Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN REKAYASA IDE

MK. GEOMETRI DAN


PENGUKURAN
PROGRAM SI PGSD FIP

SKOR :

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bangun Ruang Menggunakan Media Konkret”

Disusun Oleh Kelompok 7

1. Febrita Lumbantobing (1202411006)


2. Santri Febiola Purba Nim (1203111017)
3. Try Putri Ritonga (1202411004)

PGSD F 2020
Dosen Pengampu :

Ade Andrini,S.Pd.,M.Pd.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
NOVEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya tugas
ini dapat diselesaikan tepat waktu sesuai yang diharapkan. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan Ibu Ade Andreani S. Pd


M.Pd. yang telah membimbing dalam menyusun tugas ini, semoga Ilmu
yang Ibu dosen berikan berguna bagi kami mahasiswa dan dibalas dengan
kebaikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kedua orangtua saya yang memberi bantuan berupa material dan doanya
sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman semua yang sudah memberi dukungan serta semangat
kepada penulis agara dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Tugas
Rekayasa Ide ini berjudul “ upaya menignkatkan hasil belajar bangun
ruang menggunakan media konkret “.

Adapun tujuan dari tugas ini yaitu menambah wawasan dan pengalaman serta
memperkaya pilihan dan strategi dan model pembelajaran sehingga penulis dapat
memilih atau mengkombinasikan dengan model lain untuk kepentingan peningkatan
mutu pembelajaran dan hasil belajar siswa. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis. Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan tugas ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kebaikan penulisan makalah kedepannya. Akhir
kata penulis sampaikan terimakasih.

Medan, November 2021

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................ 2
C. TUJUAN....................................................................................................................................... 2
D. MANFAAT................................................................................................................................... 2
BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN .............................................................................................. 3
A. PERMASALAHAN UMUM .......................................................................................................... 3
B. IDENTIFIKASI PERMASLAHAN SESUAI TEMA YANG DIBAHAS............................................ 5
1. PERMASALAHAN B 1 ............................................................................................................ 5
2. PERMASALAHAN B 2 ............................................................................................................ 6
BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN .................................................................................................... 8
A. SOLUSI DAN PEMBAHASAN PERMASALAHAN B 1 ................................................................ 8
B. SOLUSI DAN PEMBAHASAN PERMASALAHAN B 2 ................................................................ 9
C. SOLUSI DAN PEMBAHASAN PERMASALAHAN B 3 .............................................................. 10
BAB IV PENUTUP................................................................................................................................. 12
A. KESIMPULAN ........................................................................................................................... 12
B. SARAN ...................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 13

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki
objek abstrak dan dibangun melalui melalui proses penalaran deduktif, yaitu
kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat
sangat kuat dan jelas. Dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata
hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Siswa mengalami kesulitan
belajar matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau
memahami konsep-konsep matematika, sebagian besar siswa mengalami
kesulitan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep matematika yang telah dimiliki
siswa pada kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain sangat penting
dilakukan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata


pelajaran matematika salah satunya adalah metode mengajar yang sulit
dimengerti oleh siswa. Pembelajaran matematika yang terkesan membosankan
juga merupakan faktor terbesar yang mengakibatkan siswa kurang mampu
dalam memahami konsep untuk menyelesaikan soal matematika.

Dengan pembelajaran yang membosankan membuat siswa kurang


memperhatikan penjelasan dari guru sehingga siswa tidak mendapatkan hasil
dari pembelajaran tersebut secara maksimal. Hasil pembelajaran siswa yang
kurang maksimal tentu akan berpengaruh dalam cara berpikir siswa untuk
menyelesaikan persoalan dalam pelajaran matematika, cara berpikir siswa yang
sederhana membuat siswa cenderung pasif dan kurang serius dalam proses
pembelajaran, sehingga materi yang disampaikan oleh guru tidak tertanam
dalam benak siswa.

Oeh karena itu penulis ingin membahas penyebab permasalahan dan juga
solusi pembelajaran materi bangun ruang di SD melalui media konkrit.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan untuk materi bangun
ruang?
2. Bagaimana model pembelajaran yang digunakan untuk materi bangun ruang?
3. Bagaimana solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa untuk materi
bangun ruang?

C. TUJUAN

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah geometri dan pengukuran

2. Untuk mengetahui permasalahan yang terdapat dalam mempelajari bangun


ruang di SD

3. Untuk mengetahui solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi


permasalahan yang dibahas.

