Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

BAKTERIOLOGI DAN MIKOLOGI DASAR

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah SI Kebidanan Alih Jenjang

Dosen Pengampu
Astrisa Faadhilah, SST, M. Epid
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak disekitar kita.
Bakteri pun berada di mana-mana. Di tempat yang paling dekat dengan kita pun juga
terdapat bakteri contohnya saja tas, buku, pakaian, dan banyak hal lainnya. Maka dari
itu bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup sering terjadi. Karena
banyaknya manusia yang mengabaikan penyakit tersebut karena terkadang gejala
awal yang diberikan ada gelaja awal yang biasa saja. Maka dari itu alangkah baiknya
jika kita masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara bakteri itu menginfeksi dan
gejala-gejala apa yang akan diberikannya.

Banyaknya manusia yang mulai tidak begitu peduli dengan gejala awal terjangkitnya
bakteri salah satunya adalah pada saluran pencernaan. Saluran pencernaan adalah
saluran yang sangat berperan dalam tubuh. Jika saluran pencernaan terganggu akan
cukup mengganggu aktivitas tubuh saat itu. Tapi banyak masyarakat yang tidak peduli
dengan penyakit yang ditimbulkan. Misalnya saja penyakit yang dapat ditimbulkan
oleh bakteri ada diare, gejala awalnya ada kondisi perut yang tidak enak gejala
awalnya cukup biasa tetapi jika terlalu didiamkan akan membuat kondisi itu menjadi
akut dan fatal. Maka dari itu, bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup
banyak pada saat ini.

Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian kecil
saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organism atau mikroorganisme yang
menyebabkan penyakit pada organism lain. Kemampuan pathogen untuk
menyebabkan penyakit disebut dengan patogenisitas. Dan patogenesis disini adalah
mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi
inang oleh mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang.
Infeksi berbeda dengan penyakit. Sebagaimana kita ketahui sebelumnya
mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis sehingga tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan disemua
tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup
manusia. Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer ( udara )
serta makanan, dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara
alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya
bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya
tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit.

Sedangkan Mikologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang jamur serta peranannya
bagi kehidupan manusia. Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai
sebagai cendawan, yaitu organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons, tubuhnya
berwarna-warni, dan tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun cendawan
adalah organisme yang umum kita sebut sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan
sebagian besar jamur tersebut terlihat hidup di atas tanah, tetapi kata fungi memiliki
makna yang lebih luas.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, peran mikologi terhadap ilmu
kesehatan sangat penting. Karna mikologi dapat memberitahu mengenai segala hal
tentang jamur. Penyakit-penyakit juga timbul salah satunya disebabkan oleh jamur.
Jadi dengan mempelajari mikologi di dunia kedokteran sangat lah berguna untuk
membantu diagnosis terhadap suatu penyakit. Sebelum mengetahui mengenai
penyakit yang disebabkan oleh jamur, perlu juga diketahui mengenai jamur itu
sendiri. Pada makalah ini akan dibahas mengenai mikologi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Patogenesis Bakteri Patogen?


2. Bagaimana Proses Bakteri Dalam Menimbulkan Penyakit ?
3. Apa Saja Contoh – contoh Patogenesis Dari Beberapa bakteri ?
4. Apa pengertian dari mikologi ?
5. Bagaiman struktur tubuh jamur ?
6. Bagaimana reproduksi jamur ?
7. Bagaimana klasifikasi jamur ?
8. Bagaimana peranan jamur terhadap kehidupan?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:


1. Definisi Patogenesis Pada Bakteri
2. Proses Bakteri Menimbulkan Penyakit
3. Contoh – contoh Patogenesis Dari Beberapa bakteri
4. Definisi mikologi
5. Struktur tubuh jamur
6. Reproduksi jamur
7. Klasifikasi jamur dan perannya terhadap kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI PATOGENESIS

Gbr. arsitektur suatu sel bakteri yang khas

Patogen adalah materi atau organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada
inang misalnya bakteri. Bakteri dapat merusak sistem pertahanan inang dimulai
dari permukaan kulit, saluran pencernaan, saluran respirasi, saluran urogenitalia.
Sedangkan Patogenesis sendiri adalah mekanisme infeksi dan mekanisme
perkembangan penyakit. Infeksi merupakan invasi inang oleh mikroba yang
memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan
penyakit.

Kapasitas bakteri menyebabkan penyakit tergantung pada patogenitasnya. Dengan


kriteria ini, bakteri dikelompokan menjadi 3, yaitu agen penyebab penyakit,
patogen oportunistik, nonpatogen. Agen penyebab penyakit adalah bakteri
patogen yang menyebabkan suatu penyakit (Salmonella spp.). Patogen
oportunistik adalah bakteri yang berkemampuan sebagai patogen ketika
mekanisme pertahanan inang diperlemah (contoh E. coli menginfeksi saluran urin
ketika sistem pertahanan inang dikompromikan (diperlemah). Nonpatogen adalah
bakteri yang tidak pernah menjadi patogen. Namun bakteri nonpatogen dapat
menjadi patogen karena kemampuan adaptasi terhadap efek mematikan terapi
modern seperti kemoterapi, imunoterapi, dan mekanisme resistensi. Bakteri tanah
Serratia marcescens yang semula nonpatogen, berubah menjadi patogen yang
menyebabkan pneumonia, infeksi saluran urin, dan bakteremia pada inang
terkompromi.

Virulensi adalah ukuran patogenitas organisme. Tingkat virulensi berbanding


lurus dengan kemampuan organisme menyebabkan penyakit. Tingkat virulensi
dipengaruhi oleh jumlah bakteri, jalur masuk ke tubuh inang, mekanisme
pertahanan inang, dan faktor virulensi bakteri. Secara eksperimental virulensi
diukur dengan menentukan jumlah bakteri yang menyebabkan kematian, sakit,
atau lesi dalam waktu yang ditentukan setelah introduksi.
Mikroba patogen diketahui memasuki inang melalui organ-organ tubuh antara lain
:
1. Saluran pernapasan, melalui hidung dan mulut yang dapat menyebabkan penyakit
saluran pernapasan seperti salesma, pneumonia, tuberculosis.
2. Saluran pencernaan melalui mulut yang dapat menyebabkan penyakit tifus, para
tifus, disesntri, dll.
3. Kulit dan selaput lendir. Adanya luka mesekipun kecil dapat memungkinkan
mikroba seperti staphylicoccus yang menyebabkan bisul.
4. Saluran urogenital
5. Darah

B. PROSES BAKTERI DALAM MENIMBULKAN PENYAKIT

1. Jalan Masuk Mikroorganisme Ke Tubuh Inang


Mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai
macam jalan, misalnya melalui membran mukosa, kulit ataupun rute parental.
Banyak bakteri dan virus memiliki akses memasuki tubuh inang melalui
membran mukosa saluran pernapasan, gastrointestinal, saluran genitourinari,
konjungtiva, serta membran penting yang menutupi bola mata dan kelopak
mata.
 Saluran pernapasan
Saluran pernapasan merupakan jalan termudah bagi mikroorganisme
infeksius. Mikroorganisme terhirup melalui hidung atau mulut dalam
bentuk partikel debu. Penyakit yang muncul umumnya adalah
pneumonia, campak, tuberculosis, dan cacar air.
 Saluran pencernaan

