Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

1. PENGERTIAN
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah
yang mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi
(Bennete, 2013) :
1.      Pneumonia lobaris
2.      Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
3.      Bronkopneumonia
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas
bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek
dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi
penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita
hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi
kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia
dapat menurunkan angka kematian anak (Bennete, 2013).
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa
anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah
penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia
lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang
melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang
biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa  (Bennete, 2013).

2. ETIOLOGI
Bronchopneumonia dapat disebabkan oleh :
a. Bakteri misalnya Staphylococcus dan Streptococcus.
b. Virus misalnya Virus influenza.
c. Jamur seperti Candida albicans.
d. Aspirasi karena makanan atau benda asing.
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronchopneumonia adalah
penyakit menahun, trauma paru, berat badan anak yang turun karena KKP
(Kurang Kalori Protein). Faktor pencetus timbulnya penyakit ini antara
lain karena udara dan cuaca yang buruk, anka-anak suka makan makanan
yang kurang bersih.
3. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya bronchopneumonia yaitu masuknya
mikroorganisme ke traktus respiratorius yang menginfeksi saluran napas
atas. Karena daya tahan tubuh lemah maka infeksi menyebar ke paru-paru
sampai ke bronchioli dan menimbulkan gejala ringan: batuk, pilek, panas,
malaise. Bila infeksi bertambah kuat, terjadi infiltrasi yaitu masuknya
mukus paru-paru yang menyebabkan sumbatan dan konsolidasi yaitu
penimbunan mukus paru-paru yang menyebabkan gangguan ventilasi,
gangguan difusi dan gangguan perfusi yang menyebabkan hipoksemia
yang ditandai dengan gejala bertambah berat dengan pernapasan cuping
hidung, pernapasan cepat, sianosis, kadang-kadang konstipasi atau diare,
muntah dan distensi abdomen. Jika hal ini tidak ditanggulangi terjadi
kondisi yang lebih buruk yaitu kegagalan pernapasan.
Bakteri, virus dan jamur penyebab bronchopneumonia,
aspirasi karena makanan atau benda asing.

Menginfeksi saluran nafas atas.

Daya Tahan Tubuh


Potensial

Infeksi menyebar ke paru-paru sampai ke bronkheoli komplikasi


infeksi
Infiltrasi (masuknya mukus ke paru)

Penyumbatan & penimbunan mukus di paru

Hipoksemia

- Pernafasan cuping hidung.


- Muntah.
- Pernafasan cepat.
- Diare. Orang tua pasien
- Batuk, pilek.
- Demam. - Mual/ muntah. bertanya-tanya tentang
- Berkeringat. - Nafsu makan penyakit anaknya.
- Bibir kering. menurun.
Kelelahan.
Kurang
Resiko Gangguan pemenuhan
pengetahuan
Ketidakefektipan nutrisi kurang dari
kekurangan orang tua
bersihan jalan kebutuhan tubuh
volume cairan
nafas. Intoleransi
aktivitas

Komplikasi

Gagal nafas.
4. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas.
Penyakit ini umumnya timbul mendadak, suhu meningkat 39-40º C
disertai menggigil, napas sesak dan cepat, batuk-batuk yang non produktif
“napas bunyi” pemeriksaan paru saat perkusi redup, saat auskultasi suara
napas ronchi basah yang halus dan nyaring. Batuk pilek yang mungkin
berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai dengan infeksi saluran
bagian atas, penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia dan
kesulitan menelan.

5. KOMPLIKASI
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk
preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau
mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
b. Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000 – 40.000 / m
dengan pergeseran LED meninggi.
c. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu
atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya
konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
Pada pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang sering dijumpai
adalah:
e. Rontgen untuk melihat infiltrasi atau daerah konsolidasi
yang kadang disertai efusi pleura, kultur nasofaring, tenggorokan dan
darah yang mengisolasi organisme.
f. Jika penyebabya bakteri maka, dijumpai leukositosis
(18000 – 30000), kultur nasofaring darah yang positif.
g. Urine counter Curren Immuno Electrophoresis (CIE)
untuk mendeteksi antigen bakterikhusus.

