Anda di halaman 1dari 16

Nama : Amanda Willia

NIM : 20201241005

Kelas : Pendidikan Bahasa dan Sastra


Indonesia ‘2020’

PUISI, CERPEN, NASKAH DRAMA

Gelap Gulita

Bundaku seperti binatang

Tega meninggalkan kandungnya sendiri

Kiamat sudah lama hadir

Aku bersorak menyambutnya

Aku hanya ingin berjumpa dengan ayah

yang telah mati dimakan kemusyrikan

Jiwanya masih ada di diriku

Butuh raga untuk bersua dengan ayah

Orang berdasi inilah mangsanya

Datanglah pada neraka

Maka akan kurobek kebaikanmu


Demi nikmatnya memeluk kasih seorang ayah
Putih yang Hitam

Matahari terbit dari ufuk timur. Cuaca di pagi ini benar-


benar panas. Cahayanya terang benderang memenuhi
kaca rumah gadis remaja labil itu. Sinar jingga datang
dan menembus mata Lyla Koora Dazk, walaupun
sinarnya menjadi hitam. Cerahnya pagi benar-benar
membangunkan Lyla dari mimpi pahitnya. Genap dua
purnama ia tak bisa menjalankan ritualnya.

Diambilah toples kue yang sudah hilang penghuninya, ia


lempar toples itu ke kaca “Prangggg!”. Lyla benar-benar
frustasi dan menitihkan air matanya yang sudah habis itu
sembari pergi ke ujung lorong rumahnya. Ia
membayangkan bagaimana teman-temannya bisa setega
itu dengan dia, sebelumnya mereka berteman. Kini
mereka saling bermusuhan.

“Pagi ini kelabu seperti biasanya”, kata Lyla dengan


naiknya salah satu alis.

Tetapi, ia tetap harus bersekolah. Gadis 12 tahun itu


berjalan lemas mengambil handuk lembut berwarna
hitam kesukaannya. Kemudian menyiapkan baju dan
sarapan dengan menu daging rusa yang diolah oleh
dirinya sendiri. Lyla berlari menuju ke pintu rumah
besarnya dan menaiki angkot yang sudah lama mangkal
didepan rumahnya.

“Aku rindu ayah”, batinnya.

Dua bulan yang lalu, Lyla masih asyik bermain dengan


teman-teman sekolahnya. Sibuk melempar pesawat
kertas, bermain bola, bermain petak umpet telah menjadi
kebiasaan yang Lyla senangi. Ia tak tahu bahwa akhir-
akhir ini, para teman Lyla berubah sikap.

“Anak nakal, anak nakal”

“Anak setan, anak setan”

Berlari Lyla dan menangis di kamar mandi sekolah.


Anehnya seluruh guru tak ada yang menghiburnya dikala
ia benar-benar membutuhkan sosok dewasa
disampingnya. Entah memang karena Lyla yang sulit
untuk diajak berbicara, atau memang dengan sengaja
para guru menjauhi Lyla.

Kala itu, jam olahraga tiba. Seluruh murid kelas Ceria


menghadiri kelas olahraga dengan rasa semangat yang
tinggi. Datanglah Lyla, ia membantu Bu Ester
mengambilkan bola di gudang gelap. Tetapi, ia kesal
karena mengambil bola itu sendiri. Raut wajahnya
berbeda dari sebelumnya. Lyla dipenuhi amarah, tapi ia
masih mencoba untuk menahannya.

Saat bel istirahat berbunyi, Lyla dan kawan-kawannya


bergegas untuk mengganti pakaian kotor mereka dengan
seragam berbau khas laundry yang mereka bawa dari
rumah. Dari kamar ganti, Lyla berteriak.

“Teman-teman ambilkan seragamku di tas ransel!”, teriak


Lyla meminta tolong kepada teman-temanya.

“Teman-teman ambilkan seragamku cepat!”, teriak Lyla


lagi.

Dua jam kemudian Lyla menunggu di kamar mandi.


Berdiam diri, mengharapkan temannya datang
membawakan seragamnya. Akhirnya Bu Ester pergi ke
kamar ganti dan menanyakan keberadaan Lyla dimana.

“Lyla dimana kamu? Ibu Guru Ratu sudah datang di kelas.


Kelas matematika segera dimulai”, teriak Bu Ester
mencari Lyla.

“Bu saya disini! Kamar ganti pintu nomor 3”, teriakan


Lyla menjawab tanpa adanya kepanikan.