Mikroorganisme dapat memasuki saluran pencernaan melalui bahan


Esherichia coli
makanan atau minuman dan melalui jari – jari tangan yang
terkontaminasi mikroorganisme pathogen. Mayoritas mikroorganisme
tersebut akan dihancurkan oleh asam klorida( HCL ) dan enzim –
enzim di lambung, atau oleh empedu dan enzim di usus halus.
Mikroorganisme yang bertahan dapat menimbulkan penyakit.
Misalnya, demam tifoid, disentri amoeba, hepatitis A, dan kolera.
Patogen ini selanjutnya dikeluarkan malalui feses dan dapat
ditransmisikan ke inang lainnya melalui air, makanan, atau jari – jari
tangan yang terkontaminasi.
 Kulit
Kulit sangat penting sebagai pertahanan terhadap penyakit. Kulit yang
tidak mengalami perlukaan tidak dapat dipenetrasi oleh mayoritas
mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme memasuki tubuh melalui
daerah terbuka pada kulit, folikel rambut, maupun kantung kelenjar
keringat. Mikroorganisme lain memasuki tubuh inang pada saat berada
di jaringan bawah kulit atau melalui penetrasi atau perlukaan membran
mukosa. Rute ini disebut rute parenteral. Suntikan, gigitan, potongan,
luka, atau pembedahan dapat membuka rute infeksi parenteral.
 Rongga mulut
Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni
mikroorganisme. Salah satu penyakit yang umum pada rongga mulut
akibat kolonisasi mikroorganisme adalah karies gigi. Karies gigi
diawali akibat pertumbuhan Streptococcus mutans dan spesies
Streptococcus lainnya pada permukaan gigi. Hasil fermentasi
metabolisme, menghidrolisis sukrosa menjadi komponen
monosakarida, fruktosa, dan glukosa. Enzim glukosiltransferasi
selanjutnya merakit glukosa menjadi dekstran. Residu fruktosa adalah
gula utama yang difermentasi menjadi asam laktat. Akumulasi bakteri
dan dekstran menempel pada permukaan gigi dan membentuk plak
gigi. Populasi bakteri plak didominasi oleh Streptococcus dan anggota
Actinomyces. Karena plak sangat tidak permeable terhadap saliva,
maka asam laktat yang diproduksi oleh bakteri tidak dilarutkan atau
dinetralisasi dan secara perlahan akan melunakkan enamel gigi tepat
plak tersebut melekat.

2. Olonisasi
Tahap pertama dari infeksi mikroba adalah kolonisasi: pembentukan patogen
di portal masuk yang tepat. Patogen biasanya menjajah jaringan inang yang
berhubungan dengan lingkungan eksternal.

3. Kepatuhan spesifik Bakteri to Cell dan Jaringan Permukaan


Beberapa jenis pengamatan memberikan bukti tidak langsung untuk
spesifisitas kepatuhan bakteri ke inang atau jaringan.
 Tissue tropisme: bakteri tertentu diketahui memiliki preferensi yang
jelas untuk jaringan tertentu atas orang lain.
 Spesifisitas Spesies: bakteri patogen tertentu hanya menginfeksi
spesies tertentu.
 Genetik kekhususan dalam suatu spesies: strain tertentu atau ras dalam
suatu spesies secara genetik kebal terhadap pathogen.

4. Mekanisme Kepatuhan to Cell atau Jaringan Permukaan


Mekanisme untuk kepatuhan mungkin melibatkan dua langkah:
 Nonspesifik kepatuhan : lampiran reversibel bakteri untuk eukariotik
permukaan (kadang-kadang disebut" docking)
 kepatuhan Tertentu: lampiran permanen reversibel mikroorganisme ke
permukaan (kadang-kadang disebut "penahan").
 Situasi umum adalah bahwa lampiran lampiran reversibel mendahului
ireversibel tetapi dalam beberapa kasus, situasi sebaliknya terjadi atau
kepatuhan tertentu mungkin tidak akan pernah terjadi.
Kepatuhan nonspesifik melibatkan pasukan menarik spesifik yang
memungkinkan pendekatan bakteri ke permukaan sel eukariotik.
Kemungkinan interaksi dan pasukan yang terlibat adalah:
 Interaksi hidrofobik
 Atraksi elektrostatik
5. Atom dan molekul getaran yang dihasilkan dari dipol berfluktuasi frekuensi
yang sama
6. Brown
7. Perekrutan dan menyaring oleh polimer biofilm berinteraksi dengan
glycocalyx bakteri (kapsul)

Faktor yang mendasari Mekanisme Patogenisitas Bakteri adalah sebagai berikut


1. Invasiveness adalah kemampuan untuk menyerang jaringan. Ini meliputi mekanisme
untuk kolonisasi (kepatuhan dan multiplikasi awal), produksi zat ekstraselular yang
memfasilitasi invasi (invasins) dan kemampuan untuk memotong atau mengatasi
mekanisme pertahanan inang.
2. Toxigenesis adalah kemampuan bakteri untuk menghasilkan racun. Bakteri dapat
menghasilkan dua jenis racun disebut exotoxins dan endotoksin.
a. Exotoxins adalah racun yang dilepaskan dari sel bakteri dan dapat bertindak di
bagian jaringan yang menghapus situs pertumbuhan bakteri.
b. Endotoksin dapat dilepaskan dari pertumbuhan sel-sel bakteri hasil dari
pertahanan inang efektif (misalnya lisozim) atau kegiatan antibiotik tertentu.
c. Kerentanan Inang
Kerentanan terhadap infeksi bakteri tergantung pada kondisi fisiologis dan
imunologis inang dan virulensi bakteri. Pertahanan inang terhadap infeksi bakteri
adalah mekanisme nonspesifik dan spesifik (antibodi). Mekanisme nonspesifik
dilakukan oleh sel-sel neutrofil dan makrofag. Perkembangan imunitas spesifik
seperti respons antibodi memerlukan waktu beberapa minggu. bakteri flora normal
kulit dan permukaan mukosa juga memberi perlindungan terhadap kolonisasi
bakteri patogen. Pada individu sehat, bakteri flora normal yang menembus ke
tubuh dapat dimusnahkan oleh mekanisme humoral dan seluler inang. Contoh
terbaik tentang kerentanan adalah AIDS, di mana limfosit helper CD4+ secara
progresif berkurang 1/10 oleh virus imunodefisiensi (HIV). Mekanisme resistensi
dipengaruhi oleh umur, defisiensi, dan genetik. Sistem pertahanan (baik spesifik
maupun nonspesifik) orang lanjut usia berkurang. Sistem imun bayi belum
berkembang, sehingga rentan terhadap infeksi bakteri patogen. Beberapa individu
memiliki kelainan genetik dalam sistem pertahanan.

Resistensi inang dapat terkompromi oleh trauma dan penyakit lain yang diderita.
Individu menjadi rentan terhadap infeksi oleh berbagai bakteri jika kulit atau
mukosa melonggar atau rusak (terluka). Abnormalitas fungsi silia sel pernafasan
mempermudah infeksi Pseudomonas aeruginosa galur mukoid. Prosedur medis
seperti kateterisasi dan intubasi trakeal menyebabkan bakteri normal flora dapat
masuk ke dalam tubuh melalui plastik. Oleh karena itu, prosedur pengantian
plastik kateter rutin dilakukan setiap beberapa jam (72 jam untuk kateter
intravena).

Banyak obat diproduksi dan dikembangkan untuk mengatasi infeksi bakteri. Agen
antimikroba efektif melawan infeksi bakteri jika sistem imun dan fagosit inang
turut bekerja. Namun terdapat efek samping penggunaan antibiotik, yaitu
kemampuan difusi antibiotik ke organ nonsasaran (dapat mengganggu fungsi
organ tersebut), kemampuan bertahan bakteri terhadap dosis rendah
(meningkatkan resistensi), dan kapasitas beberapa organisme resisten terhadap
multi-antibiotik.

