang utuh lewat kantung rambut. Masa
inkubasi sifilis berkisar 10-90 hari (rata-rata 21 hari) setelah
infeksi. Bila tidak diobati, sifilis dapat timbul dalam beberapa
stadium penyakit.
Sifilis berjangkit secara alamiah hanya pada manusia dan terutama
ditularkan lewat hubungan kelamin atau dari ibu yang terinfeksi
kepada janinnya (sifilis bawaan atau sebelum lahir) lewat ari-ari.
Pada kasus yang tidak diobati 25% di antara janin meninggal
meninggal sebelum lahir 25-30% meninggal segera setela
dilahirkan yang lain menunjukkan gejala komplikasi lanjut
(misalnya menjadi tuli).Sejumlah besar treponema dalarn darah dan
jaringan musnah selama sifilis sekunder. Penisilin adalah adalah
antibiotik yang dipilih untuk pengobatan sifilis.
Diagnosa
Diagnosa sifilis biasanya dapat ditentukan dari gabungan informasi
mengenai gejala, sejarah eksposi, dan uji darah yang positif atau
dengan pemeriksaan mikroskop medan gelap.
Hasil positif pengamatan luka dengan mikroskop medan gelap
(untuk sifat morfologis dan pergerakan spiroketa) adalah cara satu-
satunya untuk membuat diagnosis sifilis primer yang pasti. Untuk
sifilis sekunder juga, diagnosis yang pasti bergantung kepada
pemeriksaan dengan mikroskop medan gelap terhadap eksudat dari
luka basah pada kulit dan bukan pada mulut. (Rongga mulut
mungkin banyak mengandung spiroketa yang bukan penyebab
sifilis). Uji-uji serologis sifilis reaktif atau dapat diandalkan pada
stadium kedua penyakit ini.
Epidimologi
Sejak 1962, kasus-kasus sifilis di Amerika Serikat yang dilaporkan
bertambah setiap tahunnya sekurang-kurangnya 4,7%. Seperti
gonorae, jumlah sifilis dini (kasus primer, sekunder dan laten dini)
yang dilaporkan tidak merupakan indikasi insiden yang sebenamya,
karena kebanyakan kasus tidak dilaporkan.
Pencegahan
Tidak ada vaksin terhadap sifilis. Untuk perseorangan penggunaan
kondom sangat efektif. Untuk masyarakat, cara utama pencegahan
sifilis ialah melalui pengendalian yang meliputi pemeriksaan
serologis dan pengobatan penderita. Sifilis bawaan dapat dicegah
dengan perawatan prenatal (sebelum kelahiran) yang semestinya.
b. Leptospira interoogans
Klasifikasi
Kingdom : Monera
Phylum : Spirochaetes
Class : Spirochaetes
Order : Spirochaetales
Family : Leptospiraceae
Genus : Leptospira
Species : Leptospira interoogans
Karakteristik
Ciri-ciri bakteri Leptospira antara lain berbentuk spiral, dapat
hidup di air tawar selama satu bulan, bersifat patogen dan
saprofitik. Spesies Leptospira yang mampu menyebabkan penyakit
(patogen) bagi manusia adalah Leptospira interrogans.
Leptospirosis disebabkan bakteri pathogen berbentuk spiral
termasuk genus Leptospira, famili leptospiraceae dan ordo
spirochaetales. Spiroseta berbentuk bergulung-gulung tipis, motil,
obligat, dan berkembang pelan secara anaerob. Setiap spesies
leptospira terbagi menjadi puluhan serogrup dan terbagi lagi
menjadi puluhan, bahkan ratusan serovar. Saat ini, Leptospira
interrogans yang bersifat patogen telah dikenal lebih dari 200
serovar. Jasad renik ini biasanya hidup di dalam ginjal host dan
dikeluarkan melalui air kencing (urin) saat berkemih. Host tersebut
antara lain tikus, babi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing,
kelelawar, tupai dan landak. Tikus sering menjadi host bagi
berbagai serovar leptospira. Akan tetapi, Leptospirosis akan mati
apabila masuk ke air laut, selokan, dan air kemih manusia.
