Anda di halaman 1dari 18

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang


sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk pengendalian diri,
keperibadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan merupakan kegiatan pembelajaran yang
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar melalaui interaksi anatar
murid, murid dengan guru, lingkungan dan sumber belajar linnya mencapai
kopetensi dasar. Pengalaman belajar yang di maksud dapat terwujud melalaui
penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada
murid, pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
murid (Sarwanto, 2014:32).
Kurikulum nasional sejak tahun ajaran 2013/2014. Sebagai kurikulum
nasional, Kurikulum 2013 memenuhi kedua dimensi kurikulum yang pertama
adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran dan
yang kedua adalah cara yang digunakan untuk pembelajaran. Kuriklum 2013
bertujuan untuk memepersiapkan manusia indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mamapu berkontrubusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan beradapan dunia.
Setandar kopetensi IPA merupakan standar minimum yang secara nasional
harus di capai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan
kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan
pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan
pengetahuan sendiri difasilitasi oleh guru. Penerapan IPA perlu dilakukan secara
bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. IPA di perlukan
dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Oleh karna itu
pembelajaran IPA di UPTD SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui pengunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah.
Proses pembelajaran IPA pada kenyataannya guru masih minim sekali
dalam memperkenalkan kerja ilmiah kepada siswa, padahal kerja ilmiah
merupakan salah satu ciri penting dari esensi matapelajaran IPA. Metode
pembelajaran yang terlalu berorentasi kepada guru cenderung mengabaikan hak-
hak dan kebutuhan, serta pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga peroses
pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, mencerdasakan tidak
dirasakan oleh anak. Pembelajaran IPA yang terlalu berorentasi terhadap
pengauasaan teori dan hafalan inilah yang menyebabkan kemampuan belajar
peserta didik menjadi terhambat.
Kondisi riil yang terjadi dikelas V UPTD SD N 3 Ketapang dari hasil
observasi awal diketahui guru kurang menerapkan pendekatan pembelajaran
inovatif yang berpusat pada siswa (students centered), Proses pembelajaran hanya
sebatas pada penanaman konsep saja, dalam memulai pembelajaran guru belum
bisa membuat kaitan antara materi dan lingkungan sekitar yan relavan dengan
kehidupa sehari-hari siswa, Proses pembelajaran hanya sebatas pada penanaman
konsep saja yang di berikan secara hafalan oleh guru, siswa belum diberikan
melalui proses penemuan-penemuan yang berorentasi pada masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Permasalahan pada pembelajaran IPA adalah guru kurang
mengkondisikan siswa agar belajar bekerja sama dalam kelompok, karna untuk
memecahkan suatu masalah diperlukan diskusi oleh beberapa siswa dilibatkan
pada proses pembelajaran. Sehingga siswa kurang dalam pembelajaran yang
berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut
guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak
membosankan. Kegiatan tersebut dapat tercipta apa bila guru menggunakan
metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang relavan dengan materi IPA
yang akan diajarkan serta menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat.
Lebih jauh dipaparkan hasil analisis terhadap nilai ulangan harian semester 2
tahun 2021/2022 siswa kelas V UPTD SD N 3 Ketapang pada matapelajaran IPA
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan
berdasarkan surat keputusan sekolah UPTD SD N 3 Ketapang tahun 2021 yaitu >
60.71.
Hasil ulangan harian dari 28 siswa terdapat 2 siswa (7,14%) yang
mendapatkan nilai di atas KKM, sedangakan sisanya 18 siswa (64,28%) nilainya
dibawah KKM. Untuk hasil ulangan harian semester 2 tahun 2021/2022 siswa
kelas V UPTD SD Negeri 3 Ketapang pada matapelajaran IPA diperoleh nilai
terendah 50, nilai tertinggi 80 dan nilai rata-rata 60,71 Kolaborasi yang dilakukan
dengan guru kelas V UPTD SD N 3 Ketapang, alternatif tindakan untuk
memecahkan permasalahan tersebut adalah penerapan metode eksperimen
berbasis lingkungan khususnya dalam mata pelajaran IPA.
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu
faktornya, yaitu minat belajar siswa. Jika minat belajar siswa meningkat, Prestasi
belajar juga akan meningkat. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa salah
satu upaya yang bisa di lakukan adalah dengan cara meningkatkan minat belajar
siswa. Sedangkan salah satu cara meningkatkan minat belajar siswa, yaitu dengan
cara pembelajaran dengan meggunakan alat bantu media berupa multimedia
interaktif Rohmani, R. (2019). Pembelajaran IPA akan disenangi siswa jika dalam
menyajikan materi IPA dikemas dengan menggunakan media yang tepat, yaitu
dalam bentuk multimedia interkatif. Media tersebut di dalamnya memuat bukan
hanya gambar saja, melainkan juga berisi vidio, animasi, dan juga interaksi.
Penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajara IPA akan mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa Rohmani, R. (2019).
Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar.
Tahap perkembangan anak usia SD yang masih dalam tahap operasional konkrit
mengharuskan guru untuk membuat skenario pembelajaran yang lebih nyata, bisa
dilihat, diraba, dan dirasakan. Lingkungan inilah yang dapat dimanfaatkan guru didalam
pembelajaran untuk memanipulasi konsep-konsep menjadi lebih nyata. Seorang guru
bisa memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana
belajar, sehingga tujuan pembelajaran IPA SD dapat tercapai dengan baik. Lingkungan
yang ada di sekitar anak-anak merupakan salah satu sumber belajar yang dapat
dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Sumber
belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak
karena mereka belajar tidak terbatas pada apa yang ada di dalam kelas.
Konsep pembelajaran dengan menggunakan lingkungan merupakan sebuah
konsep pembelajaran yang mengidentikkan lingkungan sebagai salah satu sumber
belajar. Terkait dengan hal tersebut Uno dan Nurdin (2011) berpendapat bahwa
lingkungan dapat digunakan sebagai sumber inspirasi dan motivator dalam
meningkatkan pemahaman peserta didik. Kelebihan konsep pembelajaran dengan
menggunakan lingkungan adalah sebagai berikut: peserta didik dibawa kedalam dunia
yang konkrit, lingkungan dapat digunakan setiap saat, tidak membutuhkan biaya, dan
peserta didik akan lebih leluasa dalam berfikir dan cenderung untuk memikirkan materi
yang di ajarkan karena materi bersifat konkrit. Di sini yang dimaksud peneliti berbasis
lingkungan adalah lingkungan fisik yang digunakan sebagai sumber belajar yaitu bisa
berupa bendabenda atau peristiwa yang langsung dapat kita pergunakan sebagai
sumber belajar serta perlakuan percobaan yang sesuai dengan fakta yang terjadi,
sehingga diharapkan tercipta sebuah kegiatan belajar yang akan lebih menarik bagi anak
karena keberagaman sumber belajar yang disediakan oleh lingkungan. Penerapan
metode eksperimen berbasis lingkungan dapat meningkatkan keterampilan guru,
aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar siswa dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA.
Latar belakang di atas dijadikan landasan peneliti mengkaji penelitian tindakan
kelas dengan judul meningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Metode Eksperimen
Berbasis Lingkungan Siswa Kelas V UPTD SD Negeri 3 Ketapang.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat didefinisikan sebagai