C. CONTOH PATOGENESIS BAKTERI PATHOGEN

Bakteri pada Saluran Pencernaan


saluran pencernaan terdapat berbagai penyakit yang dapat terjadi. Salah satu
penyebabnya adalah bakteri. Begitu banyak bakteri yang dapat menjangkit saluran
pencernaan. Maka dari itu akan diperkenalkan bakteri-bakteri yang terdapat pada
saluran pencernaan.
1. Escherichia coli
a. Ciri-ciri:
 Berbentuk batang
 Bakteri gram negative
 Tidak memiliki spora
 Memiliki pili
 Anaerobik fakultatif
 Suhu optimum 370C
 Flagella peritrikus
 Dapat memfermentasi karbohidrat dan menghasilkan gas
 Patogenik, menyebabkan infeksi saluran kemih
b. Habitat
Habitat utama Escherichia coli adalah dalam saluran pencernaan manusia
tepatnya di saluran gastrointestinal dan juga pada hewan berdarah hangat.
Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20-40 derajat C,
optimum pada 37 derajat. Total bakteri ini sekitar 0,1% dari total bakteri
dalam saluran usus dewasa.

c. Virulensi dan Infeksi


Penyebab diare dan Gastroenteritis (suatu peradangan pada saluran usus).
Infeksi melalui konsumsi air atau makanan yang tidak bersih. Racunnya
dapat menghancurkan sel-sel yang melapisi saluran pencernaan dan dapat
memasuki aliran darah dan berpindah ke ginjal dan hati. Menyebabkan
perdarahan pada usus, yang dapat mematikan anak-anak dan orang tua. E.
coli dapat menyebar ke makanan melalui konsumsi makanan dengan
tangan kotor, khususnya setelah menggunakan kamar mandi. Solusi untuk
penyebaran bakteri ini adalah mencuci tangan dengan sabun.

d. Patogenesis
Untuk Escherichia coli, penyakit yang sering ditimbulkan adalah diare. E.
coli sendiri diklasifikasikan berdasarkan sifat virulensinya dan setiap grup
klasifikasinya memiliki mekanisme penularan yang berbeda-beda.
 Coli Enteropatogenik (EPEC)
coli ini menyerang manusia khususnya pada bayi. EPEC
melekatkan diri pada sel mukosa kecil. Faktor yang diperantarai
oleh kromosom akan menimbulkan pelekatan yang kuat. Pada usus
halus, bakteri ini akan membentuk koloni dan menyerang pili
sehingga penyerapannya terganggu. Akibatnya adalah adanya diare
cair yang biasanya sembuh diri tetapi dapat juga menjadi kronik.
EPEC sedikit fimbria, ST dan LT toksin, tetapi EPEC

menggunakan adhesin yang dikenal sebagai intimin untuk


mengikat inang sel usus. Sel EPEC invasive (jika memasuki sel
inang) dan menyebabkan radang.

 Coli Enteroagregatif (EAEC)


Menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di Negara
berkembang. Bakeri ini ditandai dengan pola khas pelekatannya
pada sel manusia. EAEC menproduksi hemolisin dan ST
enterotoksin yang sama dengan ETEC.
Gambar 2. Patogenesis Escherichia coli
e. Penularan
Penularan pada bakteri ini adalah dengan kontak dengan tinja yang
terinfeksi secara langsung, seperti :
 makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang
sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang
kotor
 Tidak mencuci tangan dengna bersih setelah selesai buang air besar
atau membersihkan tinja yang terinfeksi, sehingga kontaminasi
perabotan dan alat-alat yang dipegang.

2. Salmonella sp.
a. Ciri-ciri:
 Batang gram negative
 Terdapat tunggal
 Tidak berkapsul
 Tidak membentuk spora
 Peritrikus
 Aerobik, anaerobik fakultatif
 Patogenik, menyebabkan gastroenteritis

Gambar 5. Salmonella sp.


b. Habitat
Terdapat pada kolam renang yang belum diklorin, jika terkontaminasi
melalui kulit,akan tumbuh dan berkembang pada saluran pencernaan
manusia.
c. Infeksi
Masuk ke tubuh orang melalui makanan atau minuman yang tercemar
bakteri ini. Akibat yang ditimbulkan adalah peradangan pada saluran
pencernaan sampai rusaknya dinding usus. Penderita akan mengalami
diare, sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan
baik sehingga penderita akan tampak lemah dan kurus. Racun yang
dihasilkan bakteri salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ
reproduksi wanita, bahkan yang sedang hamilpun dapat mengalami
keguguran. Satwa yang bisa menularkan bakteri salmonella ini antara lain
primata, iguana, ular, dan burung.
d. Patogenesis
 Menghasilkan toksin LT.
 Invasi ke sel mukosa usus halus.
 Tanpa berproliferasi dan tidak menghancurkan sel epitel.
 Bakteri ini langsung masuk ke lamina propria yang kemudian
menyebabkan infiltrasi sel-sel radang.
e. Penularan
Melalui makanan yang erat kaitannya dengan perjamuan makanan. Terjadi
sakit perut yang mendadak. Jadi, melalui kontar makanan yang terjangkit
atau terkontaminasi bakteri.

3. Clostridium perfringens
a. Ciri-ciri:
 Batang gram positif
 Terdapat tunggal, barpasangan, dan dalam rantai
 Berkapsul
 Sporanya ovoid (melonjong), sentral sampai eksentrik
 Anaerobik

 Menghasilkan eksotoksin, menyebabkan kelemayuh (suatu infeksi


jaringan disertai gelembung gas dan keluarnya nanah)
Gambar 9. Clostridium perfringens
Spesies bakteri ini dibagi menjadi enam tipe, A sampai F,
berdasarkan pada toksin-toksin yang secara antigenik berbeda,
yang dihasilkan oleh setiap galur. Tipe A adalah galur yang
menyebabkan keracunan makanan oleh perfingens. Peracunan
disebabkan oleh sel-sel vegetatif pada waktu membentuk spora di
rongga usus. Spora akan menghasilkan eksotoksin yang
enterostatik sehingga menyebabkan penyakit.
b. Habitat
Bakteri ini tersebar luas di lingkungan dan sering terdapat di dalam usus
manusia, hewan peliharaan dan hewan liar. Spora organisme ini dapat
bertahan di tanah, endapan, dan tempat-tempat yang tercemar kotoran
manusia atau hewan.

c. Infeksi dan virulensi


Bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan ´perfringens´ yang
merupakan istilah yang digunakan untuk keracunan makanan yang
disebabkan oleh C. perfringens . Keracunan perfringens secara umum
dicirikan dengan kram perut dan diare yang mulai terjadi 8-22 jam setelah
mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak C. perfringens
penghasil toxin penyebab keracunan makanan. Keracunan perfringens
didiagnosis dari gejala-gejalanya dan waktu dimulainya gejala yang agak
lama setelah infeksi. Lamanya waktu antara infeksi dan timbulnya gejala
merupakan ciri khas penyakit ini. Diagnosis dipastikan dengan memeriksa
adanya racun dalam kotoran pasien. Konfirmasi secara bakteriologis juga
dapat dilakukan apabila ditemukan sangat banyak bakteri penyebab
penyakit di dalam makanan atau di dalam kotoran pasien.

Dalam sebagian besar kasus, penyebab sebenarnya dari keracunan oleh C.


perfringens adalah perlakuan temperatur yang salah pada makanan yang
telah disiapkan. Sejumlah kecil organisme ini seringkali muncul setelah
makanan dimasak, dan berlipat ganda hingga tingkat yang dapat
menyebabkan keracunan selama proses pendinginan dan penyimpanan
makanan. Daging, produk daging, dan kaldu merupakan makanan-
makanan yang paling sering terkontaminasi.
Keracunan perfringens paling sering terjadi dalam kondisi pemberian
makan bersama (misalnya di sekolah, kantin, rumah sakit, rumah-rumah
perawatan, penjara, dll.) di mana sejumlah besar makanan disiapkan
beberapa jam sebelum disajikan.

d. Patogenesis
 Menghasilkan toksin LT
 Toksin merangsang enzim adenilat siklase pada dinding usus yang
mengakibatkan bertambahnya konsentrasi cAMP sehingga
hipersekresi air dan klorida dalam usus.
 Hal ini mengakibatkan reabsorpsi Na terhambat dan menyebabkan
diare.
Peracunan disebabkan oleh sel-sel vegetatif pada waktu
membentuk spora di rongga usus. Pengobatannya hanya
menghilangkan gejala karena tidak ada pengobatan lain yang
khusus.
Gambar 10. Patogenesis Clostridium perfringens
e. Penularan
Menelan makanan yang terkontaminasi oleh tanah dan tinja dimana
makanan tersebut sebelumnya disimpan dengan cara yang memungkinkan
kuman berkembangbiak.

