Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aqil

Kelas : IV-A

KH Hasyim Asy’ari merupakan seorang ulama besar dan pahlawan nasional.


Dia dikenal sebagai pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Pada riwayatnya, Muhammad Hasyim bin Asy’ari lahir di Desa Gedang,
Jombang pada 24 Dzulqo’dah 1287 H atau 14 Februari 1871 M. Ayahnya yang bernama
Kyai Asy’ari berasal dari Demak dan berstatus sebagai pendiri Pesantren Keras di
Jombang. Sedangkan, ibunya yang bernama Halimah adalah putri Kiai Usman, pendiri
Pesantren Gedang.
Memiliki latar belakang keluarga yang agamis, Hasyim Asy’ari banyak belajar
tentang agama Islam sejak kecil. Awalnya, dia belajar bersama ayah dan kakeknya. Ketika
menginjak usia 15 tahun, dia mulai menjelajah berbagai pesantren seperti Pesantren
Wonokoyo Probolinggo, Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Kademangan Bangkalan
Madura, dan lainnya. Selain itu, Hasyim Asy’ari juga pernah menuntut ilmu di Makkah.
Saat itu, dia pergi ke Hijaz dan belajar di bawah bimbingan Syekh Mahfudz dari Tremas,
Pacitan.
Pada perjuangan kemerdekaan Indonesia, KH Hasyim Asy’ari turut serta
memperjuangkan kedaulatan bangsa melalui berbagai bidang. Dia mendirikan Jam'iyah
Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926 bersama sejumlah kyai lainnya.
Pendirian organisasi ini ditujukan untuk menyatukan para ulama dan kekuatan
Islam di Indonesia. Pada tugas dan fungsinya, organisasi ini tak hanya bergerak di bidang
keagamaan saja, tetapi juga pada sektor lain seperti ekonomi, sosial, dan
kemasyarakatan.
Sebagai contoh, di bidang politik Hasyim Asy’ari menjadi salah satu tokoh yang
memprakarsai terbentuknya Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang menghimpun banyak
partai, organisasi, dan perkumpulan Islam lainnya. Lembaga ini ke depannya akan menjadi
Masyumi.
Pada masa pendudukan Jepang, KH Hasyim Asy’ari pernah ditahan dan siksa.
Alasannya karena dia menolak melakukan Seikerei. Namun, setelahnya Jepang menyadari
bahwa pengaruh Hasyim Asy’ari di Indonesia cukup besar.
Suatu hari, KH Hasyim Asy’ari mendapat tawaran dari Jepang untuk menjadi
Presiden Indonesia. Hal ini disampaikan seorang utusan Jepang bernama Maruto saat
menemuinya. Dalam hal ini. Hasyim Asy’ari menolak tawaran untuk menjadi presiden.
Setelahnya, dia berpendapat bahwa yang pantas menjadi pemimpin Indonesia adalah
Soekarno atau biasa dikenal sebagai Bung Karno.
Berselang beberapa tahun setelah kemerdekaan Indonesia, KH Hasyim Asy’ari
wafat. Tepatnya pada 25 Juli 1947.

Anda mungkin juga menyukai