“Ya ampun nak, lama sekali kamu berada diruang ganti.


Apakah kau baik-baik saja?”, tanya Bu Ester

“Tidak bu, teman-temanku bertindak buruk padaku. Aku


membenci mereka!”, ujar Lyla.

Bu Ester segera membawakan Lyla seragam ganti dari


kantin dan meminta Lyla untuk berganti pakaian
secepatnya. Bu Ester khawatir akan keberadaan Lyla
yang basah kuyup di ruang ganti. Tak lama, Bu Ester
membawa Lyla kembali dalam kelas Ceria.

“Teman-temanku jahat semua, lihat bu ini ulah mereka.


Kumintai tolong untuk mengambilkan seragamku yang
tertinggal di kelas namun tak ada yang mau. Aku basah
kuyup dan menunggu selama dua jam diruang ganti
karena mereka bu!”, teriak Lyla tanpa segan menghadap
seluruh teman-teman dan gurunya itu.

“ Tidak bu, Lyla berbohong. Sejak dari pagi ia selalu


memaksa kami untuk membantunya dan berperilaku
aneh”, jawab salah satu gadis yang pakaiannya nyentrik.

“Lihat dirimu Na! Kamu tidak mau mengambilkan


seragam dan masih memarahiku. Sudah begitu, kamu
juga tidak meminta maaf padaku atas perbuatanmu!”,
Lyla menyelah.

“Sudah, sudah. Untuk apa bertengkar, tidak ada yang


salah. Ini hanyalah kesalahpahaman. Nala tidak ada
diruang ganti sewaktu Lyla memintai tolong”, sahut Bu
Ratu menenangkan.

“Iya, lebih baik kita saling bermaaf-maafan. Lihatlah!


Bukankah pertengakaran kali ini membuat seluruh
murid kelas Ceria menjadi muram?”, pinta Bu Ester.

Wajah mereka memerah dipenuhi amarah, dengan


setengah hati mereka meminta maaf.

“Itulah anak-anak pentingnya untuk tidak berburuk


sangka. Dengan demikian, kita terhindar dari musuh-
musuh yang akan membentuk kerugian bagi diri kita
sendiri”, amanah yang disampaikan Ibu Ester.

Sepulangnya dari sekolah, Lyla masih dipenuhi oleh


amarah. Ia membanting semua benda yang ada
dirumahnya. Tak ada yang menghentikannya. Ibunya
lebih memilih menggenggam tangan seorang lelaki
dengan batu akik besar yang bertebaran di jarinya,
daripada menggenggam tangan polos Lyla. Ia sedih harus
kehilangan sosok ayah yang sering menceritakan
dongeng-dongeng untuknya.

Lyla menjadi sosok yang keras kepala setelah kehilangan


kedua orang tuanya. Apa yang diajarkan oleh ayahnya
selalu menjadi sisi baik bagi kehidupan Lyla, namun
ketika membayangkan sang Ibu, ia menjadi sosok yang
sangat sulit untuk diatur. Ia hanya tinggal bersama
dengan pembantunya yang bernama Bi Nem.
Pembantunya itu juga dapat dikatakan kewalahan
dengan sikap Lyla, yang dulunya periang sekarang
menjadi murung dan mudah marah.

Sekolah yang menjadi tempat ternyaman baginya juga


sudah pudar. Setiap hari, hanya cemooh yang Lyla
dengarkan.

“Anak setan!”

“Anak gila!”

Sekuat itu gadis dengan pakaian serba mewah bernama


Nala, mengajak teman-temannya yang lain untuk
mencemooh Lyla dengan kata-kata yang tak pantas.
Setelah kejadian kecil yang menjadi besar dan tidak
adanya ampunan satu sama lain, Lyla hanya
melampiaskan kekesalannya dengan melempar barang-
barang yang berada dirumahnya. Sampai-sampai Bi Nem
mengganti seluruh vas bunga keramik dengan vas bunga
berbahan dasar plastik. Ini mencegah luka yang dapat
sewaktu-waktu mengenai tubuh Lyla.

Sore yang muram ini, Bu Ester datang kerumah Lyla.


Sebenarnya selama ini, Bu Ester mengetahui bahwa Lyla
masih mendapatkan cemooh dari teman-teman lainnya.
Bu Ester hanya memberi teguran pada gadis berpakaian
nyentrik itu, bukan pada Lyla. Tetapi hasilnya tetap sama
saja, sampai akhirnya Bu Ester harus turun tangan pergi
kerumah Lyla.