4. Bakteri Patogen Saluran Urogenital


a. Treponema pallidum
 Karakteristik
mikroorganisme ini halus, berpilin ketat dengan ujung meruncing
dan terdiri dari 6 sampai 14 spiral; berukuran lebar 0,25 sampai 0,3
um dan panjang 6 sampat 15 um. Organisme ini dapat dikenali
paling jelas pada suatu spesimen klinis yang berasal dari luka
sifilitik stadium primer dan sekunder dibawah mikroskop medan
gelap ; ini jelas terlihat dari bentuk spiral dan pergerakannya yang
seperti putaran pembuka sumbat.
Treponema pallidum mempunyai membran luar, atau selongsong
yang disebut periplas yang melingkungi komponen-komponen
dalam sel (keseluruhannya disebut silinder protoplasma). Suatu
filamen aksial, yang terdiri dari tiga sampai enam fibril, terletak
diantara periplas dan silinder protoplasma.

T. pallidum yang virulen belum berhasil di biakkan secara in vitro.


Galur-galur T.pallidum yang non virulen (tidak patogenik), seperti
galur Reiter dan Noguchi, telah berhasil dibiakkan invitro dan
menjadi sumber antigen untuk uji-uji diagnostik laboratoris.

 Patogenitas
Sifilis disebabkan oleh bakteri yang disebut spiroketa.
Penyebarannya tidak seluas gonorea, tetapi lebih menakutkan
karena kerusakan yang mungkin ditimbulkannya lebih besar.
Seperti gonorea, penyakit ini disebarkan melalui kontak langsung
dengan luka-luka pada orang yang ada pada stadium menular.
Spiroketa, seperti gonokokus, adalah mikrobe yang tidak tahan
berada di luar tubuh manusia, sehingga kemungkinan tertulari dari
benda mati sangat kecil.
Treponema pallidum masuk ke dalam tubuh sewaktu terjadi
hubungan kelamin melalui luka-luka goresan yang amat kecil pada
epitel, dengan cara menembus selaput lendir yang utuh ataupun
mungkin melalui kulit yang utuh lewat kantung rambut. Masa
inkubasi sifilis berkisar 10-90 hari (rata-rata 21 hari) setelah
infeksi. Bila tidak diobati, sifilis dapat timbul dalam beberapa
stadium penyakit.
Sifilis berjangkit secara alamiah hanya pada manusia dan terutama
ditularkan lewat hubungan kelamin atau dari ibu yang terinfeksi
kepada janinnya (sifilis bawaan atau sebelum lahir) lewat ari-ari.
Pada kasus yang tidak diobati 25% di antara janin meninggal
meninggal sebelum lahir 25-30% meninggal segera setela
dilahirkan yang lain menunjukkan gejala komplikasi lanjut
(misalnya menjadi tuli).Sejumlah besar treponema dalarn darah dan
jaringan musnah selama sifilis sekunder. Penisilin adalah adalah
antibiotik yang dipilih untuk pengobatan sifilis.
 Diagnosa
Diagnosa sifilis biasanya dapat ditentukan dari gabungan informasi
mengenai gejala, sejarah eksposi, dan uji darah yang positif atau
dengan pemeriksaan mikroskop medan gelap.
Hasil positif pengamatan luka dengan mikroskop medan gelap
(untuk sifat morfologis dan pergerakan spiroketa) adalah cara satu-
satunya untuk membuat diagnosis sifilis primer yang pasti. Untuk
sifilis sekunder juga, diagnosis yang pasti bergantung kepada
pemeriksaan dengan mikroskop medan gelap terhadap eksudat dari
luka basah pada kulit dan bukan pada mulut. (Rongga mulut
mungkin banyak mengandung spiroketa yang bukan penyebab
sifilis). Uji-uji serologis sifilis reaktif atau dapat diandalkan pada
stadium kedua penyakit ini.
 Epidimologi
Sejak 1962, kasus-kasus sifilis di Amerika Serikat yang dilaporkan
bertambah setiap tahunnya sekurang-kurangnya 4,7%. Seperti

gonorae, jumlah sifilis dini (kasus primer, sekunder dan laten dini)
yang dilaporkan tidak merupakan indikasi insiden yang sebenamya,
karena kebanyakan kasus tidak dilaporkan.
 Pencegahan
Tidak ada vaksin terhadap sifilis. Untuk perseorangan penggunaan
kondom sangat efektif. Untuk masyarakat, cara utama pencegahan
sifilis ialah melalui pengendalian yang meliputi pemeriksaan
serologis dan pengobatan penderita. Sifilis bawaan dapat dicegah
dengan perawatan prenatal (sebelum kelahiran) yang semestinya.

b. Leptospira interoogans

 Klasifikasi
Kingdom : Monera
Phylum : Spirochaetes
Class : Spirochaetes
Order : Spirochaetales
Family : Leptospiraceae
Genus : Leptospira
Species : Leptospira interoogans

 Karakteristik
Ciri-ciri bakteri Leptospira antara lain berbentuk spiral, dapat
hidup di air tawar selama satu bulan, bersifat patogen dan
saprofitik. Spesies Leptospira yang mampu menyebabkan penyakit
(patogen) bagi manusia adalah Leptospira interrogans.
Leptospirosis disebabkan bakteri pathogen berbentuk spiral
termasuk genus Leptospira, famili leptospiraceae dan ordo
spirochaetales. Spiroseta berbentuk bergulung-gulung tipis, motil,
obligat, dan berkembang pelan secara anaerob. Setiap spesies
leptospira terbagi menjadi puluhan serogrup dan terbagi lagi
menjadi puluhan, bahkan ratusan serovar. Saat ini, Leptospira
interrogans yang bersifat patogen telah dikenal lebih dari 200
serovar. Jasad renik ini biasanya hidup di dalam ginjal host dan
dikeluarkan melalui air kencing (urin) saat berkemih. Host tersebut
antara lain tikus, babi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing,
kelelawar, tupai dan landak. Tikus sering menjadi host bagi
berbagai serovar leptospira. Akan tetapi, Leptospirosis akan mati
apabila masuk ke air laut, selokan, dan air kemih manusia.
Leptospira dapat menginfeksi sekurangnya 160 spesies mamalia
diantaranya adalah tikus, babi, anjing, kucing, rakun, lembu, dan
mamalia lainnya. Resevoar paling utama adalah binatang pengerat
dan tikus adalah yang paling sering ditemukan di seluruh belahan
dunia. Di Amerika yang paling utama adalah anjing, ternak, tikus,
binatang buas dan kucing.