Leptospira dapat menginfeksi sekurangnya 160 spesies mamalia
diantaranya adalah tikus, babi, anjing, kucing, rakun, lembu, dan
mamalia lainnya. Resevoar paling utama adalah binatang pengerat
dan tikus adalah yang paling sering ditemukan di seluruh belahan
dunia. Di Amerika yang paling utama adalah anjing, ternak, tikus,
binatang buas dan kucing.
Penularan
Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing,
kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Di
Indonesia, penularan paling sering melalui binatang tikus. Air
kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh
manusia melalui: permukaan kulit yang terluka, selaput lender
mata dan hidung. Bisa juga melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi setitik urine tikus yang terinfeksi leptospira,
kemudian dimakan dan diminum manusia. Urine tikus yang
mengandung bibit penyakit leptospirosis dapat mencemari air di
kamar mandi atau makanan yang tidak disimpan pada tempat yang
aman.
Sejauh ini tikus merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama
penyebab leptospirosis. Beberapa jenis hewan lain seperti sapi,
kambing, domba, kuda, babi, anjing dapat terserang leptospirosis,
tetapi potensi hewan-hewan ini menularkan leptospirosis ke
manusia tidak sehebat tikus.
Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien. Masa
inkubasi leptospirosis adalah dua hingga 26 hari. Sekali berada di
aliran darah, bakteri ini bisa menyebar ke seluruh tubuh dan
mengakibatkan gangguan khususnya hati dan ginjal. Saat kuman
masuk ke ginjal akan melakukan migrasi ke interstitium, tubulus
renal, dan tubular lumen menyebabkan nefritis interstitial dan
nekrosis tubular. Ketika berlanjut menjadi gagal ginjal biasanya
disebabkan karena kerusakan tubulus, hipovolemia karena
dehidrasi dan peningkatan permeabilitas kapiler. Gangguan hati
tampak nekrosis sentrilobular dengan proliferasi sel Kupffer,
ikterus terjadi karena disfunsi hepatocellular. Leptospira juga dapat
menginvasi otot skletal menyebabkan edema, vacuolisasi miofibril,
dan nekrosis focal. Muscular Gangguan sirkulasi mikro muskular
dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat menyebabkan
kebocoran cairan dan hipovolemi sirkulasi. Dalam kasus berat
“disseminated vasculitic syndrome” akan menyebabkan kerusakan
endotelium kapiler. Gangguan paru adalah meknisme sekunder
kerusakan pada alveolar and vaskular interstitial yang
mengakibatkan hemoptu. Leptospira juga dapat menginvasi humor
akuos mata yang dapat menetap dalam beberapa bulan, seringkali
mengakibatkan uveitus kronis dan berulang. Meskipun
kemungkinan dapat terjadi komplikasi yang berat tettapi lebih
sering terjadi self limiting disease dan tidak fatal. Sejauh ini,
respon imun siostemik dapat mengeliminasi kuman dari tubuh,
tetapi dapat memicu reaksi gejala inflamasi yang dapat
mengakibatkan “secondary end-organ injury”.
Gejala
Infeksi leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi
dan kadang asimtomatis (tanpa gejala), sehingga sering terjadi
misdiagnosis. Hampir 15-40% penderita yang terpapar infeksi tidak
mengalami gejala tetapi menunjukkan. serologi positif.
Pada leptospirosis umumnya terdapat riwayat terpapar hewan
terinfeksi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Masa
inkubasi berlangsung selama 7-12 hari, disusul fase leptospiremia
selama 4-7 hari. Pada fase ini dijumpai gejala mirip flu (Flu Like
Syndrome) berupa demam, menggigil, sakit kepala hebat, mual,
muntah, nyeri otot (terutama betis, pinggang, atau punggung
belakang). Kadang-kadang nyeri tenggorokan dan terdapat gejala
paru berupa batuk, nyeri dada, maupun hemoptisis (batuk darah).
Kemudian setelah fase ini, pasien masuk kedalam fase bebas /
asimptomatik (gejala hilang) selama 2 hari. Lalu kemudian gejala
akan muncul kembali, dan penderita masuk ke dalam fase imun,
dimana telah timbul antibody, dan leptospira tidak ada di darah
tetapi ada di ginjal, urine, dan aqueous humor. Fase ini biasanya
berlangsung selama 4-30 hari, dimana gejalanya mirip fase awal,
namun biasanya demam tidak setinggi fase awal, juga nyeri otot
tak seberat fase pertama. Pada fase ini dapat dijumpai meningitis,
uveitis, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta kelainan di paru-
paru. Terdapat varian leptospirosis yang lebih berat, yang biasanya
disebut Weil Syndrome. Gejalanya adalah leptospirosis ditambah
ikterus (mata kuning), perdarahan, gangguan jantung, paru, dan
neurologik, serta mempunyai angka mortalitas yang tinggi.