Inilah saat-saat yang ditunggu Lyla. Ia mengintip dari


jendela kamarnya saat mengetahui Bu Ester datang
kerumahnya. Karena sudah 14 bulan, tak pernah
kehadiran tamu dirumahnya.

Rumah yang bisa dibilang sangat luas, dengan fasilitas


yang lengkap, dan udara yang cukup dipandang Bu Ester
dengan mata telanjang. Ia tak menyangka, bahwa Lyla
hadir dengan keadaan yang banyak anak lain ingin
berada didalamnya.

“Masuk bu!”, Bi Nem menemui Bu Ester dengan senyum


setengah baya itu.

“Keadaan disekolah makin sulit dikendalikan Bu. Saya


mencoba menghubungi orang tua dari anak-anak yang
merundung Lyla, namun tak ada balasan”, raut wajah
sedih menggambarkan perasaan iba Bu Ester pada Lyla.

“Lyla hanya tinggal bersama saya bu, ayahnya meninggal


naas satu tahun yang lalu. Namun, sengaja ibunya tak
memberitahu keluarga lain perihal ayah Lyla telah
meninggal dengan alasan takut Lyla menangis setiap
hari”, cerita Bi Nem bermula sembari memberi air di
cangkir berwarna merah.

“Saya ingin berterus terang saja dengan ibu, Lyla


sekarang semakin labil emosinya. Saya mencoba
menggali informasi mengenai Lyla disekolah. Namun tak
banyak guru yang mau menjelaskan”, lanjut Bi Nem
dengan tatapan sadis.

Bu Ester yang sudah mengerti percakapan ini ujungnya


akan kemana itu, pergi berjalan untuk mencari udara.
Dilihatnya sesuatu yang tak bisa dicerna pikiran. Dimana
bayi rusa bersimpah darah berceceran di taman. Sungguh
pemandangan yang tak mengenakkan mata. Menengok
ke kanan, Bu Ester melihat buku hitam dengan judul
besar “Ilmu Hitam Keluarga Dazk: Menghidupkan Orang
Mati”.

“Benar Bu, ini penyebab keluarga ini hancur. Berawal


dari hal kecil lalu hilangnya nyawa Ayah Lyla, hingga
para guru bungkam mengenai permasalahan Lyla. Ini
penyebabnya”, jelas Bi Nem.

“Satu-satunya jalan agar kehidupan Lyla kembali seperti


awal dan ia dapat hidup dengan ayahnya adalah
kehadiran ibu dirumah ini”, lanjut Bi Nem.

Mendengar hal itu, Bu Ester segera membuka buku itu


dan menemukan tulisan “akan berjumpa 14 bulan
setelah sang ayah dipanggil dan akan kembali”.

Lyla turun dari tangga menyembunyikan serpihan kaca


dibalik badannya dan mengatakan “Bu Ester, sudah lama
saya menyaksikan bagaimana kejamnya ibu saya disini.
Saya lelah menghadapi dunia ini, terlebih satu kesalahan
kecil yang saya buat di sekolah membuat semakin
banyak orang yang membenci saya. Saya juga rindu pada
ayah dan menunggu sampai 14 bulan agar ayah hadir
lagi. Namun, keegoisan ibu saya membuat pertemuan
saya dengan ayah tertunda. Lelah sudah saya berburu
rusa tetapi ayah saya tetap tak kembali. Kebaikan hati ibu
adalah kuncinya, ibu termakan oleh skenario yang saya
buat agar ibu hadir kerumah saya. Ini berarti Ibu adalah
nyawa pengganti ayah saya agar beliau dapat berjumpa
lagi dengan saya”.
Putih yang Hitam

Matahari yang terbit sedang panas-panasnya. Dalam


kegerahan ini seorang anak bernama Lyla muncul dari
balik tirai rumah besarnya.

Bagian 1:

(Lyla berjalan menuju ke ruang tamu sambil membanting


toples kosong)

Lyla: “Hah apaan ini? Kosong? Kurang ajar!”

Lyla: “Mbok cepatlah kesini! Kamu ini sudah dibayar


susah-susah kenapa malas sekali!”

Simbok: “Maaf nyonya, harap ditunggu sebentar saya


akan mengisi toples tersebut dengan daging yang segar”

Lyla: “Sudah tidak usah. Dasar malas”

(Lyla menuju ke kamar mandi. Ia mengambil arang hitam


yang dilumurkan ke seluruh tubuhnya)

Lyla: “Kapan aku bisa menjalankan ritual lagi?”

Bagian 2

Lyla berangkat ke sekolah dan mendapatkan cemooh


dari teman-temannya. Teman-temannya merundungnya
karena menurut mereka, Lyla adalah anak yang aneh.

(Di pagi hari, pelajaran olahraga)

Teman 1: “ Anak nakal, anak nakal”

Teman 2: “Anak setan, anak setan”


Lyla: “Persetan dengan kalian semua!”

Mendengar emosi muridnya, Bu Ester bersegera melerai


dan membantu Lyla untuk menenangkan dirinya.

(Mereka berjalan melewati koridor sekolah dengan


tangisan Lyla yang memecah keheningan koridor)

Lyla: “Ada apa dengan para binatang itu? Kenapa semua


selalu merundungku?” (sembari menangis kencang,
nafasnya naik turun dengan cepat).

Bu Ester: “Lyla anak baik. Mereka merundung Lyla itu


perbuatan yang sangat buruk. Sudah, sekarang Lyla ganti
pakaian dahulu.”

(Bu Ester mengantar Lyla sampai ke kamar ganti dan


meninggalkannya dengan keringat yang sudah
bercucuran)

Lyla: “Teman-teman woy anak setan! Ambilkan


seragamku di tas ransel. Aku sudah masuk ke kamar
ganti, sial!”

(2 jam berlalu dan Lyla masih berada di kamar mandi)

Teman-teman Lyla tidak ada yang mau mengambilkan


Lyla seragam sekolahnya.

(Bu Ester datang mencari Lyla dengan terburu-buru)

Bu Ester: ”Lyla apa kamu masih ada di dalam nak?


Pelajaran matematika sudah dimulai. Bu Ratu sudah
menunggu.”
Lyla: “Bu saya disini! Kamar ganti pintu nomor 3. Saya
kepanasan dan tidak tahu harus apa”

(Bu Ester menuju ke kamar ganti nomor 3 dengan panik)

Bu Ester: “Ya ampun nak, lama sekali kamu berada


diruang ganti. Apakah kau baik-baik saja?”

Lyla: “Tidak bu, teman-temanku bertindak buruk padaku.


Aku membenci mereka!”

Bu Ester segera membawakan Lyla seragam ganti dari


kantin dan meminta Lyla untuk berganti pakaian
secepatnya. Bu Ester khawatir akan keberadaan Lyla
yang basah kuyup di ruang ganti. Tak lama, Bu Ester
membawa Lyla kembali dalam kelas Ceria.

Lyla: “Teman-temanku jahat semua, lihat bu ini ulah


mereka. Kumintai tolong untuk mengambilkan
seragamku yang tertinggal di kelas namun tak ada yang
mau. Aku basah kuyup dan menunggu selama dua jam
diruang ganti karena mereka bu!”

Teman 3: “Tidak bu, Lyla berbohong. Sejak dari pagi ia


selalu memaksa kami untuk membantunya dan
berperilaku aneh”

Lyla: “Lihat dirimu Na! Kamu tidak mau mengambilkan


seragam dan masih memarahiku. Sudah begitu, kamu
juga tidak meminta maaf padaku atas perbuatanmu!”

Bu Ratu: “Sudah, sudah. Untuk apa bertengkar, tidak ada


yang salah. Ini hanyalah kesalahpahaman. Nala tidak ada
diruang ganti sewaktu Lyla memintai tolong”
Bu Ester: “Sudah, sudah. Untuk apa bertengkar, tidak ada
yang salah. Ini hanyalah kesalahpahaman. Nala tidak ada
diruang ganti sewaktu Lyla memintai tolong”

Bagian 3

Sepulangnya dari sekolah, Lyla masih dipenuhi oleh


amarah. Ia membanting semua benda yang ada
dirumahnya. Tak ada yang menghentikannya. Ibunya
lebih memilih menggenggam tangan seorang lelaki
dengan batu akik besar yang bertebaran di jarinya,
daripada menggenggam tangan polos Lyla. Ia sedih harus
kehilangan sosok ayah yang sering menceritakan
dongeng-dongeng untuknya.

(Prang, prang, prang… suara pecahan kaca dari seluruh


perabot rumah yang Lyla banting)

Lyla yang frustasi mengacak-acak rambutnya dan


menuju ke halaman rumahnya untuk berburu rusa. Ia
mengenakan pakaian putih kesukaannya dengan
membawa pisau dan membunuh rusa-rusa dirumahnya
secara brutal.