 Penularan
Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing,
kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Di
Indonesia, penularan paling sering melalui binatang tikus. Air
kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh
manusia melalui: permukaan kulit yang terluka, selaput lender
mata dan hidung. Bisa juga melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi setitik urine tikus yang terinfeksi leptospira,
kemudian dimakan dan diminum manusia. Urine tikus yang
mengandung bibit penyakit leptospirosis dapat mencemari air di
kamar mandi atau makanan yang tidak disimpan pada tempat yang
aman.
Sejauh ini tikus merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama
penyebab leptospirosis. Beberapa jenis hewan lain seperti sapi,
kambing, domba, kuda, babi, anjing dapat terserang leptospirosis,
tetapi potensi hewan-hewan ini menularkan leptospirosis ke
manusia tidak sehebat tikus.
Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien. Masa
inkubasi leptospirosis adalah dua hingga 26 hari. Sekali berada di
aliran darah, bakteri ini bisa menyebar ke seluruh tubuh dan
mengakibatkan gangguan khususnya hati dan ginjal. Saat kuman
masuk ke ginjal akan melakukan migrasi ke interstitium, tubulus
renal, dan tubular lumen menyebabkan nefritis interstitial dan
nekrosis tubular. Ketika berlanjut menjadi gagal ginjal biasanya
disebabkan karena kerusakan tubulus, hipovolemia karena
dehidrasi dan peningkatan permeabilitas kapiler. Gangguan hati
tampak nekrosis sentrilobular dengan proliferasi sel Kupffer,
ikterus terjadi karena disfunsi hepatocellular. Leptospira juga dapat
menginvasi otot skletal menyebabkan edema, vacuolisasi miofibril,
dan nekrosis focal. Muscular Gangguan sirkulasi mikro muskular
dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat menyebabkan
kebocoran cairan dan hipovolemi sirkulasi. Dalam kasus berat
“disseminated vasculitic syndrome” akan menyebabkan kerusakan
endotelium kapiler. Gangguan paru adalah meknisme sekunder
kerusakan pada alveolar and vaskular interstitial yang
mengakibatkan hemoptu. Leptospira juga dapat menginvasi humor
akuos mata yang dapat menetap dalam beberapa bulan, seringkali
mengakibatkan uveitus kronis dan berulang. Meskipun
kemungkinan dapat terjadi komplikasi yang berat tettapi lebih
sering terjadi self limiting disease dan tidak fatal. Sejauh ini,
respon imun siostemik dapat mengeliminasi kuman dari tubuh,
tetapi dapat memicu reaksi gejala inflamasi yang dapat
mengakibatkan “secondary end-organ injury”.
 Gejala
Infeksi leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi
dan kadang asimtomatis (tanpa gejala), sehingga sering terjadi
misdiagnosis. Hampir 15-40% penderita yang terpapar infeksi tidak
mengalami gejala tetapi menunjukkan. serologi positif.
Pada leptospirosis umumnya terdapat riwayat terpapar hewan
terinfeksi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Masa
inkubasi berlangsung selama 7-12 hari, disusul fase leptospiremia
selama 4-7 hari. Pada fase ini dijumpai gejala mirip flu (Flu Like
Syndrome) berupa demam, menggigil, sakit kepala hebat, mual,
muntah, nyeri otot (terutama betis, pinggang, atau punggung
belakang). Kadang-kadang nyeri tenggorokan dan terdapat gejala
paru berupa batuk, nyeri dada, maupun hemoptisis (batuk darah).
Kemudian setelah fase ini, pasien masuk kedalam fase bebas /
asimptomatik (gejala hilang) selama 2 hari. Lalu kemudian gejala
akan muncul kembali, dan penderita masuk ke dalam fase imun,
dimana telah timbul antibody, dan leptospira tidak ada di darah
tetapi ada di ginjal, urine, dan aqueous humor. Fase ini biasanya
berlangsung selama 4-30 hari, dimana gejalanya mirip fase awal,
namun biasanya demam tidak setinggi fase awal, juga nyeri otot
tak seberat fase pertama. Pada fase ini dapat dijumpai meningitis,
uveitis, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta kelainan di paru-
paru. Terdapat varian leptospirosis yang lebih berat, yang biasanya
disebut Weil Syndrome. Gejalanya adalah leptospirosis ditambah
ikterus (mata kuning), perdarahan, gangguan jantung, paru, dan
neurologik, serta mempunyai angka mortalitas yang tinggi.
Penyebabnya adalah infeksi leptospira serovarian icterohemoragika
/ copenhagoni. Pada permulaan, penyakit berjalan seperti biasa,
namun setelah 4-9 hari timbul ikterus, disfungsi hati dan ginjal,
ikterus berwarna kemerahan (rubinic jaundice) dan memberi warna
oranye pada kulit, kencing warna gelap, hepatomegali (pembesaran
hati), peningkatan bilirubin dan alkali fosfatase, serta peningkatan
ringan SGOT dan SGPT. Gangguan fungsi ginjal biasanya
berlangsung pada minggu kedua, yang timbul sebagian akibat
hipovolemia, dan penurunan perfusi ginjal yang kadang-kadang
sampai memerlukan dialisis (cuci darah). Namun bila penyebab
sudah teratasi, fungsi ginjal dapat pulih kembali.

 Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk konfirmasi diagnosis
dan mengetahui sejauh mana gangguan organ tubuh dan
komplikasi yang terjadi.
 Isolasi (pengambilan) kuman leptospira dari jaringan lunak
atau cairan tubuh
penderita adalah standar kriteria baku. Urin adalah cairan
tubuh yang palih baik untuk diperiksa karena kuman
leptospira terdapat dalam urin sejak gejala awal penyakit
dan akan menetap hingga minggu ke-3. Cairan tubuh
lainnya yang mengandung leptospira adalah darah,
cerebrospinal fluid (CSF) tetapi rentang peluang untuk
ditemukan isolasi kuman sangat pendek

 Jaringan hati, otot, kulit dan mata adalah sumber


identifikasi penemuan kuman leptospira. Isolasi leptospira
cenderung lebih sulit dan membutuhkan waktu diantaranya
dalam hal referensi laboratorium dan membutuhkan waktu
beberapa bulan untuk melengkapi identifikasi tersebut.

 Spesimen serum akut dan serum konvalesen dapat


digunakan untuk konfirmasi diagnosis. Tetapi, konfirmasi
diagnosis ini lambat karena serum akut diambil saat 1-2
minggu setelah gejala awal timbul dan serum konvalesen
diambil 2 minggu setelah itu. Antibodi antileptospira
diperiksa menggunakan microscopic agglutination
test(MAT).

 Metoda laboratorium cepat dapat merupakan diagnosis


yang cukup baik. Titer MAT tunggal sebesar 1:800 pada
sera atau identifikasi spiroseta pada mikroskopi lapang
gelap bila dikaitkan dengan manifestasi klinis yang khas
akan cukup bermakna.

 Pengobatan
Pengobatan awal memegang peranan penting; penggunaan pencilin
dan streptomisin dianjurkan. Pengobatan tidak berguna bila terjadi
kerusakan pada ginjal. Streptomisin pada dosis yang tinggi dapat
mencegah “carrier”.

 Pencegahan
Bila leptospirosis merupakan wabah maka pencegahan utama yang
dilakukan adalah pengendalian tikus dan pencemaran air.
Leptospira dapat bertahan dalam air yang bersifat basa selama
beberapa hari, namun hanya dapat bertahan dalam sampah selama
12 jam; mikroorganisme ini sangat peka terhadap kering dan panas.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara vaksinasi.
Perlindungan yang ditimbulkan kira-kira satu tahun.

D. DEFINISI MIKOLOGI

Mikologi Berasal dari bahasa Yunani “Mykes” yang berarti Jamur dan “Logos” yang
berarti Ilmu. Mikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jamur. Dalam
bahasa Inggris Jamur disebut Fungi / Fungus. Kajian dalam mikologi antara lain
meliputi klasifikasi fungi, kerugian dan peranan jamur dalam kehidupan manusia.
Seiring perkembangan teknologi jamur banyak digunakan dalam bioteknogi, misalnya
pembuatan tempe, pembuatan pesellin.

Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai sebagai cendawan, yaitu
organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons, tubuhnya berwarna-warni, dan
tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun cendawan adalah organisme yang
umum kita sebut sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan sebagian besar jamur
tersebut terlihat hidup di atas tanah, tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas.
Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organism eukariotik, tidak
berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding
sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofi l, memperoleh nutrien dengan
menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual.

Jamur adalah organisme yang terdapat dimana-mana di bumi, baik di daerah tropik,
subtropik, di kutub utara, maupun antarika. Fungi juga ditemukan di darat, di
perairaian tawar, di laut, di mangrove, di bawah permukaan tanah, di kedalaman laut,
dipengunungan, maupun di udara. Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi
kehidupan fungi, antara lain kelembapan, suhu, keasaman substrat, pengudaraan, dan
kehadiran nutrien-nutrien yang diperlukan.
Pendapat lain mengatakan bahwa Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar
makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu
menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memiliki bermacam-macam
bentuk. Awam mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang,
khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan luar yang
tampak, bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak
disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki penampilan yang sama sekali
berbeda (ingat metamorfosis pada serangga atau katak).

