kasus korupsi proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sarana Olah
Raga Nasional (P3SON) di Hambalang atau dikenal dengan Kasus Hambalang. Kasus
ini mulai diselidiki olen KPK sejak tahun 2011. Kerugian negara akioat kasus ini adalah
sebesar Rp. #06 miliar. Selain kerugian yang aie besar kasus ini juga telah
menyeret beberapa nama politisi, seperti Nazaruddin, Anas Urbaningrum, Andi Alfian
Mallarangeng (Menteri Pemuda dan Olah Raga pada saat itu), Angelina Sondakh
(anggota DPR Fraksi Partai Demokrat pada saat itu), dan beberapa pejabat
“pemerintahan lainnya, khususnya di Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora)
Hingga. Saat ini proses pengusutan terhadap kasus ini belum dihentikan oleh KPK. Pada_
Februari 20/7, KPK menetapkan tersangka baru dalam Kasus Hambalang yakni Andi
Zulkarnain Mallarangeng alias Choel, yang kemudian ditahan oleh KPK. Hampir 80
persen kasus korupsi yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
berasal dari sektor pengadaan barang dan jasa (Kompas.com, 28/9/1#). Wakil Ketua
KPK, Basaria Panjaitan, dalam Laporan Tahunan KPK 2016 menyebutkan bahwa
sektor pengadaan barang dan jasa adalah titik rawan tindak pidana korupsi, di
samping sektor atau bidang perencanaan dan pengelolaan APBD (Anggaran
Pemerintah dan Belanja Daerah), serta pelayanan perizinan. Titk rawan
penyimpangan di sektor PBq selama ini telah dimulai dari tahap perencanaan
‘pengadaan. Pada tahap ini, cenderung terjadi penggelembungan (mark-up) anggaran
yang merugikan keuangan negara. Kerawanan penyimpangan juga terjadi pada tahap
pembentukan lelang, pra kualifikasi perusahaan, penyusunan dokumen lelang, tahap
pengumuman dokumen lelang, dan tahap penyusunan harga perkiraan
sendiriBerdasarkan hasil kajian KPK terhadap upaya pencegahan korupsi pada
pengadaan barang dan jasa pemerintah ditemukan bahwa korupsi P8d paling banyak
terjadi pada 5 (lima) tahapan atau proses. Antara lain:
(|) tahap perencanaan anggaran
(2) tahap perencanaan-persiapan PBq Pemerintah
(3) tahap pelaksanaan PBq Pemerintah
(4) tahap serah terima dan pembayara
(5) tahap pengawasan dan pertanggungjawabanPada proses perencanaan anggaran dan persiapan PBq Pemerintah, unsur-unsur yang
berpotensi terlibat korupsi meliputi DPR/DPRD, Kepala di Kementerian/ Lembaga/
Pemerintah Daerah, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Pejabat Pembuat Kontrak
(PPK), Pimpinan Proyek/Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pimpro/ Pokja ULP),
Pengusaha/ Vendor. Sedangkan pada proses pelaksanaan PBd Pemerintah dan proses
serah terima dan pembayaran unsur yang mungkin terlibat meliputi PPK, Pimpro/Pokja
ULP, Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Panitia Penerima Barang,
Pengusaha/Vendor. Kemudian pada proses pengawasan dan pertanggungjawaban
unsur yang mungkin terlibat adalah PPK, Pimpro/Pokja ULP, BPK/BPKP, Penegak
Hukum.Ada beberapa modus operandi keterlibatan pejabat publik dan perusahaan
Swasta dalam korupsi PB. Pada umumnya modus yang digunakan antara lain
(\) suap pihak swasta kepada pejabat publik
(2) pejabat publik menggunakan perusahaan boneka/ perusahaan tertentu untuk
diajak kerjasama _menjalani korupsi
(3) kolusi antar peserta tender, penetapan harga, kartel, dan praktik yang tidak
kompetitif Korupsi di sektor PBq Pemerintah ini setidaknya akan mengakibatkan 3 (tiga)
hal yaitu rendahnya kualitas barang dan jasa pemerintah, kerugian keuangan negara,
dan rendahnya nilai manfaat yang didapatkan. Oleh karena itu korupsi di sektor ini
menurut Penulis harus menjadi perhatian bersama. Bukan hanya oleh KPK, Kejaksaan
dan Kehakiman sebagai stakeholder utama pencegah dan pemberantas korupsi, tetapi
oleh semua pihak, baik di pemerintahan (kementerian/ lembaga/ Pernda), juga
masyarakat sipil. Kondisi demikian akan menyulitkan partisipasi banyak pihak,
masyarakat sipil misalnya, dalam proses pengawasan terhadap potensi penyimpangan
engadaan. Oleh karena itu ke depan perlu di dorong kembali keterbukaan informasi
publik di sektor pengadaan barang dan jasa. Keterbukaan ini perlu dilakukan mulai dari
proses perencanaan, perencanaan dan persiapan PBq Pemerintah, pelaksanaan PBq
Pemerintah, serah terima dan pembayaran dan tahap pengawasan dan
pertanggungjawaban. Langkah ini menurut Penulis merupakan salah satu langkah
yang sangat penting agar upaya pemberantasan korupsi tidak hanya dilakukan
secara represif yakni ketika korupsi tersebut telah dilakukan. Akan tetapi juga.