D. MANFAAT
Bagi pembaca :
1. Agar mengetahui bagaimana pembelajaran bangun ruang dapat diajarkan
dengan baik menggunaka media konkret
2. Agar mengetahui penyebab hasil belajar siswa rendah pada materi bangun
ruang.
3. Agar mengetahui metode dan model pembelajaan apa yang baik digunakan
untuk materi bangun ruang

Bagi penulis :

1. Agar terpenuhi salah satu tugas mata kuliah grometri dan pengukuran
2. Agar mengetahui bagaimana pembelajaran bangun ruang dapat diajarkan
dengan baik menggunaka media konkret
3. Agar mengetahui penyebab hasil belajar siswa rendah pada materi bangun
ruang.
4. Agar mengetahui metode dan model pembelajaan apa yang baik digunaka
untuk materi bangun ruang

2
BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

A. PERMASALAHAN UMUM
Biasanya dalam mata pelajaran matematika di SD khususnya materi
bangun ruang guru hanya memberikan penjelasan lewat gambar yang ada dalam
buku pelajaran. Sehingga siswa kurang dapat memahami dengan baik seperti apa
bangun ruang dan benda benda apa saja yang termasuk bangun ruang. Metode
pembelajaran matematika untuk materi bangun datar, pada umumnya guru
hanya memberi informasi, menggambarkan contoh-contoh bentuk bangun di
papan tulis, siswa mencontoh gambar yang dicontohkan oleh guru untuk
digambar di buku siswa. Tetapi hasil yang diperoleh siswa masih jauh dari yang
diharapkan. Adapun rata-rata nilai yang diperoleh di kelas adalah 64,75.
Sedangkan KKM yang ditentukan guru adalah 70. Nah untuk itu seorang guru
diharapkan kreatif dalam memilih dan menyusun media pembelajaran yang
dapat membangkitkan semangat belajar siswa sehinggga hasil belajar siswa
semakin baik. Media adalah suatu benda dalam bentuk hardware maupun dalam
bentuk software sebagai alat bantu untuk berkomunikasi dan interaksi antara
guru dengan siswa. Yang dapat digunakan kelompok besar maupun kelompok
kecil, di dalam maupun di luar ruangan yang diorganisasikan untuk menerapkan
suatu ilmu dalam proses belajar mengajar (Azhar Arsyat (2006: 6).

Faturrahman dan Wuri Wuryandani (2011: 43) menyatakan bahwa


media pengajaran adalah sebuah alat bantu untuk mempermudah sampainya
materi pelajaran kepada siswa. Benda nyata atau media konkret merupakan alat
bantu yang paling mudah penggunaannya, karena kita tida perlu membuat
persiapan selain langsung menggunakannya. Yang dimaksud dengan media
konkret sebagai media adalah alat penyampaian informasi yang berupa benda
atau obyek yang sebenarnya atau asli dan tidak mengalami perubahan yang
berarti. Media konkret untuk menerangkan konsep matematika itu dapat berupa
benda nyata dan dapat pula berupa gambar atau diagramnya. Alat peraga yang
berupa benda-benda real itu memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungan
benda-benda real itu dapat dipindah-pindahkan atau dimanipulasikan,
sedangkan kelemahannya tidak dapat disajikan dalam bentuk tulisan atau buku
(Ruseffendi, 1992:141). Dari uraian pengertian media di atas maka dapat

3
disimpulkan bahwa media adalah sebuah alat dalam bentuk hardware maupun
software sebagai alat bantu berkomunikasi dan interaksi antara guru dengan
siswa, dapat berupa benda-benda real yang dapat digunakan di dalam maupun di
luar ruangan, kelompok besar maupun kelompok kecil yang diorganisasikan oleh
guru dalam menerapkan suatu ilmu serta untuk mempermudah sampainya
materi pelajaran kepada siswa. 2. Fungsi Media Konkret (alat peraga)

Ruseffendi (1992:139-140) merinci ada beberapa fungsi atau manfaat


dari penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika, diantaranya : a.
Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran
matematika dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari matematika
itu semakin besar. Anak-anak akan senang, terangsang, tertarik, dan bersikap
positif terhadap pembelajaran matematika. b. Dengan disajikannya konsep
abstrak matematika dalam bentuk konkret, maka siswa pada tingkat-tingkat
yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti. c. Alat peraga
dapat membantu daya tilik ruang, karena tidak membayangkan bentuk-bentuk
geometri terutama bentuk geometri ruang, sehingga dengan melalui gambar-
gambar dan benda-benda nyata akan terbantu daya tiliknya sehingga lebih
berhasil dalam pembelajarannya. d. Anak akan menyadari adanya hubungan
antara pengajaran dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu
dengan alam sekitar dan masyarakat. e. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan
dalam bentuk konkret, yaitu dalam bentuk model matematika dapat dijadikan
objek penelitian dan dapat pula disajikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan
relasi-relasi baru.