Penyebabnya adalah infeksi leptospira serovarian icterohemoragika
/ copenhagoni. Pada permulaan, penyakit berjalan seperti biasa,
namun setelah 4-9 hari timbul ikterus, disfungsi hati dan ginjal,
ikterus berwarna kemerahan (rubinic jaundice) dan memberi warna
oranye pada kulit, kencing warna gelap, hepatomegali (pembesaran
hati), peningkatan bilirubin dan alkali fosfatase, serta peningkatan
ringan SGOT dan SGPT. Gangguan fungsi ginjal biasanya
berlangsung pada minggu kedua, yang timbul sebagian akibat
hipovolemia, dan penurunan perfusi ginjal yang kadang-kadang
sampai memerlukan dialisis (cuci darah). Namun bila penyebab
sudah teratasi, fungsi ginjal dapat pulih kembali.
Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk konfirmasi diagnosis
dan mengetahui sejauh mana gangguan organ tubuh dan
komplikasi yang terjadi.
Isolasi (pengambilan) kuman leptospira dari jaringan lunak
atau cairan tubuh
penderita adalah standar kriteria baku. Urin adalah cairan
tubuh yang palih baik untuk diperiksa karena kuman
leptospira terdapat dalam urin sejak gejala awal penyakit
dan akan menetap hingga minggu ke-3. Cairan tubuh
lainnya yang mengandung leptospira adalah darah,
cerebrospinal fluid (CSF) tetapi rentang peluang untuk
ditemukan isolasi kuman sangat pendek
Pengobatan
Pengobatan awal memegang peranan penting; penggunaan pencilin
dan streptomisin dianjurkan. Pengobatan tidak berguna bila terjadi
kerusakan pada ginjal. Streptomisin pada dosis yang tinggi dapat
mencegah “carrier”.
Pencegahan
Bila leptospirosis merupakan wabah maka pencegahan utama yang
dilakukan adalah pengendalian tikus dan pencemaran air.
Leptospira dapat bertahan dalam air yang bersifat basa selama
beberapa hari, namun hanya dapat bertahan dalam sampah selama
12 jam; mikroorganisme ini sangat peka terhadap kering dan panas.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara vaksinasi.
Perlindungan yang ditimbulkan kira-kira satu tahun.
D. DEFINISI MIKOLOGI
Mikologi Berasal dari bahasa Yunani “Mykes” yang berarti Jamur dan “Logos” yang
berarti Ilmu. Mikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jamur. Dalam
bahasa Inggris Jamur disebut Fungi / Fungus. Kajian dalam mikologi antara lain
meliputi klasifikasi fungi, kerugian dan peranan jamur dalam kehidupan manusia.
Seiring perkembangan teknologi jamur banyak digunakan dalam bioteknogi, misalnya
pembuatan tempe, pembuatan pesellin.
Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai sebagai cendawan, yaitu
organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons, tubuhnya berwarna-warni, dan
tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun cendawan adalah organisme yang
umum kita sebut sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan sebagian besar jamur
tersebut terlihat hidup di atas tanah, tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas.
Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organism eukariotik, tidak
berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding
sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofi l, memperoleh nutrien dengan
menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Jamur adalah organisme yang terdapat dimana-mana di bumi, baik di daerah tropik,
subtropik, di kutub utara, maupun antarika. Fungi juga ditemukan di darat, di
perairaian tawar, di laut, di mangrove, di bawah permukaan tanah, di kedalaman laut,
dipengunungan, maupun di udara. Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi
kehidupan fungi, antara lain kelembapan, suhu, keasaman substrat, pengudaraan, dan
kehadiran nutrien-nutrien yang diperlukan.
Pendapat lain mengatakan bahwa Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar
makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu
menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memiliki bermacam-macam
bentuk. Awam mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang,
khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan luar yang
tampak, bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak
disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki penampilan yang sama sekali
berbeda (ingat metamorfosis pada serangga atau katak).