berikut.
a. Apakah metode eksperimen berbasisi lingkungan yang berpusat pada guru
yang diterapkan selama ini sudah dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran sisiwa?
b. Apakah melalui penggunaan berbasisi lingkungan dalam pembelajaran
IPA siswa kelas V UPTD SD Negeri 3 Ketapang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran siswa?

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka batasan masalah dalam


penelitian ini adalah meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui metode
eksperimen berbasis lingkungan siswa kelas V UPTD SD Negeri 3 Ketapang
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas, masalah pada penelitian ini


dirumuskan sebagai berikut.
a. Apakah dengan menggunakan metode eksperimen berbasis lingkungan
dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keterampilan pembelajaran
guru?
b. Apakah dengan menggunakan metode eksperimen berbasis lingkungan
dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas siswa?
c. Apakah dengan menggunakan metode eksperimen berbasisi lingkungan
dalam pembelajaran IPA hasil belajar siswa akan meningkat?

1.5 Tujuan Penelitian

a. Meningkatkan keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA


dengan menggunakan metode eksperimen berbasis lingkungan.
b. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V UPTD SD N 3 Ketapang
dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan metode
eksperimen berbasis lingkungan.
c. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V UPTD SD N 3 Ketapang dalam
pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen berbasis
lingkungan.

