OLEH :
KELOMPOK IV
OLEH :
A. LATAR BELAKANG
Makanan merupakan kebutuhan sehari-hari manusia yang harus
dipenuhi. Makanan bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya keracunan
makanan dan dapat menjadi perantara dalam penularan penyakit atau dikenal
dengan Food Borne Disease. Katering merupakan suatu badan usaha penyedia
makanan untuk banyak orang. Untuk menghindari terjadinya keracunan makanan
serta penularan penyakit melalui makanan, maka kebersihan dari makanan dan
penjamah makanan harus diperhatikan karena dengan adanya kejadian tersebut
maka akan menjadi hal yang serius serta mempengaruhi kualitas katering tersebut.
Katering dapat berupa skala kecil dan skala besar. Salah satu contoh katering
skala besar adalah katering penerbangan atau inflight catering.
Makanan yang memenuhi syarat tidak hanya sekedar memenuhi
syarat gizi, menarik, rasanya enak, dan harus bebas dari berbagai mikro organisme
yang dapat membuat makanan menjadi rusak atau dapat menghasilkan zat yang
berbahaya ataupun tercemar zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Upaya
hygiene dan sanitasi makanan pada dasarnya meliputi orang yang menangani
makanan, tempat penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan makanan,
penyimpanan makanan dan penyajian makanan. Makanan yang tidak dikelola
dengan baik dan benar oleh penjamah makanan dapat menimbulkan dampak
negatif seperti penyakit dan keracunan akibat bahan kimia, mikroorganisme,
tumbuhan atau hewan, serta dapat pula menimbulkan alergi. Faktor kebersihan
penjamah atau pengelola makanan yang biasa disebut hygiene personal
merupakan prosedur menjaga kebersihan dalam pengolahan makanan yang aman
dan sehat.
Sanitasi memiliki arti yang mirip dengan higiene. Hanya saja bedanya jika
higiene fokus pada aktivitas manusia, jika sanitasi fokus ke lingkungan manusia,
sebagai contohnya yaitu tersedianya air bersih untuk cuci tangan sebelum dan
sesudah makanan. Menurut WHO, sanitasi merupakan salah satu usaha untuk
mengawasi faktor-faktor yang berasal dari lingkungan fisik yang akan
berpengaruh kepada manusia, terutama hal- hal yang dapat memberikan efek
merusak perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup.
Higiene dan sanitasi memiliki hubungan yang sangat erat dan saling
berhubungan satu sama lain. Apabila higiene seseorang baik akan tetapi
sanitasinya tidak mendukung maka resiko terjadinya penyakit atau efek lainnya
akan lebih tinggi, sebagai contoh yang diberikan oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia pada Tahun 2004 yaitu seseorang mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, akan tetapi air yang tersedia tidak cukup
sehingga cuci tangan yang dilakukan menjadi tidak sempurna.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang diperoleh yaitu
bagaimanakah prinsip sanitasi makanan di PT. Aerofood Indonesia?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan laporan sanitasi industri berupa
prinsip sanitasi makanan yang terdapat pada perusahaan/industri penyedia
makanan.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu menyelesaikan pembuatan laporan tepat pada
waktunya.
b. Agar mahasiswa mampu mengetahui prinsip sanitasi makanan di industri PT.
Aerofood Indonesia.
c. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengamanan makanan pada setiap
prinsip sanitasi makanan di PT. Aerofood Indonesia.
D. Manfaat
Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak, yakni sebagai berikut.
1. Manfaat praktis
Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis dan
pembaca tentang rekayasa sarana industri berupa prinsip sanitasi makanan di PT.
Aerofood Indonesia.
2. Manfaat teoritis
Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
lengkap kepada pembaca mengenai rekayasa sarana industri berupa prinsip
sanitasi makanan di PT. Aerofood Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
waktu tidak lebih dari 45 menit dengan suhu ruangan maksimal 21OC dan suhu
permukaan produk maksimal adalah 15OC. Apabila hal tersebut tidak dapat
tercapai maka produk tersebut harus dibuang. Setelah didishing, produk akan
dimasukkan kembali ke chiller dan saat akan adanya penerbangan, makanan
sesuai menu harian akan dibawa ke MTSU atau Meal Tray Set Up atau penataan
masing-masing tray dan akan dimasukkan ke masing-masing troli maskapai
penerbangan.
Tempat pengolahan makanan yaitu pada proses pemasakan adalah
Hot Kitchen. Hot Kitchen yang dimiliki oleh PT Aerofood Indonesia merupakan
dapur yang kedap air, bersih, tidak licin, memiliki saluran air, serta terdapat
ventilasi yang cukup, dan cahaya yang cukup.
Hot Dishing merupakan lokasi untuk pemorsian atau dishing menu.
Hot Dishing memiliki bangunan atau ruangan yang tidak licin, kedap air,
memiliki suhu yang tidak panas, dan cukup pencahayaan. Lokasi Hot Kitchen
dan Hot Dishing saling berdekatan.
A. SIMPULAN
Adapun simpulan yang diproleh dari hasil dan pembahasan yang telah
dibahas yaitu prinsip saniitasi makanan yang terdapat di PT. Aerofood Indonesia
memiliki 6 prinsip sanitasi makanan yang terdiri dari prinsip I tentang p emilihan
b ahan baku makanan, prinsip II tentang penyimpanan bahan makanan, prinsip III
tentang pengolahan makanan, prinsip IV tentang penyimpanan makanan matang,
prinsip V tentang pengangkutan makanan, dan prinsip VI tentang penyajian
makanan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari laporan ini yaitu diharapkan untuk
industri makanan lebih mengutamakan keamanan di setiap prinsip sanitasi
makanan yang dikelola, agar menghindari terjadinya kerusakan makanan dan
dapat mengakibatkan dampak buruk terhadap konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes.Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Dirjen PPM dan PLP. Depkes
RI Jakarta. 2004.
Rahmadhani dan Sumarmi. 2017. Gambaran Penerapan Prinsip Higiene Sanitsi
Makanan Di PT Aerofood Indonesia,Tangerang, Banten. Jakarta :
Universitas Airlangga