Selain dari fungsi dan manfaat alat peraga seperti yang telah dijelaskan di
atas, Ruseffendi (1992:140) juga memaparkan pemakaian alat peraga dalam
pelajaran matematika dapat pula dikaitkan dan dihubungkan dengan salah satu
atau beberapa tujuan berikut ini: a. Pembentukan konsep b. Pemahaman konsep
c. Latihan dan penguatan d. Melayani perbedaan individu, termasuk anak yang
lemah dan anak yang berbakat. e. Pengukuran, alat peraga digunakan sebagai
alat ukur f. Pengamatan dan penemuan sendiri, alat peraga sebagai objek
penelitian maupun sebagai alat untuk diteliti. g. Pemecahan masalah h.

4
Mengundang berpikir i. Mengundang untuk berdiskusi j. Mengundang
berpartisipasi aktif

B. IDENTIFIKASI PERMASLAHAN SESUAI TEMA YANG DIBAHAS

1. PERMASALAHAN B 1
Rendahnya Hasil Belajar Matematika Siswa

Mata pelajaran matematika sangat penting, namun pembelajaran


matematika adalah pelajaran yang dianggap sulit oleh rata-rata siswa.
Permasalahan yang umum terjadi di SD adalah rendahnya hasil belajar
matematika siswa. Hal ini terbukti bila diadakan ulangan harian per pokok
bahasan selalu hasil belajar matematika di bawah rata-rata mata pelajaran
lainnya. Selain itu, matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang jadi
momok nomor satu untuk siswa SD. Otomatis sugesti ini berpengaruh juga
kepada mental anak. Muhassanah et al (2014) berpendapat bahwa “dalam
mempelajari geometri siswa membutuhkan konsep yang matang sehingga
siswa mampu menerapkan ketrampilan geometri yang dimiliki seperti
memvisualisasikan, mengenal bermacam – macam bangun datar dan ruang,
mendeskripsikan gambar”. Tetapi kenyataannya siswa belum menguasai
ketrampilan geometri tersebut.

Pada Standar Kompetensi: (1) menghitung luas bangun datar


sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah, dan (2)
menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam
pemecahan masalah, siswa mengalami kesulitan, sehingga hasil belajarnya
pun kurang maksimal. Beberapa kemungkinan penyebab rendahnya hasil
belajar siswa dalam materi tersebut antara lain karena :1) Materi ini bersifat
abstrak, sehingga siswa masih belum memahami jika hanya melalui ceramah
atau media gambar saja. 2) Materi ini berhubungan dengan materi kelas IV
sehingga jika di kelas IV belum menguasai, maka akan kesulitan menerima
materi ini. 3) Penggunaan media yang kurang tepat. Padahal media amat
penting dalam pembelajaran matematika. Sujana & Rivai (2006) mengatakan
bahwa “media berfungsi sebagai alat bantu mengajar”.

5
2. PERMASALAHAN B 2
Penggunaan Media Yang Kurang Tepat

Menurut Primatasari et al (2014). “media memudahkan siswa belajar,


memberikan pengalaman konkrit, menarik perhatian, mengaktifkan siswa,
dan membangkitkan dunia teori dengan realita, bahwa Guru harus mampu
memilih strategi dan media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
kemampuan siswa di dalam kelas”. Pengertian di atas sependapat dengan
Hendracipta et al (2017) bahwa “guru harus mampu memilih strategi dan
media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kemampuan siswa di dalam
kelas”. Sependapat dengan Prihatiningsih & Setyanigtyas (2018) bahwa
“penggunaan model pembelajaran yang tepat memungkinkan siswa dapat
belajar secara aktif dan menyenangkan”. Barnes (1979) mengemukakan
bahwa “media pembelajaran akan sangat berperan di masa yang akan
datang”.

Higgis dalam Ruseffendi (1993) mengatakan bahwa „keberhasilan


60% lawan 10% bila menggunakan media dibandingkan dengan tidak
menggunakan media‟.