E. MORFOLOGI JAMUR
1. Yeast
merupakan jamur uniselluler yang berbentuk oval / lonjong dengan diameter 3 –
15 mikron, berkembang biak dengan cara membelah diri (asexual) membentuk
tunas atau budding cell.
Yeast ada dua yaitu :
a. Yeast murni : merupakan jamur uniselluler yang tidak mampu membentuk
pseudohifa/ klamidospora
b. Yeast like : merupakan jamur uniselluler yang mampu membentuk pseudohifa.
Contoh :
Candida sp, Candida albicans, Torulla (koloni berwarna merah / orange),
Cryptococcus neoformans
2. Mold / Kapang
a. Merupakan jamur multiselluler yang membentuk benang-benang hifa /
filament, kumpulan dari hifa disebut miselium yang membentuk suatu
anyaman.
b. Hifa yang dibentuk ada yang bersekat maupun tak bersekat.
c. Hifa yang berada di atas permukaan media disebut Hifa aerial yang berfungsi
sebagai alat perkembangbiakan.
d. Hifa yang berada didalam media disebut Hifa Vegetatif berfungsi sebagai alat
untuk menyerap makanan.
Contoh : Aspergillus, Penicellium, Rhizopus, Mucor, Microsporum,
Trichophyton, Epidermophyton
3. Dimorfik
a. Merupakan jamur yang mempunyai dua bentuk yaitu : Yeast dan Mold.
b. Berbentuk Yeast jika berada di dalam inang / host atau pada suhu inkubasi 37
derajat C,
c. Berbentuk mold jika berada diluar inangnya atau pada suhu inkubasi suhu
ruang.
d. Contoh : Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Blastomyces
dermatidis
F. REPRODUKSI JAMUR
Spora fungi memiliki berbagai bentuk dan ukuran, dan dapat dihasilkan secara seksual
maupun aseksual. Pada umumnya spora adalah organisme uniseluler , tetapi ada juga
spora multiseluler. Spora dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa yang
terspesalisasi. Ketika kondisi lingkngan memungkinkan, pertumbuhan yang cepat,
fungi mengklon diri mereka sendiri dengan cara menghasilkan banyak sekal spora
secara aseksual. Terbawa oleh angin atau air, spora-spora tersebut berkecamabh jika
berada pada tempat yang lembab pada permukaan yang sesuai (Campbell 2003).
Menurut Pelczar (1986), bahwa spora seksual yang dihasilkan dari peleburan dua
nukleus. Ada beberapa spora seksual yaitu:
1. Aksospora: Spora bersel satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang
dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.
2. Basidiospora: Spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang
dinamakan basidium.
3. Zigospora: merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-
ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangin, pada beberapa
cendawan melebur.
4. Oospora: Spora ini terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut
ooginium, pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam
anteredium mengasilkan oospora.
G. KLASIFKASI JAMUR
Di alam ada sekitar 100.000 jenis jamur yang sudah dikenal dan lebih dari 1.000 jenis
baru yang berhasil dideskripsikan oleh para ahli setiap tahunnya. Bahkan mungkin
masih ada sekitar 200.000 jenis lain yang sampai saat ini belum ditemukan atau
dideskripsikan. Sementara itu, kegiatan manusia dalam mengeksploitasi alam
berpeluang mengancam keberlangsungan hidup organisme tersebut. Perusakan hutan
hujan tropis yang hampir terjadi setiap hari atau perusakan habitat jamur yang lain
tidak diragukan lagi berpotensi membawa jenis- jenis organisme berspora tersebut
kepada kepunahan, bahkan sebelum mereka sempat ditemukan dan dipelajari oleh
para ahli.
Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang
lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak
berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-
senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain.
2. Divisi Ascomycota
Dikenal sebagai jamur kantong. Dan merupakan kelompok terbesar dari keempat
diisi jamur.
a. Ciri jamur kantong
Memiliki struktur khusus yang disebut askus
Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan berupa multiseluler
Hidup sebagai saprofit dan parasite
b. Reproduksi jamur kantong
Reproduksi aseksual dilakukan dengan dengan cara pembentukan
tunas (pada tunas jamur uniseluler) dan spora aseksual (pada jamur
multiseluler)
Reproduksi aseksual dilakukan dengan askus. Askus adalah semacam
kanton gspora yang menghasilkan askospora.
c. Contoh jamur kantong
Saccharomyces merupakan jamur uniseluer. Jamur ini biasa dikenal
oang sebagai ragi, khamir, atau yeast.
