LP Afiksia
LP Afiksia
Disusun Oleh:
Ahmad Auliya Hidayat
NIM: 201145
dengan keadaan hipoksia, hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia dapat terjadi karena
disebabkan oleh usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, penyakit
pembuluh darah ibu yang menganggu pertukaran gas janin seperti hipertensi,
hipotensi, gangguan kontraksi uterus penyakit infeksi akut atau kronis, anemia berat,
keracunan obat bius, uremia, toksemia gravidarum, cacat bawaan atau trauma.
B. ETIOLOGI
Asfiksia terjadi karena beberapa faktor :
1. Faktor Ibu
Terdapat gangguan pada aliran darah uterus sehingga menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin. Hal ini sering dijumpai
pada gangguan kontraksi uterus misalnya preeklamsia dan eklamsi,
perdarahan abnormal (plasenta previa dan solusio plasenta), partus lama atau
partus macet, demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,
HIV), kehamilan postmatur (setelah usia kehamilan 42 minggu), penyakit ibu.
2. Faktor Plasenta
Faktor yang dapat menyebabkan penurunan pasokan oksigen ke bayi
sehingga dapat menyebabkanasfiksia pada bayi baru lahir antara lain lilitan
tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat.
3. Faktor Fetus
Gangguan ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbang,
tali pusat melilit leher, meconium kental, prematuritas, persalinan ganda.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi
dikarenakan oleh pemakaian obat seperti anestesi atau analgetika yang
berebihan pada ibu yang secara langsung dapat menimbulkan depresi pada
pusat pernapasan janin. Asfiksia yang dapat terjadi tanpa didahului dengan
tanda gejala gawat janin antara lain bayi prematur (sebelum 37 minggu
kehamilan), persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distoria
bahu), kelainan kongenital, air ketuban bercampur mekonium.
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala asfiksia neonatorum adalah :
1. Pernafasan megap-megap dan dalam
6. Nadi cepat
7. Denyut jantung lambat (bradikardi kurang dari 100 kali per menit)
8. Menurunnya O2
9. Meningginya CO2
10. Penurunan pH
menunjukkan pernapasan yang cepat dalam periode yang singkat apabila asfiksia
apnue primer. Adapun gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain
pernapasan cepat, pernapasan cuping hidung dan nadi berdenyut cepat, anak
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi.
1. Asfiksia Berat (nilai APGAR 0–3)
Didapatkan frekuensi jantung <100 kali/menit, tonus otot buruk,
sianosis, keadaan pada bayi dengan asfiksia berat memerlukan resusitasi
segera secara tepat dan pemberian oksigen secara terkendali, apabila bayi
dengan asfiksia berat maka berikan terapi oksigen 2–4 ml per kg berat badan
karena pada bayi asfiksia berat dapat disertai asidosis.
2. Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4–6)
Pada bayi dengan asfiksia sedang memerlukan resusitasi dan pemberian
oksigen sampai bayi dapat kembali bernafas normal.
3. Bayi normal atau asfiksia ringan (nilai APGAR 7– 9)
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan
tanda :
a. Denyut jantung janin lebih dari 100x/menit atau dari 100 menit tidak
teratur
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
c. Apnea
d. Pucat
e. Sianosis
f. Penurunan terhadap stimulus
Sedangkan penanganan dan penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam
merawat klien Asfiksia adalah dengan cara resusitasi. Resusitasi adalah
tindakan untuk memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampak
mati akibat berhentinya fungsi jantung dan paru yang berorientasi pada
otak
Penilaian menurut score APGAR merupakan tes sederhana untuk
memutuskan apakah seorang bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan.
Tes ini dapat dilakukan dengan mengamati bayi segera setelah lahir (dalam
menit pertama), dan setelah 5 menit. Lakukan hal ini dengan cepat, karena jika
nilainya rendah, berarti tersebut membutuhkan tindakan.
Observasi dan periksa :
1) A = “Appearance” (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.
2) P = “Pulse” (denyut). Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau
palpasi denyut jantung dengan jari.
3) G = “Grimace” (seringai). Gosok berulang-ulang dasar tumit ke dua tumit kaki
bayi dengan jari. Perhaitkan reaksi pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya
ketika lender pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender dari
mulut dan tenggorokannya dihisap.
4) A = “Activity”. Perhatikan cara bayi yang baru lahir menggerakkan kaki dan
tangannya atau tarik salah satu tangan/kakinya. Perhatikan bagaimana kedua
tangan dan kakinya bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.
5) R = “Repiration” (pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi. Perhatikan
pernapasannya.