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penicillin 50.000 u/kg BB/ hari ditambah
dengan Klorampenikol 50-70 mg/ kg BB/ hari atau diberikan
antibiotik yang mempunyai spektru luar seperti Ampicillin.
Pengobatan ini diteruskan sampai batas demam 4-5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena
biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dengan
perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/ 500 ml/ batas infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh pada
keadaan asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka
dapat diberikan koreksi dengan analisis gas darah arteri.

7. PENATALAKSANAAN
Keperawatan :
Simptomatis
a. Kompres dengan air hangat ketika terjadi peningkatan suhu
b. Beri posisi nyaman untuk melancarkan pernafasan
c. Asupan nutrisi yang adekuat ketika terjadi gejala anoreksia
Medis :
a. Pemberian oksigen dan cairan intravena biasanya diperlukan
campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dengan perbandingan 3 : 1
ditambah larutan KCl 10 mEq/ 500 ml/ batas infus.

B. ASUHANKEPERAWATAN
1.Pengkajian
a.riwayat
1.         Riwayat penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah, riwayat penyakit
pernapasan, pengobatan yang dilakukan di rumah dan penyakit yang menyertai.
2.         Tanda fisik
Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan tambahan, faring
hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.
3.         Faktor perkembangan : umum , tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-hari,
mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
4.         Pengetahuan pasien/ keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan
b. pola Gordon
Pengkajian riwayat kesehatan merupakan langkah pertama dalam
proses keperawatan yang mana dalam proses ini bertujuan untuk
pengumpulan data tentang tingkat kesejahteraan klien, riwayat
kesehatan klien, riwayat kesehatan keluarga dan pola pemeliharaan
kesehatan yang mana dikumpulkan selama wawancara. Pengkajian
riwayat kesehatan meliputi:
data klien
a)   Nama
b)   Usia
c)   Jeniskelamin
d)   Agama
e)   Alamat
f)   Penanggungjawab
g)   TanggalmasukRS
h)   Tanggalpengkajian
b)   Riwayatpenyakitsekarang
1.   Keluhanutama
  Klienseringbatuk
2.   Keluhanpenyakitsekarang
  Kliensesaknafas
   Kliennyeridada
   Klientampakkelelahandanletih
c)   Riwayatpenyakitdahulu
    Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang
sama     atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita.
Misalnya     sebelumnya pasien pernah mengalami infeksi pada saluran
nafas.
d)   Riwayat penyakit keluarga
    Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada atau tidak yang
mengalami     penyakit yang sama atau yang berhubungan dengan
penyakit yang diderita     saat ini.
e)   Polapemeliharaankesehatan
Merupakanpolakesehatan yang sering dilakukan misalnya :
1.   Kebiasaanminumalkohol
2.   Kebiasaanmerokok
3.   Menggunakanobat-obatan
4.   Aktifitas atauolahraga
5.   Stress
f)   Riwayat psikologi dan spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga,
dampak penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang
mempengaruhi  pasien, mekanisme koping terhadap stres, persepsi
pasien terhadap penyakitnya dan sistemnilai kepercayaanpasien.
2.PemeriksaanFisik
    Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan semua bagian tubuh
dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pemeriksaan fisik dilakukan setelah riwayat keperawatan dilakukan
sehingga data historis tersebut dapat diperkuat. Setelah itu data baru
dikumpulkan selama pemeriksaan. Adapun pemeriksaan fisik pada
pneumoniaadalah:   
1.   SistemIntegumen
Kulit pucat, cyanosis, banyak keringat, suhu kulit meningkat,
kemerahan.
2.   SistemPulmonal
Pernafasan cuping hidung, batuk produktif atau non produktif, sputum
banyak,  penggunaan otot bantu pernafasan, terdengar stridor, roncii
pada lapang paru.
3.   SistemCardiovaskuler
    Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokonstriksi, kualitas
darah menurun.
4.   SistemNeurosensori
GCSmenurun,refleksmenurunataunormal,letargi.
5.   SistemMusculoskeletal
Tonus otot menurun, nyeri otot, retraksi paru dan penggunaan otot
aksesori pernafasan.
6.   Sistemgenitourinaria
Produksiurinmenurunataunormal.
7.   Sistemdigestif
Konsistensi feses normal atau diare.

