SKOR :
PGSD F 2020
Dosen Pengampu :
Ade Andrini,S.Pd.,M.Pd.
Adapun tujuan dari tugas ini yaitu menambah wawasan dan pengalaman serta
memperkaya pilihan dan strategi dan model pembelajaran sehingga penulis dapat
memilih atau mengkombinasikan dengan model lain untuk kepentingan peningkatan
mutu pembelajaran dan hasil belajar siswa. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis. Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan tugas ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kebaikan penulisan makalah kedepannya. Akhir
kata penulis sampaikan terimakasih.
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki
objek abstrak dan dibangun melalui melalui proses penalaran deduktif, yaitu
kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat
sangat kuat dan jelas. Dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata
hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Siswa mengalami kesulitan
belajar matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau
memahami konsep-konsep matematika, sebagian besar siswa mengalami
kesulitan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep matematika yang telah dimiliki
siswa pada kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain sangat penting
dilakukan.
Oeh karena itu penulis ingin membahas penyebab permasalahan dan juga
solusi pembelajaran materi bangun ruang di SD melalui media konkrit.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan untuk materi bangun
ruang?
2. Bagaimana model pembelajaran yang digunakan untuk materi bangun ruang?
3. Bagaimana solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa untuk materi
bangun ruang?
C. TUJUAN
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah geometri dan pengukuran
D. MANFAAT
Bagi pembaca :
1. Agar mengetahui bagaimana pembelajaran bangun ruang dapat diajarkan
dengan baik menggunaka media konkret
2. Agar mengetahui penyebab hasil belajar siswa rendah pada materi bangun
ruang.
3. Agar mengetahui metode dan model pembelajaan apa yang baik digunakan
untuk materi bangun ruang
Bagi penulis :
1. Agar terpenuhi salah satu tugas mata kuliah grometri dan pengukuran
2. Agar mengetahui bagaimana pembelajaran bangun ruang dapat diajarkan
dengan baik menggunaka media konkret
3. Agar mengetahui penyebab hasil belajar siswa rendah pada materi bangun
ruang.
4. Agar mengetahui metode dan model pembelajaan apa yang baik digunaka
untuk materi bangun ruang
2
BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
A. PERMASALAHAN UMUM
Biasanya dalam mata pelajaran matematika di SD khususnya materi
bangun ruang guru hanya memberikan penjelasan lewat gambar yang ada dalam
buku pelajaran. Sehingga siswa kurang dapat memahami dengan baik seperti apa
bangun ruang dan benda benda apa saja yang termasuk bangun ruang. Metode
pembelajaran matematika untuk materi bangun datar, pada umumnya guru
hanya memberi informasi, menggambarkan contoh-contoh bentuk bangun di
papan tulis, siswa mencontoh gambar yang dicontohkan oleh guru untuk
digambar di buku siswa. Tetapi hasil yang diperoleh siswa masih jauh dari yang
diharapkan. Adapun rata-rata nilai yang diperoleh di kelas adalah 64,75.
Sedangkan KKM yang ditentukan guru adalah 70. Nah untuk itu seorang guru
diharapkan kreatif dalam memilih dan menyusun media pembelajaran yang
dapat membangkitkan semangat belajar siswa sehinggga hasil belajar siswa
semakin baik. Media adalah suatu benda dalam bentuk hardware maupun dalam
bentuk software sebagai alat bantu untuk berkomunikasi dan interaksi antara
guru dengan siswa. Yang dapat digunakan kelompok besar maupun kelompok
kecil, di dalam maupun di luar ruangan yang diorganisasikan untuk menerapkan
suatu ilmu dalam proses belajar mengajar (Azhar Arsyat (2006: 6).
