Anda di halaman 1dari 6

NAMA  

      :  ASYIFA NADIVAREZKI NOOR


NIM              :  J2A022048
FAKULTAS :  S1 KEDOKTERAN GIGI

Kondisi Kesehatan Gigi dan Mulut Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

Abstrak

Menurut data yang bersumber dari WHO, jumlah penderita diabetes di Indonesia termasuk kategori yang
serius karena jumlahnya menempati urutan ke empat dari seluruh negara. Penyakit diabetes smelitus
memiliki beberapa tanda yang dapat ditinjau dari keadaan rongga mulut penderita. Para dokter gigi yang
menjumpai keadaan ditemukannya gigi pasien yang dalam kondisi sehat namun goyang tanpa mengalami
lubang gigi dan timbulnya aroma khas aseton dari nafas pasien menunjukkan indikasi bahwa pasien
merupakan salah satu penderita diabetes. Para dokter gigi yang menjumpai keadaan ditemukannya gigi
pasien yang dalam kondisi sehat namun goyang tanpa mengalami lubang gigi dan timbulnya aroma khas
aseton dari nafas pasien menunjukkan indikasi bahwa pasien merupakan salah satu penderita diabetes.
Keadaan gigi dan mulut yang ditunjukkan tersebut belum dapat digunakan untuk melakukan diagnosis
terhadap penyakit ini. Penyakit diabetes mellitus dapat dipastikan menggunakan data hasil pengukuran
konsentrasi glukosa dalam darahPenderita diabetes cenderung menunjukkan gejala klinis yang dapat
dipelajari oleh seorang dokter gigi seperti produksi saliva yang berkurang yang menyebabkan mulut
penderita pasien menjadi telatif lebih kering. Dengan adanya kandungan glukosa yang tinggi dalam darah,
akan memperburuk keadaan yang dialami oleh penderita gangguan kesehatan mulut dan gigi.

Kata Kunci : Diabetes Melitus, Kesehatan Gigi, Rongga mulut, glukosa

PENDAHULUAN

Penyakit diabetes menjadi salah satu penyakit yang menjadi gerbang pembuka penyakit
penyakit kronis yang dihadapi penderitanya. Selain bahaya yang ditimbulkan, diabetes
menjadi salah satu masalah yang membutuhkan penanganan yang serius. Menurut data
yang bersumber dari WHO, jumlah penderita diabetes di Indonesia termasuk kategori
yang serius karena jumlahnya menempati urutan ke empat dari seluruh negara. Penyakit
diabetes smelitus memiliki beberapa tanda yang dapat ditinjau dari keadaan rongga
mulut penderita. Para dokter gigi yang menjumpai keadaan ditemukannya gigi pasien
yang dalam kondisi sehat namun goyang tanpa mengalami lubang gigi dan timbulnya
aroma khas aseton dari nafas pasien menunjukkan indikasi bahwa pasien merupakan
salah satu penderita diabetes. Keadaan gigi dan mulut yang ditunjukkan tersebut belum
dapat digunakan untuk melakukan diagnosis terhadap penyakit ini. Penyakit diabetes
mellitus dapat dipastikan menggunakan data hasil pengukuran konsentrasi glukosa
dalam darah. Penderita penyakit diabetes mellitus akan menunjukkan hasil kandungan
glukosa di atas 200 mg/dl. Adanya gigi yang goyang sebagai indikasi penyakit diabetes
dinilai juga diakibatkan oleh ketidakrutinan dalam melakukan perawatan gigi oleh
penderita diabetes.

Penyakit diabetes salah satunya dapat diakibatkan oleh ketidakseimbangan dalam


konsumsi glukosa harian yang menyebabkan ketidakmampuan insulin untuk melakukan
metabolism glukosa dalam darah tersebut. Diabetes merupakan gerbang penyakit yang
dapat menciptakan berbagai macam komplikasi. Sektor kesehatan nasional diharapkan
dapat lebih memprioritaskan upaya pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, sosialisasi
tentang budaya hidup bersih dan sehat, dana pemeliharaan kesehatan gigi secara mandiri
(Depkes, R.I., 2005). Salah satu upaya uuntuk melakukan pemeliharaan kesehatan gigi
pada pasien diabetes adalah dengan salah satu metode asuhan perawatan kesehatan gigi
dan mulut. Ilmu tentang perawatan gigi dapat ditinjau sebagai suatu ilmu yang
menekankan pada upaya managemen perilaku yang dapat mencegah penyakit diabetes
dengan memperhatikan kesehatan gigi dan mulut dengan lebih seksama (Darby dan
Walsh, 2003).