Peicillium hidup sebagai saprofit di berbagai tempat, terutaman pada
substrat yang mengandung gula, seperti nasi, roti, dan buah yang sudah
ranum.
Aspergillus dapat hidup sebagai saprofit dan parasit pada substrak
makanan, pakaian, manusia, dan burung.
Trichoderma umumnya dapat menghasilkan enzim selulose sehingga
jamur ini sering disebut bersifat selulotik.
Neurospora crassa dikenal sebagai jamur onom karena jamur ini
banyak digunakan masyarakat setempat untuk membuat oncom.
Xylaria tabacna hidup sebagai parasit pada petai cina. Selain itu, jamur
ini banyak terdapat pada batang pohon yang telah busuk.
Morchella esculenta merupakan jenis jamur yang dapat dijadikan
sebagai bahan makanan. Jamur ini memiliki tngkai pada buahnya.
Tubuh buah umumnya berbentuk kerucut.
Claviceps purpurea merupakan jenis jamur yang biasa hidup parasit
pada bakal buah graminease.
3. Divisi basidiomycota
Dikenal sebagai jamur gada. Disebut demikian karena kelompok jamur ini
memiliki organ penghasil spora berbentu gada yang disebut basidium.
a. Ciri jamur gada
Kebanyakan berukuran makroskopis
Miselium bersek
Tubuh buah (basidiokarp) berbentuk panjang, lembaran-lembaran yang
berliku-liku, atau bulat.
Hidup sebagai saprofit dan parasit.
b. Reproduksi jamur gada
Pada umumnya jamur gada bereproduksi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi aseksual dilakukan dengan konidium namun reproduksi demikian
jarang terjadi.
Spora basidium atau kanidium berkecambah, tumbuh menjadi hifa beekat
dengan satu initi (monokariotik). Hifa tersebut tumbuh membentuk mselium
Hifa dari dua strain yang berbeda masing-masing ujungnya
bersinggungan dan melebur yang diikuti dengan larutnya masing-
masing miselium
Inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang yang lainnya sehingga sel
terseut memiliki dua inti (dikariotik)
Sel dikariotik tumbuh menjadi miselium dikariotik dan seterusnya
tumbuh menjadi tubuh buah.
Masing – masing basidium memiliki dua inti (2n). Kedua inti tersebut
mengalami meiosis sehingga terbentuk empat inti haploid.
Inti haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium atau disebut
juga spora seksual.
4. Divisi Deuteromycota
Dikenal sebagai jamur imperfekti/jamur tak sempurna. Disebut demikian karena
kelompok jamur ini belum mengetahui cara reproduksi seksualnya.
a. Ciri jamur imperfekti
Hifa berseka sekat
Tubuh berukuran mikroskopis
Hidup sebagai saprofit (pada isa-sisa makanan atau sampah) dan
parasite
Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi seksual
pada jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak
memiliki kloroplas.
Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan dinding
sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang
membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel bifl agellata yang
terjadi pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak memiliki flagella.
Sebagian besar jamur air hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa tumbuhan
di kolam, danau, atau aliran air. Meraka hidup sebagai pengurai dan berkoloni.
Walaupun begitu, ada juga yang hidup pada sisik atau insang ikan yang terluka
sebagai parasit. Contoh anggota Oomycotina adalah Saprolegnia, dan Phytoptora
infestans. Selain bersifat parasit, jamur air juga bersifat patogen (dapat
menimbulkan penyakit), seperti menyebabkan pembusukan kayu pada kentang
dan tomat.
Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara aseksual, jamur
air menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di dalam sporangium tersebut,
dihasilkan spora yang berfl agella yang disebut zoospora. Ketika zoospora matang
dan jatuh di tempat yang sesuai, maka akan berkecambah dan tumbuh menjadi
mycelium baru. Adapun reproduksi secara seksual terjadi melalui penyatuan
gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan dihasilkan oleh antheredium dan
gamet betina dihasilkan dari oogonium. Penggabungan gamet jantan dan gamet
betina menghasilkan zigot diploid. Zigot ini nantinya akan berkembang menjadi
spora, yang berdinding tebal. Saat spora berkecambah, akan dihasilkan mycelium
baru.