  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif kemungkinan b.d inflamasi trakeabranchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
2.      Perubahan pola nafas b.d perubahan membrane alveolar
3. resiko kebutuhan cairan kurang b.d intake dan output

No Diagnosa Tujuan Rencana Keperawatan


Keperawatan NOC NIC
1. Bersihan jalan Setelah Airway Suctioning (3160)
napas tidak dilakukan 1         Pastikan kebutuhan suctioning
efektif b.d tindakan 2         Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning
obstruksi jalan keperawatan 3         Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
nafas selama … x 24 4         Meminta klien napas dalam sebelum suctioning
jam jalan napas5         Berikan oksigen dengan kanul nasal untuk memfasilitasi
klien efektif, suctioning na-sotrakheal
dengan kriteria 6        
: Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
7         Anjurkan klien napas dalam dan istirahat setelah kateter
Status dikeluarkan dari nasotrakheal
Respirasi : 8         Monitor status oksigen pasien
Patensi Jalan 9         Hentikan suction apabila klien me-nunjukkan bradikardi
Nafas (0410) :
     Suara napas Airway manajemen ( 3140)
bersih 1.       Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust
     Tidak ada bila perlu
sianosis 2.       Posisikan klien untuk memaksi-malkan ventilasi
     Tidak sesak 3.       Identifikasi pasien perlunya pema-sangan jalan napas
napas / dispneu buatan
     Irama napas dan4.       Pasang mayo bila perlu
frekuensi napas5.       Lakukan fisioterapi dada bila perlu
dalam rentang 6.       Keluarkan secret dengan batuk atau suction
normal 7.       Auskultasi suara napas , catat adanya suara nafas tambahan
     Klien tidak 8.       Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
merasa ter-cekik9.       Monitor respirasi dan status oksigen
     Tidak ada
sianosis Cough Enhancement (3250)
     Tidak gelisah 1         Monitor fungsi paru-paru, kapasitas vital, dan inspirasi
     Sputum maksimal
berkurang 2         Dorong pasien melakukan nafas dalam, ditahan 2 detik lalu
batuk 2-3 kali
Status 3         Anjurkan klien nafas dalam beberapa kali, dikeluarkan
Respirasi : dengan pe-lan-pelan dan batukkan di akhir ekspirasi
Ventilasi (0403)
          Terapi Oksigen (3320)
Mendemonstrasi1.       Bersihkan secret di mulut, hidung dan trakhea /
kan ba-tuk tenggorokan
efektif 2.       Pertahankan patensi jalan nafas
     Suara nafas 3.       Jelaskan pada klien / keluarga ten-tang pentingnya
yang bersih pemberian oksigen
     Tidak ada 4.       Berikan oksigen sesuai kebutuhan
sianosis 5.       Pilih peralatan sesuai kebutuhan : kanul nasal 1-3 l/mnt,
      Tidak ada head box 5-10 l/mnt, dll
dispneu (mam- 6.       Monitor aliran oksigen
pu bernafas 7.       Monitor selang oksigen
dengan mudah)8.       Cek secara periodik selang oksigen, air humidifier, aliran
     Tidak ada oksigen
pursed lips 9.       Observasi tanda kekurangan oksigen : gelisah, sianosis dll
10.    Monitor tanda keracunan oksigen
11.    Pertahankan oksigen selama dalam transportasi
12.    Anjurkan klien / keluarga untuk me-ngamati persediaan
oksigen, air humidifier, jika habis laporkan petugas