Didalam melakukan proses perawatan gigi, diperlukan sebuah diagnosis yang tepat
unutk dapat menangani setiap masalah yang dialami oleh pasien. Setiap diagnosis yang
dilakukan harus menggunakan data-data penunjang dan wawasan terhadap gejala-gejala
penyakit klinis yang dialami oleh pasien. Setiap diagnosis yang dilakukan oleh tenaga
medis harus dapat dipertanggunghawabkan dikemudian hari dan memiliki dasar dalam
penentuan diagnosis yang dilakukan(Darby & Walsh, 2005).

Penentu diagnosis harus dapat melihat tanda-tanda dan gejala klinis yang mengalami
penyakit sistemik dengan memeriksa kondisi rongga gigi dan mulut. Sehingga
pengambilana keputusan yang sesuai untuk penderita penyakit diabetes juga perlu
dipertimbangkan. Kondisi rongga mulut dapat digunakan sebagai salah satu media untuk
melakukan pemeriksaan yang dapat digunakan sebagai data kualitatif penentu diagnosis
untuk penyakit diabetes mellitus (Azodo, 2009).

RUMUSAN MASALAH

Dari fenomena tentang diabetes mellitus dan data penunjang yang menyebutkan
tingginya kasus diabetes maka rumusan masalah yang dapat diperoleh adalah bagaimana
kondisi mulut dan gigi pada penderita penyakit diabetes mellitus.

RUANG LINGKUP MASALAH


Pembahasan tentang diabetes dapat menjadi hal yang sangat luas mulai pencegahan,
pengobatan, dan lainnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan pembatasan dalam pembahasan
yang dilakukan dalam topik yang dibahas di artikel ilmiah ini. Maka kami memberikan
lingkup pembahasan dari artikel ini adalah kondisi gigi dan mulut yang sering dijumpai
oleh penderita diabetes.

PEMBAHASAN

Diabetes atau yang lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis adalah bentuk
kegagalan tubuh dalam melakukan metabolism secara sempurna. Organ yang paling
berperan dalam fenomena kasus yang terjadi pada penderita diabetes adalah pankreas.
Pankreas berperan dalam proses pembentukan hormon insulin dan glukagon yang
bertugas untuk mengontrol konsentrasi gula darah. Diabetes mellitus adalah penyakit
yang disebabkan oleh kelebihan gula darah yang tidak dapat diubah menjadi energi oleh
hormon insulin. Hal tersebut dapat terjadi akibat memang pada dasarnya konsumsi
glukosa yang berlebih atau ketidakmampuan pankreas untuk memproduksi insulin yang
cukup. Kadar gula darah normaml adalah 200 mg/dl dan 126 mg/dl untuk orang yang
tidak mengkonsumsi makanan apapun selama 8 jam. Hormon insulin sendiri diproduksi
oleh pulau-pulau Langerhans yang terdapat di pankreas. Kekurangan hormone insulin
yang terjadi pada penderita diabetes juga dapat disebabkan oleh kerusakan pulau
Langerhans.

Diabetes dapat dibagi menjadi dua kelompok kasus yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan
diabetes mellitus tipe 2. Untuk penderita diabetes tipe pertama disebabkan oleh
ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan hormone insulin. Berbeda dengan tipe 1,
penderita DM tipe 2 memiliki pankreas yang mampu menghasilkan insulin namun tidak
dapat mencukupi kebutuhan metabolisme gula yang terdapat pada tubuh. Gejala klinis
yang ditimbulkan oleh para penderita DM adalah poliurea atau banyak kencing,
polidipsia atau sering haus, polifagia atau sering merasa lapar, dan berkurangnya berat
badan secara tiba-tiba yang tidak diketahui jelas penyebabnya. Jika tidak dilakukan lebih
lanjut maka akan membawa dampak kepada jenis komplikasi yang lain yang dapat
mengganggu fungsi kesehatan organ penting lain. Selain itu, pada penderita diabetes
sering terjadi kesuliyan dalam proses penyembuhan luka sehingga pada beberapa kasus
luka pada penderita diabetes berujung pada proses amputasi.