3
disimpulkan bahwa media adalah sebuah alat dalam bentuk hardware maupun
software sebagai alat bantu berkomunikasi dan interaksi antara guru dengan
siswa, dapat berupa benda-benda real yang dapat digunakan di dalam maupun di
luar ruangan, kelompok besar maupun kelompok kecil yang diorganisasikan oleh
guru dalam menerapkan suatu ilmu serta untuk mempermudah sampainya
materi pelajaran kepada siswa. 2. Fungsi Media Konkret (alat peraga)
Selain dari fungsi dan manfaat alat peraga seperti yang telah dijelaskan di
atas, Ruseffendi (1992:140) juga memaparkan pemakaian alat peraga dalam
pelajaran matematika dapat pula dikaitkan dan dihubungkan dengan salah satu
atau beberapa tujuan berikut ini: a. Pembentukan konsep b. Pemahaman konsep
c. Latihan dan penguatan d. Melayani perbedaan individu, termasuk anak yang
lemah dan anak yang berbakat. e. Pengukuran, alat peraga digunakan sebagai
alat ukur f. Pengamatan dan penemuan sendiri, alat peraga sebagai objek
penelitian maupun sebagai alat untuk diteliti. g. Pemecahan masalah h.
4
Mengundang berpikir i. Mengundang untuk berdiskusi j. Mengundang
berpartisipasi aktif
1. PERMASALAHAN B 1
Rendahnya Hasil Belajar Matematika Siswa
5
2. PERMASALAHAN B 2
Penggunaan Media Yang Kurang Tepat
3. PERMASALAHAN B 3
Metode Pembelajaran Yang Kurang Tepat
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika salah satunya adalah metode mengajar yang sulit
dimengerti oleh siswa. selain itu sarana dan prasarana pendukung juga ikut
berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa. Pembelajaran
matematika yang terkesan membosankan juga merupakan faktor terbesar
yang mengakibatkan siswa kurang mampu dalam memahami konsep untuk
menyelesaikan soal matematika.
Dengan pembelajaran yang membosankan membuat siswa kurang
memperhatikan penjelasan dari guru sehingga siswa tidak mendapatkan
hasil dari pembelajaran tersebut secara maksimal. Hasil pembelajaran siswa
yang kurang maksimal tentu akan berpengaruh dalam cara berpikir siswa
untuk menyelesaikan persoalan dalam pelajaran matematika, cara berpikir
siswa yang sederhana membuat siswa cenderung pasif dan kurang serius
6
dalam proses pembelajaran, sehingga materi yang disampaikan oleh guru
tidak tertanam dalam benak siswa.
Berdasarkan kajian Yang dilakukan ditemukan bahwa motivasi belajar
siswa yang rendah, siswa seringkali terlihat bosan, ini dapat dilihat dari
siswa yang sudah tidak memperhatikan penjelasan guru, bermain sendiri,
bahkan ada yang melamun, demikian juga dengan kemampuan
menyelesaikan soal-soal yang diberikan, berdasarkan hasil tes siswa pada
mata pelajaran matematika masih rendah, khususnya pada materi bangun
ruang sisi datar didapati hasil bahwa siswa yang mendapatkan nilai di bawah
65 sebanyak 26 orang atau sebanyak 65%, dapat dikategorikan belum tuntas,
siswa yang mendapatkan nilai di atas atau sama dengan 65 hanya sebanyak
14 orang atau sekitar 35% yang tuntas. selain masalah hasil belajar yang
masih rendah, terdapat pula kendala dalam proses pembelajaran, contohnya
selama proses pembelajaran berlangsung hanya sedikit siswa yang berani
bertanya kepada guru, hanya sedikit siswa yang berani mengajukan diri
untuk mengerjakan soal ke depan kelas kecuali ditunjuk oleh guru, saat
pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak tahu beberapa istilah
matematika atau pengetahuan prasyarat yang sebenarnya telah diajarkan
pada pertemuan sebelumnya.
7
BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN
8
merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan
(Infinite Innovation, 2001). Pengertian ini lebih memfokuskan pada proses
individu untuk memunculkan ide baru yang merupakan gabungan ide-ide
sebelumnya yang belum diwujudkan atau masih dalam pemikiran
9
menyatakan “apabila anak terlibat dan mengalami sendiri serta ikut serta dalam
proses pembelajaran maka hasil belajar siswa akan lebih baik, disamping itu
pelajaran akan lebih lama diserap dalam ingatan siswa”. Almira (2014)
mengatakan “dengan menggunakan media siswa akan lebih mudah memahami
konsep yang dipelajari karena pembelajarannya melibatkan aktivitas fisik dan
mental dengan kegiatan melihat, meraba dan memanipulasi alat peraga yang
sejalan dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar yang memiliki rasa ingin tahu
yang kuat, dan tertarik untuk mengeksplorasi situasi di sekitar mereka”.
