Anda di halaman 1dari 13

K3 PERTAMBANGAN

Tugas Dalam Mata Kuliah

DOSEN PENGAJAR
dr. Paul A T. Kawatu, Msc

OLEH

Inge Wasti 17111101


Clara Rumeen 16111101235

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

2019

KATA PENGANTAR

1
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan cinta kasihNya dalam kehidupan kami semua, sehingga kami
kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “K3 Pertambangan” ini
dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata
kuliah ini. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata
kuliah ini karena telah memberikan kami tugas ini, sehingga kami dapat belajar
dan mengetahui tentang K3 Pertambangan. Kami juga berterima kasih kepada
orang tua kami yang telah mendukung dan momotivasi kami dalam pembuatan
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang baik dari
teman-teman kelompok dalam merampungkan makalah ini.

Dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, jadi kami sebagai penulis
memohon kritik dan saran dari para pembaca agar kami dapat memperbaikinya di
tugas-tugas lainnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Manado, April 2019

2
DAFTAR IS

HALAMAN JUDUL …………...………………………………………… i

KATA PENGANTAR …………………………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 4

1.2 Tujuan …………………………………………………………………. 6

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Resiko Pertambangan................……………… 7

2.2 Faktor Resiko Yang Ada Di Perusahaan Pertambangan ……............… 7

2.3 Metode Pengelolaan Resiko Pada Perusahaan Pertambangan …........... 7

2.4 Manfaat Manajemen Resiko Pada Perusahaan Pertambangan ….......... 9

2.5 Teknik Pencegahan Ledakan ………………………………….......….. 9

2.6 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)………………….…….......…. 10

2.7 Kelengkapan Alat Pelindung .................................................................. 10

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………….…………………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA ……………………..………………………………. 14

3
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan

nasional. Pertambangan memberikan peran yang sangat signifikan dalam

perekonomian nasional, baik dalam sektor fiscal, moneter, maupun sektor riil.

Peran pertambangan terlihat jelas dimana pertambangan menjadi salah satu

sumber penerimaan negara; berkontribusi dalam pembangaunan daerah, baik

dalam bentuk dana bagi hasil maupun program community development atau

coorporate social responsibility; memberikan nilai surplus dalam neraca

perdagangan; meningkatkan investasi; memberikan efek berantai yang positif

terhadap ketenagakerjaan; menjadi salah satu faktor dominan dalam menentukan

Indeks Harga Saham Gabungan; dan menjadi salah satu sumber energy dan bahan

baku domestik.

Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat

teknologi dan memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka

menjamin kelancaran operasi, menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kejadian

berbahaya dan penyakit akibat kerja maka diperlukan implementasi Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan pertambangan.

Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan

dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja.Secara

4
keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang

pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum K3

merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat

ditegakkan, untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang K3. Bahkan ditingkat internasionalpun telah disepakati adanya konvensi-

konvensi yang mengatur tentang K3 secara universal sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang dikeluarkan oleh

organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun tingkat regional.

Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat

kecelakaan akan menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga

menurun, dan biaya tenaga kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang

efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan

hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat mendorong semua tempat

kerja/industri maupun tempat-tempat umum merasakan perlunya dan memiliki

budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi

salah satu budaya industrial.

Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga

kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi

pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya

perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman,

sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas

kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya

5
dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah

korban manusia..

Ditahap pengontrolan risiko, peran manajemen sangat penting karena

pengontrolan risiko membutuhkan ketersediaan semua sumber daya yang dimiliki

oleh perusahaan, karena pihak manajemen yang sanggup memenuhi ketersediaan

ini. Semua konsep-konsep utama tersebut semakin menyadarkan akan pentingnya

kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk manajemen yang sistematis dan

mendasar agar dapat terintegrasi dengan manajemen perusahaan yang lain.

Integrasi ini diawali dengan kebijakan dari perusahaan untuk mengelola K3

menerapkan suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

1.2 Tujuan

Agar kami para mahasiswa mampu mempelajari apa itu K3 Dipertambangan

BAB II

6
Pembahasan

2.1.    Pengertian Manajemen Resiko Pertambangan.

Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan

oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi,mengevaluasi,dan

menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti

kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang

ekstrem,dll.Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan

secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman,bebas dari ancaman

bahaya di tempat kerja.

2.2.     Faktor Resiko Yang Ada Di Perusahaan Pertambangan

Adapun Faktor Resiko yang sering dijumpai pada Perusahaan Pertambangan

adalah sebagai berikut :

a.       Ledakan

b.       Longsor

c.       Kebakaran

2.3.     Cara / Metode Pengelolaan Resiko Pada Perusahaan Pertambangan

Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh pemerintah

maupun oleh perusahaan. Pengelolaan tersebut didasarkan pada peraturan sebagai

berikut:

1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2. PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi

7
3. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang

Pertambangan

4. Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas

Instalasi, Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi

5. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum

6. Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum.