1.6 Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat berguna bagi dunia pendidikan.
Adapun kegunaan yang diharapkan adalah sebagai berikut.
a. Bagi siswa:
1) Metode eksperimen berbasisi lingkungan dapat menumbuhkan
minat belajar siswa pada pembelajaran IPA, sehinggga IPA
menjadi mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi
siswa.
2) Melatih siswa menyusun hipotesis dan variabel dari suatu
percobaan
3) Meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah
dan fenomena alam secara ilmiah
4) Meningkatkan pemahaman siswa dalam mengkaji permasalahan
IPA yang berwawasan lingkungan.
5) Melalui metode eksperimen berbasis lingkungan dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA.
b. Bagi Guru:
1) Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi guru tentang
metode eksperimen berbasis lingkungan.
2) Dapat dijadikan guru sebagai sarana evaluasi dan perbaikan
terhadap pembelajaran IPA yang sudah di berikan.
3) Guru dapat mengembangkan dan menciptakan pembelajaran yang
terampil untuk mengembangkan dan melakukan inovasi
pembelajaran.
4) Sebagai sarana guru memecahkan masalah yang ditemui dalam
pembelajaran IPA dengan solusi yang kretif dan inovatif.
5) Melalui metode eksperimen berbasis lingkungan dapat
meningkatkan keterampilan mengajar guru dalam pembelajaran
IPA.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Pembelajaran


2.1.1 Belajar

Kualitas pembelajaran dapat diartikan dalam intensitas keterkaitan


sistemik dan sinergis antara guru, siswa, iklim pembelajaran, serta media
pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai
dengan tuntutan kurikuler (Haryati & Rochman. 2012). Menurut Daryanto
menyebutkan bahwa kualitas pembelajaran adalah suatu tingkatan pencapaian dari
tujuan pembelajaran awal termasuk didalamnya adalah pembelajaran seni, dalam
pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
pengembangan sikap peserta didik melalui proses pembelajaran dikelas (Prasetyo,
2013).

Tujuan pembelajaran yang sudah tercapai akan menghasilkan hasil belajar


yang optimal dari peserta didik, kualitas dapat dimaknai sebagai mutu atau
keefektifan. Kualitas pembelajaran memiliki indikator menurut Depdiknas dalam
Prasetyo (2013) antara lain: 

a. Perilaku pembelajaran pendidik (guru) 


Keterampilan dalam mengajar seorang guru menunjukkan karakteristik
umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan
keterampilan yang diwujudkan dalam bentuk tindakan. 
b. Perilaku atau aktivitas siswa 
Disekolah banyak aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah.
Aktivitas sekolah tidak hanya belajar, membaca buku mencatat ataupun
mendengarkan guru mengajar. Aktivitas siswa bisa berupa aktivitas diluar
kelas, ekstrakuliler atau kegiatan lainnya. 
c. Iklim pembelajaran 
Iklim pembelajaran dapat berupa suasana kelas yang kondusif dan suasana
sekolah yang nyaman. 
d. Materi pembelajaran 
Materi pembelajaran yang berkualitas terlihat dari kesesuaikannya dengan
tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus ditempuh. 

e. Media pembelajaran 
Media pembelajaran menciptakan suasana belajar menjadi aktif,
memfasilitasi proses interaksi antara siswa dan guru, siswa dan siswa,
siswa dan ahli bidang ilmu yang relevan. 
f. Sistem pembelajaran 
Sistem pembelajaran disekolah mampu meunjukkan kualitasnya jika
sekolah menonjolkan ciri khas keunggulannya, memiliki penekanan dan
kekhususan lulusannya. 

2.2 Hakikat Pembelajaran IPA di SD


Belajar merupakan akibat adanya intraksi antara stimulus dan respons.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
prilakunya. Menurut Slameto (2015:2) “Belajar ialah suatu proses yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam intraksi dengan
lingkungannya”. Adapun menurut Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono
(2015:10) “Belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya
menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun”.
Menurut Ihsana (2017:4) “Belajar adalah suatu aktivitas di mana terdapat sebuah
proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa
menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal”. Menurut Syaiful dan Aswan
(2014:5) “Belajar adalah perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan.
Artinya adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau
pribadi”.
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa
Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) atau science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam,
yaitu ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini
(Samatowa, 2016).
Menurut Darmojo (Samatowa, 2016) IPA adalah pengetahuan yang
rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Selain itu,
menurut Nash (dalam Samatowa, 2016, hlm. 3) menyatakan bahwa IPA adalah
suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa
cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta
menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga
keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang
diamatinya. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara
sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan
oleh manusia Samatowa (2016).

Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana siswa melakukan


percobaan tentang suatu hal, mengamati dan mengalami prosesnya, membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajarinya, kemudian hasil pengamatan dan percobaan
tersebut disampaikan ke kelas untuk dievaluasi bersama. Melalui metode
eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk belajar sendiri, mengikuti proses,
mengamati objek, menganalisis, menarik pembuktian, dan mengambil kesimpulan
sendiri dari proses yang dilakukan. Metode eksperimen merupakan suatu
percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Metode
eksperimen merupakan suatu cara penyajian pembelajaran yang melibatkan
peserta didik secara langsung untuk membuktikan sebuah teori dari materi dan
pembelajaran yang didapatkannya.
Tujuan metode eksperimen adalah untuk melatih siswa agar mampu
mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang
dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Melalui pembelajaran
eksperimen, siswa dapat terlatih dengan cara berpikir ilmiah (scientific thinking).
Metode eksperimen memberikan pengalaman kepada siswa untuk menemukan
bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Menurut Roestiyah (2012), beberapa prosedur yang perlu dilakukan sebelum


pelaksanaan metode eksperimen adalah sebagai berikut: 

a. Perlu dijelaskan kepada peserta didik tentang tujuan eksperimen, mereka


harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen. 
b. Memberi penjelasan kepada peserta didik tentang alat-alat serta bahan-
bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus
dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. 
c. Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan peserta
didik. Bila perlu dengan memberi saran atau pertanyaan yang menunjang
kesempurnaan jalannya eksperimen.
d. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian
peserta didik, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau
tanya jawab.

Langkah-langkah Metode Eksperimen 

Setelah prosedur pelaksanaan metode eksperimen sudah dilakukan, selanjutnya


adalah pelaksanaan metode eksperimen melalui tahapan atau langkah-langkah
sebagai berikut (Hamdayana, 2016): 

a. Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang


didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.
Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari. 
b. Pengamatan merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan.
Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa yang terjadi
saat eksperimen berlangsung.
c. Hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan
hasil pengamatannya.
d. Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan dari dugaan awal yang telah
dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan
merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan dan selanjutnya
dapat melaporkan hasilnya. 
e. Aplikasi konsep, merupakan kegiatan memberikan contoh konkret dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan teori dan percobaan yang sudah
dipelajari.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen 

Setiap metode pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan


masing-masing, begitu juga dengan metode eksperimen. Menurut Hamdayana
(2016), kelebihan dan kekurangan metode eksperimen adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan metode eksperimen 

Kelebihan atau keunggulan metode eksperimen adalah sebagai berikut: 

1. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima
kata guru atau buku.
2. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang
dituntut dari seorang ilmuan.
3. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-
terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

b. Kekurangan Metode Eksperimen 


Kekurangan atau kelemahan metode eksperimen adalah sebagai berikut:

1. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik


berkesempatan mengadakan eksperimen.
2. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus
menanti untuk melanjutkan pelajaran. 
3. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dengan
teknologi.

lingkungan bisa dijadikan media pembelajaran karena lingkungan tidak


hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia bisa juga
dimanfaatkan sebagai pembelajaran sebagai pendidikan. Belajar tidak
harus menggunakan buku sebagai media belajar kita bisa memanfaatkan
lingkungan sebagai media pembelajaran. Mengajar tidak harus
menyampaikan materi. saat berada didalam kelas murid sering kali
merasakan yang namnnya jenuh tugas pengajar bagaimana cara kita agar
proses belajar jadi lebih aktif. Guru yang kreatif serta memiliki
kemampuan untuk mengubah proses belajar lebih menarik. Dengan kata
lain belajar adalah suatu proses yang kompleks dan terjadi pada setiap
orang sepanjang hidupnya sejak lahir hingga manusia mati.

Aktifitas diluar sekolah sangatlah disukai oleh murid tetapi kita harus
memperhatikan dan memberi arahan. Memanfaatkan lingkungan sebagai
media pembelajaran tidaklah muda pertama kita harus