3. PERMASALAHAN B 3
Metode Pembelajaran Yang Kurang Tepat
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika salah satunya adalah metode mengajar yang sulit
dimengerti oleh siswa. selain itu sarana dan prasarana pendukung juga ikut
berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa. Pembelajaran
matematika yang terkesan membosankan juga merupakan faktor terbesar
yang mengakibatkan siswa kurang mampu dalam memahami konsep untuk
menyelesaikan soal matematika.
Dengan pembelajaran yang membosankan membuat siswa kurang
memperhatikan penjelasan dari guru sehingga siswa tidak mendapatkan
hasil dari pembelajaran tersebut secara maksimal. Hasil pembelajaran siswa
yang kurang maksimal tentu akan berpengaruh dalam cara berpikir siswa
untuk menyelesaikan persoalan dalam pelajaran matematika, cara berpikir
siswa yang sederhana membuat siswa cenderung pasif dan kurang serius

6
dalam proses pembelajaran, sehingga materi yang disampaikan oleh guru
tidak tertanam dalam benak siswa.
Berdasarkan kajian Yang dilakukan ditemukan bahwa motivasi belajar
siswa yang rendah, siswa seringkali terlihat bosan, ini dapat dilihat dari
siswa yang sudah tidak memperhatikan penjelasan guru, bermain sendiri,
bahkan ada yang melamun, demikian juga dengan kemampuan
menyelesaikan soal-soal yang diberikan, berdasarkan hasil tes siswa pada
mata pelajaran matematika masih rendah, khususnya pada materi bangun
ruang sisi datar didapati hasil bahwa siswa yang mendapatkan nilai di bawah
65 sebanyak 26 orang atau sebanyak 65%, dapat dikategorikan belum tuntas,
siswa yang mendapatkan nilai di atas atau sama dengan 65 hanya sebanyak
14 orang atau sekitar 35% yang tuntas. selain masalah hasil belajar yang
masih rendah, terdapat pula kendala dalam proses pembelajaran, contohnya
selama proses pembelajaran berlangsung hanya sedikit siswa yang berani
bertanya kepada guru, hanya sedikit siswa yang berani mengajukan diri
untuk mengerjakan soal ke depan kelas kecuali ditunjuk oleh guru, saat
pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak tahu beberapa istilah
matematika atau pengetahuan prasyarat yang sebenarnya telah diajarkan
pada pertemuan sebelumnya.

7
BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN

A. SOLUSI DAN PEMBAHASAN PERMASALAHAN B 1


Menerapkan Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL)

Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan kemampuan berpikir siswa


yang rendah karena pembelajaran selama ini cenderung hanya mengasah aspek
mengingat (remembering) dan memahami (understanding), yang merupakan
low order of thinking (Warpala, 2007). Pembelajaran yang diterapkan masih
terpaku pada pendekatan konsep, dan metode yang digunakan adalah ceramah,
diskusi dan tanya-jawab. Pengajar kurang menerapkan pendekatan atau metode
pembelajaran yang melatih keterampilan berpikir, dan kurang mendorong siswa
untuk lebih aktif dan kreatif. Pengajar hanya sekilas memberikan gambaran
tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk terjun langsung ke
lingkungan sekitarnya dengan cara melakukan observasi, kemudian menemukan
permasalahan, memecahkan permasalahan dan membuat suatu produk nyata
secara mandiri. Melalui pembelajaran berbasis proyek ini siswa pada tahap
permasalahan dan tahap solusi alternatif diajak untuk aktif mengidentifikasi dan
mencari informasi, kegiatan ini sejalan dengan pendapat Zamroni (2000) yang
mengemukakan tiga kemampuan yang perlu dikembangkan oleh siswa, yaitu:
kemampuan dasar, kemampuan mengidentifikasi dan mencari informasi
diperlukan juga di tempat kerja, serta kemampuan sistem pengelolaan
penyampaian bahan pelajaran. Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan
siswa memperluas wawasan pengetahuan dari suatu pembelajaran tertentu.
Pengetahuan yang diperoleh menjadi lebih berarti dan kegiatan pembelajaran
menjadi lebih menarik, karena pengetahuan itu bermanfaat baginya untuk lebih
mengapresiasi lingkungannya, lebih memahami dan memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-sehari, tak sebatas hanya hapalan materi
melainkan lebih memahaminya secara mendalam. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah pembelajaran
yang relevan dengan melibatkan aspek lingkungan tempat siswa berada dan
belajar dengan melibatkan kreativitas yang ada dalam diri siswa. Kreativitas
dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang
individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Ide baru tersebut