Sedangkan dari sudut lain mengatakan bahwa fungi adalah mikroorganisma


eukaryotik yang hidup secara saprofit karena tidak dapat berfotosintesa. Pada
dasarnya sel -sel fungi hampir sama dengan sel - sel hewan. Bahkan hal ini juga yang
menjadi salah satu alasan mengapa sulit ditemukan strategi yang tepat dalam
mengobati infeksi oleh jamur tanpa berefek toksik bagi inang / host nya. Di alam ini
fungi dapat bersifat sangat merugikan manusia dengan menimbulkan infeksi
(penyakit) dan toksin yang dihasilkan ataupun bersifat menguntungkan dengan
menghasilkan produk - produk yang dapat digunakan oleh manusia sebagai contoh
antibiotika, vitamin, asam organik dan enzim.

E. MORFOLOGI JAMUR
1. Yeast
merupakan jamur uniselluler yang berbentuk oval / lonjong dengan diameter 3 –
15 mikron, berkembang biak dengan cara membelah diri (asexual) membentuk
tunas atau budding cell.
Yeast ada dua yaitu :
a. Yeast murni : merupakan jamur uniselluler yang tidak mampu membentuk
pseudohifa/ klamidospora
b. Yeast like : merupakan jamur uniselluler yang mampu membentuk pseudohifa.
Contoh :
Candida sp, Candida albicans, Torulla (koloni berwarna merah / orange),
Cryptococcus neoformans
2. Mold / Kapang
a. Merupakan jamur multiselluler yang membentuk benang-benang hifa /
filament, kumpulan dari hifa disebut miselium yang membentuk suatu
anyaman.
b. Hifa yang dibentuk ada yang bersekat maupun tak bersekat.
c. Hifa yang berada di atas permukaan media disebut Hifa aerial yang berfungsi
sebagai alat perkembangbiakan.
d. Hifa yang berada didalam media disebut Hifa Vegetatif berfungsi sebagai alat
untuk menyerap makanan.
Contoh : Aspergillus, Penicellium, Rhizopus, Mucor, Microsporum,
Trichophyton, Epidermophyton

3. Dimorfik
a. Merupakan jamur yang mempunyai dua bentuk yaitu : Yeast dan Mold.
b. Berbentuk Yeast jika berada di dalam inang / host atau pada suhu inkubasi 37
derajat C,
c. Berbentuk mold jika berada diluar inangnya atau pada suhu inkubasi suhu
ruang.
d. Contoh : Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Blastomyces
dermatidis

Ciri-ciri umum jamur:


1. Bersifat eukarotik (eu: sejati dan cariyon: inti),artinya inti selnya memiliki
selaput inti atau karioteka.
2. Tidak berklorofil, sehingga bersifat heterotrof dengan cara menguraikan
sisa-sisa organnisme yang telah mati (saprofit) dan parasit pada organisme
lain.
3. Dinding sel tersusun atas zat kitin.
4. Umumnya multi seluler ,namun ada juga yang uniseluler, seperti
Saccharomyces cerevisiae.
5. Hidup di tempat yang lembab, terlindungi dari sinar matahari,bersifat
sedikit asam, dan kaya akan zat-zat organic.
6. Belum mempunyai akar,batang, dan daun sejati. Struktur tubuh terdiri atas
benang-benang halus yang disebut hifa.
7. Reproduksi jamur dapat terjadi secara seksual (membentuk zigospora,
askospora, dan basidiospora) ataupun aseksual (membentuk tunas,konidia,
zoospore,spora, klamidospora, fragmentasi).

F. REPRODUKSI JAMUR

Spora fungi memiliki berbagai bentuk dan ukuran, dan dapat dihasilkan secara seksual
maupun aseksual. Pada umumnya spora adalah organisme uniseluler , tetapi ada juga
spora multiseluler. Spora dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa yang
terspesalisasi. Ketika kondisi lingkngan memungkinkan, pertumbuhan yang cepat,
fungi mengklon diri mereka sendiri dengan cara menghasilkan banyak sekal spora
secara aseksual. Terbawa oleh angin atau air, spora-spora tersebut berkecamabh jika
berada pada tempat yang lembab pada permukaan yang sesuai (Campbell 2003).
Menurut Pelczar (1986), bahwa spora seksual yang dihasilkan dari peleburan dua
nukleus. Ada beberapa spora seksual yaitu:
1. Aksospora: Spora bersel satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang
dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.
2. Basidiospora: Spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang
dinamakan basidium.
3. Zigospora: merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-
ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangin, pada beberapa
cendawan melebur.
4. Oospora: Spora ini terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut
ooginium, pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam
anteredium mengasilkan oospora.

G. KLASIFKASI JAMUR

Di alam ada sekitar 100.000 jenis jamur yang sudah dikenal dan lebih dari 1.000 jenis
baru yang berhasil dideskripsikan oleh para ahli setiap tahunnya. Bahkan mungkin
masih ada sekitar 200.000 jenis lain yang sampai saat ini belum ditemukan atau
dideskripsikan. Sementara itu, kegiatan manusia dalam mengeksploitasi alam
berpeluang mengancam keberlangsungan hidup organisme tersebut. Perusakan hutan
hujan tropis yang hampir terjadi setiap hari atau perusakan habitat jamur yang lain
tidak diragukan lagi berpotensi membawa jenis- jenis organisme berspora tersebut
kepada kepunahan, bahkan sebelum mereka sempat ditemukan dan dipelajari oleh
para ahli.
Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang
lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak
berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-
senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain.

Jamur yang prinsip nutrisinya adalah heterotrof menyebabkannya memiliki


kemampuan hidup sebagai pemakan sampah (saprofi t) maupun sebagai penumpang
yang mencuri makanan dari inangnya (parasit). Jamur saprofit adalah jamur yang
makanannya berupa senyawa organik yang telah diuraikan. Jamur ini memiliki enzim-
enzim tertentu yang dapat merombak senyawa-senyawa organik. Biasanya jamur ini
hidup dibagian organisme yang telah mati, misalnya pada serasah atau batang kayu
yang telah lapuk.

Jamur dapat dibagi menjadi 6 kelompok, yakni :


1. Divisi Zygomycota
Divisi Zygomycota dikenal sebagai jamur zigospora. Zigospora merupakan bntuk
spora seksual berdinding tebal.
a. Ciri Jamur Zygospora
 Hampir semua anggotanya hidup pada habitat darat.
 Kebanyakan hidup sebagai saprofit.
 Tubuh ber sel banyak berbentuk benang yang tidak bersekat.
 Tidak menghasilkan sproa berflagel
 Reproduksi seksual menghalkan zigosprora

b. Reproduksi Jamur Zygospora


Untuk mengetahui proses reproduksi jamur zygospora dapat dilihat dari cara
reproduksi rhyzopus. Cara reproduksi amur tersebut dianggap repreentatif
untuk seluruh anggota jamur zygospora. Dapat berproduksi secara aseksual
dan seksual.
 Reproduksi aseksual dilakukan dengan spora yang tersimpan didalam
sporagium.spora yang terpecah dan terbawa angin yang jatuh ditepat
yang sesuai akan tumbuh menjadi hifa baru.
 Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini
terjadi pada hifa-hifa yang berlainan jenis (+) atau (-).

c. Contoh jamur zigospora


Zygomycotina memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan jamur pada makanan.
Jenis-jenis jamur tersebut antara lain:
 Rhizopus stolonifer disebut juga jamur roti hitam. Sebagian hifa
tumbuh mendatar dipermukaan roti. Struktur hifa seperti ini disebut
stolon. Sebagia hifa tumbuh di dalam roti berbentuk rizoid yang
berfungsi untuk melekatkan diri pada substrat dan menyerap makanan.
 Rhizopus orizae berperan dalam pembuatan tempe.
 Rhizopus nigricans menghasilkan asam fumarat.