Kondisi gigi yang dapat terjadi pada seseorang dengan penyakit diabetes mellitus adalah

1. Xerostomia atau Mulut Kering

Kadar glukosa yang tidak dapat dikontrol menyebabkan adanya penurunan produksi
air liur sehingga mulut menjadi terasa lebih kering. Air liur atau salifa memiliki fungsi
untuk membilas sisa-sisa makanan yang terdapat di dalam mulut. Hal tersebut selain
dapat menyebabkan lebih banyak penumpukan sisa-sisa makanan yang terdapat
dalam rongga mulut, juga dapat menimbukan rasa yang tidak nyaman di dalam gigi.
Ketersediaan banyak glukosa yang terdapat dalam darah menyebabkan bakteri
menjadi mudah untuk tumbuh dan berkembang. Dari hasil studi pustaka sebelumnya
disebutkan bahwa poliurea menjadi salah satu gejala klinis yang ditunjukkan oleh
penderita penyakit diabetes. Intensitas buang air kecil menjadi meningkat yang
menyebabkan jumlah cairan dalam tubuh menjadi berkurang. Berkurangnya cairan
yang terdapat di dalam tubuh dapat membuat jumlah saliva yang diproduksi juga
berkurang. Oleh sebab itu pada penderita diabetes disarankan untuk mengkonsumsi
makanan asam sehingga dapat memicu produksi saliva.

2. Gingitivis dan Periodontisis

Seringkali pada penderita diabetes terjadi peradangan pada sel-sel penyusun jaringan
tubuh yang terdapat di dalam rongga mulut. Komplikasi yang ditimbulkan dari
penyakit diabetes mellitus ini dapat merusak sel-sel darah putih yang dapat
menyebabkan tubuh semakin lemah dalam menghadapi serangan dan infeksi yang
ditimbulkan oleh bakteri. Ketika terjadi peradangan di dalam area rongga mulut maka
tubuh penderita diabetes akan berat melakukan perlawanan terhadap virus. Faktor
lain yang memperparah periodontitis adalah kondisi dalam rongga mulut itu sendiri
dengan adanya penumpukan plak, terbentuknya karang gigi, dan keadaan infeksi
sistemik yang dialami oleh tubuh. Rusaknya jaringan pada periodontal menyebabkan
gusi kesulitan untuk menopang gigi sehingga lama kelamaan gigi akan menjadi
goyang. Tingginya kasus penyakit periodontal pada masyarakat namun tidak dengan
kesadaran terhadap penyakit ini, padahal penyakit ini adalah penyebab utama
hilangnya gigi pada oarng dewasa. Periodontitis merupakan salah satu dari enam
komplikasi terbesar oleh penyakit diabtes. Hampir 80% dari penderita diabetes
mellitus mengalami masalah pada gusi. Pasien mengeluhkan gusi yang mudah
berdarah dan warna gusi yang tidak normal yaitu mengkilat. Hal itu dapat
diakibatkan oleh berkurangnya produksi air liur, sehingga terjadi penumpukan sisa
makanan yang kemudian menempel pada permukaan gigi serta memberikan dampak
infeksi pada gusi dan mudah berdarah.

3. Sariawan
Sariawan memang tidak hanya dialami oleh penderita diabetes mellitus saja,
kebanyakan orang dapat menderita sariawan. Dengan keadaan pasien diabetes
yang memiliki kesulitan dalam proses penyembuhan luka, membuat pasien
diabetes mellitus menjadi rentan terhadap infeksi yang terjadi di rongga mulut.
Dengan adanya masalah pada sistem ketahanan tubuh atau imunitas kemudian
menimbulkan berbagai jenis penyakit akibat tingginya kandungan gula dalam
darah dan air liur penderita diabetes.
4. Perasaan Terbakar pada Mulut
Penderita diabetes banyak mengeluhkan tentang sensasi terbakar atau kebas rasa
pada mulutnya. Bahkan dalam beberapa kasus, penderita diabetes dapat
mengalami mati rasa di seluruh wajah.