10
tujuan pendidikan tertentu Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah
tipe Jigsaw. Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan cara
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen
dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab
atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan
menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain
Pembelajaran kooperatif learning adalah suatu metode pembelajaran
atau strategi dalam belajar dan mengajar yang menekankan pada sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja dengan kata lain pembelajaran dilakukan
dengan membuat sejumlah kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 anak yang
bertujuan untuk saling memotivasi antar anggotanya untuk saling membantu
agar tujuan dapat tercapai secara maksimal. Pembelajaran kooperatif dikenal
sebagai pembelajaran secara berkelompok. Akan tetapi belajar kooperatif lebih
dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar
kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat
interdependensi efektif di antara anggota kelompok.
11
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembelajaran Matematika di SD sangat membutuhkan alat bantu untuk
menjelaskan materi yang abstrak. Salah satu media yang digunakan dalam
matematika untuk materi geometri adalah media bangun ruang yang bersifat
komkrit. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa diharapkan guru
menerapkan model dan media pembelajaran yang menarik dan membawa siswa
untuk melihat langsung benda yang dipelajarinya, agar ia memiliki pemahaman
yang lebih kuat dibandingkan hanya dijelaskan melalui metode ceramah. Model
pembelajaran yang dimaksud ialah model pembelajaran berbasis proyek (project
based leaning). Adapaun media pembelajaran yang digunakan yaitu media
konkrit berupa benda langsung, nyata yang dapat dilihat, disentuh oleh siswa.
Dan metode pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan metode
pmbelajaran kelompok dengan model pembelajaran kooperatif learning.
B. SARAN
Diharapkan guru mampu mata pelajaran matematika dapat memperbaiki
metode pembelajaran dalam materi bangun datar, sebab penggunaan media
benda konkret ini telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami materi. Diharapkan dengan media yang konkret dapat memotivasi
siswa dalam meningkatkan kemampuan dan pemahaman mereka dalam
kegiatan pembelajaran khususnya dalam memahami cara mengenal sisi-sisi
bangun datar dengan media benda konkret;
12
DAFTAR PUSTAKA
Amir Almira. 2014. Pembelajaran Matematika SD Dengan Menggunakan Media
Manipulatif. Forum Pedagogik 6 (01), 74
Barnes, Ronald E. 1979. Instructional Media and the Future. Journal of Educational
Technology Systems. Sage Journals, 2(4), 123-125.
Muhassanah, Sujadi dan Riyadi. 2014 Analisis Ketrampilan Geometri Siswa Dalam
Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Tingkat berpikir Van Hiele. Jurnal
Elektronik Pembelajaran Matematika. 2 (1), 56
Mustamin Idris, dkk. 2011. Penerapan Alat Peraga Kubus Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Pembelajaran SifatSifat Bangun Ruang Di Kelas IV.
Palguna, Putu Ngurah Dwija, Ni Nyoman Garminah, Dewa Nyoman Sudana. 2015.
Penerapan Metode Picture and Picture Berbantuan Media Gambar Beseri Untuk
Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi. Mimbar PGSD, 3 (1), 21-23.
Rahayu, S., & Hidayati, W. N. (2018). Meningkatkan hasil belajar matematika melalui
penggunaan media bangun ruang dan bangun datar pada siswa kelas V SDN
Jomin Barat I Kecamatan Kotabaru Kabupaten Karawang. JPsd (Jurnal Pendidikan
Sekolah Dasar), 4(2), 204-215.
Rahmanelli. 2005. Skolar Jurnal Kependidikan. Vol 6. Nomor 2. Hlm. 70-72. Padang: UNP
13