Mengatur posisi (0840)


1.       Atur posisi pasien semi fowler, ekstensi kepala
2.       Miringkan kepala bila muntah

Fisioterapi dada (3230)


1         Tentukan adanya kontraindikasi fisioterapi dada
2         Tentukan segmen paru-paru yang memerlukan fisioterapi
dada
3         Posisikan klien dengan segmen paru yang memerlukan
drainase dile-takkan lebih tinggi
4         Gunakan bantal kepala untuk membantu mengatur posisi
5         Kombinasikan teknik perkusi dan posturnal drainase
6         Kombinasikan teknik fibrasi dan posturnal drainase
7         Kelola terapi inhalasi
8         Kelola pemberian bronchodilator, mukolitik
9         Monitor dan tipe sputum
10     Dorong batuk sebe
lum dan sesudah posturnal drainase

Pola Setelah Airway manajemen ( 3140)


nafas tidak efektif dilakukan 1    Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perl
b.d perubahan tindakan 2    Posisikan klien untuk memaksi-malkan ventilasi
membrane perawatan 3    Identifikasi perlunya pemasangan jalan napas buatan
alveoler selama … X 24
4    Pasang mayo bila perlu
jam pola nafas5    Lakukan fisioterapi dada bila perlu
klien efektif, 6    Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
dengan 7    Auskultasi suara napas , catat adanya suara tambahan
:< kriteria : 8    Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
9    Monitor respirasi dan status oksigen
Respiratory
status : Respirasi Monitoring (3350)
Airway 1    Monitor rata-rata, ritme, kedalaman, dan usaha napas
patency (0410)
2    Catat gerakan dada apakah simetris, ada penggunaan otot tambahan
: dan retraksi
     Suara napas 3    Monitor crowing, suara ngorok
bersih 4    Monitor pola napas : bradipneu, takipneu, kusmaul, apnoe
     Tidak ada 5    Dengarkan suara napas : catat area yang ventilasinya menurun /
sianosis tidak ada dan catat adanya suara tambahan
     Tidak sesak 6    K/p suction dengan mendengarkan suara ronkhi atau krakles
napas 7    Monitor peningkatan gelisah, cemas, air hunger
     Irama napas 8    Monitor kemampuan klien untuk batuk efektif
dan frekuensi 9    Catat karakteristik dan durasi batuk
napas dalam 10  Monitor sekret di saluran napas
rentang normal11  Monitor adanya krepitasi
     Klien tidak 12  Monitor hasil roentgen thorak
merasa ter- 13 Bebaskan jalan napas dengan chin lift atau jaw thrust bila perlu
cekik 14 Resusitasi bila perlu
     Tidak ada 15 Berikan terapi pengobatan sesuai advis (oral, injeksi, atau terapi in-
sianosis halasi)
     Tidak gelisah
     Sputum Cough Enhancement (3250)
berkurang 1    Monitor fungsi paru-paru, kapasitas vital, dan inspirasi maksimal
2     Dorong pasien melakukan nafas dalam, ditahan 2 detik lalu batuk
Respiratory 2-3 kali
status : 3    Anjurkan klien nafas dalam beberapa kali, dikeluarkan dengan
ventilation pelan-pelan dan batukkan di akhir ekspirasi
(0403) Terapi Oksigen (3320)
     Respirasi 13.  Bersihkan secret di mulut, hidung dan trachea / tenggorokan
dalam rentang 14.  Pertahankan patensi jalan nafas
normal 15.  Jelaskan pada klien / keluarga ten-tang pentingnya pemberian
     Ritme dalam oksigen
batas normal 16.  Berikan oksigen sesuai kebutuhan
      Ekspansi dada17.  Pilih peralatan sesuai kebutuhan : kanul nasal 1-3 l/mnt, head box
simetris 5-10 l/mnt, dll
      Tidak ada 18.  Monitor aliran oksigen
sputum di jalan19.  Monitor selang oksigen
napas 20.  Cek secara periodik selang oksigen, air humidifier, aliran oksigen
     Tidak ada 21.  Observasi tanda kekurangan oksigen : geli-sah, sianosis dll
penggunaan 22.  Monitor tanda keracunan oksigen
otot-otot nafas23.  Pertahankan oksigen selama dalam transportasi
tambahan 24.  Anjurkan klien / keluarga untuk me-ngamati persediaan oksigen,
     Tidak ada air humidifier, jika habis laporkan petugas
retraksi dada
      Tidak
ditemukan
dispneu
     Dispneu saat
aktivitas ti-dak
ditemukan
      Napas pendek-
pendek ti-dak
ditemukan
      Tidak
ditemukan
taktil fremitus
      Tidak
ditemukan
suara napas
tambahan

3.Resik Setelah M Monitor Cairan (4130)


o dilakukan 1.   Tentukan riwayat jenis dan ba-nyaknya intake cairan dan kebiasaan eleminasi
kekuran tindakan 2.   Tentukan faktor resiko yang meyebabkan ketidakseimbangan ca-iran
gan keperawatan (hipertermi diuretic, ke-lainan ginjal, muntah, poliuri, diare, diapo-resis,
volume selama … X terpapar panas, infeksi)
cairan 24 jam klien3.    Menimbang BB
tidak 4.    Monitor vital sign
mengalami 5.    Monitor intake dan output
kekurangan 6.    Periksa serum, elektrolit dan mem-batasi cairan bila diperlukan
cairan, 7.    Jaga keakuratan catatan intake dan output
dengan 8.    Monitor membrane mukosa, turgor kulit dan rasa haus
kriteria : 9.    Monitor warna dan jumlah urin
10.  Monitor distensi vena leher, krakles di paru, odem perifer dan pe-ningkatan
Hidrasi berat badan.
(0602) 11.  Monitor akses intrvena
Kriteria 12.  Monitor tanda dan gejala asites
hasil : 13.  Catat adanya vertigo
          Hidrasi 14.   Berikan cairan
kulit adekuat15.   Pertahankan aliran infus sesuai advis
          Tekanan
darah dalam Manajemen Cairan (4120)
ba-tas normal1.       Timbang berat badan sesuai ke-butuhan dan monitor kecenderung-annya.
          Nadi 2.       Timbang popok
teraba 3.       Pertahankan keakuratan catatan in-take dan output
          Membran4.       Pasang kateter bila perlu
mukosa 5.       Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa,denyut nadi, tekanan
lembab darah)
          Turgor 6.       Monitor vital sign
kulit normal 7.       Monitor tanda-tanda overhidrasi / kelebihan cairan (crackles, edema perifer,
          Berat distensi vena leher, asites, edema pulmo)
badan stabil 8.       Berikan cairan intra-vena
dan dalam 9.       Monitor status nutrisi
batas normal10.    Berikan cairan intravena
          Kelopak 11.    Berikan intake oral selama 24 jam
mata tidak 12.    Berikan cairan dengan selang (NGT) atau drip feeding bila perlu
ce-kung 13.    Monitor respon klien terhadap terapi elektrolit
          Urin out 14.    Kolaborasi dokter jika ada tanda dan gejala kelebihan cairan
put normal
          Tidak Manajemen Hipovolemia
demam (4180)
          Tidak 1      Monitor status cairan intake dan output
asites, edema2      Pertahankan patensi akses intravena
pe-rifer 3      Monitor Hb dan Hct
          Tidak ada4      Monitor kehilangan cairan (perda-rahan, muntah, diare)
rasa haus 5      Monitor tanda vital
yang sangat 6      Monitor respon klien terhadap pe-rubahan cairan
          Tidak ada7      Berikan cairan isotonic / kristaloid (NaCl, RL)
napas pendek8      Monitor tempat tusukan intravena dari tanda infiltrasi atau infeksi
/ kusmaul 9     Monitor IWL (missal : diaporesis)
10    Anjurkan klien untuk menghindari mengubah posisi dengan cepat, dari tidur
Balance ke duduk atau berdiri
Cairan 11      Monitor berat badan
(0601) 12      Monitor tanda dehirasi ( turgor kulit menurun, pengisian kapiler lambat,
Kriteria hasil membrane mukosa kering, urin output menurun, hipotensi, rasa haus
          Tekanan meningkat, nadi lemah
darah normal13      Dorong intake oral (distribusikan cairan selama 24 jam dan beri ca-iran
          Nadi diantara waktu makan)
perifer teraba14      Pertahankan aliran infus
          Tidak 15      Atur posisi klien Trendelenburg / kaki elevasi lebih tinggi dari kepala ketika
terjadi hipotensi bila perlu
ortostatik
hypotension Monitoring Elektrolit (2020)
          Intake- 1         Monitor elektrolit serum
output 2         Laporkan jika ada ketidakseimbang-an elektrolit
seimbang 3         Monitor tanda dan gejala ketidak-seimbangan elektrolit (kejang, kram perut
dalam 24 jam tremor, mual dan muntah, le-targi, cemas, bingung, disorientasi, kram otot,
          Serum, nyeri tulang, depresi pernapasan, gangguan irama jantung, penurunan
elektrolit kesadaran : apatis, coma)
dalam batas Manajemen Elektrolit (2000)
normal. 1     Pertahankan cairan infus yang me-ngandung elektrolit
          Hmt 2     Monitor kehilangan elektrolit lewat suction nasogastrik, diare, diaporesis
dalam batas 3         Bilas NGT dengan normal salin
normal 4         Berikan diet makanan yang kaya kalium
          Tidak ada5         Berikan lingkungan yang aman bagi klien yang mengalami gangguan
suara napas neurologis atau neuromuskuler
tambahan 6         Ajari klien dan keluarga tentang tipe, penyebab, dan pengobatan keti-
          BB stabil dakseimbangan elektrolit
          Tidak ada7         Kolaborasi dokter bila tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit
asites, edema menetap.
perifer 8         Monitor respon klien terhadap terapi elektrolit
          Tidak ada9         Monitor efek samping pemberian suplemen elektrolit.
distensi vena10     Kolaborasi dokter pemberian obat yang mengandung elektrolit (al-dakton,
leher kalsium glukonas, Kcl).
          Mata 11     Berikan suplemen elektrolit baik lewat oral, NGT, atau infus sesuai advice
tidak cekung dokter
          Tidak
bingung
          Rasa haus
tidak ber-
lebihan /
rakus
         
