Untuk mengisolasi komponen makromolekular dari bakteri, kita harus melakukan
tiga hal. Pertama, kita harus merusak dinding sel dari bakteri dan membran selnya untuk membantu ekstrasi dari komponen yang kita kehendaki. Kedua, harus bekerja pada kondisi yang baik hingga dapat menghambat atau menghacurkan turunan enzim yang dihasilkan dalam perusakan bakteri. Ketiga, harus menggunakan prosedur pemisahan yang menghasilkan makromolekul yang kita kehendaki. Prosedur kerja isolasi DNA bakteri berdasarkan eksperimen dari Makmur pada tahun 1961 adalah sebagai berikut. 1. Sel-sel bakteri dirusak dengan perlakuan awal dengan enzim putih telur, lisosim yang menghidrolisis dinding bakteri. Hasil dari melemahnya dinding sel bakteri adalah mudahnya memberikan kejutan osmotic. Akhirnya dinding sel bakteri akan mengalami lisis dalam lingkungan hipotonik. 2. Penambahan deterjen yang mengandung natrium dudocyl sulfat atau SDS akan melengkapi lisisnya bakteri dengan merusak residu membran bakteri. SDS juga menhambat aktivitas enzimatis yang berbahaya seperti nukleasis dibandingkan reaksi denaturasi dari deterjen. 3. Agen pengkhelat sitrat dan EDTA lebih jauh menghambat nukleolisis dengan mengembalikan ion logam divalen yang diperlukan untuk aktivitas inti. Metode eksperimen ini menggunakan beberapa macam metode pemisahan yang dapat memurnikan DNA yang terdapat pada sel bakteri. 4. Secara khusus ion perklorat dapat memisahkan protein dari DNA. 5. Kemudian kloroform isoamyl alkohol digunakan untuk denaturasi protein lebih jauh untuk sentrifugasi yang berbeda. 6. Kemudian DNA akan diubah secara selektif selama penambahan etanol yang membuat menggulungnya serat panjang DNA dari makromolekul yang lain misalnya RNA dan protein yang terkoagulasi dalam bentuk nonserat. 7. DNA kasar yang diperoleh, akhirnya dilarutkan dan direpresipitasi dengan isopropanol di bawah kondisi yang hanya mendukung persipitasi DNA. ISOLASI DNA BAKTERI 2 Dapat diketahui bahwa dalam proses mengisolasi plasmid dari suatu bakteri, ada tiga tahap penting yang perlu dilakukan, yaitu 1. Lisis membran sel bakteri Proses lisis diawali dengan adanya pemberian SDS + NaOH dimana SDS (sodium dodesil sulphate) merupakan deterjen yang berperan untuk melisis dinding atau membran sel yang terdiri dari lipid (fosfolipid) dan NaOH sebagai larutan basa berfungsi untuk denaturasi protein atau DNA (DNA double strain menjadi single strain). Terjadinya proses lisis ditandai dengan terbentuknya lendir. Kemudian larutan disentrifugasi untuk diambil supernatannya berupa lautan suspensi. 2. Ektraksi DNA Pada larutan suspensi sebelum diekstraksi, terdapat senyawa DNA plasmid, RNA, Protein, Senyawa Organik dan Komponen Lipid. Ekstraksi dilakukan dengan adanya penambahan PCI (Phenol-Chloroform-Isoamyl Alcohol) dengan tujuan untuk memisahkan antara DNA dan komponen lainnya dimana Phenol-Chloroform berfungsi sebagai pelarut dari senyawa organik dan komponen lipid. Dengan dilakukannya ekstraksi menggunakan PCI maka setelah disentrifugasi terbentuklah 3 fase dimana terdiri dari fase air yang ada di paling atas tempat DNA plasmid berada, protein yang terkoagulasi di fase yang ada di tengah dan fase Phenol-Chloroform yang ada di paling bawah karena sifat chloroform yang berat jenisnya besar. 3. Pengendapan DNA. Fase air yang diambil kemudian diendapkan menggunakan sodium acetat untuk menciptakan kondisi netral dan alcohol untuk mengikat air yang sebelumnya terikat pada DNA sehingga DNA mengendap dengan sentrifugasi. Pelet yang didapat kemudian dimurnikan dengan penambahan etanol 70% yang kemudian disentrifugasi lagi untuk didapatkan pelet. Pada tahap ini tidak perlu dilakukan resuspensi karena apabila dilakukan resuspensi DNA akan sulit mengendap karena pH nya tidak netral lagi. Penambahan RNase dapat diberikan untuk menghilangkan sisa-sisa fragmen RNA setelah dilakukan pemurnian dan proses vakum dengan bantuan larutan buffer TE ataupun dH2O. ISOLASI DNA BAKTERI 3 A. Alat dan Bahan 1. Strain bakteri sampel 2. Medium Luria Bertani (LB) agar dan LB cair 3. Bufer Sodium Tris-EDTA (STE) 4. Lisozim 5. Buffer lisis 6. CI (kloroform Isoamil alkohol) 7. Fenol 8. Na asetat 9. Etanol absolut 10. Etanol 70% 11. Buffer TE 12. akuades 13. shaker-incubator tipe EFM-60 (Seiwa Rico, Ltd.) 14. Microsentrifuga (dingin) 15. Tabung mikrosentrifuga 16. Sarung tangan 17. Seperangkat mikropipet beserta tipnya (Bio-Rad dan Axygen Scientific) 18. Lemari pendingin 19. Kertas tisu 20. Kamera Digital B. Cara Kerja Isolasi DNA kromosom dilakukan menggunakan metode lysis alkali (Wang). 1. Kultur semalam bakteri dikultivasi ke media LB cair 25 ml dengan cara memindahkan satu koloni bakteri ke media LB cair. Inkubasi dilakukan di dalam shaker-incubator dengan kecepatan rotasi 150 rpm pada suhu 37oC selama 16 jam (semalam). 2. Sebanyak 3 ml kultur hasil inkubasi 16 jam diambil dan dimasukkan ke dalam tabung mikrosentrifuga kemudian dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 5.700 x g selama 5 menit. 3. Supernatan yang dihasilkan dibuang dan diperoleh pellet sel bakteri, kemudian pellet diresuspensi dengan 1 ml larutan STE dengan cara vortex dan disentrifugasi dengan kecepatan 5.700 x g selama 5 menit. 4. Supernatan dibuang kembali dan pellet diresuspensi dengan 200 µl lisozim dengan cara vortex dan diinkubasi pada suhu 37 0C selama satu jam. 5. Tabung mikrosentrifuga hasil inkubasi satu jam ditambah 200 µl buffer lisis, diresuspensi dengan cara dibolak-balik. 6. Proses selanjutnya ke dalam tabung ditambah 100 µl CI dan 100 µl fenol dingin, diresuspensi dengan cara dibolak-balik dan disentrifugasi kecepatan tinggi 13.000 rpm pada suhu 4 0C selama 10 menit. 7. Lapisan paling atas dari supernatan dipindahkan ke tabung mikrosentrifuga dan diperkirakan besar volemenya. 8. Proses selanjutnya ke dalam tabung ditambah CI sebanyak 1x volume supernatan, diresuspensi dengan cara dibolak-balik dan disentrifugasi kecepatan tinggi 13.000 rpm pada suhu 4 0C selama 10 menit. 9. Lapisan paling atas dari supernatan dipindahkan kembali ke tabung mikrosentrifuga yang baru dan diperkirakan besar volemenya. 10. Supernatan tersebut ditambah Na asetat dan etanol absolut masing-masing sebanyak 0,1 volume supernatan dan 2x volume supernatan. 11. Campuran larutan tersebut diresuspensi dan dilakukan inkubasi pada suhu -20 0C selama 2 jam. 12. Tabung mikrosentrifuga hasil inkubasi 2 jam disentrifugasi kecepatan tinggi 13.000 rpm pada suhu 4 0C selama 10 menit. 13. Supernatan yang dihasilkan dibuang dan ke dalam tabung ditambahkan 500 µl etanol 70%, diresuspensi dengan cara dibolak-balik dan disentrifugasi kembali dengan kecepatan 13.000 rpm pada suhu 4 0C selama 10 menit. 14. Supernatan dibuang kembali, tabung dikeringkan, ditambah 50 µl TE dan diresuspensi dengan cara dibolak-balik. Suspensi yang diperoleh adalah suspensi DNA kromosom bakteri.