7. Pendekatan ini ditandai dengan empat tahap proses pengelolaan risiko manajemen

risiko adalah sebagai berikut :

1)       Identifikasi risiko adalah mengidentifikasi bahaya dan situasi yang berpotensi

menimbulkan bahaya atau kerugian (kadang-kadang disebut ‘kejadian yang tidak

diinginkan’).

2)       Analisis resiko adalah menganalisis besarnya risiko yang mungkin timbul dari

peristiwa yang tidak diinginkan.

3)       Pengendalian risiko ialah memutuskan langkah yang tepat untuk mengurangi

atau mengendalikan risiko yang tidak dapat diterima.

4)       Menerapkan dan memelihara kontrol tindakan adalah menerapkan kontrol dan

memastikan mereka efektif.

Manajemen resiko pertambangan dimulai dengan melaksanakan identifikasi

bahaya untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti

sebagai bahan untuk dianalisa, pelaksanaan identifikasi bahaya dimulai dengan

membuat Standart Operational Procedure (SOP). Kemudian sebagai langkah

analisa dilakukanlah observasi dan inspeksi.

2.4.    Manfaat Manajemen Resiko Pada Perusahaan Pertambangan

8
Secara umum manfaat Manajemen Resiko pada perusahaan pertambangan adalah

sebagai berikut :

1.      Menimalkan kerugian yang lebih besar

2.      Meningkatkan kepercayaan pelanggan dan pemerintah kepada perusahaan

3.      Meningkatkan kepercayaan karyawan kepada perusahaan

2.5     Teknik Pencegahan Ledakan

Beberapa hal yang perlu dipelajari dalam rangka pencegahan ledakan adalah :

1.      Pengetahuan dasar-dasar terjadinya ledakan, membahas:

o   Gas-gas yang mudah terbakar/meledak

o   Karakteristik gas

o   Sumber pemicu kebakaran/ledakan

2.      Metoda eliminasi penyebab ledakan, antara lain:

o   Pengukuran konsentrasi gas

o   Pengontrolan sistem ventilasi tambang

o   Pengaliran gas (gas drainage)

o   Penggunaan alat ukur gas

o   Penyiraman air (sprinkling water)

o   Pengontrolan sumber-sumber api penyebab kebakaran dan ledakan

3.      Teknik pencegahan ledakan tambang

o   Penyiraman air (water sprinkling)

o   Penaburan debu batu (rock dusting)

9
o   Pemakaian alat-alat pencegahan standar.

4.      Fasilitas pencegahan penyebaran kebakaran dan ledakan, antara lain:

o   Lokalisasi penambangan dengan penebaran debu batuan

o   Pengaliran air ke lokasi potensi kebakaran atau ledakan

o   Penebaran debu batuan agak lebih tebal pada lokasi rawan

5.      Tindakan pencegahan kerusakan akibat kebakaran dan ledakan:

o   Pemisahan rute (jalur) ventilasi

o   Evakuasi, proteksi diri, sistemperingatandini, dan penyelamatansecara tim.

2.6      Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Dunia kerja pastinya tak lepas dari resiko terjadinya kecelakaan meskipun resiko

yang terjadi bisa saja berbeda  antara tempat yang satu dengan yang lain, seperti

halnya kerja bangunan memiliki resiko tinggi dibandingkan yang hanya kerja

duduk di kantoran. Namun, untuk menghindari terjadinya kecelakaan itu, berbagai

hal tetap harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan sehingga tidak

terjadinya kerugian baik kerugian bagi pekerja maupun juga harta, dan material. 

Salah satu cara pencegahan yang bisa dilakukan pekerja adalah dengan

menggunakan APD ( Alat Pelindung Diri).

Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang memiliki kemampuan untuk

meindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh

dari potensi bahaya di tempat kerja.

2.7    Kelengkapan Alat Pelindung

Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hal ini tertulis di Peraturan Menteri

10
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri.

Adapun bentuk dari alat tersebut adalah :

1.      Safety Helmet

Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara

langsung.

2.      Sabuk Keselamatan (safety belt)

Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun

peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain)

3.      Sepatu Karet (sepatu boot)

Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun

berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda

tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

4.      Sepatu pelindung (safety shoes)

Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal

dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena

tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

5.      Sarung Tangan

Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi

yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di

sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.

6.      Tali Pengaman (Safety Harness)

Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan

alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.

7.      Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)

11
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.

8.      Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)

Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).

9.      Masker (Respirator)

Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan

kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).

10.  Pelindung wajah (Face Shield)

Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal

pekerjaan menggerinda)

11.  Jas Hujan (Rain Coat)

Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada

waktu hujan atau sedang mencuci alat).

Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman

yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L : Kesehatan,

Keselamatan Kerja dan Lingkungan)

BAB III

PENUTUP

12
3.1.    Kesimpulan

Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan

oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi,mengevaluasi,dan

menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti

kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang

ekstrem,dll.Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan

secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman,bebas dari ancaman

bahaya di tempat kerja.Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan

masalah yang besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak

hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah

timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya

manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-

satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.

DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai