Anda di halaman 1dari 20

PENGANTAR LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

DOSEN PENGAMPU :

DENI RAHMATILLAH, SE.Sy, ME.Sy

DI SUSUN OLEH :

ANISA NURAINI (12020525408)

FITRAH KHAIRANI (12020525374)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

MATA KULIAH LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

TP 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji dan syukur kepada Allah SWT. yang telah


memberikan taufik, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PENGANTAR LEMBAGA
KEUANGAN SYARIAH”.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah agar menjadi lebih baik lagi .

Penulis menyadari pembuatan makalah ini masih jauh dari kata


sempurna ,saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan demi sempurnanya pembuatan-pembuatan makalah berikutnya.
mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya, dan
bagi penulis khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pebenaan, 11 SEPTEMBER 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4

A. LATAR BELAKANG .................................................................................. 4


B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 5

A. PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH .............................. 5


B. PERAN DAN FUNGSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH ................. 6
C. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH ..................................................................................................... 8
D. USAHA DAN BISNIS YANG DIBIAYAI .................................................. 12
E. JENIS-JENIS LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH ................................. 13

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 19

A. KESIMPULAN ............................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lembaga keuangan syariah (LKS) menurut Dewan Syariah
Nasional (DSN) adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk
keuangan syariah dan yang mendapat izin operasional sebagai lembaga
keuangan syariah (DSN-MUI,2003). Definisi ini menegaskan bahwa LKS
harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur kesesuaian dengan syariah Islam
dan unsur legalitas dalam operasi sebagai lembaga keuangan.
Dalam konteks perbankan nasional-Indonesia, bank Islam
diistilahkan dengan Bank Umum atau Bank Perkraditan Rakyat yang
pembiayaannya berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah. Pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu bedasarkan persetujuan atau kesepakantan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan lembaga keuangan syariah ?
2. Apa peran dan fungsi lembaga keuangan syariah ?
3. Bagaimana perjalanan sejarah dan perkembangan lembaga keuangan
syariah ?
4. Apa saja jenis-jenis lembaga keuangan syariah ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


Lembaga keuangan (finansial institution) adalah suatu perusahaan yang
usahanya bergerak dibidang jasa keuangan. Artinya, kegiatan yang dilakukan oleh
lembaga ini akan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, apakah
penghimpunan dana masyarakat dan jasa-jasa keuangan lainnya. Berdasarkan UU
No. 14 Tahun 1967 tentang pokok-pokok Perbankan, pasal 1.b menyebutkan
bahwa Lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-
kegiatannya di bidang keuangan menarik uang dari masyarakat dan
menyalurkannya ke dalam masyarakat.
Berikut beberapa pendapat tentang pengertian dari Lembaga Keuangan,
diantaranya :
1. Menurut SK. Menkeu RI No. 792 1990, lembaga keuangan adalah semua badan
yang kegiatannya bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran
dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Meski
dalam peraturan tersebut lembaga keuangan diutamakan untuk membiayai
investasi persusahaan namun tidak berarti membatasi kegiatan pembiayaan
lembaga keuangan. Dalam kenyataannya, kegiatan usaha lembaga keuangan bisa
diperuntukkan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi, dan kegiatan
distribusi barang dan jasa.3
2. Menurut Abdulkadir Muhammad, lembaga keuangan (financial institution)
adalah badan usaha yang mempunyai kekayaan dalam bentuk asset keuangan
(financial assets). Kekayaan berupa asset keuangan ini digunakan untuk
menjalankan usaha di bidang jasa keuangan, baik penyediaan dana untuk
membiayai usaha produktif dan kebutuhan komsumtif, maupun jasa keuangan
bukan pembiayaan”.
3. Menurut Dahlan Siamat, Lembaga Keuangan adalah badan usaha yang
kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan atau tagihan (claims)
dibandingkan dengan aset non financial atau aset riil lembaga keuangan
memberikan pembiayaan atau kredit kepada nasabah dan menanamkan dana nya
dalam surat-surat berharga. Disamping itu, lembaga keuangan juga menawarkan

5
berbagai jasa keuangan, antara lain menawarkan berbagai jenis skema tabungan,
proteksi asuransi, program pensiun, penyediaan sistem pembayaran dan
mekanisme transfer dana.
4. Kasmir mendefinisikan Lembaga Keuangan adalah setiap perusahaan yang
bergerak dibidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana atau kedua-
duanya. Dengan demikian dapat simpulkan bahwa lembaga keuangan adalah
lembaga yang memiliki kegiatan yang berkaitan dengan keuangan, baik dalam hal
menghimpun ataupun menyalurkan dana bahkan kedua-duanya yaitu menghimpun
dan menyalurkan dana.
Bila lembaga keuangan tersebut disandarkan kepada syariah maka menjadi
lembaga keuangan syariah. Lembaga keuangan syariah secara esensial berbeda
dengan lembaga keuangan konvensional baik dalam tujuan, mekanisme,
kekuasaan, ruang lingkup serta tanggung jawabnya. Lembaga keuangan syariah
adalah suatu perusahaan yang usahanyang bergerak dibidang jasa keuangan yang
berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah yaitu prinsip yang menghilangkan
unsur-unsur yang dilarang dalam Islam, kemudian menggantikannya dengan akad-
akad tradisional Islam atau yang lazim disebut dengan prinsip syariah atau
lembaga keuangan syariah merupakan sistem norma yang didasarkan ajaran islam.
Lembaga keuangan syariah lebih mengedepankan bagi hasil dan beberapa
akad muamalah. Lembaga keuangan ini, pada prinsipnya berperan sebagai
lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan
dana. Lembaga keuangan ini memiliki peran yang strategis untuk menggerakkan
sektor perekonomian. Sebab, dengan adanya lembaga keuangan ini, pihak – pihak
yang kekurangan dana tetap memiliki peluang untuk mengembangkan usahanya
dan terbantu dengan kehadiran lembaga keuangan.1

B. PERAN DAN FUNGSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi
keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dana dari unit
surplus ekonomi, baik sektor usaha, lembaga pemerintah, maupun individu

1 Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Andri Soemitra MA(Kencana)

6
(rumah tangga) untuk penyediaan dana bagi unit ekonomi lain. Intermediasi
keuangan merupakan kegiatan pengalihan dana dari unit surplus ke unit ekonomi
defisit. Lembaga intermediasi keuangan berdasarkan kemampuannya
menghimpun dana dari masyarakat dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan,
yaitu lembaga keuangan depository dan lembaga keuangan nondepository.
1. Lembaga keuangan depository menghimpun dana secara langsung dari
masyarakat dalam bentuk simpanan (deposit) misalnya giro, tabungan atau
deposito berjangka yang diterima dari penabung atau unit surplus. Unit surplus
dapat berasal dari perusahaan, pemerintah, dan rumah tangga yang memiliki
kelebihan pendapatan setelah dikurangi kebutuhan untuk konsumsi.Lembaga
keuangan yang menawarkan jasa-jasa seperti ini adalah bank.
2. Lembaga keuangan non depository atau disebut juga lembaga keuangan non
bank adalah lembaga keuangan yang lebih terfokus kepada bidang penyaluran
dana dan masing-masing lembaga keuangan mempunyai ciri-ciri usahanya sendiri.
Adapun jenis lembaga keuangan yang kegiatan usahanya bersifat kontraktual,
lembaga keuangan investasi, dan perusahaan pembiayaan yang menawarkan jasa
pembiayaan sewa guna usaha, pembiayaan konsumen dan kartu kredit. Peran dan
fungsi lembaga keuangan syariah diantaranya memenuhi kebutuhan masyarakat
akan dana sebagai sarana untuk melakukan kegiatan ekonomi yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah misalnya mengonsumsi suatu barang, tambahan modal
kerja, mendapatkan manfaat atau nilai guna suatu barang, atau bahkan permodalan
awal bagi seseorang yang mempunyai usaha prospektif namun padanya tidak
memiliki permodalan berupa keuangan yang memadai.
Secara terperinci fungsi lembaga keuangan syariah yaitu :
1. Pengalihan aset (asset transmutation)
Bank dan lembaga keuangan nonbank akan memberikan pinjaman kepada pihak
yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati
berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
2. Transaksi (transaction)
Bank dan lembaga keuangan nonbank memberikan berbagai kemudahan kepada
pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa.
3. Likuiditas (liquidity)

7
Unit suplus dapat menepatkan dana yang dimiliki dalam bentuk prpsuk-produk
berupa giro, tabungan, deposito dan sebagainya.
4. Efisiensi (Efficiency)
Bank dan lembaga nonbank dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan
pelayanan. Peranan bank dan lembaga keuangan nonbank sebagai broker yaitu
mempertemukan pemilik dan pengelola modal. Lembaga keuangan
memperlanvarkan dan mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan.
Peran lembaga keuangan syariah :
1. Membantu dunia usaha dalam meningkatkan produktivitas barang/jasa
2. Memperlancar distribusi barang
3. Mendorong terbukanya lapangan pekerjaan. 2

C. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia memiliki akar
sejarah yang panjang. Kecuali itu, perkembangan lembaga keuangan syariah di
beberapa negara jiran dan negara-negara Timur Tengah ikut juga
memberi kontribusi. Bank merupakan lembaga keuangan yang
mempunyai fungsi sebagai penyedia jasa titipan uang masyarakat dan
penyedia dana bagi dunia usaha. Fungsi seperti ini dikenal dengan
sebutan intermediasi. Selain itu, bank juga
mempunyai fungsi sebagai lembaga pengiriman (transfer) uang. Dengan demi
kian, terdapat tiga fungsi pokok bank; menerima titipan, menyalurkan dana dan
pengiriman/ memindahkan uang.

Dalam bidang ekonomi, keberadaan bank dapat ditamsilkan sebagai


jantung dalam tubuh manusia. Jantung memompakan darah untuk dialirkan
keseluruh tubuh sehingga seluruh sel-sel tubuh produktif. Bank menyalurkan
dana ke dunia usaha sehingga roda perekonomian dapat bergerak akhirnya
ekonomi masyarakat akan maju.

2 https://www.ekonomiislam.net/2017/03/jenis-jenis-lembaga-keuangan-syariah-
di-indonesia.html?m=1

8
Dalam Islam, bank secara institusional merupakan hal yang baru.
Karena bank Islam baru muncul di era 1940- -1960 an. Namun jika dikaji
sejarah Islam di masa Rasulullah, Khalifah al-Rasyidin, khalifah di masa Bani
Umaiyah dan Bani Abbasiyah, fungsi-fungsi bank, seperti menerima titipan
uang, mengirimkan dan menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan, telah
dikenal dan dipraktekan. Tapi masa itu belum melembaga, seperti dipahami
banyak orang.

Rasulullah Saw sendiri di masa hidupnya baik di Makkah maupun di


Madinah dikenal dengan sifatnya yang jujur dan amanah. Masyarakat arab
mengelari beliau dengan al-amin. Kejujuran Rasulullah Saw ini mendorong para
orang kaya arab waktu itu menitipkan harta mereka kepada beliau. Dan sebelum
hijrah, Rasulullah meminta Ali bin Abi Thalib untuk mengembalikan seluruh
titipan tersebut kepada pemiliknya.
Di samping itu, Zubair bin Awwam, salah seorang sahabat yang dekat
dengan Rasulullah, pernah menerima titipan uang dari sahabat lainnya dengan
mensyaratkan bahwa ia bisa mengunakan uang yang dititipkan dan
menjamin uang itu aman serta dapat ditarik saat dibutuhkan. Ibnu
Abbas, juga pernah melakukan pengiriman uang ke kota Kufah. Abdullah bin
Zubair, pernah mengirimkan uang kepada adiknya, Misab bin Zubair di Irak .
Di era Bani Umaiyah dan Abasiyah,
kegiatan fungsi perbankan dipraktekan lewat akad-akad yang telah diatur
menurut aturan al-Quran dan hadist. Hanya saja bedanya, jika di zaman Nabi
Saw fungsi perbankan dipraktekkan individu secara sederhana. Sedangkan di
masa Umaiyah dan Abasiyah, bentuk prakteknya berkembang
sesuai perkembangan masyarakat dan kebutuhan mereka. Di masa itu,
sirkulasi atau peredaran uang telah luas dan cepat akibat semakin luasnya daerah
Islam dan terbukanya daerah-daerah baru bagi kegiatan perdagangan. Kondisi
ini membawa dampak positif bagi banyak uang-uang asing beredar di daerah
Islam. Begitu banyaknya uang asing yang beredar maka dibutuhkan orang
yang ahli untuk membedakan masing-masing uang tersebut.
Baik membedakannya dalam segi kualitas maupun kuantitas. Orang yang
memiliki keahlian seperti ini dinamai jibriz.

9
Di samping itu, di masa Abasiyah, juga dikenal bankir-bankir pribadi
khalifah. Khalifah yang berkuasa waktu itu selain memiliki para menteri dalam
membantu jalannya roda pemerintah, juga memiliki bankir. Hal ini dikenal di
era pemerintahan khalifah Abasiyah, Muqtadir.

Perkembangan selanjutnya tentang bank Islam ditandai warna dan


corak baru. Muncul gagasan untuk mengelola lembaga keuangan Islam ini secara
profesional dan disesuaikan dengan aturan akuntansi serta sistem
keuangan modren. Gagasan ini merupakan salah satu misi dari
gerakan kebangkitan Islam.
Abdullah Saeed mengawali gerakan kebangkitan itu dari gerakan
revivalis Islam, gerakan modernis, dan neo-revivalis. Masing-masingnya
mempunyai karakteristik gerakan dan perubahan yang akan
dicapai. Gerakan neo-revivalis menyuarakan untuk membumikan ajaran al-
Quran dan hadist dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk aspek ekonomi.
Perbankan yang berkembangan waktu itu mencontoh dan
mempraktekan sistem barat yang berbasis bunga. Sedangkan dalam al-Quran
dan hadist dinyatakan dengan tegas dan jelas bahwa riba itu hukum haram.
Untuk itu diperlukan dan dibutuhkan lembaga keuangan yang
beroperasi tanpa bunga. Bank inilah yang dikenal dengan bank Islam6.
Kebutuhan akan adanya lembaga keuangan yang berbasis syariah, selain
karena alasan normatif juga didorong oleh kondisi perekonomian dunia Islam
yang semakin membaik. Hal ini ditandai dengan melimpahnya
produksi minyak sebagai kekayaan negara.
Melimpahnya produksi minyak membawa peningkatan penghasilan beberapa
negara Islam penghasil minyak. Beberapa negara Islam mengalami kelebihan
(surplus) dana dari kebutuhan dalam negerinya. Untuk itu perlu sebuah
lembaga yang berfungsi sebagai tempat menitipkan uang atau dana dan
menyalurkannya ke beberapa daerah Islam yang membutuhkan dana untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri mereka.
Pada awalnya, Bank Islam pertama didirikan di Malaysia tahun 1940-
an7 . Kemudian diikuti oleh bank Mit Ghamr Mesir (1963-1967), di India
(1969) dan Bank Sosial Nasser (1971). Bank Pembangunan Islam (Islamic

10
Development Bank ) (1975), Bank Islam Dubai ( 1975), Bank Islam Faisal Mesir
(1977), Bank Islam Faisal Sudan (1977), Lembaga Keuangan Kuwait (1977),
dan Bank Islam Bahrain (1979).
Bank Mit Ghamr Mesir merupakan bank Islam awal dapat dikatakan
sukses. Bank ini mendapat sambutan yang dan respon baik dari masyarakat
Mesir. Jumlah deposon bank tersebut dari tahun ke tahun terjadi peningkatan.
Secara statistik digambarkan bahwa tahun 1963-1964, berjumlah 17.560, tahun
1964-1965, berjumlah 251.152. Begitu pula jumlah tabungan masyarakat.
Namun kesuksesan ini tak berlangsung lama. Karena masalah politik dalam
negeri dan administrasi, bank Mit Ghamr akhirnya bubar dan diambil alih (take
over) oleh bank sentral Mesir.
Di Indonesia, kemunculan bank syariah didorong oleh tiga faktor
utama. Pertama, didorong oleh geliat kebangkitan lembaga keuangan berbasis
syariah di negara tetangga, Malaysia, dengan berdirinya Bank
Islam Malaysia Berhad (BIMB). Kedua, kembalinya dua pemuda, Ahmad Adib
Zain dan Hasbi H Hasyim dari Jeddah dan Kuala Lumpur, setelah mendalami
ilmu ekonomi syariah. Ketiga, didahului oleh pembicaraan yang panjang
dan intens tentang keharaman bunga bank. Tema sentralnya adalah,
apakah bunga bank termasuk riba seperti kategori riba yang disebut dalam al-
Quran dan hadist, atau tidak. Diantara tokoh yang terlibat pembicaraan ini,
A.Hassan, Syafruddin Prawira Negara, Muhammad Hatta, Kasman
Singgodimejo, Abdul Hamid Hakim dari Minangkabau.

Pembicaraan tentang keharaman bunga bank tersebut berlangsung dari


awal kemerdekaan sampai awal-1980-an. Hanya saja di awal
kemerdekaan masih sebatas pembicaraan belum mengambil aksi dalam bentuk
mendirikan lembaga keuangan, seperti Bank Islam. Awal 1980-an, muncul
kemauan dan tekad yang kuat untuk mendirikan sebuah lembaga keuangan
yang beroperasi menurut aturan Islam. Di era itu, muncul Baitul Mal Wat
Tamwil (BMT) di Bandung , Bank Perkerditan Rakyat Syariah (BPRS)
Mardhatillah dan BPRS Berkah Amal Sejahtera di Padalarang.

11
Tahun 1990, digelar Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Jawa
Barat, tepatnya di Cisarua. Dari lokakarya inilah berawal keinginan mendirikan
lembaga keuangan berbasis syariah. Lokakarya ini merekomendasikan
untuk melanjutkan pembahasan tentang bank dan bunga bank dalam
Musyawarah Nasional MUNAS MUI di Jakarta. MUNAS
MUI tersebut membentuk dan menugaskan sustu kelompok
kerja untuk mendirikan lembaga keuangan di Indonesia. Akhirnya, November
1991, akte pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI) ditandatangani. 1 Mei
1992, BMI mulai beroperasi.
Tahun–tahun berikutnya, BMI mulai mengembangkan sayapnya ke
beberapa propinsi. Sejak dikeluarkannya UU No. 10 Tahun 1998, tentang
Perubahan Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992, bank-
bank konvensional diizinkan untuk membuka kantor cabang unit syariah.Bank-
bank konvensional melandasi sistem operasi secara syariah, baik melalui
konversi kegiatan usahanya berdasarkan syariah atau membuka kantor cabang
syariah ( full fledge branch ) maupun melalui peningkatan status kantor
cabang pembantu menjadi kantor cabang syariah. 3

D. BISNIS DAN USAHA YANG DIBIAYAI

Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas
dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan mungkin membiayai
usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang diharamkan.

Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum


dipastikan beberapa hal pokok, di antaranya sebagai berikut :

1. Apakah objek pembiayaan halal atau haram ?


2. Apakah proyek menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat ?
3. Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila ?

3 http://asriyaqien.blogspot.com/2014/10/lembaga-keuangan-non-bank-
syariah.html?m=1

12
4. Apakah proyek berkaitan dengan perjudian ?
5. Apakah usaha itu berkaitan dengan industri senjata yang ilegal atau
berprientasi pada pengembangan senjata pembunuh massal ?
6. Apakah proyek dapat merugukan syiar Islam, baik secara langsung
maupun tidak langsung ?4

E. JENIS-JENIS LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DI INDONESIA


Di Indonesia dalam menerapkan praktik keuangan syariah dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank.
1. Lembaga Keuangan Bank
a. Pendanaan
Produk pendanaan yang ditawarkan oleh perbankan syariah Indonesia tidak
jauh berbeda dengan pendanaan bank syariah pada umumnya seperti giro,
tabungan, deposito/investasi dan obligasi/sukuk. Akad-akad yang digunakapun
merupakan akad-akad yang sudah biasa digunakan seperti:
1) Giro Syariah
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek/bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau
dengan pemindah bukuan. Giro syariah ini menggunakan akad wadiah dan
mudharabah.
2) Tabungan Syariah
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek/bilyet giro, dan atau alat lain nya yang dipersamakan dengan
itu.Menggunakan akad wadiah dan mudharabah.
3) Deposito Syariah
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dengan bank.Menggunakan
akad mudharabah.

b. Pembiayaan

4
Muhammad Syafii Antonio, “Prinsip dan Etika Bisnis dalam Islam”.

13
Dalam kategori pembiayaan yang ditawarkan oleh perbankan syariah di
Indonesia cukup banyak dan bervariasi untuk memenuhi kegiatan usaha maupun
pribadi. Bank syariah secara garis besar melakukan berbagai metode akad yang
dibedakan berdasarkan tujuannya,yaitu :
1) Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Akad Jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang.Tingkat keuntungan pada bank ditentukan pada awal dan
menjadi bagian harga atas barang yang dijual.Transaksi jual beli dibedakan
berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahannya, yaitu seperi:
• Ba’i al-Murabahah : Jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah
• Ba’i as-Salam : Transaksi jual beli dimana barang yang di perjualbelikan belum
ada. Maka barang yang diserahkannya secara tangguh sedangakan
pembayarannnya tunai
• Ba’i al-Istisna : Kegiatan istisna oleh bank syariah merupakan akibat dari adanya
permintaan barang tertentu oleh nasabah.
2) Prinsip Sewa (Ijarah)
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui
pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu
sendiri . Secara umum timbulnya ijarah disebabkan oleh adanya kebutuhan akan
barang atau manfaat barang oleh nasabah yang tidak memiliki kemampuan dalam
segi keuangannya. Praktik ijarah yang terjadi pada aktivitas perbankan syariah,
secara teknis merupakan perubahan cara pembayaran sewa dari tunai dimuka
menjadi angsuran.
3) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan dalam perbankan syariah atas dasar prinsip bagi hasil
terdiri dari beberapa akad yaitu :
a. Al-Musyarakah: Transaksi penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana
atau barang untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan pembagian
hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati,
sedangkan pembagian kerugian dilihat dari banyaknya modal yang diberikan.

14
b. Al-Mudharabah : Akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak yang
lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang
ditentukan dalam kontrak, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal
selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian pengelola .
4) Akad Pelengkap
Akad pelengkap disini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, melainkan
untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan
c. Lembaga Perbankan
Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai fungsi
utamanya adalah menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan jasa
pengiriman uang, pada awalnya istilah bank memang tidak di dikenal di dunia
islam, yang lebih dikenal adalah jihbiz yang mempunyai arti penagih pajak yang
pada waktu itu jihbiz dikenal dengan penagih dan penghitung pajak pada
benda yang kena pajak yaitu barang dan tanah.
Lembaga perbankan syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa
perbankan kepada nasabah. Jasa perbankan yang ditawarkan oleh perbankan
syariah Indonesia cukup bervariasi untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Jasa
perbankan yang ditawarkan oleh perbankan syariah di Indonesia pada dasarnya
tidak jauh berbeda dengan produk yang diawarkan oleh perbankan konvensional.
Akan tetapi, dari segi akadnya lah yang membuat perbedaan antara keduanya. Jasa
perbankan tersebut antara lain berupa :
1) Al-Sharf : Penukaran Valas merupakan jasa yang diberikan bank syariah untuk
membeli atau menjual valuta asing yang sama (single currency) maupun berbeda
(multi currency), yang hendak ditukarkan atau dikehendaki oleh nasabah. Dalam
akadnya transaksi pertukaran antar mata uang berlainan jenis.
2) Letter of credit (L/C) impor syariah : L/C Impor adalah surat pernyataan akan
membayar kepada eksportir (beneficiary) yang dierbitkan oleh bank atas
permintaan importir dengan pemenuhan persyaratan tertentu. Dan L/C impor ini
juga menggunakan akad wakalah bil ujroh dan akad kafalah.
3) Bank Garansi Syariah : Jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga
penerima jaminan atas pemenuhan kewajiban tertentu nasabah bank selaku pihak

15
yang dijamin kepada pihak ketiga dimaksud. Dan garansi syariah ini juga
menggunakan akad kafalah
Hingga April 2016 jumlah bank syariah di Indonesia berjumlah 199 bank
syariah yang terdiri dari 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah
(UUS), dan 165 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

2. Lembaga Keuangan Non Bank


a. Baitul Maal Wattamwil dan Koperasi Pondok Pesantren
BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip
bagi hasil (syari’ah), menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam
rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir
miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi : Baitul Tamwil (Bait =
Rumah, at Tamwil = Pengembangan Harta) - melakukan kegiatan pengembangan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi
pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan
menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Baitul Maal (Bait = Rumah, Maal
= Harta) – menerima titipan dana zakat, infak dan shadaqah serta mengoptimalkan
distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.
Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat
bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank syariah atau BPR syariah.
Prinsip operasinya berdasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli, sewa dan titipan.
b. Asuransi Syariah (Takaful)
Asuransi syariah menurut definisi Dewan Syariah Nasional adalah usaha
untuk saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang melalui
investasi dalam bentuk asset dan atau taba’ru yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko/ bahaya tertentu melalui akad yang sesuai
dengan syariah.
c. Reksadana Syariah
Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat
pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak
waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka (keahlian
terbatas). Selain itu, reksadana diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal

16
lokal untuk berinvestasi di Pasar Modal. Reksadana pada umumnya diartikan
sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek (saham, obligasi,
valuta asing atau deposito) oleh Manajer Investasi.
Sedangkan reksadana syariah mengandung pengertian sebagai reksadana
yang pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu pada syariat islam.
Reksadana syariah mengganti sistem deviden dengan bagi hasil mudharabah dan
hanya mempertimbangkan investasi-investasi yang halal sebagai portofolionya.
d. Pasar Modal Syariah
Prinsip instrumen pasar modal syariah berbeda dengan pasar modal
konvensional. Sejumlah instrumen di pasar modal sudah diperkenalkan kepada
masyarakat, misalnya saham yang berprinsipkan syariah dimana kriteria saham
syariah adalah saham yang dikeluarkan perusahaan yang melakukan usaha yang
sesuai dengan syariah. Demikian juga, usaha untuk merealisasikan praktek
obligasi syariah atau obligasi yang berprinsip syariah.
e. Pegadaian Syariah (Rahn)
Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki
nilai ekonomis. Dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan
untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara
sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.
Atau lebih jelasnya, gadai adalah akad pinjam meminjam dengan
menyebabkan barang sebagai tanggungan utang atau jaminan atas utang.
Pegadaian syariah sebagai lembaga keuangan alternatif bagi masyarakat
guna menetapkan pilihan dalam pembiayaan di sektor riil. Lembaga ini
menggunakan sistem data administrasi dan bagi hasil untuk menggantikan prinsip
bunga.

f. Lembaga ZISWAF
Lembaga ini merupakan lembaga yang hanya ada dalam sistem keangan
islam, karena islam mendorong umatnya untuk menjadi sukarelawan dalam
beramal (volunteer). Dana ini hanya boleh dialokasikan untuk kepentingan sosial

17
atau peruntukkan yang telah digariskan menurut syariah islam (misalnya alokasi
zakat maal dan zakat fitrah telah ditentukan dalam AlQur’an).
Sedekah atau zakat merupakan bukti akan adanya pembenaran dengan
keyakinan dari umat islam akan kebenaran al-Qur’an dan al-Hadits. Wakaf
mempunyai peran penting dalam pembangunan masyarakat dan bahkan dalam
pembangunan peradaban manusia.
Dalam hal ini adanya kesinambungan manfaat pada donasi wakaf, kaum
muslimin, disepanjang sejarah islam menemukan bahwa bentuk khusus dan
sumbangan karikatif ini merupakan cara terbaik untuk menjelaskan keterikatan
mereka dengan ajaran islam.
Dengan hadirnya lembaga keuangan non bank tersebut maka ide terhadap
penghapusan riba dari perekonomian akan lebih efektif dan efisiennya sistem
keuangan.5

5 https://old.iainbukittinggi.ac.id/index.php/component/k2/item/159-lembaga-
keuangan-syariah-dulu-kini-dan-esok-suatu-refleksi-dari-perjalanan-sejarah-
lembaga-keuangan-syariah-dan-tantangan-bagi-perguruan-tinggi-islam

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
a. Lembaga keuangan (finansial institution) adalah suatu perusahaan
yang usahanya bergerak dibidang jasa keuangan. Artinya, kegiatan
yang dilakukan oleh lembaga ini akan selalu berkaitan dengan
bidang keuangan.
b. Peran lembaga keuangan syariah :
a) Membantu dunia usaha dalam meningkatkan produktivitas
barang/jasa
b) Memperlancar distribusi barang.
c) Mendorong terbukanya lapangan pekerjaan.
Fungsi lembaga keuangan syariah yaitu :
a) Pengalihan aset (asset transmutation)
b) Transaksi (transaction)
c) Likuiditas (liquidity)
d) Efisiensi (Efficiency)

c. Dalam Islam, bank secara institusional merupakan hal yang


baru. Karena bank Islam baru muncul di era 1940- -1960
an. Namun jika dikaji sejarah Islam di masa Rasulullah, Khalifah
al-Rasyidin, khalifah di masa Bani Umaiyah dan Bani
Abbasiyah, fungsi-fungsi bank, seperti menerima titipan
uang, mengirimkan dan menyalurkan dana dalam
bentuk pembiayaan, telah dikenal dan dipraktekan. Tapi masa itu
belum melembaga, seperti dipahami banyak orang.

d. Jenis-jenis lembaga keuangan syariah

a) Lembaga Keuangan Bank

b) Lembaga Keuangan Non Bank

19
DAFTAR PUSTAKA

• Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Andri Soemitra MA(Kencana)


• https://www.ekonomiislam.net/2017/03/jenis-jenis-lembaga-keuangan-
syariah-di-indonesia.html?m=1
• http://asriyaqien.blogspot.com/2014/10/lembaga-keuangan-non-bank-
syariah.html?m=1
• Muhammad Syafii Antonio, “Prinsip dan Etika Bisnis dalam Islam”
• https://old.iainbukittinggi.ac.id/index.php/component/k2/item/159-
lembaga-keuangan-syariah-dulu-kini-dan-esok-suatu-refleksi-dari-
perjalanan-sejarah-lembaga-keuangan-syariah-dan-tantangan-bagi-
perguruan-tinggi-islam

20

Anda mungkin juga menyukai