8
merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan
(Infinite Innovation, 2001). Pengertian ini lebih memfokuskan pada proses
individu untuk memunculkan ide baru yang merupakan gabungan ide-ide
sebelumnya yang belum diwujudkan atau masih dalam pemikiran

B. SOLUSI DAN PEMBAHASAN PERMASALAHAN B 2


Menerapkan media gambar visual dan audio visual

Uraian dari permasalahan diatas sependapat dengan Yuliana et al (2015)


yang mengatakan bahwa “melalui media gambar, dapat menarik minat siswa
untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, selain itu media gambar visual
dapat memudahkan penyampaian konsep abstrak agar lebih dipahami oleh
siswa”. Diperkuat oleh pendapat Palguna et al (2015) bahwa “siswa lebih
menyukai gambar dan akan menambah semangat siswa dalam mengikuti
pembelajaran”. Menurut teori Piaget dalam Nur (2004), „usia anak SD (6-12
tahun) termasuk ke dalam tahap operasional konkret‟. Menurutnya, ciri-ciri
anak pada tahap ini adalah: 1) Mulai memandang dunia secara obyektif, 2) Mulai
berfikir secara operasional, 3) Membentuk hubungan aturan-aturan, prinsip ilmu
sederhana dan mempergunakan hubungan sebab akibat, 4) Memahami konsep
substansi, volume, panjang, lebar, luas dan berat
Dari teori tersebut, kecenderungan anak SD beranjak dari hal-hal yang
konkret (tahap operasional konkret), yaitu memandang sesuatu yang dipelajari
sebagai satu kebutuhan yang terpadu. Sehingga dalam pembelajaran Matematika
sebaiknya: 1) Dimulai dari hal-hal yang konkret yaitu kegiatan aktif
mempergunakan pancaindra dengan benda nyata atau konkret, 2) Penata awal,
yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan diajarkan, agar murid
mempunyai kerangka kerja untuk mengasimilasikan informasi baru ke dalam
struktur kognitifnya, 3) Mempergunakan kegiatan yang bervariasi karena murid
mempunyai tingkat perkembangan kognitif yang berbeda dan gaya belajar yang
berlainan. Sesuai teori tersebut, maka melalui media bangun ruang dan bangun
datar materi yang bersifat abstrak dapat menjadi konkret.
Menurut Mustamin Idris, et al (2011) bahwa “penerapan alat peraga
dalam pembelajaran matematika dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
untuk meningkatkan hasil belajar siswa”. Selain itu, menurut Rahmanelli (2005)

9
menyatakan “apabila anak terlibat dan mengalami sendiri serta ikut serta dalam
proses pembelajaran maka hasil belajar siswa akan lebih baik, disamping itu
pelajaran akan lebih lama diserap dalam ingatan siswa”. Almira (2014)
mengatakan “dengan menggunakan media siswa akan lebih mudah memahami
konsep yang dipelajari karena pembelajarannya melibatkan aktivitas fisik dan
mental dengan kegiatan melihat, meraba dan memanipulasi alat peraga yang
sejalan dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar yang memiliki rasa ingin tahu
yang kuat, dan tertarik untuk mengeksplorasi situasi di sekitar mereka”.

C. SOLUSI DAN PEMBAHASAN PERMASALAHAN B 3


Metode pembelajaran kelompok dengan model Pembelajaran Kooperatif
atau Cooperative Learning.
Untuk mengatasi permasalahan diatas dalam kegiatan belajar
matematika, maka penulis berencana untuk menerapkan model belajar yang
berbeda, salah satu model tersebut adalah pembelajaran kooperatif (cooperative
learning). Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan akan dapat melatih siswa
mendengarkan pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-
temuan dalam bentuk tulisan. Tugas-tugas kelompok akan dapat memacu siswa
untuk bekerja sama, saling membantu satu sama lain dalam mengintegrasikan
pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Selain itu pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dalam
matematika diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif.
Siswa secara individu dapat membangun kepercayaan diri terhadap
kemampuannya dalam memecahkan masalah-masalah matematika, sehingga
akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika
(math anxiety) yang selama ini banyak dialami siswa. Pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) juga dapat membuat siswa menerima siswa lain yang
berkemampuan dan berlatar belakang berbeda dengan menonjolkan interaksi
dan kerjasama dalam sebuah kelompok belajar.
Darmawan & Sastrawijaya (2017) mengungkapkan Model Pembelajaran
Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan kegiatan, sedangkan model pembelajaran diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian yang didesain untuk mencapai