dilakukan secara preventif artinya mencegah terjadinya korupsi yang mana lebih lanjut
akan mencegah terjadinya kerugian negara.Ijenis kecurangan barang dan jasa
‘dawabkorupsi proyek pembangunan Pusat Pendidkan, Pelatinan dan Sarana Olah
Raga Nasional (P3SON) di Hambalang atau dikenal dengan Kasus Hambalang
2. Kapan pengadaan kecurangan di lakukan?
lawab: 2011
3 yang terkait dalam kecurangan atau kasus tsb?
“Jawad Selain kerugian yang cukup besar kasus ini juga telah menyeret beberapa
nama politisi, seperti Nazaruddin, Anas Urbaningrum, Andi Alfian Mallarangeng
(Menteri Pemuda dan Olah Raga pada saat itu), Angelina Sondakh (anggota DPI
Fraksi Partai Demokrat pada saat itu), dan beberapa pejabat pemerintahan lainnya,
khususnya di Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) Pada proses
‘perencanaan anggaran dan persiapan PBq Pemerintah, unsur-unsur yang berpotensi
terlibat korupsi meliputi DPR/DPRD, Kepala di Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah
Daerah, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Pejabat Pembuat Kontrak (PPK),
Pimpinan Proyek/Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pimpro/ Pokja ULP),
Pengusaha/ Vendor. Sedangkan pada proses pelaksanaan PBq Pemerintah dan proses
serah terima dan pembayaran unsur yang mungkin terlibat meliputi PPK, Pimpro/Pokja
ULP, Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Panitia Penerima Barang,
Pengusaha/Vendor. Kernudian pada proses pengawasan dan pertanggungjawaban
unsur yang mungkin terlibat adalah PPK, Pimpro/Pokja ULP, BPK/BPKP, Penegak Hukurn
4 bagai mana peran auditor internal?
qawab: peran auditor dalam kadu di ini sangat disayangkan di karenakan auditor tidak
mampu mendeteksi kecurangan kecurangan yang dilakukan oleh pihak pihak yang
terkait
5.saran terbaik terhadap kasus tersebut
dawabKondisi demikian akan menyulitkan partisipasi banyak pinak, masyarakat sipil
misalnya, dalam proses pengawasan terhadap potensi penyimpangan pengadaan. Olet
karena itu ke depan perlu di dorong kembali keterbukaan informasi publik di sektor
pengadaan barang dan jasa. Keterbukaan ini perlu dilakukan mulai dari proses
perencanaan, perencanaan dan persiapan PBd Pemerintah, pelaksanaan P84
Pemerintah, serah terima dan pembayaran dan tahap pengawasan dan
pertanggungjawaban. Langkah ini menurut Penulis merupakan salah satu langkah
yang sangat penting agar upaya pemberantasan korupsi tidak hanya dilakukan
secara represif yakni ketika korupsi tersebut telah dilakukan. Akan tetapi juga
dilakukan secara preventif artinya mencegah terjadinya korupsi yang mana lebih lanjut
akan mencegah terjadinya kerugian negara.