2. Divisi Ascomycota
Dikenal sebagai jamur kantong. Dan merupakan kelompok terbesar dari keempat
diisi jamur.
a. Ciri jamur kantong
 Memiliki struktur khusus yang disebut askus
 Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan berupa multiseluler
 Hidup sebagai saprofit dan parasite
b. Reproduksi jamur kantong
 Reproduksi aseksual dilakukan dengan dengan cara pembentukan
tunas (pada tunas jamur uniseluler) dan spora aseksual (pada jamur
multiseluler)
 Reproduksi aseksual dilakukan dengan askus. Askus adalah semacam
kanton gspora yang menghasilkan askospora.
c. Contoh jamur kantong
 Saccharomyces merupakan jamur uniseluer. Jamur ini biasa dikenal
oang sebagai ragi, khamir, atau yeast.
 Peicillium hidup sebagai saprofit di berbagai tempat, terutaman pada
substrat yang mengandung gula, seperti nasi, roti, dan buah yang sudah
ranum.
 Aspergillus dapat hidup sebagai saprofit dan parasit pada substrak
makanan, pakaian, manusia, dan burung.
 Trichoderma umumnya dapat menghasilkan enzim selulose sehingga
jamur ini sering disebut bersifat selulotik.
 Neurospora crassa dikenal sebagai jamur onom karena jamur ini
banyak digunakan masyarakat setempat untuk membuat oncom.
 Xylaria tabacna hidup sebagai parasit pada petai cina. Selain itu, jamur
ini banyak terdapat pada batang pohon yang telah busuk.
 Morchella esculenta merupakan jenis jamur yang dapat dijadikan
sebagai bahan makanan. Jamur ini memiliki tngkai pada buahnya.
Tubuh buah umumnya berbentuk kerucut.
 Claviceps purpurea merupakan jenis jamur yang biasa hidup parasit
pada bakal buah graminease.

3. Divisi basidiomycota
Dikenal sebagai jamur gada. Disebut demikian karena kelompok jamur ini
memiliki organ penghasil spora berbentu gada yang disebut basidium.
a. Ciri jamur gada
 Kebanyakan berukuran makroskopis
 Miselium bersek
 Tubuh buah (basidiokarp) berbentuk panjang, lembaran-lembaran yang
berliku-liku, atau bulat.
 Hidup sebagai saprofit dan parasit.
b. Reproduksi jamur gada
Pada umumnya jamur gada bereproduksi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi aseksual dilakukan dengan konidium namun reproduksi demikian
jarang terjadi.
Spora basidium atau kanidium berkecambah, tumbuh menjadi hifa beekat
dengan satu initi (monokariotik). Hifa tersebut tumbuh membentuk mselium
 Hifa dari dua strain yang berbeda masing-masing ujungnya
bersinggungan dan melebur yang diikuti dengan larutnya masing-
masing miselium
 Inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang yang lainnya sehingga sel
terseut memiliki dua inti (dikariotik)
 Sel dikariotik tumbuh menjadi miselium dikariotik dan seterusnya
tumbuh menjadi tubuh buah.
 Masing – masing basidium memiliki dua inti (2n). Kedua inti tersebut
mengalami meiosis sehingga terbentuk empat inti haploid.
 Inti haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium atau disebut
juga spora seksual.

c. Contoh jamur gada


 Volvariella volvacea (jamur merang), tubuh buah berbentuk payung,
terdiri atas lembarang – lembaran yang berisi basidium dan tubuhnya
agak berwarna merah, dapat dimakan dan enak rasanya.
 Auricularia polytricha (jamur kuping), hidup sebagai saprofit pada
kayu mati, tubuh buahnya enak dimakan untuk sayuran dan sudah
banyak dibudidayakan.
 Pleurotus (jamur tiram) hidup baik pada substrat yank banyak
mengandung lignin dan selulosa. Biasanya jamur ini banyak terdapat
pada batang kayu yank masih hidup / sudah mati.
 Polyporus giganteus (jamur papan), hidup sebagai saprofit pada kayu,
kayu yang telah lapuk.
 Clavaria zippelli (supa mayang), hidup sebagai saprofit di tanah
kawasan hutan. Tubuh buahnya tegak bercabang – cabang sehingga
membentuk bangunan, seperti batu karang.
 Amanita phalloides hidup sebagai saprofit pada sisa sisa kotoran ternak
dan tubuhnya berbentuk seperti payung.
 Puccinia graminis (jamur karat) hidup sebagai parasit pada daun
rumput rumputan, tubuhnya mikroskopis, tidak memiliki tubuh buah,
dan sporanyaberwarna merah kecoklatan, seperti warna karat.
 Ustilago maydis, sering ditemukan pada tanaman jagung.

4. Divisi Deuteromycota
Dikenal sebagai jamur imperfekti/jamur tak sempurna. Disebut demikian karena
kelompok jamur ini belum mengetahui cara reproduksi seksualnya.
a. Ciri jamur imperfekti
 Hifa berseka sekat
 Tubuh berukuran mikroskopis
 Hidup sebagai saprofit (pada isa-sisa makanan atau sampah) dan
parasite

b. Reproduksi jamur imperfekti


bereproduksi secara aseksual yaitu dengan konidia. Reproduksi seksualnya
belum diketahui.

c. Contoh jamur imperfekti


 Epidermophyton floocosum è jamur ini merupakan timbunya penyakit
kaki atlet
 Microporum dan Trighophyton è kedua jenis jamur ini sering kali
menjadi penyebab timbulnya penyakit kurap
 Sclerothium rolfsie merupakan penyebab timbulnya penyakit busuk
pada tanaman budi daya
 Helminthosporium orysae hidup sebagai parasit sehingga dapat
merusak kecambah dan buah serta menimulkan noda-noda berwarna
hitam pada daun inangnya
 Candida albcans è bentuk tubuh menyerupai ragi dan hidup sebagai
parasit. Jamur ini menyebabkaninfeksi pada vagina

5. Oomycotina (Jamur Air)

Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi seksual
pada jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak
memiliki kloroplas.

Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan dinding
sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang
membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel bifl agellata yang
terjadi pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak memiliki flagella.

Sebagian besar jamur air hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa tumbuhan
di kolam, danau, atau aliran air. Meraka hidup sebagai pengurai dan berkoloni.
Walaupun begitu, ada juga yang hidup pada sisik atau insang ikan yang terluka
sebagai parasit. Contoh anggota Oomycotina adalah Saprolegnia, dan Phytoptora
infestans. Selain bersifat parasit, jamur air juga bersifat patogen (dapat
menimbulkan penyakit), seperti menyebabkan pembusukan kayu pada kentang
dan tomat.

Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara aseksual, jamur
air menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di dalam sporangium tersebut,
dihasilkan spora yang berfl agella yang disebut zoospora. Ketika zoospora matang
dan jatuh di tempat yang sesuai, maka akan berkecambah dan tumbuh menjadi
mycelium baru. Adapun reproduksi secara seksual terjadi melalui penyatuan
gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan dihasilkan oleh antheredium dan
gamet betina dihasilkan dari oogonium. Penggabungan gamet jantan dan gamet
betina menghasilkan zigot diploid. Zigot ini nantinya akan berkembang menjadi
spora, yang berdinding tebal. Saat spora berkecambah, akan dihasilkan mycelium
baru.

6. Myxomycotina
Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange, walaupun
ada sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan hidup secara
bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir merupakan
suatu massa ameboid yang disebut plasmodium. Plasmodium ini dapat tumbuh
besar hingga diameternya mencapai beberapa sentimeter. Walaupun berukuran
besar, plasmodium bukan multiseluler. Plasmodium merupakan massa tunggal
sitoplasma yang mengandung banyak inti sel. Plasmodium menelan makanan
melalui fagositosis. Mereka melakukan ini sambil menjulurkan pseudopodia
melalui tanah yang lembab, daun-daunan, atau kayu yang membusuk. Jika habitat
jamur lendir mulai mongering atau tidak ada makanan yang tersisa, plasmodium
akan berhenti tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tahapan siklus hidup yang
berfungsi dalam tahapan reproduksi seksual. Contoh jamur lendir adalah jenis
Dyctystelum discridium.