(Bel rumah besar itu berbunyi) Bu Ester datang dengan


penuh keramahan yang memang sudah melekat pada
dirinya.

Bu Ester: “Selamat sore, saya Bu Ester. Guru Lyla di


sekolah”

Simbok: “Selamat sore, oh iya Bu Ester. Silakan masuk!”

Inilah saat-saat yang ditunggu Lyla. Ia mengintip dari


jendela kamarnya saat mengetahui Bu Ester datang
kerumahnya. Karena sudah 14 bulan, tak pernah
kehadiran tamu dirumahnya.

Dengan sebuah buku yang Lyla bawa ia mulai


membacakan mantra sambil komat-kamit

Lyla: “Sudah lama tidak ada yang berkunjung.


Pengunjung pertama neraka ini akan menjadi tumbalnya.
Terima kasih Astreo. Sambiren sampean matengga
sambungan Iblis! Sambiren sampean matengga
sambungan Iblis” (diulang sampai didepan wajah Bu
Ester)

Bu Ester: “Keadaan disekolah makin sulit dikendalikan


Bu. Saya mencoba menghubungi orang tua dari anak-
anak yang merundung Lyla, namun tak ada balasan”

Simbok: “Lyla hanya tinggal bersama saya bu, ayahnya


meninggal naas satu tahun yang lalu. Namun, sengaja
ibunya tak memberitahu keluarga lain perihal ayah Lyla
telah meninggal dengan alasan takut Lyla menangis
setiap hari” (Simbok memberi cangkir merah)

Simbok: “Silakan diminum, Bu!”

Bu Ester: “Saya ingin berterus terang saja dengan ibu,


Lyla sekarang semakin labil emosinya. Saya mencoba
menggali informasi mengenai Lyla disekolah. Namun tak
banyak guru yang mau menjelaskan”

Bu Ester yang sudah mengerti percakapan ini ujungnya


akan kemana itu, pergi berjalan untuk mencari udara.
Dilihatnya sesuatu yang tak bisa dicerna pikiran. Dimana
bayi rusa bersimpah darah berceceran di taman. Sungguh
pemandangan yang tak mengenakkan mata. Menengok
ke kanan, Bu Ester melihat buku hitam dengan judul
besar “Ilmu Hitam Keluarga Dazk: Menghidupkan Orang
Mati”.

Simbok: “Benar Bu, ini penyebab keluarga ini hancur.


Berawal dari hal kecil lalu hilangnya nyawa Ayah Lyla,
hingga para guru bungkam mengenai permasalahan Lyla.
Ini penyebabnya”

Bu Ester: “Satu-satunya jalan agar kehidupan Lyla


kembali seperti awal dan ia dapat hidup dengan ayahnya
adalah kehadiran ibu dirumah ini”

Mendengar hal itu, Bu Ester segera membuka buku itu


dan menemukan tulisan “akan berjumpa 14 bulan
setelah sang ayah dipanggil dan akan kembali”.

Lyla masih melantunkan mantranya itu dan saat


melewati pukul 17.13 ia berhenti.

Lyla: “Hahahahahahhaa inilah mangsaku. Bu Ester, sudah


lama saya menyaksikan bagaimana kejamnya ibu saya
disini. Saya lelah menghadapi dunia ini, terlebih satu
kesalahan kecil yang saya buat di sekolah membuat
semakin banyak orang yang membenci saya. Saya juga
rindu pada ayah, dan menunggu sampai 14 bulan agar
ayah hadir lagi. Namun, keegoisan ibu saya membuat
pertemuan saya dengan ayah tertunda. Lelah sudah saya
berburu rusa tetapi ayah saya tetap tak kembali.
Kebaikan hati ibu adalah kuncinya, ibu termakan oleh
skenario yang saya buat agar ibu hadir kerumah saya. Ini
berarti Ibu adalah nyawa pengganti ayah saya agar beliau
dapat berjumpa lagi dengan saya ”
Simbok memberi Lyla serpihan kaca dan buku besar
hitam kepada Lyla. Ditikamnya Bu Ester hingga titik
darah penghabisannya.

(Ritual pun berjalan)

Source: Cerita ini diambil, dianalisis, dan dikupas tuntas


dengan sumber 5 Kasus Pembunuhan Suami Dengan
Dalang Istri Sendiri | Dream.co.id

Anda mungkin juga menyukai