Nilai 0 1 2 JUMLAH
NILAI
Frekuensi Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
Napa/ x/menit x/menit
Jantung
Usaha Tidak ada Lambat, tidak Menangis kuat
bernafas teratur
Tonus otot Lumpuh / Ekstremitas Gerakan aktif
lemas fleksi sedikit
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Menangis
respon batuk
Warna Biru / pucat Tubuh: Tubuh dan
kemerahan, ekstremitas
ekstremitas: kemerahan
biru
a) Apgar Skor : 7-10; bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa
b) Apgar Skor 4-6; (Asfiksia Neonatorum sedang); pada pemeriksaan fisik akan
terlihat frekwensi jantung lebih dari 100 X / menit, tonus otot kurang baik atau
baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada
c) Apgar Skor 0-3 (Asfiksia Neonatorum berat); pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekwensi jantung kurang dari 100 X / menit, tonus otot buruk,
sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama
kehamilan atau persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung
dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai
dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung.
Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti
pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak
sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula
bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping perubahan klinis juga
terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan basa pada
neonatus.
Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan
berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh,
sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen
yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada
paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan
resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak
yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya
F. PATHWAY
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto polos dada
2. USG kepala
3. Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
4. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat
rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
5. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.
6. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan terapi suportif pada bayi dengan asfiksia neonatorum adalah sebagai
berikut:
1. Pemantauan gas darah, denyut nadi, fungsi system jantung, dan paru dengan
melakukan resusitasi, memberikan oksigen yang cukup, serta memantau perfusi
jaringan tiap 2-4 jam.
2. Mempertahankan jalan napas agar tetap baik, sehingga proses oksigenasi cukup
agar sirkulasi darah tetap baik.
3. Berdasarkan teori Lissauer dan Fanaroff (2013) menyebutkan bahwa pada bayi
yang kadar glukosanya rendah, antara 25-45 mg/dL diberikan terapi D10%
intravena (80-100 mg/kg/hari, 6-8mg/kg/menit glukosa).
4. Pembrian glukosa. Cavalli (2006) dalam jurnal Iqbal (2010) bahwa ASI
mengandung glukosa dengan kadar 4.5 + 0.1 mmol/L.
5. Asfiksia ringan APGAR skor (7-10)
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat.
b. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung, kemudian mulut.
c. Bersihkan badan dan tali pusat.
d. Lakukan observasi tanda-tanda vital, pantau APGAR skor dan masukkan ke
dalam incubator
6. Asfiksia sedang APGAR skor (4-6)
a. Bersihkan jalan napas
b. Berikan oksigen 2 liter per menit
c. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki. Apabila belum ada
reaksi, bantu pernapasan dengan masker (ambubag)
d. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi sianosis, berikan natrium bikarbonat
7,5% sebanyak 6 cc. Dekstrosa 40% sebanyak 4 cc disuntikkan melalui vena
umbilicus secara perlahan-lahan untuk mencegah tekanan intracranial
meningkat.
7. Asfiksia berat APGAR skor (0-3)
a. Bersihkan jalan nafas sambil pompa melalui ambubag
b. Berikan oksigen 4-5 liter per menit
c. Bila tidak berhasil, lakukan pemasangan ETT (endotracheal tube)
d. Bersihkan jalan nafas melalui ETT
e. Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat sebanyak 6 cc. selanjutnya berikan dekstrosan 40% sebanyak 4 cc.
8. Terapi oksigen. Sharon (2011) menyebutkan bahwa terapi oksigen lain yang
diberikan kepada bayi yaitu CPAP (continous positive airway pressure), alat ini
memiliki konsentrasi oksigen sekitar 60%.Dalam teori Sharon (2011) juga
menyebutkan bahwa salah satu terapi oksigen yang diberikan yaitu bantuan
ventilasi oksigen dengan hood. Dimana alat ini konsentrasi maksimalnya sekitar
30% sampai 40%, oksigen hood dapat menjadi metode pemberian yang optimal
untuk neonatus yang menderita takipnea sementara pada bayi baru lahir, sindrome
distres pernafasan. Menejemen bayi baru lahir dengan asfiksia (RI, 2010).
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA NEONATORUM
Perawat diharapkan untuk melakukan fungsi dependen dan independen bagi
pasien untuk membantunya menuju pemulihan kesejahteraan mereka.
A. Pengkajian
identitas bayi baru lahir, riwayat persalinan, pemeriksaan fisik (Wildan dan
Hidayat, 2008).
1. Data subjektif
1. Biodata
perilaku.
2. Keluhan utama
2014).
(Wiknjosastro, 2009).
4. Penyuluhan
(Saifuddin, 2010).
hamil :
pantangan.
pemenuhan istirahat.
terkena infeksi.
masyarakat setempat.
2. Data obyektif
a. Pemeriksaan khusus
ke 5 dan 10.
b. Pemeriksaan umum
tonus otot, tingkat aktivitas, warna kulit dan bibir tangis bayi.
Pemeriksaan tanda-tanda :
sampai frontal.
5. Leher
: Periksa adanya pembesaran
kelenjar thyroid.
6. Dada
: Periksa bunyi nafas dan detak
dan uretra
berlubang.
bayi akan
jari kita.
tanda lahir.
B. Diagnosa keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efektif b/d Hambatan upaya napas d.d sesak
napas
perfusi
C. Intervensi