10
tujuan pendidikan tertentu Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah
tipe Jigsaw. Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan cara
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen
dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab
atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan
menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain
Pembelajaran kooperatif learning adalah suatu metode pembelajaran
atau strategi dalam belajar dan mengajar yang menekankan pada sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja dengan kata lain pembelajaran dilakukan
dengan membuat sejumlah kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 anak yang
bertujuan untuk saling memotivasi antar anggotanya untuk saling membantu
agar tujuan dapat tercapai secara maksimal. Pembelajaran kooperatif dikenal
sebagai pembelajaran secara berkelompok. Akan tetapi belajar kooperatif lebih
dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar
kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat
interdependensi efektif di antara anggota kelompok.

11
BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pembelajaran Matematika di SD sangat membutuhkan alat bantu untuk
menjelaskan materi yang abstrak. Salah satu media yang digunakan dalam
matematika untuk materi geometri adalah media bangun ruang yang bersifat
komkrit. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa diharapkan guru
menerapkan model dan media pembelajaran yang menarik dan membawa siswa
untuk melihat langsung benda yang dipelajarinya, agar ia memiliki pemahaman
yang lebih kuat dibandingkan hanya dijelaskan melalui metode ceramah. Model
pembelajaran yang dimaksud ialah model pembelajaran berbasis proyek (project
based leaning). Adapaun media pembelajaran yang digunakan yaitu media
konkrit berupa benda langsung, nyata yang dapat dilihat, disentuh oleh siswa.
Dan metode pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan metode
pmbelajaran kelompok dengan model pembelajaran kooperatif learning.

B. SARAN
Diharapkan guru mampu mata pelajaran matematika dapat memperbaiki
metode pembelajaran dalam materi bangun datar, sebab penggunaan media
benda konkret ini telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami materi. Diharapkan dengan media yang konkret dapat memotivasi
siswa dalam meningkatkan kemampuan dan pemahaman mereka dalam
kegiatan pembelajaran khususnya dalam memahami cara mengenal sisi-sisi
bangun datar dengan media benda konkret;

12
DAFTAR PUSTAKA
Amir Almira. 2014. Pembelajaran Matematika SD Dengan Menggunakan Media
Manipulatif. Forum Pedagogik 6 (01), 74

Barnes, Ronald E. 1979. Instructional Media and the Future. Journal of Educational
Technology Systems. Sage Journals, 2(4), 123-125.

Muhassanah, Sujadi dan Riyadi. 2014 Analisis Ketrampilan Geometri Siswa Dalam
Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Tingkat berpikir Van Hiele. Jurnal
Elektronik Pembelajaran Matematika. 2 (1), 56

Mustamin Idris, dkk. 2011. Penerapan Alat Peraga Kubus Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Pembelajaran SifatSifat Bangun Ruang Di Kelas IV.

Palguna, Putu Ngurah Dwija, Ni Nyoman Garminah, Dewa Nyoman Sudana. 2015.
Penerapan Metode Picture and Picture Berbantuan Media Gambar Beseri Untuk
Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi. Mimbar PGSD, 3 (1), 21-23.

Prihatiningsih & Setyanigtyas. 2018. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Picture


And Picture Dan Model Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa. JPSD. 1(3),
3.

Primatasari, Zulfiani, & Herlanti. 2004. Jurnal Edusains. 6 (2), 71-72.

Rahayu, S., & Hidayati, W. N. (2018). Meningkatkan hasil belajar matematika melalui
penggunaan media bangun ruang dan bangun datar pada siswa kelas V SDN
Jomin Barat I Kecamatan Kotabaru Kabupaten Karawang. JPsd (Jurnal Pendidikan
Sekolah Dasar), 4(2), 204-215.

Rahmanelli. 2005. Skolar Jurnal Kependidikan. Vol 6. Nomor 2. Hlm. 70-72. Padang: UNP

Sudjana & Rivai. 2006. Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru.

Yuliana, Rina., Cahyani, Isah., Sastromiharjo, Andoyo. 2015. Penerapan Strategi


Partisipatif Melalui Media Gambar Denah dan Kartu Pancing Foto dalam
Pembelajaran Pemahaman Konsep dan Berbicara Siswa Sekolah Dasar. JPSD.
Hlm. 8.

13

Anda mungkin juga menyukai