6. Myxomycotina
Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange, walaupun
ada sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan hidup secara
bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir merupakan
suatu massa ameboid yang disebut plasmodium. Plasmodium ini dapat tumbuh
besar hingga diameternya mencapai beberapa sentimeter. Walaupun berukuran
besar, plasmodium bukan multiseluler. Plasmodium merupakan massa tunggal
sitoplasma yang mengandung banyak inti sel. Plasmodium menelan makanan
melalui fagositosis. Mereka melakukan ini sambil menjulurkan pseudopodia
melalui tanah yang lembab, daun-daunan, atau kayu yang membusuk. Jika habitat
jamur lendir mulai mongering atau tidak ada makanan yang tersisa, plasmodium
akan berhenti tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tahapan siklus hidup yang
berfungsi dalam tahapan reproduksi seksual. Contoh jamur lendir adalah jenis
Dyctystelum discridium.
H. PERANAN JAMUR
1. Peranan Jamur yang menguntungkan
a. Sebagai sumber makanan
Beberapa jenis jamur dapat dimakan seperti volvariella volvacea (jamur
merang) dan Lentinus edodes (Jamur shitake). Jamur kaya akan protein dan
memiliki nilai gizi yang tinggi. Selain itu, ragi kering mengandung 50%
vitamin dan kaya akan vitamin B.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya jamur memakan sisa tumbuhan atau
hewan yang sudah mati. Selama proses ini jamur menguraikan senyawa
organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana, mengembalikan zat
hara yang terdapat di tubuh organisme ke tanah (biodegradasi) dan membuat
tanah menjadi lebih subur. Perannya sebagai dekomposer ini mampu
mempertahankan persediaan nutrien organik yang sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Bakteri dapat merusak sistem pertahanan inang dimulai dari permukaan kulit,
saluran pencernaan, saluran respirasi, saluran urogenitalia. Mikroorganisme
patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai macam jalan, misalnya
melalui membran mukosa, kulit ataupun rute parental. Banyak bakteri dan virus
memiliki akses memasuki tubuh inang melalui membran mukosa saluran
pernapasan, gastrointestinal, saluran genitourinari, konjungtiva, serta membran
penting yang menutupi bola mata dan kelopak mata.
3. Untuk Escherichia coli, penyakit yang sering ditimbulkan adalah diare. E. coli
sendiri diklasifikasikan berdasarkan sifat virulensinya dan setiap grup
klasifikasinya memiliki mekanisme penularan yang berbeda-beda. Contohnya Coli
Enteropatogenik (EPEC). E. coli ini menyerang manusia khususnya pada bayi.
EPEC melekatkan diri pada sel mukosa kecil. Faktor yang diperantarai oleh
kromosom akan menimbulkan pelekatan yang kuat. Pada usus halus, bakteri ini
akan membentuk koloni dan menyerang pili sehingga penyerapannya terganggu.
Akibatnya adalah adanya diare cair yang biasanya sembuh diri tetapi dapat juga
menjadi kronik. EPEC sedikit fimbria, ST dan LT toksin, tetapi EPEC
menggunakan adhesin yang dikenal sebagai intimin untuk mengikat inang sel
usus. Sel EPEC invasive (jika memasuki sel inang) dan menyebabkan radang.
4. Mikologi Berasal dari bahasa Yunani “Mykes” yang berarti Jamur dan “Logos”
yang berarti Ilmu. Mikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jamur.
Fungi merupakan mikroorganisme eukariota yang sebagian besar bersifat
multiseluler. Fungi atau cendawan terdiri dari kapang dan khamir. Secara umum
Fungi hidup dengan 3 cara yaitu sebagi saprofit, parasitik dan diomorfis. Fungi
adalah heterotrof yang mendapatkan nutriennya melalui penyerapan (absorpsi).
B. Saran
Bakteri makhluk kecil yang jarang kita sadari keberadaanya. Maka jika terjangkit
salah satu penyakit dari bakteri kita jangan meremehkan gejala awal yang dialami
karena umumnya gejala awalnya sangat biasa. Karena jika diremehkan bisa saja
menjadi akut. Harus mengikuti tahap-tahap pencegahan yaitu dengan menjaga
kebersihan diri.
DAFTAR PUSTAKA