H. PERANAN JAMUR
1. Peranan Jamur yang menguntungkan
a. Sebagai sumber makanan
Beberapa jenis jamur dapat dimakan seperti volvariella volvacea (jamur
merang) dan Lentinus edodes (Jamur shitake). Jamur kaya akan protein dan
memiliki nilai gizi yang tinggi. Selain itu, ragi kering mengandung 50%
vitamin dan kaya akan vitamin B.

b. Peranan jamur di bidang kedokteran dan Kesehatan


Sejumlah antibiotik diperoleh dari spesies jamr. Anti biotik merupakan
subtansi yang dihasilkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur yang
dapat mencegah atau membunuh mikroorganisme lain. Antibiotik pertama,
yaitu penicillin notatum ditemukan oleh Alexander Flemming pada tahun
1928.

c. Peranan jamur di bidang pertanian


Beberapa jamur saprofit dapat meningkatkan kesuburan tanah. Jamur saprofit
menguraikan sisa tumbuhan dn hewan yang sudah mati sehingga
mengembalikan unsur mineral dari tubuh organisme ke tanah, dan membuat
tanah menjadi lebih subur. Jamur mikoriza membantu tumbuhan memperoleh
unsur hara lebih banyak sehingga dapat tumbuh subur.

d. Peranan jamur di bidang industry


Jamur banyak digunakan di bidang industri antara lain sebagai berikut:
 Rhizopus stolonifer, Untuk membuat tempe.
 Rhizopus nigricans, Menghasilkan asam fumarat.
 Saccharomyces cerevisiae, Untuk membuat tape, roti, minuman sake,
dan bir.
 Aspergillus oryzae, Mengempukkan adonan roti.
 Aspergillus wentii, Untuk membuat sake, kecap, tauco, asam sitrat,
asam oksalat, dan asam formiat.
 Aspergillus niger, Untuk menghasilkan O2 dari sari buah, dan
menjernihkan sari buah.
 Penicillium notatum dan P. chrysogenum , Menghasilkan penicillin
(antibiotik).
 Ganoderma lucidum, Sebagai bahan obat.
 Penicillium roqueforti dan P. camemberti, Untuk meningkatkan
kualitas (aroma) keju.
 Trichoderma sp., menghasilkan enzim selulase.
 Neurospora crassa, Untuk membuat oncom.

e. Sebagai dekomposer atau pengurai

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya jamur memakan sisa tumbuhan atau
hewan yang sudah mati. Selama proses ini jamur menguraikan senyawa
organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana, mengembalikan zat
hara yang terdapat di tubuh organisme ke tanah (biodegradasi) dan membuat
tanah menjadi lebih subur. Perannya sebagai dekomposer ini mampu
mempertahankan persediaan nutrien organik yang sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman.

Tanpa adanya dekomposer, elemen-elemen penting bagi tumbuhan, seperti


karbon, nitrogen, dan elemen lainnya akan terakumulasi di dalam bangkai dan
sampah organik sehingga tidak akan tersedia nutrien organik bagi tumbuhan
untuk tumbuh. Contoh jamur yang berperan sebagai dekomposer adalah
Pilobolus yang menguraikan sampah organik berupa kotoran hewan dan jamur
kuping yang hidup di kayu.

2. Peranan Jamur yang Merugikan


a. Menimbulkan penyakit pada manusia
Sejumlah penyakit kulit disebabkan oleh beberapa spesies jamur. Demam
tinggi dan alergi juga dapat disebabkan oleh infeksi jamur.

b. Menyebabkan penyakit pada tumbuhan


Penyakit seperti karat putih pada cruciferaceae, kutu pada kentang dedak
brjamur, karat pada gandum, dan jamur api pada jagung,gandum dan
tumbuhan sereal lainnya disebabkan oleh jamur.

Daftar jamur yang merugikan


 Aspergillus flavus : Menghasilkan aflatoksi, menyebabkan kanker pada
manusia.
 Aspergillus fumigatus : Kanker pada paru – paru burung.
 Amanita phalloides : Mengandung balin yang menyebabkan kemaian
bagi yang memakannya.
 Ustilago maydis : Parasit pada tanaman jagung dan tembakau.
 Epidermophyton floccosum : Menyebabkan penyakit kaki atlet.
 Microsporum sp. dan Trichophyton sp. : Menyebabkan kurap atau
panu.
 Helminthospium oryzae : Parasit dan merusak kecambah dan tubuh
buah serta menimbulkan noda – noda berwarna hitam pada hospes
(inangnya).
 Candinda albicans

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Patogenesis adalah mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan penyakit.


Infeksi merupakan invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi
dengan jaringan inang

2. Bakteri dapat merusak sistem pertahanan inang dimulai dari permukaan kulit,
saluran pencernaan, saluran respirasi, saluran urogenitalia. Mikroorganisme
patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai macam jalan, misalnya
melalui membran mukosa, kulit ataupun rute parental. Banyak bakteri dan virus
memiliki akses memasuki tubuh inang melalui membran mukosa saluran
pernapasan, gastrointestinal, saluran genitourinari, konjungtiva, serta membran
penting yang menutupi bola mata dan kelopak mata.

3. Untuk Escherichia coli, penyakit yang sering ditimbulkan adalah diare. E. coli
sendiri diklasifikasikan berdasarkan sifat virulensinya dan setiap grup
klasifikasinya memiliki mekanisme penularan yang berbeda-beda. Contohnya Coli
Enteropatogenik (EPEC). E. coli ini menyerang manusia khususnya pada bayi.
EPEC melekatkan diri pada sel mukosa kecil. Faktor yang diperantarai oleh
kromosom akan menimbulkan pelekatan yang kuat. Pada usus halus, bakteri ini
akan membentuk koloni dan menyerang pili sehingga penyerapannya terganggu.
Akibatnya adalah adanya diare cair yang biasanya sembuh diri tetapi dapat juga
menjadi kronik. EPEC sedikit fimbria, ST dan LT toksin, tetapi EPEC
menggunakan adhesin yang dikenal sebagai intimin untuk mengikat inang sel
usus. Sel EPEC invasive (jika memasuki sel inang) dan menyebabkan radang.

4. Mikologi Berasal dari bahasa Yunani “Mykes” yang berarti Jamur dan “Logos”
yang berarti Ilmu. Mikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jamur.
Fungi merupakan mikroorganisme eukariota yang sebagian besar bersifat
multiseluler. Fungi atau cendawan terdiri dari kapang dan khamir. Secara umum
Fungi hidup dengan 3 cara yaitu sebagi saprofit, parasitik dan diomorfis. Fungi
adalah heterotrof yang mendapatkan nutriennya melalui penyerapan (absorpsi).

B. Saran
Bakteri makhluk kecil yang jarang kita sadari keberadaanya. Maka jika terjangkit
salah satu penyakit dari bakteri kita jangan meremehkan gejala awal yang dialami
karena umumnya gejala awalnya sangat biasa. Karena jika diremehkan bisa saja
menjadi akut. Harus mengikuti tahap-tahap pencegahan yaitu dengan menjaga
kebersihan diri.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Jenis dan patogenesis Mikroorganisme penyebab diare.


www.scribd.com. (diakses tanggal 21 April 2012, Pkl. 13.00)
Pelczar Jr, Michael J. 1988. Dasar-dasar mikrobiologi jilid 2 terjemahan. Jakarta : Universitas
Indonesia.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2074655-patogenesis/
http://wanenoor.blogspot.com/2011/06/pengertian-patogenesis.html
Campbell, dkk. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga

Kimball, John W. 1999. Biologi jilid 3. Jakarta: Erlangga

Pelczar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press.

Anda mungkin juga menyukai