5. Karies Gigi
Sama seperti kasus sariawan pada pendertia diabetes mellitus, karies gigi juga
tidak tejadi pada penderita penyakit diabetes saja. Namun dapat meningkatkan
kemungkinan terbentuknya karies pada gigi karena pada penderita diabetes
mellitus, aliran darah menjadi lebih lambat sehingga meningkatkan kemungkinan
infeksi akibat darah yang mengandung banyak gula yang berperan sebagai
substrat kariogenik.

Penderita Diabetes Melitus dengan kondisi kebersihan mulut yang buruk dan adanya
angiopati diabetik menyebabkan suplai oksigen berkurang sehingga bakteri anaerob
mudah berkembang. Karies gigi terjadi oleh karena bakteri-bakteri tertentu yang
mempunyai sifat membentuk asam, sehingga pH rendah dapat menyebabkan pelarutan
progresif mineral enamel secara perlahan dan membentuk fokus perlubangan. Pasien
dengan Diabetes Mellitus lama yang tidak terkontrol akan berpengaruh pada karies gigi,
karena bertambahnya karbohidrat yang dapat difermentasikan di dalam saliva penderita
dan merupakan medium yang sesuai untuk pembentukan asam sehingga memudahkan
terjadinya karies. Karena di mulut ada jutaan bakteri yang dibutuhkan (flora normal).

KESIMPULAN

Penderita diabetes cenderung menunjukkan gejala klinis yang dapat dipelajari oleh
seorang dokter gigi seperti produksi saliva yang berkurang yang menyebabkan mulut
penderita pasien menjadi telatif lebih kering. Dengan adanya kandungan glukosa yang
tinggi dalam darah, akan memperburuk keadaan yang dialami oleh penderita gangguan
kesehatan mulut dan gigi.

DAFTAR PUSTAKA

Azodo., 2009, Current trends in the management of diabetes mellitus: the Dentist’s
perspective, Journal of Postgraduate Medicine, Nigeria. Hal 113-129.

College of Registered Dental Hygienists of Alberta,.2009, The Dental Hygiene Process of


Care (Registrants Handbook), Journal Practice Standards College of Registered Dental
Hygienists of Alberta. Edmonton, AB: CRDHA, section 5, Hal 1-21.
Darby dan Walsh., 2003, Dental Hygiene Theory And Practice 2nd Edition, Sander,
Missouri-USA, Hal : 345- 367.

Darby dan Walsh., 2005, Dental Hygiene Theory And Practice 2nd Edition, Sander,
Missouri-USA. Departemen Kesehatan R.I., 2005,

Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan, Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta.

Gurenlian R Joann, dkk., 2008, Diabetes Mellitus: Promoting Collaboration among Health
Care Professionals, Journal of Dental Hygiene, the American Dental Hygienests
Association, Vol. 83, Hal 1-13. Jones., 2012, The Dental Hygiene Process of Care
(Registrants Handbook), Journal Standards of Practice, College of Dental Hygienists of
Ontario (CDHO), Toronto, Orascoptic, Hal 1-19.

Potter & Perry., 2006, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa :

Renata Komalasari, dkk. Jakarta: EGC. Wilkins, EM., 2005, Clinical Practice of Dental
Hygienist 9th edition, Lippincot Williams &Wilkins, Massachusetts-USA. Hal 323-912.

Respati, Titi Nindya.Iwanda.Hubungan diabetes mellitus dengan karies gigi .Semarang;


UNDIP,2006.

Robert, P.Langlais, Graig S. Miller , Kelainan Rongga Mulut, Hipokrates 1992

Schuurs HB. Patologi gigi-geligi, kelainan-kelainan jaringan keras gigi. Yogyakarta; UGM,
1992; 135-152.

Sjaifoellah Noer. Buku ajar penyakit dalam Jilid I. Edisi ke-3. Jakarta : FKUI, 1996 : 571 -
622.

Wyche CJ, dkk., 2009, Planning for Dental Hygiene Care, Journal Dental Hygiene
Diagnosis and Care Planning, Section 4, Chapter 21, Hal 353-368

Anda mungkin juga menyukai