1.mempersiapkan materi

2.menentukan lingkungan yang akan digunakan untuk belajar

3. memberi arahan dan bimbingan selama proses belajar Lingkungan yang


bisa kita gunakan untuk sumber belajar yaitu lingkungan sosial,buatan,dan
lingkungan alam. Lingkungan sosial adalah lingkungan yang mengajarkan
kita tentang sosial tentang interaksi terhadap sesama manusia kita
diajarkan untuk bersosialisasi dengan baik masyarakat merupakan tempat
pendidikan yang jenisnya beragam dan pula umumnya sulit diselaraskan
antara satu sama yang lain. Lingkungan alam segala sesuatu yang sifatnya
alamiah seperti keadaan geografis,ilklim,suhu udara. Dengan mempelajari
lingkungan alam siswa dapat lebih memahami materi pelajaran disekolah
serta dapat menumbuhkan cinta alam. Lingkungan buatan lingkungan
yang sengaja diciptakan oleh manusia atau yang sudah didesain
sebelumnya. Lingkungan tersebut dapat dimanfaatkan sekolah untuk
proses belajar.diluar jam pelajaran dalam bentuk penugasan terhadap siswa
atau dalam waktu khusus sudah dipersiapkan Mengapa lingkungan
dianggap sebagai sumber belajar? Karena belajar tidak hanya
menggunakan buku saja kita juga bisa memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber pembelajaran. Lingkungan belajar yaitu tempat yang berfungsi
sebagai lapangan terlaksananya suatu pembelajaran. Pentingnya
lingkungan sebagai sumber belajar:  Memberikan pengalaman 
Memberikan pengetahuan  Memberikan kesadaran apa yang telah
dilakukan orang-orang yang tidak bertanggung jawab atas perbuatannya
yang menyebabkan rusaknya lngkungan Mengetahui pentingnya
lingkungan sebagai kehidupan kita Lingkungan adalah sarana belajar yang
baik kita tidak perlu susah mengeluarkan biaya yang banyak atau membeli
bahan yang akan digunakan. Kita bisa langsung mengajak anak-anak pergi
melihat seperti apa lingkungan itu secara langsung Farnidah, R. (2018).
III. METODE PRNRLITIAN

3.1 Metode Penelitian


Penelitian yang akan dilakuakan adalah peneliti jenis tindakam kelas atau
yang di kenal sebagai PTK. Melalui penelitian ini, proses belajar dan mengajar di
dalam kelas dapat di tingkatkan. Dalam penerapanya, perlu adanya bantuan dari
guru lain sebagai kolaborasi/mitra kerja, dalam hal inikolabolator yang di maksud
adalah salah satu guru mata pelajaran IPA kela V di UPTD SD Negeri 3 Ketapang
yang kelasnya digunakan sebagai tempat penelitian.
Penelitian ini terdiri dari 3 siklus; setiapsiklus terdidri dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan, atau pengamatan, dan refleksi. Hasil reflksi siklus
sebelumnya menjadi dasar perbaikan pada siklus yang selanjutnya. Adpun tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaan IPA melalui
metode eksperimen berbasisi lingkuan siswa kelas V UPTD SD Negeri 3
Ketapang.

3.2 Prosedur Penelitian


a. Perencanaan
Perencanaan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh
siapa dan bagaimana tindakan itu dilaksanakan. Peneliti mengadakan
pengamatan pembelajaran IPA di kelas V UPTD SD Negeri 3 Ketapang..
Tahap perencanaan ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menyiapkan RPP skenario pembelajaran dengan penerapan metode
eksperimen berbasis lingkungan.
2) Menyiapkan alat dan bahan untuk melaksanakan metode
eksperimen berbasis lingkungan.
3) Menyiapkan sumber belajar.
4) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS).
5) Menyiapkan instrumen berupa lembar observasi dan catatan
lapangan.
6) Menyiapkan alat evaluasi berupa soal tes.
b. Pelaksanakan Tindakan
Pelaksanaan tindakan terdiri dari tiga siklus, masing-masing siklus dua
kali pertemuan. Setiap pertemuan menggunakan metode eksperimen
berbasis lingkungan.
c. Observasi Kegiatan observasi dilakukan secara kolaboratif dengan
melibatkan guru kelas untuk mengamati keterampilan guru, aktivitas
siswa, dan hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran IPA dengan
menggunakan metode eksperimen berbasis lingkungan. Hasil observasi di
catat dalam lembar observasi untuk dianalisis dan dilakukan refleksi.
d. Refleksi
Refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang
telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul pada saat proses
observasi, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan
berikutnya. Observer mengkaji keterampilan guru, aktivitas siswa, serta
kesesuaian terhadap sasaran indikator yang tercapai. Kemudian
kesemuanya itu akan dijadikan acuan bagi peneliti bersama tim kolaborasi
dalam membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di UPTD SD Negeri 3 Ketapang