Membrane
mukosa lem-
bab
          Hidrasi
kulit adekuat

4. EVALUASI
1. jalan napas paten dengan bunyi napas dengan bunyi napas bersih tidak ada
tanda dispnea,sianosis
2. menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA
dalam rentang normal dan tidak ada gejala distress pernapasan
3. melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat di
ukur dengan tidak adanya dispnea, kelemahan berlebihan,tanda vital dalam
rentang normal
4. menunjukkan rileks, istirhata/tidur dan peningkatan aktivitas yang tepat
5.menunjukkan peningkatan masukan, mempertahankan atau meningkatkan
berat badan
6.menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual
yang tepat, seperti membrane mukosa lembab,turgor kulit baik, pengisian
kapiler cepat, tanda tanda vital stabil

DAFTAR PUSTAKA

Bennet, John Nicholas. 2013.


Hidayat, A.Aziz Alimul.2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika
Nanda. 2010. Diagnosis Keperawatan-Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta: EGC
Riyadi, Sujono dan sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Smeltzer SC, Bare B.G. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 1.
Jakarta: EGC.
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CP Agung
Seta.
Staf pengajar FKUI. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Buku Kuliah 3. Jakarta :
Imfomedika.
ASUHAN keperawatan nanda nic noc jakarta

Anda mungkin juga menyukai