3.4 Subjek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di UPTD SD Neger 3
Ketapang. Jumlah total siswa kelas V dalam penelitian ini berjumlah 28
orang; dimana terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 15 orang perempuan
.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen peneitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Dalam penelitian ini, alat yang di gunakan untuk mengumpulkan data
adalah berupa tes tertulis. Tes tertulis digunakan untuk menilai adanya
peningkatan hasil belajar yang terjadi dalam akhir setiap siklus.
Didalam stiap siklus, dilakukan evaluasi atautes terhadap materi yang
telah di ajarkan.
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Metode tes
Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah
pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat
pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang
dipersyaratkan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Tes dalam
penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa
terhadap materi IPA yang dilaksanakan.
b. Metode observasi
Observasi adalah mengamati dengan suatu tujuan, dengan
meggunakan berbagai teknik untuk merekam atau memberi kode pada apa
yang diamati. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk
memperoleh data tentang keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen
berbasis lingkungan. Data tersebut diperoleh melalui instrument peneliti
c. Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mengetahui keadaan lapangan
ketika dilakukan pembelajaran IPA dengan metode eksperimen berbasis
lingkungan, sebagai bahan refleksi untuk menentukan rencana tindakan
siklus berikutnya, sehingga perjalanan proses pembelajaran antar siklus
dapat dievaluasi kemajuannya dan memperjelas hasil observasi. Catatan
lapangan digunakan untuk merekam kegiatan selama proses pembelajaran
dari siklus pertama sampai siklus ketiga yang belum tercantumkan pada
alat pengumpulan data yang lain.
d. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui daftar nama
siswa kelas V UPTD SD Negeri 3 dan data awal yang didapatkan dari
beberapa nilai hasil tes, catatan lapangan. Metode dokumentasi juga
digunakan saat penelitian berlangsung berupa beberapa foto dan video
siswa selama penelitian dilakukan.
3.5.2 Indikator Tindakan
Metode eksperimen berbasisi lingkungan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA, Peneliti menentukan indikator tindakan yaitu hasil
belajar.
Untuk hasil pembelajaran, diharapkan ada peningkatan kemampuan siswa
yang berupa meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. Diharapkan pada
siklus pembelajaran terakhir nanti 70% siswa dapat mencapai KKM atau
kriteria ketuntasan minimal sebesar 60.

3.5.3 Teknik Analisis Data


Analisis data digunakan untuk menggambarkan kesimpulan dari hasil data
penelitian yang telah dikumpulkan. Analisis data hasil penelitian secara
deskriptif juga digunakan untuk mendeskripsikan hasil dan temuan selama
proses belajar dan mengajar dalam penelitian berlangsung. Adapun data
yang di anaisis adalah data setiap akhir siklus.
Berdasarkan kreteria ketuntasan minimal (KKM) dari sekolah, siswa dapat
dikategorikan berhasil apabila merka mencapai atau melampaui KKM yang
telah di tentukan tersebut, yaitu sebesar 60. Ketentuan hasil peningkatan
belajar siswa tercapai apabila 70% siswa telah mencapain KKM, sehingga
pada akhirnya dapat di katakan bahwa tindakan kelas yang dilakukan selama
penelitian berhasil dengan baik.
Adapun untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai kriteria
ketuntasan minimum (KKM) digunakan rumus:
R = M x 100%
N

Keterangan :
R : Persentase siswa yang tuntas belajar
M : Banyak siswa yang tuntas belajar
N : Banyak siswa kese

DARTAR PUSTAKA

Fatimah, S., & Kartika, I. (2013). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar Berbasis
Pendidikan Karakter. Al-Bidayah: jurnal pendidikan dasar Islam, 5(2).
Wedyawati, N., & Lisa, Y. (2019). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
Deepublish.
Riadi, Muchlisin. (2021). Metode Eksperimen (Pengertian, Tujuan, Jenis,
Prosedur dan Tahapan). Diakses pada 4/12/2022,
Haryati, Titik dan Noor Rochman. 2012. Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan
(Project Citizen). Jurnal Ilmiah CIVIS. Vol. 2, No.2. Tahun 2012.
Didik Prasetyo. (2013). “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Perilaku Belajar
Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas
Brawijaya”.
Rohmani, R. (2019). Pembelajaran IPA Berbasis Multimedia Interaktif Untuk
Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Siswa. Eksponen, 9(1), 67–78.
https://doi.org/10.47637/eksponen.v9i1.134

Anda mungkin juga menyukai